PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w93 1/12 hlm. 10-13
  • Tindakan Penyelamatan Yehuwa Sekarang

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Tindakan Penyelamatan Yehuwa Sekarang
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Kasih dalam Tindakan
  • Persaudaraan Seluas Dunia
  • Sumber Perlindungan Sejati
  • Bertumbuh Bersama dalam Kasih
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
  • Sesuatu yang Tak Dapat Disapu Badai
    Sedarlah!—2003
  • Pelayanan Bantuan Kemanusiaan
    Kerajaan Allah Memerintah!
  • Korban Siklon di Myanmar Menerima Bantuan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2009
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
w93 1/12 hlm. 10-13

Tindakan Penyelamatan Yehuwa Sekarang

ALKITAB berkata sebagai berikut tentang Yehuwa, ”Kemalangan orang benar banyak, tetapi [Yehuwa] melepaskan dia dari semuanya itu” dan, ”Tuhan [”Yehuwa”, NW] tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan.”—Mazmur 34:20; 2 Petrus 2:9.

Bagaimana cara Yehuwa membantu umat-Nya sewaktu mereka berada di bawah tekanan? Bukan secara mukjizat membalikkan kekuatan alam atau dengan tindakan gaib lainnya, sebagaimana banyak orang berpikir Ia seharusnya bertindak demikian, melainkan melalui kekuatan lain yang kebanyakan orang tidak sepenuhnya mengerti—kasih. Ya, Yehuwa mengasihi umat-Nya, dan Ia telah menanamkan kasih akan sesama di antara mereka dengan begitu kuat, sehingga Ia dapat melaksanakan bagi mereka sesuatu yang tampaknya hampir seperti mukjizat.—1 Yohanes 4:10-12, 21.

Beberapa orang mungkin akan mengatakan bahwa dalam keadaan darurat, yang dibutuhkan adalah makanan, obat-obatan, dan peralatan—bukannya kasih. Tentu saja, makanan, obat-obatan, dan peralatan adalah penting. Akan tetapi, rasul Paulus bernalar demikian, ”Sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.”—1 Korintus 13:2, 3.

Sering kali kita membaca tentang persediaan bantuan kemanusiaan yang tergeletak di atas dermaga, membusuk atau dimakan oleh binatang pengerat sementara orang-orang yang membutuhkannya binasa akibat penyakit dan kelaparan. Atau yang lebih buruk lagi, persediaan tersebut dapat jatuh ke tangan orang-orang yang tamak dan tak bermoral yang mengambil keuntungan pribadi darinya. Maka, mengatur agar perbekalan tersedia adalah satu hal, namun untuk memastikan bahwa orang-orang tertekanlah yang mendapat manfaat darinya adalah hal lain. Kasih dan keprihatinan yang sejati dapat membuatnya berbeda.

Kasih dalam Tindakan

Pada bulan September 1992, Angin Puyuh Iniki menerjang Pulau Kauai di Hawaii, yang berpenduduk 55.000 jiwa. Angin ini berkecepatan 210 kilometer per jam dan menghantam hingga kecepatan 260 kilometer per jam, menewaskan 2 orang dan mencederai 98 orang, merusak 75 persen tempat tinggal, mengakibatkan 8.000 orang kehilangan tempat tinggal, dan diperkirakan mengakibatkan kerugian senilai 1 miliar dolar AS. Di antara mereka yang tinggal di pulau kecil ini terdapat sekitar 800 Saksi-Saksi Yehuwa yang tergabung dalam enam sidang. Bagaimana keadaan mereka?

Sebelum Iniki benar-benar menerjang, para penatua sidang, di bawah pengarahan pengawas wilayah, telah menghubungi semua anggota sidang untuk memastikan bahwa mereka selamat dan aman, siap menghadapi serangan tersebut. Perhatian yang pengasih seperti itu bermanfaat untuk menghindari cedera yang serius atau kematian di antara Saksi-Saksi.—Bandingkan Yesaya 32:1, 2.

Meskipun sarana komunikasi dan transportasi telah rusak berat, tiga orang wakil dari kantor cabang Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal di Honolulu merupakan salah satu di antara orang-orang yang pertama tiba di tempat kejadian setelah angin puyuh tersebut reda, dengan memperoleh izin khusus dari pertahanan sipil untuk terbang ke Kauai. Segera, mereka menghubungi Saksi-Saksi setempat dan, keesokan paginya, mengorganisasi suatu pertemuan untuk merencanakan strategi pemberian bantuan kemanusiaan. Suatu panitia bantuan kemanusiaan dibentuk untuk mencari tahu segala kebutuhan dan untuk memperoleh persediaan yang dibutuhkan melalui kantor cabang di Honolulu. Dengan bekerja tanpa henti, mereka mengatur pekerjaan pengumpulan perbekalan bagi orang-orang yang membutuhkan serta membersihkan dan memperbaiki rumah-rumah yang rusak.

Saksi-Saksi di pulau-pulau lain segera memberi tanggapan kepada saudara-saudara mereka yang membutuhkan. Segera setelah bandara udara di Kauai dibuka, 70 orang Saksi datang untuk membantu. Bantuan perbekalan kemanusiaan senilai 100.000 dolar AS, termasuk generator, kompor untuk berkemah, lentera, dan makanan, dikirimkan. Salah satu Balai Kerajaan di pulau itu digunakan sebagai depot; akan tetapi, ada kekhawatiran bahwa barang-barang itu kemungkinan akan dicuri. Kemudian beberapa truk Angkatan Bersenjata memasuki pelataran parkir Balai Kerajaan itu, dan para pengemudinya menanyakan apakah mereka boleh memarkirkan truk-truk mereka di sana. Para tentara yang ditempatkan untuk menjaga truk-truk juga menghapus kemungkinan dicurinya bantuan perbekalan kemanusiaan itu.

Saudara-saudara membawa generator-generator dari rumah ke rumah, menyalakannya di setiap rumah selama dua atau tiga jam untuk membantu menjaga lemari pendingin mereka tetap berfungsi. Kelompok-kelompok saudara diutus ke berbagai rumah untuk membantu membersihkan dan memperbaiki kerusakan. Ketika mereka bekerja di rumah seorang saudari yang suaminya dahulu sangat menentang, sang suami begitu tersentuh sehingga ia hanya dapat berdiri mengamati dan menitikkan air mata. Seorang pengunjung yang datang dari daratan Amerika yang melihat suatu kelompok lain dari Saksi-Saksi bekerja, begitu terkesan akan perilaku dan organisasi mereka sehingga ia mendekati mereka dan menanyakan apa yang membuat mereka begitu berbeda. Ketika seorang saudara menjelaskan bahwa itu adalah karena kasih mereka kepada Allah dan kepada sesama umat Kristen, pria itu berkata, ”Bagaimana saya dapat mengenal Allah?” (Matius 22:37-40) Lalu ia menambahkan, ”Kalian begitu terorganisasi sehingga kalian mungkin telah mengatur agar seseorang menantikan saya di rumah pada waktu saya pulang ke Florida nanti!”

Secara keseluruhan, Saksi-Saksi Yehuwa membantu dalam membersihkan dan memperbaiki 295 rumah di Kauai. Di antaranya, 207 membutuhkan sedikit perbaikan, namun 54 rumah telah sangat rusak, dan 19 rumah telah rusak total. Pekerjaan mereka juga termasuk mengunjungi setiap Saksi yang dikenal di pulau itu untuk memastikan bahwa semuanya telah dibantu. Ketika perbekalan dikirim kepada seorang saudari, tetangganya yang beragama Budha memperhatikan bahwa ia tidak menerima bahkan sekantong teh celup dari kelompok agamanya. Seorang wanita lain, yang rumahnya telah dibersihkan oleh sebuah tim Saksi berkata, ”Kalian telah sering datang mengetuk pintu rumah saya, dan saya pikir kalian adalah tetangga yang baik, namun pernyataan kasih akan sesama yang kalian perlihatkan ini menunjukkan kepada saya bagaimana organisasi kalian sebenarnya. Terima kasih atas segala kerja keras kalian.”

Selain mengurus kebutuhan materi dari semua rekan Kristen mereka, saudara-saudara yang bertanggung jawab atas bantuan kemanusiaan juga prihatin atas kesejahteraan rohani mereka. Kurang dari dua hari setelah angin puyuh tersebut reda, beberapa sidang telah menyelenggarakan perhimpunan mereka. Segera, kelompok-kelompok kecil pelajaran buku sidang kembali beroperasi. Sepuluh penatua dari pulau-pulau lain datang ke Kauai untuk membantu para penatua setempat agar kunjungan penggembalaan dapat dilakukan kepada setiap Saksi di pulau itu. Hari Minggu berikutnya, keenam sidang itu seluruhnya mengadakan pembahasan Menara Pengawal, sebuah khotbah selama 30 menit tentang prosedur bantuan kemanusiaan oleh seorang anggota Komite Bantuan Kemanusiaan, dan sebuah khotbah penutup selama 30 menit oleh seorang anggota Panitia Cabang yang telah datang dari Honolulu untuk tujuan ini. Laporan seorang saksi mata berbunyi, ”Semua orang ditenteramkan oleh pengarahan yang baik yang diberikan dan secara rohani merasa siap mengatasi problem-problem mereka yang tersisa. Ada banyak yang menitikkan air mata di antara hadirin seraya acara tersebut usai, dan tepuk tangan diberikan dengan spontan.”

Persaudaraan Seluas Dunia

Kasih dan keprihatinan semacam itu merupakan ciri umat Yehuwa seluas dunia. Ketika Angin Siklon Val menyapu Samoa Barat sekitar setahun sebelumnya, angin itu mengakibatkan cukup banyak kerusakan, namun Saksi-Saksi Yehuwa di bagian-bagian lain dari dunia segera datang membantu saudara-saudara mereka di sana. Belakangan, ketika pemerintah menyediakan dana bagi semua agama—termasuk Saksi-Saksi Yehuwa—untuk memperbaiki tempat mereka masing-masing, Saksi-Saksi mengembalikan dana itu disertai sepucuk surat yang menyatakan bahwa segala kerusakan telah diperbaiki, dan bahwa dana itu dapat digunakan untuk memperbaiki beberapa bangunan milik pemerintah. Tindakan mereka dilaporkan dalam surat kabar setempat. Ketika memperhatikan hal ini, seorang pejabat pemerintah memberi tahu seorang Saksi bahwa ia merasa agak malu atas gerejanya sendiri karena mereka telah menerima uang dari pemerintah meskipun semua bangunan mereka yang rusak sewaktu siklon melanda telah dibayar oleh asuransi.

Demikian pula, pada bulan September 1992, ketika Sungai Ouvèze di Prancis bagian tenggara meluap dan menghancurkan Vaison-la-Romaine serta 15 komunitas di sekitarnya, Saksi-Saksi bertindak cepat. Dalam satu malam, banjir itu telah menelan 40 jiwa, menghancurkan 400 rumah, merusak ratusan rumah lainnya, dan mengakibatkan ribuan keluarga hidup tanpa air ataupun listrik. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Saksi-Saksi dari sidang setempat adalah yang pertama-tama datang untuk membantu korban-korban banjir. Mereka yang membutuhkan tempat bernaung dengan pengasih ditampung oleh keluarga-keluarga Saksi di wilayah itu. Ratusan Saksi-Saksi datang dari segala penjuru untuk menawarkan bantuan. Sebuah komite bantuan kemanusiaan dibentuk di kota terdekat, Orange, untuk mengkoordinasi upaya-upaya dari keempat tim sukarelawan, yang menyingkirkan lumpur dan membersihkan rumah-rumah, mencuci tumpukan pakaian yang menggunung yang kotor oleh lumpur, dan menyiapkan serta mengirim makanan dan air minum ke seluruh daerah yang terkena bencana. Mereka bahkan dengan sukarela membersihkan sebuah sekolah setempat serta beberapa bangunan milik kotapraja. Upaya mereka yang tak kenal lelah dihargai oleh saudara-saudara mereka serta masyarakat.

Di banyak tempat lain, Saksi-Saksi Yehuwa telah menderita akibat bencana, seperti banjir, badai, dan gempa bumi, sebagaimana telah dialami orang-orang lain. Dengan mengerti bahwa hal-hal ini adalah konsekuensi dari situasi-situasi yang tidak diduga sebelumnya atau tidak dapat dicegah, mereka tidak mempersalahkan Allah atau pihak-pihak lainnya. (Pengkhotbah 9:11) Sebaliknya, mereka percaya bahwa kasih yang rela berkorban dari rekan-rekan seiman mereka akan datang untuk memberi bantuan tidak soal situasi mengerikan apa yang dapat menimpa mereka. Tindakan pengasih seperti ini merupakan hasil dari iman yang mereka miliki bersama. Yakobus, sang murid menjelaskan, ”Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: ’Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”—Yakobus 2:15-17.

Sumber Perlindungan Sejati

Sebaliknya daripada mengharapkan mukjizat dalam suatu bentuk campur tangan ilahi, Saksi-Saksi Yehuwa menyadari bahwa perlindungan didapati dalam persaudaraan Kristen seluas dunia mereka. Sebenarnya, apa yang dapat dicapai oleh persaudaraan itu dalam masa kesusahan tidak kalah menakjubkan. Mereka mengingat kata-kata Yesus yang terdapat di Matius 17:20, ”Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana,—maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” Ya, rintangan yang sebesar gunung akan hilang bila iman Kristen sejati, disertai kasih, bertindak.

Umat Yehuwa seluas dunia merasakan perlindungan tangan Allah mereka di masa yang tidak stabil dan penuh bahaya ini. Mereka merasa sebagaimana halnya sang pemazmur, ”Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya [Yehuwa], yang membiarkan aku diam dengan aman.” (Mazmur 4:9) Dengan penuh keyakinan, mereka memusatkan perhatian mereka pada tugas yang mereka pikul, ”Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” (Matius 24:14) Dan dengan pasti, mereka menanti-nantikan penggenapan janji Yehuwa akan suatu dunia baru yang damai dan adil-benar, yang di dalamnya mereka tidak akan lagi mengalami bencana dalam bentuk apa pun, akibat perbuatan manusia maupun alam.—Mikha 4:4.

[Gambar di hlm. 12]

Saksi-Saksi dari segala penjuru datang untuk membantu korban banjir

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan