PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w94 15/8 hlm. 26-29
  • Mempertahankan Keharmonisan di Antara para Penatua dan Pelayan Sidang

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mempertahankan Keharmonisan di Antara para Penatua dan Pelayan Sidang
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1994
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Peranan Para Penatua dan Pelayan Sidang
  • Apa yang Dapat Dilakukan para Penatua
  • Para Pelayan Sidang Bekerja demi Keharmonisan
  • Hamba Pelayanan Melakukan Tugas Penting
    Diorganisasi untuk Melakukan Kehendak Yehuwa
  • Pelayan-Pelayan Sidang—Suatu Berkat bagi Umat Yehuwa
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1985 (s-15)
  • Pelayan-Pelayan Sidang—Pertahankan Kedudukan yang Baik!
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1985 (s-15)
  • Penatua—Latihlah yang Lain untuk Memikul Tanggung Jawab
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2002
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1994
w94 15/8 hlm. 26-29

Mempertahankan Keharmonisan di Antara para Penatua dan Pelayan Sidang

TIDAK lama setelah Pentakosta tahun 33 M, suatu kebutuhan yang mendesak timbul di sidang Kristen yang baru terbentuk. Suatu pengaturan ditetapkan untuk mengurus janda-janda yang miskin. Namun, beberapa waktu kemudian, ”timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari”.​—Kisah 6:1.

Keluhan ini sampai ke telinga para rasul. ”Kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: ’Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu.’”​—Kisah 6:2, 3.

Hal ini menggambarkan sebuah prinsip pengorganisasian yang penting di dalam sidang Kristen. Beberapa pria yang dapat diandalkan digunakan untuk mengurus perkara-perkara rutin, sementara saudara-saudara lain mengurus hal-hal rohani yang lebih berat. Hal ini bukannya tanpa preseden. Di Israel purba, Harun serta keturunannya dilantik untuk melayani sebagai imam-imam guna mempersembahkan korban kepada Allah. Akan tetapi, Yehuwa menunjuk orang-orang Lewi untuk membantu mereka dengan ’mengurus segala perabotan Kemah Pertemuan’. (Bilangan 3:5-10) Demikian pula, dewasa ini, para pengawas dibantu oleh pelayan-pelayan sidang.

Peranan Para Penatua dan Pelayan Sidang

Alkitab menggariskan persyaratan yang luhur bagi para penatua maupun pelayan sidang. (1 Timotius 3:1-10, 12, 13; Titus 1:6-9) Mereka bukan saingan tetapi bekerja untuk tujuan yang sama—membangun sidang. (Bandingkan Efesus 4:11-13.) Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan dalam pekerjaan yang mereka lakukan di sidang. Di 1 Petrus 5:2, para pengawas diberitahukan, ”Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” Mereka bertanggung jawab kepada Allah sehubungan cara mereka melaksanakan kepercayaan suci ini.—Ibrani 13:17.

Bagaimana dengan para pelayan sidang? Alkitab tidak menuntut bahwa mereka sama cakapnya berkenaan kesanggupan mengajar. Tugas mereka agak berbeda dengan tugas para penatua. Pada abad pertama M, tak diragukan banyak perkara yang bersifat materiil, rutin, atau mekanis yang membutuhkan perhatian, mungkin termasuk pembelian bahan-bahan untuk penyalinan Alkitab atau bahkan mengerjakan penyalinan itu sendiri.

Dewasa ini, para pelayan sidang terus memenuhi berbagai tugas penting di sidang, seperti mengurus keuangan dan daerah sidang, membagikan majalah dan buku, serta memelihara Balai Kerajaan. Beberapa pelayan sidang yang terampil bahkan telah digunakan dalam mengajar, kadang-kadang memimpin Pelajaran Buku Sidang, membawakan bagian-bagian dalam Perhimpunan Dinas, dan menyampaikan khotbah umum.

Jika para penatua dan pelayan sidang bekerja sama dengan harmonis, kebutuhan sidang—secara rohani maupun organisasi—dilaksanakan dengan cara yang seimbang. Dengan demikian anggota-anggota sidang bersukacita, kuat, dan produktif secara rohani. Ingatlah kata-kata yang ditulis Paulus kepada orang-orang terurap di Efesus, ”Dari pada-Nyalah seluruh tubuh,—yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota—menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”—Efesus 4:16.

Para penatua dan pelayan sidang harus berjuang untuk memperkembangkan keharmonisan yang serupa, yaitu kekompakan, keserasian, kerja sama, dan persatuan. Akan tetapi, keharmonisan demikian tidak terjadi secara otomatis. Hal itu harus dipupuk dan dijaga dengan hati-hati.

Apa yang Dapat Dilakukan para Penatua

Satu langkah penting adalah menyadari bahwa hubungan antara seorang penatua dengan seorang pelayan sidang bukanlah hubungan antara seorang tuan dengan seorang hamba atau seorang majikan dengan seorang karyawan. Jika terdapat keharmonisan yang sejati, para penatua memandang para pelayan sidang sebagai sesama rekan pelayan Allah. (Bandingkan 1 Korintus 3:6-9.) ”Saling mendahului dalam memberi hormat,” kata Roma 12:10. Oleh karena itu, para penatua menghindari memperlakukan para pelayan sidang dengan cara yang kelihatan angkuh atau merendahkan orang lain. Mereka menganjurkan, sebaliknya daripada menghancurkan, inisiatif yang sehat. Memperlakukan para pelayan sidang dengan respek cenderung menghasilkan sifat-sifat yang baik dalam diri mereka dan membantu mereka menikmati pekerjaan mereka di sidang.

Para penatua hendaknya juga terus ingat bahwa tugas mereka untuk menggembalakan kawanan domba Allah dalam pemeliharaan mereka termasuk saudara-saudara yang melayani sebagai pelayan sidang. Memang, pria-pria yang bertanggung jawab ini diharapkan untuk menjadi orang-orang Kristen yang matang. Meskipun demikian, seperti anggota-anggota lain dari kawanan tersebut, mereka membutuhkan perhatian pribadi dari waktu ke waktu. Para penatua hendaknya sangat berminat akan perkembangan rohani mereka.

Sebagai contoh, ketika rasul Paulus bertemu dengan pemuda bernama Timotius, ia segera melihat potensi Timotius dan ”mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan”. (Kisah 16:3) Timotius melayani sebagai rekan seperjalanan Paulus, dan sebagai hasilnya menerima pelatihan yang tak ternilai harganya. Ya, bertahun-tahun kemudian, Paulus dapat menulis kepada orang-orang Kristen di Korintus: ”Aku mengirimkan kepadamu Timotius, yang adalah anakku yang kekasih dan yang setia dalam Tuhan. Ia akan memperingatkan kamu akan hidup yang kuturuti dalam Kristus Yesus”!—1 Korintus 4:17.

Para penatua, apakah saudara telah mulai berupaya menggunakan sepenuhnya potensi para pelayan sidang di sidang saudara? Apakah saudara membantu mereka untuk maju dengan memberi mereka pelatihan pribadi dalam hal berbicara di hadapan umum dan melakukan riset Alkitab? Apakah saudara mengajak pelayan-pelayan sidang yang memenuhi syarat untuk menemani saudara dalam kunjungan penggembalaan? Apakah saudara bekerja bersama mereka dalam dinas pengabaran? Dalam perumpamaan Yesus tentang talenta, sang tuan berkata kepada pelayannya yang setia, ”Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.” (Matius 25:23) Apakah saudara juga murah hati dalam memberi pujian dan penghargaan kepada para pelayan sidang yang dengan bersahaja melaksanakan penugasan mereka dengan cara yang baik? (Bandingkan Amsal 3:27.) Jika tidak, apakah mereka akan merasa bahwa pekerjaan mereka tidak dihargai?

Komunikasi juga penting dalam suatu hubungan kerja yang harmonis. (Bandingkan Amsal 15:22.) Tugas-tugas hendaknya tidak disampaikan atau dicabut dengan cara sepihak atau semaunya. Para penatua hendaknya dengan sungguh-sungguh mendiskusikan bagaimana kesanggupan seorang saudara dapat digunakan sebaik-baiknya di sidang. (Bandingkan Matius 25:15.) Jika suatu penugasan dibuat, seorang saudara hendaknya diberi tahu dengan jelas sehubungan apa yang sebenarnya dituntut darinya. ”Jikalau tidak ada pimpinan,” kata Amsal 11:14 memperingatkan, ”jatuhlah bangsa.”

Hal itu bukanlah sekadar memberi tahu seorang saudara untuk mengambil alih tugas bagian keuangan, majalah, atau lektur dari pelayan sidang lain. Kadang-kadang seorang pelayan sidang yang baru ditugaskan diwarisi setumpuk catatan yang tidak akurat atau tidak lengkap. Betapa mengecilkan hati! ”Segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur,” kata 1 Korintus 14:40. Para penatua hendaknya mengambil inisiatif untuk melatih saudara-saudara, memperkenalkan prosedur sidang kepada saudara-saudara ini dan mereka sendiri memberi teladan dalam mengikuti prosedur demikian. Sebagai contoh, para penatua hendaknya mengatur agar keuangan sidang diperiksa setiap tiga bulan sekali. Melalaikan pengaturan penting semacam itu dapat menyebabkan timbulnya problem dan mengurangi respek para pelayan sidang terhadap instruksi-instruksi organisasi.

Namun bagaimana seandainya seorang saudara kelihatannya lalai dalam menangani suatu penugasan khusus? Sebaliknya daripada langsung mencabut saudara itu dari penugasannya, para penatua hendaknya membicarakan masalahnya dengan dia. Mungkin masalahnya adalah kurangnya pelatihan. Jika saudara tersebut terus mendapat kesulitan dalam menangani penugasannya, mungkin ia akan lebih baik menangani penugasan lain.

Para penatua juga dapat memajukan keharmonisan dengan memperlihatkan kerendahan hati. Filipi 2:3 menganjurkan orang-orang Kristen untuk berlaku ”tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri”. Dengan demikian, seorang penatua hendaknya berupaya bekerja sama jika petugas tata tertib menunjuknya untuk duduk di tempat tertentu di balai, bukannya berkukuh bahwa karena ia seorang penatua, ia tidak perlu taat. Mungkin petugas tata tertib sekadar mengikuti saran agar duduk di tempat-tempat yang berbeda di balai, meskipun ia hendaknya ingat bahwa tidak ada peraturan yang mengharuskan seluruh hadirin melakukan hal itu.a Seorang penatua kalau tidak perlu akan menghindari untuk mengesampingkan keputusan atas hal-hal yang telah ditugaskan kepada seorang pelayan sidang.

Para Pelayan Sidang Bekerja demi Keharmonisan

”Demikian pula hamba-hamba pelayanan hendaknya serius,” tulis rasul Paulus. (1 Timotius 3:8, NW) Bila mereka memandang penugasan dengan serius—sebagai bagian dari dinas suci mereka—banyak menyumbang dalam mencegah berkembangnya ketegangan. Jika saudara seorang pelayan sidang, apakah saudara melaksanakan tugas saudara dengan antusias? (Roma 12:7, 8) Apakah saudara telah mengerahkan diri saudara sehingga saudara menjadi terampil dalam menangani tugas saudara? Apakah saudara dapat diandalkan dan dapat dipercaya? Apakah saudara memperlihatkan semangat kerelaan dalam penugasan-penugasan? Seorang pelayan sidang di sebuah negeri di Afrika menangani tiga penugasan yang berbeda di sidang tersebut. Sikapnya? ”Ya, hal itu sekadar berarti bekerja lebih keras,” katanya, ”dan kerja keras tidak sampai membunuh saudara.” Tentu saja, orang-orang yang merelakan diri, menikmati kebahagiaan yang terbesar.—Kisah 20:35.

Saudara juga dapat berbuat banyak untuk memajukan keharmonisan dengan bekerja sama sepenuhnya dengan para penatua. ”Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka,” kata Ibrani 13:17, ”sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.” Benar, para penatua adalah pria-pria yang tidak sempurna, dan mungkin mudah untuk menemukan kesalahan pada diri mereka. Namun sikap yang kritis akan melahirkan kecurigaan. Hal itu dapat meruntuhkan sukacita saudara dan memiliki dampak yang merugikan bagi orang-orang lain di sidang. Oleh karena itu, rasul Petrus menasihati, ”Kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain. . . . Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.”—1 Petrus 5:5, 6.

Nasihat semacam itu terutama tepat jika saudara merasa diabaikan sehubungan hak istimewa dinas. Mungkin saudara ”menghendaki jabatan penilik jemaat”, namun belum ada pengangkatan. (1 Timotius 3:1) Kerendahan pikiran dapat membantu saudara mempertahankan ’sikap menunggu’. (Ratapan 3:24) Sebaliknya daripada merasa jengkel terhadap para penatua—yang pasti akan merusak hubungan kerja saudara—tanyakanlah kepada mereka apakah ada bidang yang saudara perlu membuat kemajuan. Kerelaan saudara yang sungguh-sungguh dalam menerima dan menerapkan nasihat tak diragukan akan terlihat sebagai bukti pertumbuhan rohani.

Kerendahan hati dan kesahajaan yang saleh dapat membantu seorang pelayan sidang mempertahankan keseimbangannya jika ia memiliki kecakapan khusus atau keunggulan dalam segi pendidikan dan sosial. Betapa menggoda baginya untuk mencoba membuktikan diri lebih pintar daripada para penatua atau menarik perhatian kepada kecakapan pribadinya! Amsal 11:2 mengingatkan kita bahwa ”hikmat ada pada orang yang rendah hati”. Seorang saudara yang bersahaja sadar akan keterbatasannya. Ia mau bekerja dengan senyap di belakang panggung dan mau menggunakan kemampuannya untuk menyokong para penatua. Kesahajaan juga dapat membantunya menyadari bahwa meskipun ia bisa jadi memiliki banyak pengetahuan dalam hal-hal duniawi, ia mungkin masih kurang dalam bidang-bidang penting dari hikmat dan pengertian rohani—sifat-sifat yang mungkin secara menonjol dimiliki oleh para penatua tersebut.—1 Korintus 1:26—2:13; Filipi 1:9.

Jelaslah, para penatua dan pelayan sidang memainkan peranan yang penting. Bersama-sama mereka dapat berbuat banyak untuk membina semua saudara dan saudari di sidang. Namun agar dapat melakukan hal tersebut, mereka harus bekerja sama dengan harmonis, ”selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.”—Efesus 4:2, 3.

[Catatan Kaki]

a Lihat Menara Pengawal tanggal 15 Agustus 1992, halaman 12.

[Gambar di hlm. 27]

Para penatua memandang para pelayan sidang, bukan sebagai bawahan, namun sebagai sesama rekan pelayan Allah

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan