PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w95 1/4 hlm. 30-31
  • Pertanyaan Pembaca

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pertanyaan Pembaca
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
  • Bahan Terkait
  • Makna Baptisan Saudara
    Bersatu dalam Ibadat dari Satu-Satunya Allah yang Benar
  • Baptisan—Syarat untuk Menjadi Orang Kristen
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2018
  • Apa Baptisan Itu?
    Pertanyaan Alkitab Dijawab
  • Baptis, Pembaptisan
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
w95 1/4 hlm. 30-31

Pertanyaan Pembaca

Sikap apa hendaknya diperlihatkan pada waktu pembaptisan Kristen?

Itu adalah pertanyaan yang menarik, karena meskipun banyak dari para pembaca sudah dibaptis, mereka terlibat, sebagaimana halnya orang-orang yang menjalani pembaptisan. Mari kita pertama-tama mengulas tentang mereka yang dibaptis, yang menjalani pembenaman sepenuhnya. Bagaimana seharusnya sikap mereka?

Di Matius 28:19, 20, Yesus berkata kepada para pengikutnya untuk pergi dan menjadikan murid dari orang-orang, mengajar dan membaptis mereka. Ia tidak menampilkan pembaptisan sebagai suatu pengalaman yang sangat emosional, suatu tindakan yang muncul dari kegairahan yang bersifat sementara. Ini suatu langkah yang serius, seperti yang kita lihat dari teladan Yesus. Lukas 3:21 menyatakan, ”Yesus juga dibaptis dan, seraya ia berdoa, langit terbuka.” Ya, sang Teladan kita menganggap pembaptisan hal yang serius, hal yang khusyuk. Kita tidak dapat membayangkan dia, setelah keluar dari air, membuat isyarat tanda kemenangan, meneriakkan pekik kemenangan, atau mengepalkan tangannya ke udara, meskipun baru-baru ini ada yang telah melakukan hal seperti itu. Tidak, hanya dengan kehadiran Yohanes Pembaptis, Yesus berpaling kepada Bapaknya dalam doa.

Akan tetapi, Alkitab tidak menyatakan bahwa pembaptisan adalah suatu peristiwa dengan suasana khusyuk atau mencekam, yang menuntut adanya sikap tubuh atau ucapan-ucapan yang khusus, seperti yang dituntut oleh beberapa gereja Susunan Kristen dewasa ini. Nah, pertimbangkanlah tentang hari Pentakosta, ketika ribuan orang Yahudi dan proselit menjalani pembaptisan Kristen. Mereka sudah mempelajari Hukum Allah dan menjalin hubungan dengan-Nya. Maka mereka hanya perlu mempelajari tentang dan menerima sang Mesias, Yesus. Setelah mereka melakukan hal itu, mereka dapat dibaptis.

Kisah 2:41 melaporkan, ”Mereka yang menyambut perkataannya dengan sepenuh hati dibaptis.” Terjemahan Alkitab oleh Weymouth berbunyi, ”Karena itu, mereka yang dengan penuh sukacita menyambut perkataannya dibaptis.” Mereka mendapatkan sukacita dalam berita yang menggembirakan tentang Mesias, dan tentu saja sukacita mereka yang tulus itu menyebar sampai kepada pembaptisan itu sendiri, pembaptisan di hadapan ratusan pengamat yang berbahagia. Bahkan para malaikat di surga mengamati hal itu dan bergirang. Ingat kata-kata Yesus, ”Aku memberi tahu kamu, sukacita timbul di antara malaikat-malaikat Allah atas satu pedosa yang bertobat.”​—Lukas 15:10.

Ada berbagai cara agar kita masing-masing dapat memperlihatkan seriusnya maupun sukacita dari pembaptisan. Dalam gereja-gereja tertentu mereka yang dibaptis mengenakan jubah putih atau hitam. Sama sekali tidak ada dukungan Alkitab untuk tuntutan semacam itu. Namun, pakaian renang yang sangat minim atau tidak cukup menutupi tubuh tentu tidak patut, bagi pria ataupun bagi wanita. Dan seperti telah dikatakan, pada waktu keluar dari air, orang Kristen yang baru itu hendaknya tidak membuat isyarat-isyarat khusus atau bertindak seolah-olah ia telah mendapat kemenangan besar. Saudara-saudara Kristen lainnya berbahagia bahwa orang yang baru tersebut dibaptis. Ia harus mengerti bahwa pernyataan iman ini baru langkah awal dalam haluan integritas yang panjang untuk mendapatkan perkenan Allah.​—Matius 16:24.

Kita, sebagai pengamat pada suatu pembaptisan umum, ikut serta dalam sukacita dari peristiwa tersebut, terutama jika sanak saudara atau pelajar Alkitab kita dibaptis. Akan tetapi, untuk dapat ikut serta sepenuhnya, kita perlu mendengarkan seluruh khotbah bersama para calon, mendengar mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada mereka, dan bergabung dalam doa. Melakukan hal itu akan membantu kita tetap memandang pembaptisan dengan cara yang benar; kita akan memiliki pandangan Allah tentang hal itu. Setelah pembaptisan dilakukan, sukacita kita tidak menuntut adanya suatu pertunjukan kemenangan, karangan bunga, atau pesta untuk menghormati orang yang dibaptis. Tetapi kita dapat menghampiri saudara atau saudari kita yang baru itu untuk menyatakan rasa senang atas langkah menakjubkan yang telah diambil dan untuk menyatakan sambutan yang sangat hangat ke dalam persaudaraan Kristen kita.

Maka, sebagai ringkasan, kita semua, termasuk mereka yang menjalani pembenaman dalam air, harus memperlakukan pembaptisan dengan keseriusan yang sepatutnya. Ini bukan waktunya untuk pernyataan emosional yang meledak-ledak, untuk berpesta, atau untuk berhura-hura. Namun ini juga tidak menuntut suasana yang suram atau mencekam. Kita dapat secara patut bersukacita bahwa orang-orang baru telah bergabung dengan kita pada jalan menuju kehidupan abadi. Dan kita dapat dengan penuh sukacita menyambut saudara dan saudari kita yang baru.

[Gambar penuh di hlm. 31]

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan