PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w97 15/9 hlm. 25-29
  • Bagaimana Alkitab Tersedia bagi Kita​—Bagian Kedua

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bagaimana Alkitab Tersedia bagi Kita​—Bagian Kedua
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Seorang Pelopor Tampil
  • Serangan Balasan Gereja
  • Dampak Percetakan
  • William Tyndale dan Alkitab dalam Bahasa Inggris
  • Riset Mendatangkan Pengertian yang Lebih Jelas
  • Tyndale Menerjemahkan Kitab-Kitab Ibrani
  • Tyndale dan Alkitab Dilarang
  • William Tyndale​—Pria yang Mempunyai Visi
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
  • Tyndale, William
    Daftar Istilah
  • Mereka Mencintai Firman Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2009
  • Suaka bagi Pencetakan Alkitab
    Sedarlah!—2002
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
w97 15/9 hlm. 25-29

Bagaimana Alkitab Tersedia bagi Kita​—Bagian Kedua

Nyala api berkobar ke angkasa seraya lebih banyak bahan bakar ditambahkan ke dalam api unggun yang menyambar-nyambar itu. Tetapi ini bukan sembarang api. Bahan bakar untuk kobaran besar tersebut adalah Alkitab, dan peristiwa pembakaran itu dilakukan di hadapan para imam serta wali gereja. Tetapi, dengan membeli Alkitab untuk dimusnahkan, uskup London tanpa sadar telah membantu sang penerjemah, William Tyndale, untuk membiayai edisi-edisi selanjutnya!

Apa yang membuat kedua pihak yang bertikai ini mengambil pendirian seperti itu? Dalam terbitan sebelumnya, kita membahas sejarah penerbitan Alkitab hingga ke Abad Pertengahan. Sekarang kita sampai di ambang era baru manakala berita dan wewenang Firman Allah mulai memberikan pengaruh yang sangat dalam pada masyarakat.

Seorang Pelopor Tampil

John Wycliffe, seorang sarjana terhormat dari Oxford, mengabar dan dengan keras menulis kecamannya terhadap praktek-praktek Gereja Katolik yang tidak berdasarkan Alkitab, mendasarkan wewenangnya pada ’hukum Allah’, yakni Alkitab. Ia mengutus siswa-siswanya, kaum Lollard, ke seantero wilayah pedesaan Inggris untuk mengabarkan berita Alkitab dalam bahasa Inggris kepada siapa saja yang mau mendengarkan. Sebelum ia meninggal pada tahun 1384, ia memelopori penerjemahan Alkitab dari bahasa Latin ke dalam bahasa Inggris yang digunakan pada zamannya.

Gereja mempunyai banyak alasan untuk membenci Wycliffe. Pertama, Wycliffe mengutuk pemimpin agama karena tingkah laku mereka yang amoral dan kelewat batas. Selain itu, banyak pengagum Wycliffe menyalahgunakan ajarannya untuk membenarkan pemberontakan bersenjata yang mereka lakukan. Para pemimpin agama menyalahkan Wycliffe, bahkan setelah kematiannya, meskipun ia tidak pernah menganjurkan pemberontakan yang penuh kekerasan.

Dalam sebuah surat kepada Paus Yohanes XXIII pada tahun 1412, Uskup Agung Arundel menyebutkan tentang ”John Wycliffe, rekan yang terkutuk dan pembawa wabah, pribadi yang menjijikkan untuk dikenang, putra si ular tua, pelopor dan putra antikristus”. Dan sebagai klimaks dari celaannya, Arundel menulis, ”Untuk memenuhi takaran niat jahatnya, ia merencanakan untuk membuat suatu terjemahan baru Alkitab ke dalam bahasa ibu.” Sebenarnya, yang paling membuat para pemimpin gereja berang adalah bahwa Wycliffe hendak memberikan kepada masyarakat Alkitab dalam bahasa mereka sendiri.

Meskipun demikian, beberapa orang terpandang berhasil memiliki Alkitab dalam bahasa sehari-hari. Salah seorang di antaranya adalah Anne dari Bohemia, yang diperistri oleh calon Raja Richard II dari Inggris pada tahun 1382. Ia memiliki terjemahan-terjemahan Injil dalam bahasa Inggris karya Wycliffe, yang dipelajarinya secara teratur. Ketika ia menjadi ratu, sikapnya yang mendukung turut memajukan penerjemahan Alkitab​—dan itu bukan hanya di Inggris. Anne mengimbau para mahasiswa dari Universitas Praha di Bohemia agar datang ke Oxford. Di sana, mereka secara antusias meneliti karya-karya Wycliffe dan membawa pulang beberapa dari antaranya ke Praha. Popularitas ajaran Wycliffe di Universitas Praha belakangan menjadi pendorong bagi Jan Hus, yang belajar dan akhirnya mengajar di universitas tersebut. Dari terjemahan Alkitab berbahasa Slavia kuno, Hus membuat versi berbahasa Ceko yang mudah dibaca. Upaya-upayanya ini turut memasyarakatkan penggunaan Alkitab di Bohemia dan di negeri-negeri tetangganya.

Serangan Balasan Gereja

Para pemimpin agama juga menjadi sangat marah terhadap Wycliffe dan Hus karena mengajarkan bahwa ”naskah murni”, yakni Tulisan-Tulisan terilham yang asli tanpa tambahan apa pun, mempunyai wewenang yang lebih besar daripada ”keterangan tambahan”, yakni penjelasan-penjelasan tradisional yang berat, yang terdapat pada margin Alkitab resmi gereja. Justru berita murni dari Firman Allah inilah yang hendak disediakan oleh kedua pengabar ini bagi masyarakat awam.

Diiming-imingi janji palsu berupa jaminan perlindungan keamanan, Hus dikelabui untuk menghadap Dewan Gereja Constance, Jerman, pada tahun 1414 guna membela pandangannya. Dewan itu terdiri dari 2.933 imam, uskup, dan kardinal. Hus setuju untuk mencabut pengajarannya apabila hal itu terbukti salah berdasarkan Alkitab. Bagi Dewan Gereja, bukan itu pokok permasalahannya. Tantangan Hus terhadap wewenang mereka sudah cukup menjadi alasan bagi mereka untuk membakarnya pada tiang pada tahun 1415, seraya ia berdoa dengan suara nyaring.

Dewan yang sama juga menjatuhkan penghukuman dan penghinaan terakhir bagi John Wycliffe dengan memerintahkan agar tulang-tulangnya digali di Inggris lalu dibakar. Perintah ini begitu menjijikkan sampai-sampai itu baru terlaksana pada tahun 1428, atas permintaan paus. Namun, seperti biasa, tentangan yang sengit semacam itu tidak memadamkan gairah para pencinta kebenaran lainnya. Sebaliknya, itu membuat mereka semakin bertekad untuk menerbitkan Firman Allah.

Dampak Percetakan

Pada tahun 1450, 35 tahun setelah kematian Hus, Johannes Gutenberg mulai mencetak di Jerman dengan mesin cetak yang dapat dipindah-pindahkan. Karya besarnya yang pertama adalah sebuah edisi Vulgata Latin, yang dirampungkan pada tahun 1455. Menjelang tahun 1495, semua bagian atau sebagian Alkitab telah dicetak dalam bahasa Jerman, Italia, Prancis, Ceko, Belanda, Ibrani, Katalan, Yunani, Spanyol, Slavia, Portugis, dan Serbia​—demikian berdasarkan urutannya.

Sarjana Belanda bernama Desiderius Erasmus menghasilkan edisi tercetak pertama yang lengkap dari naskah Yunani pada tahun 1516. Erasmus berkeinginan agar Alkitab ”diterjemahkan ke dalam semua bahasa manusia”. Akan tetapi, ia enggan mempertaruhkan popularitasnya yang hebat dengan menerjemahkan sendiri. Meskipun demikian, tokoh-tokoh lain yang lebih berani menyusul setelah itu. Yang menonjol dari antara mereka adalah William Tyndale.

William Tyndale dan Alkitab dalam Bahasa Inggris

Tyndale mengenyam pendidikan di Oxford dan kira-kira pada tahun 1521 datang ke rumah Sir John Walsh sebagai guru pembimbing bagi anak-anaknya. Kesempatan bersantap bersama di ruang makan keluarga Walsh yang murah hati sering digunakan Tyndale muda untuk berdebat dengan para pemimpin agama setempat. Pada dasarnya, Tyndale menantang pendapat mereka dengan membuka Alkitab dan menunjukkan ayat-ayat kepada mereka. Belakangan, keluarga Walsh menjadi yakin akan apa yang dikatakan Tyndale, dan para pemimpin agama pun semakin jarang diundang serta kurang disambut dengan antusias. Tentu saja, ini membuat para pemimpin agama semakin sakit hati kepada Tyndale dan kepada kepercayaannya.

Sekali peristiwa dalam suatu perdebatan, seorang musuh agama Tyndale menyatakan, ”Lebih baik tanpa hukum Allah daripada tanpa hukum Paus.” Bayangkan keyakinan Tyndale sewaktu ia menjawab, ”Saya menentang Paus dan semua hukumnya. Jika Allah masih mengizinkan saya hidup, dalam beberapa tahun saja saya akan membuat seorang bocah yang menarik bajak mengerti lebih banyak tentang Alkitab daripada kalian.” Tekad Tyndale sudah bulat. Belakangan ia menulis, ”Berdasarkan pengalaman, saya mengerti betapa mustahil untuk menerangkan kebenaran kepada masyarakat awam, kecuali jika Alkitab dalam bahasa ibu mereka terbuka dengan jelas di depan mata mereka, sehingga mereka dapat melihat proses, susunan, dan makna dari ayatnya.”

Pada masa itu, belum ada Alkitab yang dicetak dalam bahasa Inggris. Maka pada tahun 1523, Tyndale berangkat ke London untuk meminta dukungan Uskup Tunstall bagi sebuah proyek penerjemahan. Karena ditolak mentah-mentah, ia meninggalkan Inggris untuk mengejar cita-citanya, dan tidak pernah kembali lagi. Di Cologne, Jerman, percetakannya yang pertama digerebek, dan Tyndale lari menyelamatkan diri tanpa membawa apa-apa kecuali beberapa dari halaman-halaman berharga yang belum dijilid. Akan tetapi, di Worms, Jerman, sekurang-kurangnya 3.000 hasil karyanya berupa salinan ”Perjanjian Baru” dalam bahasa Inggris dirampungkan. Ini dikirim ke Inggris dan mulai disiarkan di sana pada awal tahun 1526. Beberapa dari antaranya adalah Alkitab yang dibeli Uskup Tunstall dan dibakar, yang tanpa disadari membantu Tyndale meneruskan pekerjaannya!

Riset Mendatangkan Pengertian yang Lebih Jelas

Tyndale kelihatannya menikmati pekerjaannya. Seperti yang dinyatakan oleh The Cambridge History of the Bible, ”Alkitab membuatnya berbahagia, dan ada sesuatu yang cepat serta hidup dalam ritmenya yang menyiratkan kebahagiaannya.” Tujuan Tyndale adalah agar Alkitab tersedia bagi orang-orang awam dalam bahasa yang sesaksama dan sesederhana mungkin. Penelitiannya memperlihatkan kepadanya makna istilah-istilah Alkitab yang selama berabad-abad diselubungi oleh doktrin-doktrin gereja. Tanpa gentar menghadapi ancaman kematian serta menghadapi tulisan-tulisan yang tajam dari musuh utamanya Sir John More, Tyndale menyertakan hasil penelitiannya ke dalam terjemahannya.

Karena mempergunakan naskah Yunani asli karya Erasmus sebaliknya daripada naskah Latin, Tyndale memilih kata ”kasih” sebaliknya daripada ”amal” untuk mengekspresikan makna kata Yunani a·gaʹpe dengan lebih sepenuhnya. Ia juga menggunakan kata ”sidang” sebaliknya daripada ”gereja”, ”bertobat” sebaliknya daripada ”menunjukkan penyesalan” dan ”penatua” sebaliknya daripada ”imam”. (1 Korintus 13:1-3; Kolose 4:15, 16; Lukas 13:3, 5; 1 Timotius 5:17, Tyndale) Perbaikan-perbaikan ini mendatangkan pukulan atas wewenang gereja serta praktek-praktek agama tradisional, seperti pengakuan dosa kepada imam.

Demikian pula, Tyndale berkukuh pada kata ”kebangkitan”, menolak api penyucian dan keadaan sadar setelah kematian, dan menyatakan bahwa hal-hal tersebut tidak berdasarkan Alkitab. Sehubungan dengan orang-orang mati, ia menulis kepada More, ”Dengan menempatkan orang mati di surga, neraka, dan api penyucian, [Anda] menghancurkan argumen-argumen yang digunakan oleh Kristus dan Paulus untuk membuktikan kebangkitan.” Dalam hal ini, Tyndale memaksudkan Matius 22:​30-​32 dan 1 Korintus 15:​12-​19. Dengan tepat ia percaya bahwa orang-orang mati tetap tidak sadar hingga kebangkitan di masa depan. (Mazmur 146:4; Pengkhotbah 9:5; Yohanes 11:​11, 24, 25) Ini berarti bahwa seluruh penyelenggaraan berupa doa kepada Maria dan ”santo-santo” sia-sia belaka karena mereka tidak dapat mendengarkan doa, juga tidak dapat memohonkan belas kasihan mengingat mereka sendiri pun dalam keadaan tidak sadar.

Tyndale Menerjemahkan Kitab-Kitab Ibrani

Pada tahun 1530, Tyndale menghasilkan sebuah edisi Pentateuch, kelima buku pertama dari Kitab-Kitab Ibrani. Dengan demikian, ia menjadi orang pertama yang menerjemahkan Alkitab langsung dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Inggris. Tyndale juga adalah penerjemah Inggris yang pertama yang menggunakan nama Yehuwa. Sarjana dari London, David Daniell, menulis, ”Para pembaca terjemahan Tyndale pasti sangat terkejut mendapati nama Allah disingkapkan kembali.”

Dalam upayanya untuk menghasilkan terjemahan yang jelas, Tyndale menggunakan berbagai kata dalam bahasa Inggris untuk menerjemahkan sebuah kata Ibrani. Akan tetapi, sedapat mungkin ia mengikuti struktur bahasa Ibrani. Hasil terjemahannya mempertahankan kelugasan dari bahasa Ibrani. Ia sendiri mengatakan, ”Kata-kata dalam bahasa Ibrani jauh lebih mirip bahasa Inggris daripada bahasa Latin. Gaya pengungkapannya mirip, sehingga dalam banyak bagian, Anda tinggal menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris, kata per kata.”

Metode penerjemahan yang pada dasarnya harfiah ini membuat terjemahan Tyndale memiliki nuansa ungkapan-ungkapan Ibrani. Beberapa dari antaranya mungkin kelihatannya sangat aneh sewaktu pertama kali dibaca. Namun, Alkitab akhirnya menjadi begitu terkenal sehingga banyak dari ungkapannya sekarang merupakan bagian dari bahasa Inggris. Beberapa contohnya antara lain ”a man after his own heart” (artinya ”berkenan di hati”, sebagaimana terdapat di 1 Samuel 13:14), ”passover” (paskah) dan ”scapegoat” (kambing hitam). Lebih dari itu, para pembaca Alkitab bahasa Inggris menjadi akrab dengan konsep berpikir dalam bahasa Ibrani, memberi mereka pemahaman yang lebih baik akan Alkitab terilham.

Tyndale dan Alkitab Dilarang

Kesempatan untuk dapat membaca Firman Allah dalam bahasa sendiri sungguh menakjubkan. Rakyat Inggris menanggapi dengan membeli semua Alkitab yang dapat diselundupkan ke negara tersebut, yang disamarkan sebagai berbal-bal kain atau barang-barang lain. Sementara itu, para pemimpin agama terus memikirkan bahwa kedudukan mereka pasti akan hilang apabila Alkitab sampai dianggap sebagai wewenang tertinggi. Oleh karena itu, para penerjemah dan para pendukungnya berada dalam situasi yang mengancam jiwa.

Meskipun terus-menerus diteror oleh Gereja dan Negara, Tyndale tetap bekerja secara diam-diam di Antwerpen, Belgia. Ia masih dapat membaktikan dua hari dalam sepekan untuk apa yang ia sebut sebagai pengisi waktu​—melayani para pengungsi Inggris lain, kaum papa dan orang-orang sakit. Ia menggunakan sebagian besar hartanya dalam pekerjaan ini. Sebelum ia dapat menerjemahkan setengah bagian akhir dari Kitab-Kitab Ibrani, Tyndale dikhianati demi uang oleh seorang pria Inggris yang pura-pura menjadi sahabat. Sewaktu dieksekusi di Vilvoorde, Belgia, pada tahun 1536, kata-kata terakhir yang diucapkannya dengan sungguh-sungguh adalah, ”Tuhan! bukalah mata Raja Inggris.”

Karena alasan pribadi, menjelang tahun 1538, Raja Henry VIII memerintahkan agar Alkitab ditempatkan di setiap gereja di Inggris. Meskipun Tyndale tidak mendapat tanda jasa, terjemahan yang terpilih pada dasarnya adalah karyanya. Dengan demikian, karya Tyndale menjadi sedemikian terkenal dan diminati sehingga itu ’menentukan karakter mendasar dari kebanyakan versi bahasa Inggris setelah itu’. (The Cambridge History of the Bible) Sebanyak 90 persen terjemahan Tyndale disalin langsung ke dalam King James Version pada tahun 1611.

Kemudahan untuk mendapatkan Alkitab berarti perubahan besar bagi Inggris. Diskusi-diskusi seputar Alkitab yang diadakan di gereja-gereja begitu mengasyikkan sehingga kadang-kadang mengganggu kebaktian gereja! ”Orang-orang tua belajar membaca agar mereka dapat langsung membaca Firman Allah, dan anak-anak bergabung bersama orang-orang yang lebih tua untuk mendengarkan.” (A Concise History of the English Bible) Pada masa ini juga, terjadi peningkatan dramatis dalam penyiaran Alkitab di negeri-negeri Eropa dan dalam bahasa-bahasa Eropa lainnya. Tetapi gerakan Alkitab di Inggris mengerahkan pengaruh ke seluas dunia. Bagaimana bisa demikian? Dan bagaimana penemuan serta riset lebih lanjut mempengaruhi Alkitab yang kita gunakan dewasa ini? Kita akan mengakhiri kisah ini pada artikel berikut dalam seri yang sama.

[Gambar di hlm. 26]

”Perjanjian Baru” karya Tyndale tahun 1526​—satu-satunya salinan yang diketahui luput dari pembakaran

[Keterangan]

© The British Library Board

[Bagan/Gambar di hlm. 26, 27]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Penanggalan Utama Penyiaran Alkitab

Masehi

Alkitab Wycliffe mulai dibuat (sb. tahun 1384)

1400

Hus dieksekusi tahun 1415

Gutenberg​—Alkitab Tercetak yang pertama ± 1455

1500

Alkitab Dalam Bahasa Sehari-hari Pada Masa Awal

Naskah Yunani karya Erasmus pada tahun 1516

”Perjanjian Baru” karya Tyndale pada tahun 1526

Tyndale dieksekusi tahun 1536

Perintah Henry VIII untuk menaruh Alkitab di gereja-gereja pada tahun 1538

1600

King James Version pada tahun 1611

[Gambar]

Wycliffe

Hus

Tyndale

Henry VIII

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan