PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w87_s-35 hlm. 29-32
  • Apakah Saudara Mencari Teman Hidup?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Apakah Saudara Mencari Teman Hidup?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1987 (s-35)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • ’Kawin dalam Tuhan Saja’
  • Mengapa Mencari ke Tempat Lain?
  • Hati Kita yang Licik
  • ’Saudara Menuai Apa yang Saudara Tabur’
  • Berharap kepada Yehuwa
  • Perkawinan—Hadiah dari Allah
    Cara agar Tetap Dikasihi Allah
  • Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih
    ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
  • Bimbingan Ilahi dalam Memilih Teman Hidup
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2001
  • Membubuh Dasar yang Baik untuk Perkawinan Anda
    Membina Keluarga Bahagia
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1987 (s-35)
w87_s-35 hlm. 29-32

Apakah Saudara Mencari Teman Hidup?

”TIDAK ada hubungan, ikatan atau persahabatan yang lebih indah, ramah dan mempesonakan, dari pada perkawinan yang baik.” Demikian kata orang. Karena itu, tidak heran bahwa jutaan orang yang masih lajang ingin mempunyai teman hidup.

Ada yang minta bantuan komputer untuk mencari jodoh, yang lain minta petunjuk dari bintang-bintang. Tetapi betapa jauh lebih baik untuk minta bantuan dari Pencipta kita, Pemula perkawinan! (Kejadian 2:18-24) Minat Allah yang pengasih dan hikmatNya merupakan dasar yang kokoh untuk mempercayai nasihat dan prinsip-prinsipNya yang akan membantu kita untuk mengetahui apa yang harus diperhatikan pada calon teman hidup. (Mazmur 19:7) FirmanNya memerintahkan kita sebagai berikut:

’Kawin dalam Tuhan Saja’

Mengapa? Karena Allah Yehuwa sangat memperhatikan kesejahteraan kekal kita. Nasihat rasul Paulus untuk ’kawin dalam Tuhan saja’ selaras dengan kebiasaan dari hamba-hamba Yehuwa yang mula-mula untuk memilih orang yang adalah juga penyembah yang sejati sebagai teman hidup. (1 Korintus 7:39; Ulangan 7:3, 4) Banyak manfaatnya jika kita berbuat demikian dan ini hendaknya selalu diingat.

Sebagai contoh, perkawinan yang saleh dapat membantu kita tetap taat kepada Bapa surgawi kita yang pengasih. (Bandingkan Pengkhotbah 4:9-12.) Suami-istri Kristen dapat menganjurkan satu sama lain dan bersama-sama dapat berhasil menghadapi berbagai macam ujian. Secara terpadu, mereka dapat menolak tekanan-tekanan yang dapat melemahkan ikatan perkawinan. Karena kedua-duanya berharap kepada Yehuwa dan menerapkan nasihatNya yang bagus sekali, jauh lebih mudah bagi mereka untuk mengatasi problem-problem dan bekerja sama dengan harmonis dan tidak saling bersaing. Usaha mereka yang sungguh-sungguh untuk melayani Yehuwa dan membentuk kehidupan mereka selaras dengan jalan jalanNya akan menyumbang kepada perkawinan yang sukses yang menghormati Pencipta kita.

Beberapa tahun yang lalu, seorang wanita bernama Gloria mempunyai hubungan erat dengan seorang pria muda yang menghadiri perhimpunan-perhimpunan, dan bahkan memberi komentar pada Pelajaran Menara Pengawal. Saudari ini mendapat nasihat untuk tidak lagi bergaul erat dengan orang yang belum dibaptis ini, tetapi ia ”sangat mencintainya” sehingga ia tidak mengindahkan nasihat itu. Namun, ia tahu bahwa nasihat itu baik. Jadi pada suatu hari ia berdoa kepada Yehuwa dengan sungguh-sungguh, memohon bantuanNya dalam soal ini. Tidak lama setelah itu, ketahuan bahwa pria muda ini imoral, maka Gloria segera memutuskan hubungan. Akhirnya ia menikah dengan seorang pria muda Kristen yang baik. Sekarang, saudara ini seorang penatua yang terlantik, dan kedua anak mereka aktif dalam kebenaran. Pada waktu Gloria mengingat masa lampau, ia mengatakan, ”Syukur kepada Yehuwa, saya telah menghindari banyak problem. Karena petunjukNya, saya mendapat nasihat yang terbaik, sehingga saya dapat hidup bahagia bersama suami yang pengasih.”

Mengapa Mencari ke Tempat Lain?

Jadi, apa yang menyebabkan seorang yang berbakti kepada Yehuwa mencari teman hidup ke tempat lain? Apakah orang Kristen itu tidak yakin bahwa Yehuwa tahu dan menghendaki yang terbaik bagi kita? (Amsal 3:1-7; Mazmur 145:16) Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara percaya bahwa Yehuwa adalah ”Allah yang setia”? (Mazmur 3:6) Jika demikian, maka saudara tentu menyadari bahwa Ia selalu menyediakan nasihat yang dapat dipercaya, yang benar dan berguna. Yesaya 48:17, 18) Sesungguhnya, Bapa surgawi ita yang pengasih memberi nasihat dengan mengingat kesejahteraan kekal kita, tetapi kita mungkin secara picik hanya membuat rencana yang terbatas untuk masa depan yang dekat saja. Tetapi, dalam mencari teman hidup, bukankah kita harus membuat rencana untuk masa depan yang jauh lebih panjang?—Mazmur 37:11, 29.

Apakah saudara benar-benar percaya bahwa Kerajaan itu sudah di ambang pintu dan tidak lama lagi akan bertindak untuk membersihkan bumi? Dan apakah saudara membayangkan diri sendiri berada dalam Firdaus sedunia yang dinubuatkan? Atau apakah saudara ingin menikmati sepenuhnya sistem yang ada sekarang? Apakah saudara mencari teman yang mampu menyediakan gaya hidup yang baik bagi saudara? Atau apakah saudara mencari seorang yang menaruh ibadat sejati di tempat pertama? (Matius 6:33) Sebenarnya, apa yang paling penting dalam kehidupan saudara? Bijaksana jika kita memeriksa pikiran dan motif dalam batin kita. Kemudian, jika perlu, kita dapat membuat penyesuaian dan dengan demikian menghindari haluan tingkah laku yang dapat membuat Yehuwa tidak senang.—Bandingkan Mazmur 78:40, 41.

Hati Kita yang Licik

Yeremia 17:9 memperingatkan bahwa ’hati itu lebih licik dari pada segala sesuatu’. Jadi kita perlu terus mengendalikannya. Juga baik untuk mengingat bahwa mereka yang mengabaikan nasihat Alkitab yang terilham dan peringatan-peringatan yang dengan penuh kasih diberikan oleh para penatua sidang dan orang lain sering mencucurkan banyak air mata dan menderita sakit hati.

’Tetapi bagaimana saudara dapat mengatakan itu?’ seseorang mungkin bertanya. ’Saya mengenal seorang saudara yang tidak menikah dengan sesama penyembah, dan sekarang mereka berdua melayani Yehuwa.’ Memang, dalam beberapa hal ternyata berakhir demikian, dan kita senang bahwa kedua-duanya sekarang ”hidup dalam kebenaran”. (3 Yohanes 4) Tetapi, saudara yang menikah dengan orang yang tidak dibaptis itu telah berlaku tidak taat. Apakah semangat independen itu kelak akan muncul lagi? Apakah ia akan tergoda untuk berpikir bahwa ia tahu lebih baik dari pada Allah dan dengan demikian mengabaikan nasihat Alkitab dan bersandar pada hikmatnya sendiri dalam keadaan lain? Kita dianjurkan untuk ’percaya kepada Yehuwa dengan segenap hati kita’. (Amsal 3:5) Hal itu menegaskan agar kita memenuhi kehendak ilahi dengan ketundukan dalam segala hal. Jadi kita hendaknya ingin memperkembangkan hati yang taat, yang berhasil mengatasi ujian ketaatan bahkan dalam hal-hal kecil. (Lukas 16:10) Jika kita tidak taat kepada Allah, pola macam apakah yang kita perkembangkan? Saudara yang tidak ’kawin dalam Tuhan’ mungkin sekarang menyadari kesalahannya dalam melakukan hal-hal menurut caranya sendiri dan telah memohon pengampunan dari Yehuwa. Namun apakah saudara ingin memulai perkawinan saudara dengan cara demikian?

’Tetapi pacar saya sudah mulai belajar Alkitab dan menghadiri perhimpunan-perhimpunan,’ orang lain mungkin mengatakan. Ya, tetapi mengapa ia belajar? Untuk mendapatkan teman dalam perkawinan atau untuk belajar tentang Allah Yehuwa dan melayani Dia? Selama masa berpacaran motif pria itu mungkin meragukan. Apa yang akan saudari dapati setelah hari perkawinan? Saudari tentu dapat menunggu sampai pacar saudari dibaptis dan segera setelah itu menentukan tanggal perkawinan. Memang, saudari ’kawin dalam Tuhan’. Namun apakah saudari bertindak selaras dengan semangat dari nasihat itu?

Apakah saudari memperhatikan bila seorang saudara diusulkan untuk hak-hak istimewa tertentu dalam dinas? Apakah cukup jika ia sudah dibaptis saja? Tidak, itu belum cukup, saudara tersebut ”harus diuji dahulu kelayakannya”. (1 Timotius 3:10, NW) Dapatkah kita menarik pelajaran dari itu? Ya. Tunggu, lihat, dan dengar. Tunggu dan pikirkan seriusnya perkawinan. Lihat pribadi itu, bukan melalui mata yang dikaburkan oleh perasaan tergila-gila, tetapi secara obyektif. Dan dengarkan pula. Apakah ia (pria atau wanita) berbicara dari hati dengan pernyataan pujian yang pengasih kepada Allah? Setelah jangka waktu yang cukup lama, apakah ia memperlihatkan adanya pertumbuhan Kristen? Bila ia memperlihatkan kesetiaan dan persyaratan rohani, baru kita dapat mulai memikirkan dia (pria atau wanita) sebagai calon teman hidup. Mengutip sebuah sajak yang jenaka:

”Nona-nona! kisah yang akan kuceritakan ini

Nampaknya mengandung pelajaran—

Jangan hanya memilih teman yang serasi,

Tetapi juga waktu yang tepat untuk pernikahan.”

Apa yang dapat terjadi jika hati membuat kita mengesampingkan nasihat yang baik dan pemikiran yang obyektif? Akibat-akibatnya bisa mencelakakan. Ingat, Alkitab memberi kita nasihat:

’Saudara Menuai Apa yang Saudara Tabur’

Pikirkan apa yang terjadi atas Jacqueline. Seorang penatua menasihatinya berkenaan persahabatan yang sedang ia bina dengan seorang pria muda di luar sidang Kristen. Tetapi karena ia merasa saudara-saudara itu terlalu keras, ia tidak mau mendengarkan saran-saran yang didasarkan Alkitab. Ketika merenungkan kembali sikapnya sendiri, ia belakangan mengakui, ”Seseorang akan melihat apa yang ingin ia lihat dan bukan apa yang Yehuwa lihat dan katakan.” Pria muda itu mulai belajar Alkitab dan akhirnya dibaptis. Setelah tiga bulan mereka menikah.

Problem-problem segera berkembang cepat sekali. Sebenarnya, problem sudah timbul sewaktu mereka berbulan madu! Sifat-sifat yang tidak diinginkan yang tidak diperhatikan oleh Jacqueline atau diabaikan begitu saja, pada waktu itu mulai nyata. Ia mengimpikan perkawinan yang bahagia dan rukun, tetapi sayang sekali, kebalikannyalah yang terjadi. Suaminya dipecat dan meninggalkan dia dengan dua anak yang masih kecil. Sekarang ia bukan hanya harus mengatasi tekanan ekonomi dari sistem yang makin bobrok ini tetapi juga tantangan untuk membesarkan dua anak kecil, mengurus kebutuhan jasmani dan emosi mereka. Pelajaran apa yang ditarik oleh Jacqueline dari pengalaman pahit ini? ”Ketaatan,” katanya. ”Meskipun nampaknya keras atau mungkin kelihatan bukan yang terbaik bagi saudara, saudara harus menganggap nasihat itu berasal dari Yehuwa dan harus taat.”—Galatia 6:7; Mazmur 86:11.

Pertimbangkan contoh lain. Maritza bertemu dengan calon suaminya di tempat kerja. Pria ini memperlihatkan kepadanya perkara-perkara di dunia yang belum ia ketahui—dan hal-hal tersebut nampaknya tidak begitu buruk baginya. Pria itu cukup berpendidikan, sopan, dan dapat berbicara dengan akal yang cerdas mengenai banyak pokok. Meskipun ia diberi banyak peringatan dari Alkitab, semuanya tidak ia perhatikan. Ia terlalu ”jatuh cinta”.

Tidak lama setelah itu perhimpunan-perhimpunan menjadi membosankan bagi Maritza, karena tidak mengandung gemerlap dari malam-malam yang menggembirakan bersama pacarnya yang senang ke tempat-tempat hiburan. Sebelum mereka menikah, pria itu berjanji bahwa ia tidak akan mengganggu dengan perhimpunan-perhimpunan, dan memang begitu. Tetapi, sedikit demi sedikit Maritza mendapati dirinya begitu sibuk dengan hal-hal lain sehingga kegiatan rohaninya dialihkan ke tempat kedua, dan ia menjadi tidak aktif.

Bagaimana dengan percakapan-percakapan yang begitu menyenangkan? Lambat-laun itu berhenti, dan akhirnya suaminya menceraikan dia, meninggalkan dia dengan empat anak dari usia empat sampai sembilan tahun. Maritza begitu kaget sehingga ia tidak berdaya, dan baru setelah tiga tahun ia merasa cukup tenang untuk dapat menganalisa apa yang telah terjadi dan apa yang akan ia lakukan dengan kehidupannya. Ia terus meyakinkan diri sendiri, ”Hidup berarti menderita.” Tetapi hal itu tidak memuaskan dia karena ia masih dapat mengingat masa ketika ia bahagia, ketika ia menikmati angin sejuk yang menerpa wajahnya pada waktu ia dalam dinas pengabaran, membagikan kabar baik dari Kerajaan kepada orang-orang lain.

”Oh, betapa banyak sakit hati dan kesusahan yang bisa saya hindari kalau saja saya mendengarkan!” kata Maritza. Melalui teman-teman sekolah anak-anaknya, ia sekali lagi berhubungan dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Minatnya dalam kebenaran dan kasihnya kepada Yehuwa dibangkitkan kembali, dan sekarang ia beserta anak-anaknya aktif dalam dinasNya. Sekarang Maritza dengan sepenuh hati menasihati, ”Belajarlah untuk tunduk kepada bimbingan yang Yehuwa berikan dan akui bahwa Yehuwa menggunakan orang-orang yang tidak saudara sangka akan memberitahukan kehendakNya.” Seperti Yesus Kristus katakan, ”Perhatikanlah cara kamu mendengar.” (Lukas 8:18) Ya, tunggu, lihat, dan dengarkan!

Lihatlah sekeliling pada perhimpunan berikut di Balai Kerajaan. Saudara pasti akan melihat banyak suami-istri Kristen yang berbahagia dan akan melihat sukacita mereka dalam membagi waktu dan pengalaman bersama. Sebaliknya, saudara mungkin akan melihat beberapa yang hadir sendirian karena mereka mempunyai teman hidup yang tidak beriman. Ya, mereka sangat mendambakan suami atau istri mereka ada di sana bersama mereka! Sering kali mereka harus tergesa-gesa pulang segera setelah perhimpunan dan tidak menikmati percakapan serta pergaulan yang membina dengan saudara-saudara seiman mereka. Apakah saudara mau mengambil risiko yang tidak perlu dengan menempatkan diri dalam keadaan yang sama karena mengabaikan nasihat untuk ’kawin di dalam Tuhan saja’? Sebaliknya, betapa bijaksana untuk mentaati pengajaran Yehuwa dan dengan demikian menghindari akibat-akibat yang menyedihkan!—Mazmur 119:9; Amsal 28:26.

Berharap kepada Yehuwa

’Tetapi,’ saudara mungkin mengatakan, ’saya tidak dapat menemukan seseorang di sidang. Hanya sedikit yang sebaya dengan saya.’ Itu mungkin benar. Tetapi apakah saudara yakin bahwa Yehuwa ingin saudara bahagia? ’Ia memelihara kamu.’ (1 Petrus 5:6, 7) Apakah saudara ingat amsal yang berbunyi, ”Isteri yang berakal budi adalah karunia [Yehuwa]”? (Amsal 19:14) Maka, sebaiknya saudara membawa masalah perkawinan dalam doa.—Filipi 4:6, 7.

Apakah saudara ingat Hana dan keinginannya untuk mempunyai anak? Apa yang ia lakukan? Dia mencurahkan isi hatinya dalam doa kepada Yehuwa, percaya kepadaNya dengan sepenuh hati. Kemudian ia menyerahkan masalahnya ke tangan Dia. Pada waktunya, ia mendapat jawaban yang menakjubkan atas doanya—seorang anak laki-laki lahir.—1 Samuel 1:9-11, 18-20; Mazmur 62:9.

Meskipun mungkin hanya sedikit orang yang sebaya dengan saudara di sidang setempat, bagaimana dengan pesta-pesta wilayah dan distrik? Kita menghadiri pertemuan-pertemuan semacam itu untuk alasan rohani. Tetapi mereka yang bekerja sukarela pada kesempatan semacam itu merasa puas karena melayani orang lain dan bertemu dengan saudara-saudari yang melayani Yehuwa sepenuh jiwa. Dan pada kesempatan-kesempatan sedemikian, ada kemungkinan saudara akan bertemu dengan calon teman hidup saudara.

Tetapi bahkan meskipun saudara tidak dapat menemukan pasangan Kristen yang cocok sekarang, dengan sungguh-sungguh bersandarlah kepada Yehuwa yang akan membantu saudara mengejar kehidupan yang suci sebagai seorang lajang. Dan selama masih belum menikah, pupuklah sifat-sifat dan kesanggupan yang memungkinkan saudara untuk menjadi suami dan ayah yang baik atau istri dan ibu yang baik. (Galatia 5:22, 23) Banyak yang telah dibantu untuk melakukan hal itu dengan terjun dalam pelayanan sepenuh waktu sebagai perintis. Tidak ada cara yang lebih baik untuk menggunakan waktu dan tenaga saudara!

Maka, jika saudara mencari teman hidup, di mana saudara akan mulai? Semoga di kalangan sesama penyembah Yehuwa yang aktif, mereka yang mempunyai cita-cita yang sama seperti saudara dalam hidup ini dan yang mempunyai keinginan yang sungguh-sungguh untuk melayani Dia selama-lamanya. (2 Timotius 2:22) Dan jika Yehuwa memberkati saudara dengan teman hidup yang takut akan Allah, semoga perkawinan saudara akan menghormati Allah kita yang pengasih.

[Blurb di hlm. 31]

”Oh, betapa banyak sakit hati dan kesusahan yang bisa saya hindari kalau saja saya mendengarkan!”

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan