PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w94 15/4 hlm. 26-29
  • Bertekad untuk Melayani Yehuwa!

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bertekad untuk Melayani Yehuwa!
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1994
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Mengatasi Kesepian
  • Berdiri Teguh dalam Menghadapi Tentangan
  • Ketundukan tanpa Kompromi
  • ”Tanpa Perkataan Dimenangkan”
  • ’Menabur dengan Air Mata; Menuai dengan Sukacita’
  • Isteri yang Benar-benar Disayangi
    Membina Keluarga Bahagia
  • ”Kepala Setiap Perempuan Adalah Laki-Laki”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2021
  • Apa Artinya Ketundukan dalam Perkawinan?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Para Suami, Perlihatkan Kasih Disertai Kerelaan Untuk Berkorban
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1983 (No. 58)
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1994
w94 15/4 hlm. 26-29

Bertekad untuk Melayani Yehuwa!

”KAU tidak boleh pergi mengabar!” ”Teman-temanmu Saksi-Saksi Yehuwa jangan berkunjung ke sini!” Banyak saudari Kristen mendengar hal-hal ini dan ungkapan serupa dari suami mereka yang menentang. Namun, jika para suami yang menentang ini berdinas di angkatan bersenjata, istri-istri mereka menghadapi tantangan khusus atas iman mereka. (Yesaya 2:4; Yohanes 17:16) Kalau begitu, bagaimana istri-istri Kristen tersebut dapat tetap kuat secara rohani dan tetap aktif dalam dinas Kerajaan?

Loyalitas kepada Allah Yehuwa disertai tekad pribadi membantu mereka tetap bertekun. ”Saya rasa ini hanya masalah tekad saya saja,” tutur Yvonne, seorang istri tentara. ”Saya tahu, pasti ada jalan untuk mengelak dari tentangan suami saya.” Memang demikian.

Seorang wanita Kristen lainnya, yang menikah dengan seorang perwira tentara, menceritakan bagaimana sikapnya yang mantap bahkan mempermudah cara hidup suaminya. ”Ia mengetahui jadwal saya sebaik jadwalnya, dan orang-orang militer menghargai hal itu,” jelasnya. Namun, pelayanannya yang terus-menerus kepada Yehuwa bukanlah haluan yang mudah.

Mengatasi Kesepian

Para istri anggota angkatan bersenjata sering kali menghadapi tantangan untuk pindah tempat dengan pemberitahuan hanya beberapa hari di muka jika mereka harus menemani suami mereka ke tempat tugas yang jauh dari rumah. Kemudian, karena ditempatkan di lingkungan yang asing, mudah untuk merasa kesepian. Namun ini tidak perlu terjadi. Orang-orang yang melayani Yehuwa memiliki keuntungan. Apakah itu? Menurut rasul Kristen Petrus, keuntungan tersebut adalah ”segenap persekutuan saudara-saudara”. Kini berjumlah sampai jutaan, Saksi-Saksi Yehuwa di 231 negeri bertindak sebagai suatu keluarga besar Kristen, suatu ”persaudaraan”. Saudara mendapati mereka hampir di semua tempat.​—1 Petrus 2:17, catatan kaki NW.

Susan, yang mendadak pindah dari kampung halamannya, tiba untuk tinggal di pangkalan angkatan udara tempat suaminya ditugaskan. Masih baru dalam iman dan berada di bawah tekanan suami yang tidak beriman agar tidak lagi ambil bagian dalam pelayanan Kristen, ia menceritakan, ”Saya segera pergi ke perhimpunan-perhimpunan setempat, di sana saya dapat duduk dan bercakap-cakap dengan saudari-saudari lain. Saya dapat benar-benar mengatakan bahwa pergaulan demikian yang memungkinkan saya terus bertekun.”

Kadang-kadang kesepian menyebabkan depresi. Bahkan pada saat-saat demikian, kabar baik menyediakan dukungan yang menyenangkan. Glenys, seorang saudari dari Inggris yang menemani suaminya yang ditempatkan di luar negeri, menceritakan, ”Sewaktu saya benar-benar merasa depresi, tak disangka-sangka seseorang yang saya kenal bertahun-tahun yang lalu sewaktu saya sendiri berdinas di angkatan udara menulis surat dan mengatakan bahwa ia baru-baru ini dibaptis sebagai salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa. Hal ini memberi saya semangat yang tepat pada waktunya.”

Jane, yang mengadakan perjalanan dengan suaminya ke Kenya, mendapati bahwa perhimpunan-perhimpunan Kristen terbukti sebagai suatu perlindungan, meskipun diadakan dalam bahasa-bahasa yang tidak dipahaminya. Ia menjelaskan, ”Saya tahu di sinilah Yehuwa ingin saya berada.” ”Saya berada bersama saudara-saudara rohani saya, dan mereka bagaikan minuman penambah tenaga. Mereka menyambut saya, dan saya merasa bahwa kami suatu keluarga.”

Jane adalah salah seorang dari banyak saudari yang berada dalam keadaan ini yang menemukan saudara-saudara rohani yang bahkan tidak pernah ia sadari sebelumnya!—Markus 10:29, 30.

Berdiri Teguh dalam Menghadapi Tentangan

Yesus memperingatkan, ”Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” (Matius 10:34) Apa yang ia maksud? Bahkan dalam satu keluarga, tempat yang diharapkan terdapat kedamaian, mungkin terdapat ”pedang yang tiba-tiba menusuk”, demikian komentar A. T. Robertson dalam Word Pictures in the New Testament. Yesus mencatat, ”Musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.” (Matius 10:36) Betapa kata-kata ini terbukti benar sewaktu seorang teman hidup memusuhi kebenaran!

Sewaktu Diane mulai mempelajari Alkitab bersama Saksi-Saksi Yehuwa, suaminya, seorang perwira angkatan udara, merasa sangat tidak senang. Apa pengaruhnya atas perkawinan mereka? ”Seolah-olah sebuah balok es muncul di antara kami,” jelas Diane. ”Sebelumnya perkawinan kami bahagia. Tiba-tiba kami menjadi sekadar berada dalam rumah tangga yang sama.” Lalu, bagaimana ia mengatasinya? ”Keyakinan dan tekad pribadi benar-benar penting, disertai bantuan Yehuwa dan roh-Nya.” Diane mencamkan teladan Alkitab berkenaan nabi Daniel.

Sewaktu dibuang ke Babel dan ditawarkan makanan yang tidak dapat diterima oleh seorang hamba Allah, Daniel ”bertekad untuk tidak menajiskan dirinya dengan makanan dan minuman anggur dari istana raja”. Ya, Daniel membuat suatu keputusan dengan penuh kesadaran. Ia bertekad dalam hatinya untuk tidak pernah menajiskan dirinya dengan memakan santapan tersebut. Kemudian, betapa hebat ketabahan yang ia perlihatkan seraya ”ia minta [”terus meminta”, NW] kepada Aspenas supaya boleh mendapat makanan lain”! Hasilnya? Yehuwa memberkati tekadnya.—Daniel 1:8, 9, 17, BIS.

Demikian pula dewasa ini seorang suami yang menentang mungkin menuntut agar istrinya tidak lagi menghadiri perhimpunan-perhimpunan sidang. Bagaimana hendaknya reaksi sang istri? Jane menghadapi situasi ini. Ia menjelaskan, ”Saya tidak akan pernah mundur di bawah tekanan. Saya tahu bahwa saya tidak boleh kompromi. Saya harus memperlihatkan betapa berartinya perhimpunan-perhimpunan tersebut bagi saya.” Yehuwa memberkati tekadnya seraya ia terus hadir.

”Suami saya berupaya menghalangi saya agar tidak pergi ke perhimpunan-perhimpunan, tetapi upaya ini tidak berumur panjang,” ujar Glenys. ”Saya tetap pergi. Sewaktu saya pulang, kadang-kadang ia memukuli saya, dan pada kesempatan lain saya sama sekali tidak diajak bicara.” Namun, ia dapat mengatasinya, dengan berdoa berulang kali. Juga, dua penatua sidang dengan tetap tentu berdoa bersamanya, yang sangat menganjurkannya untuk tetap menghadiri perhimpunan.—Yakobus 5:13-15; 1 Petrus 2:23.

Kadang-kadang atasan dari sang suami mungkin menekannya agar mencegah istrinya memberitakan kabar baik. Diane mendapati bahwa ia harus menerangkan kepada suaminya apa prioritasnya. ”Saya siap,” katanya, ”menerima konsekuensi tindakan saya untuk terus mengabar.” Betapa serupa pendirian ini dengan pendirian para rasul! (Kisah 4:29, 31) Meskipun demikian, ia bersikap bijaksana dalam pengabarannya. Ia berkata, ”Saya sering mengadakan acara minum kopi bersama, dan menawarkan buku Kebenaran kepada semua yang hadir.”—Matius 10:16; 24:14.

Ketundukan tanpa Kompromi

Meskipun merasa susah karena tekanan dalam perkawinan, istri-istri Kristen menatap ke masa depan dan bersandar kepada Yehuwa. Hal ini membantu mereka memelihara pandangan yang seimbang. Mereka memberikan kepada suami mereka dukungan apa pun yang dapat mereka lakukan tanpa mengkompromikan iman mereka. Dengan melakukan hal itu, mereka mengikuti nasihat Petrus yang terilham, ”Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu.” (1 Petrus 3:1) Dalam The Amplified New Testament, perintah sang rasul ini berbunyi, ”Rendahkanlah dirimu sebagai pribadi sekunder dan bergantunglah kepada mereka, dan sesuaikan dirimu dengan mereka.” Perhatikan bagaimana Jane mengikuti nasihat ini. ”Suami saya memberi tahu bahwa apa pun yang saya ingin lakukan tidak boleh merusak kariernya,” jelasnya. ”Maka saya berupaya mencari jalan agar saya dapat membantunya.”

Beberapa istri Kristen dengan demikian setuju untuk menghadiri acara-acara sosial yang mengundang suami-suami mereka. Namun, mereka tetap bertekad untuk tidak pernah mengkompromikan iman mereka. Jane menggunakan waktu untuk berbicara kepada suaminya tentang hal ini. Dengan ramah, ia menjelaskan bahwa ia senang hadir, namun ia tidak ingin kehadirannya membuat malu sang suami. ”Saya tahu bahwa kadang-kadang semua yang hadir diharapkan untuk berdiri dan bersulang. Saya telah belajar bahwa kesetiaan hanya patut diberikan kepada Yehuwa, dan bersulang lebih daripada sekadar memperlihatkan respek. Suami saya menyadari betapa suasananya akan menjadi memalukan, maka ia hanya berkata, ’Jangan datang!’ saya menurutinya.”

Glenys, di lain pihak, menemani suaminya ke acara resmi seperti itu, namun ia mengamati para perwira di kepala meja. Bila ia melihat mereka siap bersulang, ia dengan senyap meninggalkan meja ke kamar kecil! Ya, wanita-wanita ini menyesuaikan diri mereka namun tidak pernah berkompromi.

”Tanpa Perkataan Dimenangkan”

”Jika saya meningkatkan kecakapan saya sebagai seorang istri, suami saya akan melihat bahwa kebenaran mengubah saya,” pikir Yvonne. Maka ia membaca berulang-ulang sebuah pasal dari buku Keluarga Bahagia, yang berjudul ”Isteri yang Benar-Benar Disayangi”.a ”Saya memberikan perhatian khusus kepada bahan di bawah judul kecil ’Menangis dan Merengek’! Akan tetapi, saya mendapati bahwa semakin sering saya berupaya berbicara kepada suami saya, semakin buruk jadinya.” Namun akhirnya, ia berhasil dalam membantu suaminya untuk melayani Yehuwa. Bagaimana? Dengan menerapkan prinsip yang disebutkan di 1 Petrus 3:1, bahwa suami dapat ”tanpa perkataan dimenangkan”.

Cara para wanita Kristen mengurus keluarga mereka banyak menyumbang untuk merekomendasikan kekristenan kepada orang-orang lain. ”Saya berupaya membuat kebenaran sedemikian menarik,” tutur Diane. ”Sewaktu saya pergi berhimpun, suami saya akan merasa kesepian, maka saya berupaya mengajar anak-anak agar bersikap sangat manis khususnya sewaktu kami tiba di rumah. Saya juga berupaya memberikan perhatian ekstra kepadanya sewaktu pulang.” Lambat laun, sikapnya berubah seraya ia menanggapi perhatian yang pengasih dari keluarganya.

Sesama hamba Yehuwa dapat juga membantu. Jane menceritakan bahwa suaminya menikmati pergaulan dengan para utusan injil Saksi-Saksi yang ia jumpai di Kenya. ”Mereka berteman dengannya dan berbicara tentang sepak bola, dan mereka sangat ramah. Beberapa kali, kami diundang ke beberapa rumah utusan injil untuk makan bersama.” Suaminya belakangan menjelaskan, ”Saya mulai melihat iman Jane dari sudut pandangan yang sama sekali berbeda. Teman-temannya sangat cerdas dan dapat berbicara tentang bermacam-macam topik.” Serupa pula, suami Diane mengubah pandangannya terhadap kebenaran. Sewaktu mobil yang ia kendarai mogok, seorang Saksi muda datang membantunya. ”Hal ini benar-benar membuat saya terkesan,” katanya.

Tentu saja, tidak semua teman hidup dimenangkan kepada kebenaran. Lalu bagaimana? Yehuwa menyediakan bantuan untuk memungkinkan orang-orang yang setia terus bertekun. (1 Korintus 10:13) Perhatikanlah anjuran Glenys kepada orang-orang yang berada dalam keadaan yang sama dengannya, ”Jangan pernah menyangsikan bahwa Yehuwa adalah Pribadi yang menciptakan perkawinan dan bahwa Ia ingin pasangan-pasangan tetap bersama-sama. Maka, tak soal apa yang mungkin sang suami lakukan atau tentangan apa yang mungkin saudara terima dari orang-orang di sekeliling saudara, Yehuwa tidak akan pernah membiarkan saudara goyah.” Meskipun suaminya belum beribadat kepada Yehuwa, sikapnya terhadap saudari ini dan terhadap kebenaran telah melunak.

’Menabur dengan Air Mata; Menuai dengan Sukacita’

Jelaslah, saudari-saudari Kristen ini bertekad melayani Yehuwa. Jika saudara berada dalam keadaan yang serupa, jadikanlah hal ini tekad saudara juga. Ingatlah nasihat ini, ”Engkau harus takut akan [Yehuwa], Allahmu, kepadaNya haruslah engkau beribadah dan berpaut, dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah.”—Ulangan 10:20.

”Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya,” kata pemazmur. (Mazmur 126:6) ”Saudara memang banyak meneteskan air mata seraya saudara berupaya memperlihatkan kebenaran kepada teman hidup saudara, secara bisu ataupun dengan kata-kata,” demikian pengakuan seorang Saksi. ”Namun pada akhirnya, saudara akan meneteskan air mata sukacita karena meskipun ia tidak menerima kebenaran, Yehuwa memberkati saudara atas upaya yang saudara buat.”

Semua orang yang dengan setia melayani Yehuwa meskipun adanya tentangan di rumah layak mendapatkan pujian yang tulus. Mereka sepatutnya mendapatkan dukungan dan kasih. Semoga mereka memelihara sikap mereka yang tak kenal kompromi, terus bertekad melayani Yehuwa!

[Catatan Kaki]

a Membina Keluarga Bahagia, diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New york, Inc. (1978).

[Gambar di hlm. 28]

Pelajaran yang sungguh menguatkan tekad seorang Kristen

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan