PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w84_s-2 hlm. 1-3
  • Seberapa Dekatkah Allah Bagi Saudara?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Seberapa Dekatkah Allah Bagi Saudara?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1984 (s-2)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • ”Mendekatlah kepada Allah”
  • Apa Artinya ”Mengenal” Allah
  • ”Mendekatlah kepada Allah”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2002
  • Bagaimana Anda Bisa Dekat dengan Allah?
    Pertanyaan Alkitab Dijawab
  • Apakah Saudara Benar-Benar Dapat ’Mendekat kepada Allah’?
    Mendekatlah kepada Yehuwa
  • Cara Saudara Dapat Mendekat kepada Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2000
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1984 (s-2)
w84_s-2 hlm. 1-3

Seberapa Dekatkah Allah Bagi Saudara?

RONI yang berusia tiga tahun mulai berdoa dengan cara yang sederhana, ”Apa kabar, Yehuwa?” Walaupun kita tidak setuju dengan pendekatan sedemikian oleh orang dewasa, kita mungkin tersenyum pada ketulusan hati anak kecil ini. Kenyataannya adalah bahwa Roni jelas merasa dekat pada Allah. Baginya, Allah lebih dari suatu kekuatan yang abstrak. Ia adalah pribadi yang nyata. Apakah Allah begitu nyata, begitu dekat, bagi saudara?

Betapa aneh bahwa kebanyakan orang yang mengaku percaya kepada Allah tidak pernah berusaha untuk belajar lebih banyak mengenai Dia atau untuk menjadi dekat denganNya! Bagi sejumlah orang, sikap yang sombong mencegah mereka untuk mendekati Allah. ”Mata [Allah] melawan orang-orang yang tinggi hati”, kata Raja Daud. (2 Samuel 22:28) Yang lain merasa terlalu sederhana dan tidak layak untuk berpikir bahwa mungkin untuk memiliki suatu hubungan dengan Allah. Apa yang perlu dilakukan oleh orang-orang yang tinggi hati adalah untuk mengusahakan sikap mau menerima seperti kanak-kanak. Kata Yesus, ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 18:2-4) Dan orang yang terlalu sederhana, mungkin, lebih baik dengan sikap kekanak-kanakan Roni yang membuatnya tidak ragu-ragu mendekati Allah.

Walaupun memiliki sikap yang benar adalah suatu permulaan yang baik, tetapi untuk merasa benar-benar dekat kepada Allah, lebih banyak diperlukan. Pertama-tama, harus ada kesadaran akan adanya Dia. Jika saudara melihat karya penciptaan yang menakjubkan dari Allah, tidakkah saudara tergerak untuk berpikir tentang Dia, untuk memujiNya dan berterima kasih kepadaNya seperti yang dilakukan Daud, penulis Mazmur? Ia bertanya, ”Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mazmur 8:4, 5) Menyediakan waktu untuk merenungkan ciptaan Allah dengan penuh penghargaan, pastilah akan menguatkan ikatan kasih saudara dengan Allah.

”Mendekatlah kepada Allah”

Dua magnet, bila itu diletakkan sejajar dengan tepat, memiliki daya tarik satu sama lain. Memang, lebih dekat letak kedua magnet itu, lebih kuat daya tariknya. Hal yang sama bisa terjadi pada hubungan kita dengan Allah, karena sang murid, Yakobus, mengatakan, ”Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu.”—Yakobus 4:8.

Belajar tentang Allah adalah satu cara untuk ’mendekati’ Dia. (Yohanes 17:3) Hanya dengan belajar Firman Allah, Alkitab, kita dapat belajar tentang namaNya, Yehuwa, dan kebenaran tentang maksud-tujuanNya atas bumi dan sifat-sifatNya, seperti kasih, hikmat, keadilan dan kekuasaan. (Mazmur 83:19) ’Tetapi,’ saudara mungkin berkata, ’saya telah mengetahui bahwa Allah mahakuasa, sungguh adil dan penuh hikmat serta kasih.’ Namun, apakah itu sendiri suatu petunjuk yang cukup untuk pengetahuan yang benar dan pengenalan akan Allah? Tidak cukup.

Pernyataan tentang Allah dan sifat-sifatNya saja agaknya tidak berarti, terutama jika saudara tidak dapat menghubungkannya dengan pengalaman pribadi saudara. Misalnya, bagaimana orang yang tuli sejak lahir dapat memahami apa artinya bunyi yang ”keras” dan ”lembut”? Bagaimana dia dapat mengetahui perbedaan antara bunyi mengerik dari burung pipit dan bunyi mendekur dari burung merpati jika ia tidak memiliki alat untuk membedakan keduanya? Demikian juga, pernyataan ”Allah adalah kasih” itu sendiri mungkin seolah-olah seperti pernyataan dalam kertas saja yang tidak berarti apa-apa. (1 Yohanes 4:8) Tetapi untuk memiliki kasih Allah, baik secara mental maupun emosional, seseorang harus mempertimbangkan bagaimana kasih itu telah dinyatakan terhadap umat manusia. (Yohanes 3:16) Ia juga harus dapat menghubungkan kasih Allah dengan pengalaman pribadinya sendiri. ”Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya [Yehuwa],” kata penulis Mazmur. (Mazmur 34:9) Seraya seseorang melakukan ini, pastilah ia merasa dekat dengan Allah.

Sambil menatap ayahnya, si kecil Hari pernah bertanya, ”Saya tahu bahwa saya seharusnya mengasihi Yehuwa lebih dari apapun, tetapi bagaimana saya dapat mengasihiNya lebih dari pada ayah? Saya dapat melihat ayah dan saya mengasihi ayah, tetapi saya tidak dapat melihat Yehuwa.” Sang ayah menghilangkan rasa tegang anak tersebut dengan menjelaskan bahwa perasaan sedemikian cukup normal pada mulanya. Dan anak itu diyakinkan bahwa setelah belajar apa yang Alkitab katakan tentang sifat-sifat dan perbuatan Yehuwa yang menakjubkan, dan seraya ia secara pribadi merasakan pemeliharaan Allah yang pengasih, ia dapat mengembangkan kasih sayang yang lebih kuat kepada Yehuwa dari pada semua lainnya! (Matius 22:37, 38) Maka siapa saja dari kita dapat juga meluangkan waktu untuk belajar tentang Allah Yehuwa.

Apa Artinya ”Mengenal” Allah

Sering kali kita menggunakan kata ”mengenal” untuk menunjukkan kepada suatu perkenalan singkat atau hanya ingat pernah berjumpa dengan seseorang. ’Kalau tidak salah, saya kenal dia,’ kita mungkin pernah mengatakannya. Kita mungkin bahkan mengatakan hal ini jika kita hanya pernah sekilas melihat orang tersebut di suatu tempat atau pernah secara singkat dikenalkan kepadanya.

Rasul Yohanes membantu kita untuk menghargai bahwa ”mengenal” Allah berarti lebih dari pada mengenal Dia sekilas saja. Pertimbangkan beberapa pokok yang dibuat dalam surat Yohanes pertama yang diilhamkan Allah. Secara singkat, ada dikatakan, Mengenal Allah adalah mengasihi Allah. Untuk mengenal dan mengasihi Allah perlu menuruti perintah-perintahNya. Itu berarti berhenti berjalan dalam kegelapan dan mempraktekkan kebenaran. Itu berarti mengikuti bimbingan dari Firman Allah dan roh Allah serta berpegang pada kebenaran. Mengenal Allah berarti kita merasa bebas untuk mendekatiNya dalam doa, dengan keyakinan bahwa Ia mendengarkan kita dan, sebagai jawabanNya, akan memberikan kita semua hal yang diperlukan untuk melakukan kehendakNya.—1 Yohanes 1:5-7; 2:3, 4, 13, 14; 3:19-24; 4:6-8, 13; 5:3, 14, 15.

Maka, jelaslah bahwa mengenal Allah bukan sesuatu yang pasif. Banyak usaha diperlukan untuk mengenal Allah Yehuwa dan menikmati hubungan yang intim dengan Dia. Pastilah, lebih banyak yang dibutuhkan dari pada hanya melakukan beberapa upacara keagamaan. Mengenal Allah juga bukan hanya suatu sensasi emosional yang tiba-tiba seperti kebanyakan ”orang Kristen yang percaya akan kelahiran kembali” nyatakan telah mereka nikmati. Penulis Mazmur berkata, ”Beritahukanlah jalan-jalanMu kepadaku, ya [Yehuwa], tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaranMu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.” (Mazmur 25:4, 5) Maka ”mengenal” Allah adalah suatu cara hidup yang menyeluruh!

Lebih jauh, setelah mendesak kita untuk ’mengecap dan melihat betapa baiknya Yehuwa’, penulis Mazmur mengatakan, ”Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!” (Mazmur 34:9, 15) Dalam beberapa hal, tindakan yang drastis diperlukan untuk ’menjauhi yang jahat”.

Misalnya, Mari, seorang hippie selama tahun 1960-an, sangat kecanduan narkotika. Akibatnya, hal ini membawa dia kepada pencurian, imoralitas, abortus—bahkan pelacuran. Namun, pada waktunya, ia bertemu dengan Saksi-Saksi Yehuwa dan mulai melihat perlunya membuat perubahan-perubahan jika ia ingin dekat dengan Allah. ”Saya meninggalkan kebiasaan merokok dua sampai tiga bungkus sehari serta semua narkotika, dan saya memutuskan dalam hati untuk mengikuti perintah Yehuwa berkenaan percabulan. Saya membuang semua buku-buku saya mengenai mimpi-mimpi astrologi dan spiritisme, dan saya membuang semua patung-patung, lilin-lilin dan gambar-gambar berhala saya.” Akhirnya, ia membaktikan diri kepada Allah dan melayaniNya sampai hari ini.

Tetapi apakah saudara akan berusaha terus untuk mengenal Allah? Meskipun cara hidup saudara mungkin tidak begitu menyolok seperti cara hidup Mari, saudara mungkin harus membuat perubahan-perubahan yang nyata. Tetapi, saudara akan merasa yakin, bahwa Allah tidak mengecewakan orang-orang yang dengan tulus dan rendah hati mencari Dia dengan keinginan seperti kanak-kanak untuk belajar dan melakukan kehendakNya.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan