PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w91 1/1 hlm. 30-31
  • Pertanyaan Pembaca

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pertanyaan Pembaca
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Bahan Terkait
  • Ia Membela Umat Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2011
  • Ia Membela Umat Allah
    Tirulah Iman Mereka
  • Pokok-Pokok Penting Buku Ester
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2006
  • Ia Bijaksana, Berani, dan Tidak Egois
    Tirulah Iman Mereka
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
w91 1/1 hlm. 30-31

Pertanyaan Pembaca

◼ Apakah wanita muda Yahudi Ester mengadakan hubungan seks yang amoral dengan raja Persia untuk mendapatkan perkenannya dan dengan demikian memperoleh keuntungan?

Beberapa orang mungkin menyimpulkan ini dari hasil laporan sekular (duniawi), tetapi catatan yang dapat dipercaya dalam Alkitab bertentangan dengan anggapan ini.

Flavius Josephus, seorang sejarawan Yahudi memberikan laporan sekular bahwa Wasti, ratu Persia menolak untuk tampil di hadapan suaminya, Ahasyweros. Karena itu, sang raja, yang ternyata adalah Artahsasta I dari abad kelima S.M., dengan marah menyingkirkan Wasti dan setuju untuk mencari seorang gadis di seluruh kerajaan yang akan dijadikan ratu yang baru. Gadis-gadis muda yang cantik dikumpulkan dan diberikan perawatan kecantikan untuk waktu yang lama.

”Kemudian, ketika [sida-sida sang raja] menganggap bahwa gadis-gadis telah mendapatkan cukup perawatan . . . dan sekarang sudah pantas untuk masuk ke tempat tidur baginda, ia mengirim satu gadis setiap hari untuk tidur dengan baginda, yang, setelah mengadakan hubungan seks dengan gadis itu, segera mengirimkannya kembali kepada sida-sida tersebut. Akan tetapi, ketika Ester datang kepadanya, baginda menyukai dia lalu, jatuh cinta kepadanya, menjadikan dia istri yang sah, dan melangsungkan perkawinan mereka.”​—Jewish Antiquities, Buku XI, 184-202, diterjemahkan oleh Ralph Marcus, (Buku 11, pasal 6, paragraf 1, 2, seperti diterjemahkan oleh William Whiston).

Catatan sekular ini dapat menyebabkan seseorang berpikir bahwa gadis-gadis itu melakukan hubungan seks yang amoral dengan raja dan bahwa satu-satunya perbedaan dalam hal Ester hanyalah bahwa perbuatan amoralnya mengarah kepada perkawinan dan ia menjadi ratu. Akan tetapi, Alkitab memberi kita informasi yang lebih saksama dan lebih memuaskan.

Setelah melukiskan mengenai perawatan kecantikan, Alkitab berkata, ”Lalu [setiap] gadis itu masuk menghadap raja. . . . Pada waktu petang ia masuk dan pada waktu pagi ia kembali, tetapi sekali ini ke dalam balai perempuan yang kedua, di bawah pengawasan Saasgas, sida-sida raja, penjaga para gundik. Ia tidak diperkenankan masuk lagi menghadap raja, kecuali jikalau raja berkenan kepadanya dan ia dipanggil dengan disebutkan namanya.”—Ester 2:13, 14.

Alkitab mengatakan bahwa Ester ”dibawa” ke ”balai perempuan” untuk tata cara kecantikan yang lama dan yang sudah ditentukan: ”Demikianlah Ester dibawa masuk menghadap raja Ahasyweros . . . Maka Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih dari pada semua anak dara lain, sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti.”—Ester 2:8, 9, 16, 17.

Apakah saudara memperhatikan dari catatan Alkitab ini ke mana wanita-wanita itu dibawa setelah semalaman bersama raja? ’Ke dalam balai perempuan yang kedua, di bawah pengawasan penjaga para gundik.’ Jadi mereka menjadi gundik. Mordekhai, penulis buku Ester dalam Alkitab, adalah seorang Ibrani, dan di kalangan bangsanya pada waktu itu, seorang gundik mempunyai status sosial sebagai istri kedua. Hukum ilahi menetapkan bahwa seorang pria Israel dapat mengambil seorang gadis asing yang ditawan pada waktu perang, dan dia akan menjadi gundiknya, atau istri kedua, dengan hak-hak dan perlindungan hukum. (Ulangan 21:10-17; bandingkan Keluaran 21:7-11.) Anak-anak yang dilahirkan oleh seorang gundik yang sah adalah sah dan dapat memperoleh warisan. Ke-12 putra Yakub, nenek moyang ke-12 suku Israel, adalah keturunan dari istri-istri dan gundik-gundiknya yang sah.—Kejadian 30:3-13.

Prosedurnya ialah bahwa setelah anak-anak dara itu bersama dengan raja Persia, mereka pergi ke balai para gundik. Ini menunjukkan mereka menjadi istri-istri keduanya.

Bagaimana dengan Ester? Alkitab tidak mengatakan dia tidur dengan raja dan dengan demikian memperoleh kasih sayangnya. Tidak diceritakan bahwa dia dibawa ke balai gundik, tetapi hanya dikatakan, ”Ester dibawa masuk menghadap raja Ahasyweros ke dalam istananya . . . Maka Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan lain.” Ingat bahwa sebelumnya, tanpa kompromi seksual dari keadaannya yang murni dan masih perawan, ia mendapatkan ’kasih sayang’ ”Hegai, penjaga para perempuan”. Selanjutnya, ”Maka Ester dapat menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihat dia.” (Ester 2:8, 9, 15-17) Jadi Ester jelas telah mengesankan raja dan memenangkan respeknya, sama seperti ia telah memenangkan respek orang-orang lain.

Kita benar-benar dapat bersyukur memiliki fakta-fakta dan pengertian yang Alkitab sediakan bagi kita! Meskipun peristiwa itu terjadi ribuan tahun yang lalu, kita tetap mempunyai alasan untuk yakin bahwa Ester bertindak dengan kesalehan yang benar dan selaras dengan prinsip-prinsip ilahi.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan