PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w96 15/3 hlm. 4-6
  • Saudara dapat Menikmati Persahabatan yang Langgeng

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Saudara dapat Menikmati Persahabatan yang Langgeng
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1996
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Contoh-Contoh Persahabatan dalam Alkitab
  • Bagaimana Memupuk Persahabatan
  • Menjaga Persahabatan Tetap utuh
  • Mempertahankan Persahabatan dalam Dunia tanpa Kasih
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2009
  • Mengapa Saya Tidak Dapat Mempertahankan Persahabatan?
    Sedarlah!—1996
  • Apa Kata Alkitab tentang Persahabatan?
    Pertanyaan Alkitab Dijawab
  • ”Sahabat yang Akrab”
    Tirulah Iman Mereka
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1996
w96 15/3 hlm. 4-6

Saudara dapat Menikmati Persahabatan yang Langgeng

ADA kendala-kendala dalam menjalin persahabatan. Sesungguhnya, Alkitab meramalkan bahwa pada ”hari-hari terakhir” ini, kasih, kasih sayang yang alami, dan keloyalan akan berkurang. (2 Timotius 3:1-5; Matius 24:12) Keadaan ini telah mendatangkan suatu wabah kesepian yang tidak pernah ada sebelumnya. Seorang wanita mengatakan, ”Lingkungan tetangga saya seperti bahtera Nuh. Jika Anda bukan pasangan yang menikah, Anda tidak dapat masuk ke dalamnya.” Situasi ini tidak semata-mata merupakan kesalahan masing-masing orang yang kesepian. Di beberapa bagian dunia, tantangan-tantangan menuju persahabatan yang langgeng mencakup hal-hal seperti semakin seringnya orang berpindah, keluarga berantakan, kota-kota yang berbahaya dan tidak manusiawi serta sangat berkurangnya waktu luang.

Seorang penduduk kota modern mungkin berhubungan dengan lebih banyak orang dalam satu minggu dibandingkan dengan orang-orang yang dijumpai seorang penduduk desa pada abad ke-18 dalam satu tahun atau bahkan seumur hidupnya! Namun, hubungan antarmanusia zaman sekarang sering kali dangkal. Banyak yang berkecimpung secara total dalam pergaulan dan upaya yang terus-menerus untuk bersenang-senang. Akan tetapi, kita harus mengakui bahwa bersukaria secara hampa dengan teman-teman yang buruk adalah sama seperti menggunakan duri sebagai bahan bakar. Pengkhotbah 7:5, 6 mengatakan, ”Mendengar hardikan orang berhikmat lebih baik dari pada mendengar nyanyian orang bodoh. Karena seperti bunyi duri terbakar di bawah kuali, demikian tertawa orang bodoh. Inipun sia-sia.” Duri dalam sekejap dapat menghasilkan api yang terang dan gaduh, tetapi tidak memiliki cukup banyak unsur untuk dapat terus menghangatkan kita. Demikian pula, teman-teman yang pandai menciptakan kemeriahan dan gelak tawa dapat mengalihkan kita sejenak, namun mereka tidak akan menghapus seluruh kesepian dan memuaskan kebutuhan kita akan sahabat yang sejati.

Kesendirian berbeda dengan kesepian. Kesendirian hingga taraf tertentu perlu agar kita dapat menyegarkan diri dan dengan demikian memiliki lebih banyak hal untuk diberikan sebagai seorang sahabat. Ketika menghadapi kesepian, banyak orang langsung berpaling kepada beberapa bentuk hiburan elektronik. Suatu penelitian menemukan bahwa salah satu reaksi yang paling umum terhadap kesepian adalah menonton televisi. Namun, para peneliti menyimpulkan bahwa menonton televisi terlalu lama adalah salah satu hal terburuk yang dapat kita lakukan sewaktu kita sedang kesepian. Hal ini memupuk sikap pasif, kebosanan, dan khayalan, menjadi pengganti yang buruk bagi hubungan pribadi dengan orang lain.

Sebenarnya, kesendirian dapat menjadi sangat bernilai jika kita menggunakan secara konstruktif saat-saat kita sedang sendirian. Kita dapat melakukan hal ini dengan membaca, menulis surat, membuat sesuatu, dan beristirahat. Kesendirian yang konstruktif mencakup berdoa kepada Allah, mempelajari Alkitab, dan merenungkannya. (Mazmur 63:7) Ini adalah cara-cara untuk lebih mendekat kepada Allah Yehuwa, Pribadi yang dapat menjadi Sahabat terbesar kita.

Contoh-Contoh Persahabatan dalam Alkitab

Meskipun baik untuk bersikap bersahabat dengan banyak orang, Alkitab memperingatkan kita bahwa ”ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara”. (Amsal 18:24) Kita semua membutuhkan beberapa sahabat yang intim yang sungguh-sungguh memperhatikan kita, yang persahabatannya memberi kita sukacita, kekuatan, dan kedamaian. Meskipun persahabatan sejati yang demikian mungkin tidak umum sekarang, beberapa contoh dari zaman purba khusus dicatat dalam Alkitab. Sebagai contoh, persahabatan yang istimewa antara Daud dan Yonatan. Apa yang dapat kita pelajari dari hal ini? Mengapa persahabatan mereka langgeng?

Antara lain, Daud dan Yonatan memiliki persamaan akan hal-hal yang penting. Yang terutama sekali, mereka sama-sama memiliki pembaktian yang dalam kepada Allah Yehuwa. Setelah memperhatikan iman Daud kepada Allah dan tindakan-tindakannya dalam membela umat Yehuwa, ”berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri”. (1 Samuel 18:1) Maka, kasih yang sama akan Allah membantu mengikat persahabatan di antara mereka.

Yonatan dan Daud adalah orang-orang berpendirian yang hidup selaras dengan prinsip-prinsip yang saleh. Oleh karena itu, mereka dapat saling merespek. (1 Samuel 19:1-7; 20:9-14; 24:7) Kita benar-benar diberkati jika kita memiliki sahabat-sahabat yang saleh yang dituntun oleh prinsip-prinsip Alkitab.

Faktor-faktor lain menyumbang kepada persahabatan Daud dan Yonatan. Hubungan mereka tulus serta terus terang, dan masing-masing saling percaya. Yonatan dengan loyal mendahulukan kepentingan Daud di atas kepentingannya sendiri. Ia tidak cemburu ketika Daud dijanjikan kedudukan sebagai seorang raja; malahan, Yonatan mendukungnya secara emosi dan rohani. Dan Daud menerima bantuannya. (1 Samuel 23:16-18) Dengan cara yang patut berdasarkan Alkitab, Daud dan Yonatan menyatakan perasaan-perasaan mereka terhadap satu sama lain. Persahabatan mereka yang saleh didasarkan atas penghargaan dan kasih sayang yang sejati. (1 Samuel 20:41; 2 Samuel 1:26) Persahabatan mereka tidak terpisahkan karena kedua pria ini tetap setia kepada Allah. Menerapkan prinsip-prinsip demikian dapat membantu kita untuk membangun dan menjaga persahabatan yang sejati.

Bagaimana Memupuk Persahabatan

Apakah saudara sedang mencari sahabat yang sejati? Saudara tidak perlu mencarinya jauh-jauh. Beberapa di antara orang-orang yang biasa saudara temui dapat menjadi sahabat-sahabat saudara, dan mereka mungkin membutuhkan persahabatan saudara. Khususnya sehubungan dengan rekan-rekan Kristen, adalah bijaksana untuk menerapkan nasihat rasul Paulus untuk ”terbuka lebar-lebar”. (2 Korintus 6:11-13) Akan tetapi, jangan kecewa jika setiap upaya untuk bersahabat tidak menghasilkan ikatan yang dalam. Biasanya dibutuhkan waktu untuk memperkembangkan persahabatan, dan tidak setiap hubungan persahabatan akan sama dalamnya. (Pengkhotbah 11:1, 2, 6) Tentu, untuk menikmati persahabatan yang sejati, kita tidak boleh mementingkan diri, dan perlu mengikuti nasihat Yesus, ”Karena itu, segala sesuatu yang kamu ingin orang lakukan kepadamu, kamu juga harus lakukan demikian kepada mereka.”—Matius 7:12.

Siapa yang membutuhkan persahabatan saudara? Selain mereka yang sebaya dengan saudara, bagaimana dengan orang-orang yang lebih tua atau lebih muda? Dalam persahabatan antara Daud dan Yonatan, Rut dan Naomi, serta Paulus dan Timotius, usia masing-masing terpaut jauh. (Rut 1:16, 17; 1 Korintus 4:17) Dapatkah saudara meluaskan persahabatan saudara kepada para janda dan para lajang lainnya? Juga, pertimbangkan mengenai mereka yang baru pindah ke daerah saudara. Mereka telah meninggalkan banyak atau semua teman mereka untuk pindah atau mengubah cara hidup mereka. Jangan tunggu orang lain mencari saudara. Jika saudara seorang Kristen, buatlah persahabatan yang langgeng dengan menerapkan nasihat Paulus, ”Dalam kasih persaudaraan milikilah kasih sayang yang lembut terhadap satu sama lain. Dalam memperlihatkan hormat kepada satu sama lain ambillah pimpinan.”—Roma 12:10.

Kita dapat menganggap persahabatan sebagai suatu bentuk pemberian. Yesus berkata bahwa jika kita mempraktekkan memberi, orang akan memberi kepada kita. Ia juga menekankan bahwa ada lebih banyak kebahagiaan dalam memberi daripada dalam menerima. (Lukas 6:38; Kisah 20:35) Pernahkah saudara bertemu dengan orang-orang dari latar belakang yang sama sekali berbeda? Kebaktian internasional dari Saksi-Saksi Yehuwa telah membuktikan bahwa orang-orang dari segala macam kebudayaan dapat menjalin persahabatan yang langgeng dan sejati apabila mereka sama-sama beribadat kepada Allah.

Menjaga Persahabatan Tetap utuh

Sayang sekali, meski saling menganggap sahabat, kadang-kadang orang-orang saling menyakiti satu sama lain. Gosip yang mencelakakan, kepercayaan yang dikhianati, kurangnya penghargaan—ini adalah beberapa perkara yang sangat menyakitkan apabila ini dilakukan oleh seseorang yang saudara anggap sahabat sejati. Apa yang dapat dilakukan dalam keadaan demikian?

Berikan teladan yang baik. Lakukan segala sesuatu sebisa-bisanya untuk menghindari penyebab kepedihan yang tidak diinginkan. Di beberapa tempat, adalah lazim di antara para sahabat untuk menjadikan kesalahan-kesalahan satu sama lain sebagai bahan olok-olok. Tetapi perlakuan yang kasar atau licik tidak akan membuat persahabatan lebih akrab, sekalipun maksud perbuatan itu hanyalah ”bersenda gurau”.—Amsal 26:18, 19.

Berupayalah dengan sungguh-sungguh untuk memelihara persahabatan. Kesalahpahaman kadang-kadang muncul bila sahabat-sahabat mengharap terlalu banyak dari satu sama lain. Seorang sahabat yang sedang sakit atau masygul karena suatu problem yang parah mungkin tidak mampu menunjukkan keramahan seperti biasanya. Maka, pada saat-saat seperti itu, berupayalah mengerti dan bersikap mendukung.

Selesaikan masalah-masalah dengan cepat dan pengasih. Lakukanlah secara empat mata jika mungkin. (Matius 5:23, 24; 18:15) Pastikan sahabat saudara mengetahui bahwa saudara ingin memelihara hubungan yang baik. Sahabat-sahabat yang tulus saling memaafkan. (Kolose 3:13) Apakah saudara akan menjadi sahabat seperti itu—seorang sahabat yang lebih akrab daripada seorang saudara?

Membaca dan memikirkan tentang persahabatan barulah permulaannya. Jika kita mengalami kesepian, marilah kita mengambil tindakan yang tepat dan kita tidak akan kesepian untuk waktu yang lama. Jika kita berupaya keras, kita dapat menemukan sahabat-sahabat yang sejati. Dengan beberapa di antara mereka, kita akan membentuk suatu ikatan yang istimewa. Tetapi tidak seorang pun dapat mengambil tempat Allah, Sahabat terbesar. Hanya Yehuwa yang dapat sepenuhnya mengetahui, mengerti, dan mendukung kita. (Mazmur 139:1-4, 23, 24) Lagi pula, Firman-Nya menawarkan suatu harapan yang menakjubkan untuk masa depan—suatu dunia baru yang memungkinkan dimilikinya sahabat-sahabat sejati untuk selama-lamanya.—2 Petrus 3:13.

[Gambar di hlm. 5]

Daud dan Yonatan menikmati persahabatan yang sejati, dan kita juga dapat

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan