PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w92 15/1 hlm. 24-30
  • Berkumpul Bersama para Pencinta Kemerdekaan Pemberian Allah

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Berkumpul Bersama para Pencinta Kemerdekaan Pemberian Allah
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Jumat Sore
  • Sabtu Pagi
  • Sabtu Sore
  • Minggu Pagi
  • Minggu Sore
  • Selamat Datang ke Kebaktian Distrik ”Para Pencinta Kemerdekaan”!
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Jangan Sia-siakan Kemerdekaan yang Diberikan Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
  • Layanilah Yehuwa, Allah yang Memberi Kebebasan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2018
  • Umat yang Merdeka tetapi Bertanggung Jawab
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
w92 15/1 hlm. 24-30

Berkumpul Bersama para Pencinta Kemerdekaan Pemberian Allah

SAKSI-SAKSI YEHUWA unik dalam begitu banyak hal. Mereka saja yang berbicara ”bahasa yang murni”. (Zefanya 3:9, NW) Hanya mereka yang bersatu dan mempunyai ciri khas dari kasih yang dijabarkan oleh Kristus Yesus. (Yohanes 13:35) Dan mereka sajalah yang menikmati kemerdekaan yang dihasilkan oleh kebenaran, seperti Kristus Yesus katakan di Yohanes 8:32, ”Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”

Kata-kata tersebut yang ditujukan Kristus Yesus, Anak Allah, kepada pengikut-pengikutnya, telah terbukti benar. Dan kata-kata ini kini dihargai bahkan lebih daripada sebelumnya oleh semua Saksi dari Yehuwa yang menghadiri Kebaktian Distrik ”Para Pencinta Kemerdekaan”. Acara kebaktian telah menanamkan kepada para hadirin berbagai aspek kemerdekaan, bagaimana cara mereka menggunakannya, pertanggungjawaban yang menyertai kemerdekaan mereka, dan betapa diberkatinya mereka menjadi orang-orang yang merdeka.

Kebaktian-kebaktian yang tepat waktu dan bermanfaat ini dimulai di Belahan Bumi Utara pada tanggal 7 Juni 1991, di Los Angeles, California, A.S. Acara dimulai pada pukul 10:20 pagi dengan penyajian musik, dilanjutkan dengan nyanyian dan doa. Khotbah pembuka merupakan penyajian yang keras dan tegas yang berdasarkan Yakobus 1:25. Menurut The Jerusalem Bible, ayat ini berbunyi, ”Seseorang yang meneliti hukum sempurna yang memerdekakan dan menjadikan kebiasaannya—tidak hanya mendengar dan kemudian melupakannya, tetapi dengan giat melakukannya—akan berbahagia dalam segala sesuatu yang ia lakukan.” Sebagaimana kita memandang cermin untuk melihat apa yang perlu kita perbaiki dalam penampilan kita, demikian pula kita perlu tetap meneliti ke dalam hukum-hukum Allah yang sempurna yang merupakan bagian dari kemerdekaan untuk mempelajari perubahan apa yang perlu kita buat dalam kepribadian kita. Dan kita perlu senantiasa meneliti ke dalam cermin tersebut.

Berikutnya, tibalah kepada khotbah ketua, ”Selamat Datang, Semua Saudara Para Pencinta Kemerdekaan”. Saksi-Saksi Yehuwa mengasihi kemerdekaan, dan mereka ingin tetap merdeka. Pembicara mengutip kata-kata sumber wewenang yang sah yang memperlihatkan bahwa tidak akan ada kemerdekaan tanpa hukum. Ya, umat kristiani tidak bebas berbuat sesuka mereka tetapi bebas melakukan kehendak Yehuwa. Mereka ingin menggunakan sepenuhnya kemerdekaan mereka tetapi tidak menyalahgunakannya. Khususnya sejak 1919, Saksi-Saksi Yehuwa telah menikmati kemerdekaan yang terus bertambah. Sang pembicara menelusuri penekanan tentang kemerdekaan dalam tema-tema kebaktian dan dalam publikasi-publikasi Kristen. Semua hadirin dapat belajar lebih banyak tentang kemerdekaan pemberian Allah dan cara menggunakannya.

Komentar yang tepat waktu ini diikuti dengan wawancara dari para pencinta kemerdekaan yang bergembira berada di kebaktian ini. Kebaktian demikian merupakan waktu untuk bergembira, sebagaimana tiga pesta tahunan bangsa Israel purba ditandai dengan sukacita besar. Beberapa wawancara membuktikan bahwa kebaktian-kebaktian merupakan waktu bersukacita yang membangun secara rohani.

Kemudian tiba khotbah utama, ”Tujuan dan Cara Menggunakan Kemerdekaan yang Kita Peroleh dari Allah”. Dari khotbah ini para hadirin belajar bahwa hanya Yehuwa yang memiliki kemerdekaan mutlak karena Ia adalah Penguasa Tertinggi dan Mahakuasa. Namun, demi kepentingan nama-Nya dan manfaat makhluk ciptaan-Nya, Ia kadang-kadang membatasi kemerdekaan-Nya dengan menjadi lambat marah dan mempraktikkan pengendalian diri. Semua makhluk ciptaan-Nya yang cerdas memiliki kemerdekaan yang relatif, karena mereka tunduk kepada Yehuwa dan dibatasi oleh hukum-hukum fisik dan moral. Yehuwa telah memberi mereka kemerdekaan untuk kesenangan mereka tetapi terutama demikian supaya mereka dapat membawa kemuliaan bagi-Nya dan bersukacita dengan menyembah Dia. Karena memanfaatkan kemerdekaan mereka sebaik-baiknya, Saksi-Saksi Yehuwa telah mendapat reputasi di seluruh dunia karena tingkah laku yang baik dan kegairahan dalam pelayanan mereka.

Jumat Sore

”Sibuk—Dalam Perbuatan yang Sia-Sia atau dalam Dinas Yehuwa?” merupakan judul yang mengundang pemikiran dari khotbah yang membuka acara Jumat siang. Perbuatan yang sia-sia tidak hanya meliputi perbuatan-perbuatan daging tetapi juga hal-hal lain yang secara rohani mati, sia-sia, dan tidak mendatangkan hasil—seperti rencana untuk mendapatkan uang. Sehubungan dengan hal ini, pemeriksaan diri yang jujur adalah penting untuk melihat apakah kita menaruh Kerajaan Allah di tempat pertama dalam kehidupan.

Khotbah berikutnya ”Melaksanakan Tugas Kita sebagai Pelayan Allah”, memiliki daya dorong yang hampir sama. Pembicara memperlihatkan bahwa umat kristiani hendaknya tidak berpuas diri dengan dinas ala kadarnya atau hanya mencapai kuota jam. Mereka hendaknya ingin menjadi efektif dalam setiap corak pelayanan Kristen. Pokok-pokok ini disampaikan dengan amat memukau melalui pertunjukan dan wawancara. Semua merasa dianjurkan untuk menunaikan pelayanan mereka semaksimal mungkin.

Dalam khotbah yang berjudul, ”Umat yang Merdeka tetapi Bertanggung Jawab”, pembicara menekankan bahwa walaupun umat Yehuwa mengasihi kemerdekaan yang diberikan oleh kebenaran bagi mereka, mereka hendaknya mengingat bahwa bersama dengan itu dituntut juga pertanggungjawaban. Mereka hendaknya menggunakan kemerdekaan mereka, tidak sebagai alasan untuk tingkah laku yang buruk, tetapi untuk memuliakan Yehuwa. Sebagai umat kristiani, mereka bertanggung jawab kepada ’wewenang di atas mereka’ dan hendaknya bekerja sama dengan para penatua sidang. (Roma 13:1) Lebih jauh, mereka bertanggung jawab atas pakaian, dandanan, dan tingkah laku mereka. Jangan pernah mereka lupa bahwa ”setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah”.—Roma 14:12; 1 Petrus 2:16.

Kemudian dilanjutkan dengan sebuah pembahasan tentang pentingnya semua umat kristiani untuk ”Tidak Takut seraya Akhir Dunia Ini Mendekat”. Meskipun umat manusia takut akan apa yang akan terjadi di masa depan, umat kristiani perlu untuk tidak merasa takut dalam melaksanakan pelayanan mereka. Keberanian merupakan hasil dari percaya kepada Yehuwa, karena semakin banyak seorang kristiani takut untuk tidak menyenangkan Yehuwa, semakin sedikit ia akan takut kepada manusia. Menghafal ayat-ayat yang menghibur dapat menguatkan seseorang agar tidak takut. Untuk menjadi kuat dan berani secara rohani, hamba-hamba Allah juga perlu mengambil manfaat dari setiap kesempatan untuk bergaul dengan sesama penyembah. Setiap orang juga perlu mengingat pentingnya peranan doa untuk menjadi berani. Dengan tetap berani, umat kristiani akan mempertahankan hubungan yang baik dengan Allah Yehuwa.

Acara hari pertama ditutup dengan drama yang sarat akan pelajaran, Dimerdekakan untuk Memajukan Ibadat yang Sejati. Ini memperlihatkan bagaimana suatu keluarga zaman modern mengambil pelajaran dari Ezra dan kelompoknya yang beranggotakan 7.000 orang, yang membuat pengorbanan untuk kembali ke Yerusalem. Ini membantu para hadirin untuk memeriksa prioritasnya dan melihat cara bagaimana ia dapat meningkatkan hak istimewanya dalam dinas. Drama ini mengandung pelajaran bagi tua dan muda.

Sabtu Pagi

Setelah penyajian musik, nyanyian, doa, dan pembahasan ayat harian pagi, acara Sabtu pagi menonjolkan sebuah simposium berjudul, ”Kemerdekaan Disertai Tanggung Jawab di Dalam Lingkungan Keluarga”. Dalam bagian pertama, ”Cara Bagaimana Para Ayah Dapat Meniru Yehuwa”, para ayah dinasihatkan untuk dapat meniru Bapa surgawi kita dalam banyak cara. Satu Timotius 5:8 menuntut bahwa mereka tidak hanya menyediakan hal materi tetapi juga rohani. Mereka meniru Yehuwa dengan menjadi guru yang baik bagi keluarga mereka dan dengan mempraktikkan disiplin pengasih yang dibutuhkan. Pokok-pokok ini dijelaskan dengan beberapa wawancara.

”Peranan Istri sebagai Pendukung” merupakan bagian selanjutnya dari simposium ini. Ini dimulai dengan menekankan bahwa istri menduduki posisi yang patut dihormati dalam keluarga Kristen, dengan bersifat mendukung. Dalam hal ini, apa yang dituntut darinya? Bahwa ia tunduk dengan sepatutnya, tidak pernah menekan suaminya untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan saja. Ia perlu melakukan kewajibannya dengan baik kepada suami serta anak-anak, dan ia akan mendapat kepuasan sejati dengan memelihara rumahnya bersih dan rapi. Dan sebagai rohaniwan Kristen, ia mendapat banyak kesempatan untuk melibatkan diri dalam dinas pelayanan. Sebuah wawancara dari satu keluarga menekankan hikmat dari nasihat Alkitab demikian.

Kaum muda mendapat perhatian dalam bagian ”Anak-Anak yang Mendengarkan dan Belajar”. Dengan melatih anak-anak mereka untuk mendengar dan belajar, orang-tua mendatangkan kehormatan bagi Yehuwa dan memperlihatkan kasih bagi saudara-saudara rohani mereka dan kepada anak-anak mereka sendiri. Ikatan yang kuat akan ada antara orang-tua dan anak-anak bila mereka menggunakan waktu yang bermutu bersama-sama. Orang-tua harus diperlengkapi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan anak-anak mereka dan merangsang minat mereka akan pengetahuan. Sekali lagi, wawancara memperlihatkan bagaimana ini dapat dilakukan.

Selanjutnya tiba nasihat yang baik, ”Bebaskan Diri Saudara untuk Melayani Yehuwa”. Bagaimana ini dilakukan? Dengan tetap bebas dari mengejar karier duniawi, hobi yang menyita waktu, dan tujuan-tujuan yang bersifat kebendaan. Yesus dan rasul Paulus memberikan kita contoh yang bagus dalam pengorbanan diri. Umat Yehuwa perlu memiliki mata yang sederhana, difokuskan pada kepentingan Kerajaan. Bila timbul kebutuhan akan perkara-perkara materi, adalah bijaksana untuk menabung sekarang membeli kemudian, daripada membeli sekarang dan membayar kemudian. Para remaja harus menjaga diri dari fantasi sehubungan dengan kesenangan seksual dan karier duniawi. Sebuah wawancara dari seorang perintis yang tidak menikah memperlihatkan berkat-berkat yang datang bila seseorang tetap bebas untuk melayani Yehuwa.

Acara Sabtu pagi ditutup dengan khotbah ”Mendapatkan Kemerdekaan melalui Pembaktian dan Baptisan”. Para calon pembaptisan diingatkan bahwa ketika manusia terjerumus ke dalam perbudakan oleh pemberontakan Adam, Pembebas yang berkuasa, Kristus Yesus, membuka jalan kepada kemerdekaan melalui pengorbanannya. Pembicara memperlihatkan hal-hal yang terlibat dalam membebaskan diri untuk melakukan kehendak Allah dan menandaskan kewajiban-kewajiban serta banyak berkat dari mereka yang dibaptis.

Sabtu Sore

Acara Sabtu sore dimulai dengan pertanyaan yang menyelidik, ”Keuntungan Siapa yang sedang Saudara Cari?” Dunia ini mencerminkan semangat mementingkan diri dari Iblis. Akan tetapi, umat kristiani meniru semangat rela berkorban dari Kristus Yesus. Betapa bagusnya teladan yang ia berikan! Ia meninggalkan kemuliaan surgawi dan kemudian mengorbankan kehidupan manusianya demi kepentingan kita. Tantangan-tantangan berkenaan keuntungan siapa yang kita cari muncul bila ada kesalahpahaman di antara umat kristiani dalam masalah-masalah bisnis atau keuangan, sewaktu ada ketidakcocokan kepribadian, dan lain-lain. Hal-hal demikian menguji kasih Kristen. Namun dengan mendahulukan kepentingan orang lain, seseorang pasti menyadari bahwa berkat terbesar adalah memberi, dan ia akan mendapatkan perkenan Yehuwa.

Kemudian dilanjutkan dengan tema yang hampir sama ”Mengenali dan Mengatasi Kelemahan Rohani”. Khotbah ini menekankan pentingnya mengetahui gejala kelemahan rohani dan bertindak dengan tegas dalam berjuang mengatasi Setan dan godaan-godaannya. Para penyembah Yehuwa harus memupuk kasih yang dalam kepada-Nya dan memupuk kebencian akan apa yang jahat. Ini menuntut agar mereka mengenal Yehuwa melalui pelajaran Alkitab pribadi atau keluarga yang tetap tentu. Mereka harus menghindari segala bentuk hiburan yang memuja kekerasan dan perbuatan seks yang amoral. (Efesus 5:3-5) Doa yang tetap tentu dan selalu menghadiri perhimpunan-perhimpunan juga merupakan dasar untuk berhasil mengatasi kelemahan-kelemahan rohani.

Mungkin khotbah yang paling banyak dibicarakan orang dibandingkan khotbah lain yang disampaikan pada kebaktian ini adalah yang berjudul ”Apakah Perkawinan Kunci Menuju Kebahagiaan?” Begitu banyak anak muda yang berpikir demikian! Namun pembicara membuatnya jelas bahwa ada tak terhitung banyaknya makhluk-makhluk roh yang berbahagia walaupun mereka tidak menikah, sebagaimana banyak kristiani yang berbakti sangat berbahagia meskipun mereka tidak memikul kuk perkawinan. Lagi pula, banyak pasangan yang menikah tidak berbahagia, seperti yang diperlihatkan dengan angka perceraian yang tinggi. Seseorang hanya perlu berpikir akan banyaknya berkat yang dinikmati oleh semua penyembah Yehuwa yang berbakti untuk menyadari bahwa perkawinan, walaupun itu dapat merupakan suatu berkat, bukanlah kunci menuju kebahagiaan.

Khotbah ini diikuti oleh sebuah simposium berjudul ”Kemerdekaan Kristen Pada Zaman Kita”. Pembicara pertama membahas ”Segi-Segi dari Kemerdekaan Kristen Kita”. Ini termasuk kemerdekaan dari ajaran agama palsu seperti Tritunggal, jiwa yang tak berkematian dan siksaan kekal. Kemudian ada kemerdekaan dari belenggu dosa. Walaupun umat kristiani tidak sempurna, mereka bebas dari kebiasaan buruk seperti merokok, berjudi, pemabukan, dan penyalahgunaan seksual. Ada juga kemerdekaan dari keadaan tanpa harapan, mengingat mereka memiliki harapan yang cerah akan Firdaus yang mendorong mereka untuk memberi tahu orang-orang lain tentang hal itu.

Pembicara berikutnya mengajukan pertanyaan ”Apakah Saudara secara Pribadi Menyayangi Kemerdekaan Tersebut?” Menyayangi berarti menganggap berharga, merawat dengan kasih. Untuk melakukan hal itu, seorang penyembah Allah harus waspada melawan godaan untuk melampaui batas kemerdekaan Kristen. Kemerdekaan dunia adalah dusta yang memperdayakan, karena hal itu menghasilkan perbudakan dosa dan kerusakan moral.

Pembicara terakhir dalam simposium ini berbicara dengan tema ”Para Pencinta Kemerdekaan Berdiri Teguh”. Untuk melakukan hal itu, umat kristiani harus tetap dekat dengan orang-tua surgawi mereka, Yehuwa dan organisasi-Nya yang bagaikan istri. Umat Yehuwa tidak dapat membiarkan diri mereka dipengaruhi propaganda dari orang-orang yang dipecat; mereka harus menolak orang-orang yang datang dengan tujuan-tujuan amoral. Untuk berdiri teguh dalam kemerdekaan ilahi, umat kristiani harus ”hidup oleh Roh”.—Galatia 5:25.

Khotbah terakhir untuk hari itu benar-benar menghibur. Ini berjudul ”Tokoh Terbesar sepanjang Masa”. Kristus Yesus merupakan tokoh terbesar, karena ia telah mempengaruhi kehidupan umat manusia dengan lebih kuat daripada semua angkatan darat, angkatan laut, dewan perwakilan rakyat, dan raja-raja yang digabung menjadi satu. Ia adalah Putra Allah, yang berada di surga sebelum datang ke bumi. Begitu saksama Yesus meniru Bapa surgawinya melalui kata-kata dan ajarannya serta cara hidupnya sehingga ia dapat mengatakan, ”Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”. (Yohanes 14:9) Betapa baiknya Yesus mendemonstrasikan bahwa ”Allah adalah kasih”! (1 Yohanes 4:8) Setelah berbicara panjang-lebar mengenai sifat-sifat Yesus, pembicara mengatakan bahwa seri artikel-artikel berjudul ’Kehidupan dan Pelayanan Yesus’ telah diterbitkan dalam Menara Pengawal sejak bulan April 1985. Sebagai jawaban dari banyak permintaan, Lembaga kini menerbitkan buku baru Tokoh Terbesar sepanjang Masa. Buku itu terdiri dari 133 pasal dan dicetak dalam tata warna penuh. Isinya telah diedit, dan semua itu disatukan dalam buku 448 halaman. Benar-benar, hari kebaktian ini diakhiri dengan sesuatu yang secara khusus sangat penting!

Minggu Pagi

Pada awal acara Minggu pagi, tibalah simposium ”Melayani sebagai Penjala Manusia”. Khotbah ”Menangkap Ikan—Secara Aksara dan Lambang” menaruh dasar untuk khotbah berikutnya. Pembicara memperlihatkan bahwa setelah Yesus membuat sebuah mukjizat dalam menangkap ikan, ia mengundang para nelayan yang terlibat untuk menjadi penjala manusia. Selama beberapa waktu, Yesus melatih murid-muridnya untuk menjadi penjala manusia, dan mulai hari Pentakosta 33 M., mereka berhasil membantu banyak pria dan wanita untuk menjadi murid-murid.

Pembicara berikutnya membahas mengenai perumpamaan tentang jala yang dicatat di Matius 13:47-50. Ia mengatakan bahwa jala simbolis mencakup umat kristiani terurap dan Susunan Kristen, yang disebutkan terakhir karena pekerjaan penerjemahan, penerbitan dan penyebaran Alkitab, walaupun upaya-upaya ini mengumpulkan sejumlah besar ikan yang tidak baik. Khususnya sejak tahun 1919, ada pekerjaan pemisahan, ikan-ikan yang tidak baik dibuang, sedangkan ikan-ikan yang baik dikumpulkan dalam sidang-sidang yang seperti tempayan yang telah menolong untuk melindungi dan mempertahankan Kekristenan yang sejati untuk dinas ilahi.

Khotbah ketiga, ”Menjala Manusia dalam Perairan Seluas Dunia”, menekankan kewajiban semua kristiani yang berbakti untuk ambil bagian dalam pekerjaan menjala sedunia. Sekarang lebih dari 4.000.000 orang ikut serta dalam pekerjaan ini dalam lebih dari 200 negeri, dan dalam tahun-tahun belakangan ini lebih dari 230.000 telah dibaptis setiap tahun. Semua hamba Yehuwa didesak untuk meningkatkan kemampuan menjala mereka, dan beberapa ”nelayan” tertentu yang sangat sukses diwawancarai.

Dalam khotbah berikutnya, yang berjudul, ”Terus Berjaga-jaga ’pada Akhir Zaman’”, pembicara menyebutkan tujuh bantuan untuk menolong umat Allah tetap berjaga-jaga: melawan godaan, berdoa, memberitakan peringatan tentang akhir susunan perkara ini, berpaut kepada organisasi Yehuwa, membuat pemeriksaan diri, merenungkan nubuat-nubuat yang sudah tergenap, dan terus mengingat keselamatan yang sudah lebih dekat dibandingkan sewaktu mereka menjadi orang yang percaya.

Acara pagi ditutup dengan sebuah pembahasan tentang ”Siapa yang Akan Luput dari ’Waktu Kesesakan’?” Pembicara memperlihatkan bagaimana nubuat Yoel memiliki sejumlah penggenapan pada zaman para rasul, memiliki penggenapan lebih jauh sekarang, dan akan digenapi sepenuhnya dalam waktu dekat.

Minggu Sore

Acara sore dimulai dengan khotbah umum, ”Menyambut Dunia Baru yang Merdeka dari Allah!” Khotbah ini melanjutkan tema kebaktian sehubungan dengan kemerdekaan. Diperlihatkan bahwa Firman Allah menubuatkan suatu dunia baru di mana akan ada kemerdekaan dari penindasan agama palsu, politik, ekonomi, dan unsur-unsur rasial. Juga akan ada kemerdekaan dari dosa dan kematian. Kesehatan yang sempurna akan dipulihkan sehingga orang-orang akan dapat hidup kekal dalam kebahagiaan di bumi firdaus. Maka, para pencinta kebenaran memiliki alasan untuk memuji Pencipta dunia baru dengan berseru, ”Terima kasih, Yehuwa, untuk kemerdekaan yang sejati pada akhirnya!”

Khotbah umum diikuti dengan sesuatu yang baru untuk kebaktian distrik—sebuah pembahasan Menara Pengawal untuk minggu itu. Kemudian kebaktian tiba pada akhirnya dengan khotbah dan nasihat yang menggetarkan ”Para Pencinta Kemerdekaan Terus Maju”. Dengan singkat pembicara menguraikan mengenai pokok-pokok penting dari kebaktian bertema kemerdekaan. Ia menekankan betapa bahagia umat Yehuwa karena kemerdekaan mereka, menyebut satu per satu hal-hal sehubungan dengan kemajuan yang telah dicapai oleh umat Kristiani, dan mendesak mereka agar tetap maju dengan bersatu padu untuk menuai berkat-berkat selanjutnya. Ia menutup dengan kata-kata, ”Seraya kita melakukan hal ini, semoga Yehuwa terus memberkati kita semua agar kita dapat terus maju sebagai pencinta-pencinta kemerdekaan.”

”Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.”—Roma 8:20, 21.

[Gambar di hlm. 25]

Seorang delegasi muda pada kebaktian di Praha, Cekoslowakia

[Gambar di hlm. 26]

1. Para calon pembaptisan berbaris menuju lokasi pembaptisan di Praha, Cekoslowakia.

2. Menjalani pembaptisan sebagai salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa di Tallinn, Estonia

3. Publikasi baru membawa sukacita bagi para peserta kebaktian di Usolye-Sibirskoye, Siberia

4. Memperkenalkan terbitan ”New World Translation of the Holy Scriptures” dalam bahasa Ceko dan Slowakia pada kebaktian di Praha

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan