Apakah Pekerjaan Saudara Akan Tahan Api?
”Hendaklah masing-masing tetap memperhatikan bagaimana ia membangun di atas [fondasi itu].”—1 KORINTUS 3:10.
1. Harapan apa yang dimiliki orang-orang Kristen yang setia sehubungan dengan calon-calon murid?
SEPASANG suami-istri Kristen menatap anak mereka yang baru lahir. Seorang penyiar Kerajaan melihat minat dan semangat yang terpancar di wajah seorang pelajar Alkitab. Ketika sedang mengajar dari mimbar, seorang penatua Kristen mengamati bahwa di antara hadirin ada seorang peminat baru yang dengan bersemangat memeriksa ayat-ayat Alkitabnya. Hati hamba-hamba Yehuwa yang setia ini penuh dengan harapan. Sewajarnyalah mereka bertanya-tanya, ’Apakah orang ini akan mengasihi dan melayani Yehuwa—dan tetap setia?’ Tentu saja, hal itu tidak terjadi dengan sendirinya. Upaya dibutuhkan.
2. Bagaimana rasul Paulus mengingatkan orang-orang Kristen di Ibrani tentang pentingnya pekerjaan pengajaran, dan hal ini mungkin mendorong kita untuk mengadakan pemeriksaan diri apa?
2 Sebagai seorang guru yang terampil, rasul Paulus menandaskan pentingnya pekerjaan mengajar dan menjadikan murid sewaktu ia menulis, ”Kamu seharusnya menjadi guru mengingat waktunya.” (Ibrani 5:12) Ia berbicara kepada orang-orang Kristen yang tidak banyak membuat kemajuan, mengingat lamanya mereka telah menjadi orang yang percaya. Bukan saja mereka belum siap mengajar orang-orang lain, mereka juga masih perlu diingatkan tentang aspek-aspek dasar kebenaran. Dewasa ini, kita semua secara berkala sebaiknya meninjau kesanggupan kita sebagai guru dan melihat bagaimana kita dapat membuat kemajuan. Kehidupan sedang dipertaruhkan. Apa yang dapat kita lakukan?
3. (a) Dengan apa rasul Paulus membandingkan proses menjadikan murid Kristen? (b) Sebagai pembangun Kristen, hak istimewa besar apa yang kita miliki?
3 Dalam ilustrasinya yang berpenerapan luas, Paulus mengumpamakan pekerjaan menjadikan murid dengan proses mendirikan bangunan. Inilah kata-kata pembukaannya, ”Kita adalah rekan sekerja Allah. Kamu sekalian adalah ladang Allah yang sedang digarap, bangunan Allah.” (1 Korintus 3:9) Jadi, kita ambil bagian dalam suatu pekerjaan pembangunan yang menangani orang-orang; kita turut membangun mereka menjadi murid-murid Kristus. Dalam hal ini, kita adalah rekan sekerja dari Pribadi yang ”membangun segala perkara”. (Ibrani 3:4) Ini benar-benar suatu hak istimewa! Mari kita lihat bagaimana nasihat Paulus yang terilham kepada orang-orang Korintus dapat membantu kita agar lebih mahir dalam pekerjaan kita. Kita akan memberikan perhatian khusus pada ”seni mengajar” kita.—2 Timotius 4:2.
Meletakkan Fondasi yang Benar
4. (a) Apa peranan Paulus dalam pekerjaan pembangunan Kristen? (b) Mengapa dapat dikatakan bahwa baik Yesus maupun para pendengarnya mengetahui pentingnya fondasi yang baik?
4 Sebuah bangunan membutuhkan fondasi yang baik agar dapat stabil dan kuat bertahan. Oleh karena itu, Paulus menulis, ”Sesuai dengan kebaikan hati Allah yang tidak layak diterima yang diberikan kepadaku, sebagai pengawas pekerjaan yang berhikmat aku meletakkan suatu fondasi.” (1 Korintus 3:10) Dengan menggunakan ilustrasi serupa, Yesus Kristus berbicara tentang sebuah rumah yang selamat dari terpaan badai karena si pembangunnya telah memilih fondasi yang kukuh. (Lukas 6:47-49) Yesus tahu betul pentingnya fondasi. Ia hadir sewaktu Yehuwa meletakkan dasar bumi.a (Amsal 8:29-31) Para pendengar Yesus juga mengerti pentingnya fondasi yang baik. Hanya rumah yang kukuh yang dapat bertahan dari banjir bandang dan gempa bumi yang sesekali terjadi di Palestina. Namun, fondasi apa yang dimaksudkan Paulus?
5. Siapakah fondasi sidang Kristen, dan bagaimana hal ini dinubuatkan?
5 Paulus menulis, ”Tidak seorang pun dapat meletakkan fondasi lain apa pun selain yang telah diletakkan, yakni Yesus Kristus.” (1 Korintus 3:11) Ini bukanlah pernyataan pertama yang mengumpamakan Yesus sebagai sebuah fondasi. Sesungguhnya, Yesaya 28:16 menubuatkan, ”Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: ’Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh.’” Telah lama menjadi maksud-tujuan Yehuwa agar Putra-Nya menjadi fondasi bagi sidang Kristen.—Mazmur 118:22; Efesus 2:19-22; 1 Petrus 2:4-6.
6. Bagaimana Paulus meletakkan fondasi yang sepatutnya dalam diri orang-orang Kristen di Korintus?
6 Apa fondasi bagi orang-orang Kristen secara individu? Seperti yang dikatakan Paulus, tidak ada fondasi bagi seorang Kristen yang sejati selain yang telah diletakkan berdasarkan Firman Allah—Yesus Kristus. Paulus tentu meletakkan fondasi demikian. Di Korintus, kota yang mengagung-agungkan filsafat, ia tidak berupaya mengesankan orang-orang dengan hikmat duniawi. Sebaliknya, Paulus memberitakan tentang ”Kristus yang dipantek”, yang sangat diremehkan bangsa-bangsa sebagai ”kebodohan”. (1 Korintus 1:23) Paulus mengajarkan bahwa Yesus adalah tokoh utama dalam maksud-tujuan Yehuwa.—2 Korintus 1:20; Kolose 2:2, 3.
7. Apa yang dapat kita pelajari dari rujukan Paulus kepada dirinya sendiri sebagai ”pengawas pekerjaan yang berhikmat”?
7 Paulus menyatakan bahwa dalam mengajarkan hal-hal tersebut, ia adalah ”pengawas pekerjaan yang berhikmat”. Ini bukan pernyataan yang angkuh. Ini hanyalah sebuah pengakuan tentang karunia menakjubkan yang diberikan Yehuwa kepadanya—yaitu karunia untuk mengorganisasi atau mengarahkan pekerjaan. (1 Korintus 12:28) Memang, kita dewasa ini tidak memiliki karunia yang bersifat mukjizat yang diberikan kepada orang-orang Kristen pada abad pertama. Dan, kita mungkin tidak menganggap diri sebagai guru yang berkarunia. Namun, sebenarnya, kita memang mempunyai suatu karunia yang penting. Coba pikirkan: Yehuwa memberikan roh kudus-Nya kepada kita untuk membantu kita. (Bandingkan Lukas 12:11, 12.) Dan, kita memiliki kasih kepada Yehuwa dan pengetahuan tentang ajaran dasar Firman-Nya. Karunia ini benar-benar menakjubkan untuk digunakan dalam mengajar orang-orang lain. Marilah kita bertekad menggunakannya untuk meletakkan fondasi yang sepatutnya.
8. Bagaimana kita meletakkan Kristus sebagai suatu fondasi dalam diri calon-calon murid?
8 Bila kita menjadikan Kristus sebagai fondasi, kita tidak memperkenalkannya sebagai bayi yang tak berdaya di sebuah palungan, tidak juga sebagai pribadi yang sederajat dengan Yehuwa dalam suatu Tritunggal. Konsep-konsep yang tidak berdasarkan Alkitab itu dijadikan fondasi oleh orang-orang Kristen gadungan. Sebaliknya, kita mengajarkan bahwa ia adalah tokoh terbesar sepanjang masa, bahwa ia menyerahkan kehidupannya yang sempurna demi kepentingan kita, dan bahwa ia kini menjadi Raja yang dilantik Yehuwa, yang memerintah di surga. (Roma 5:8; Penyingkapan 11:15) Kita juga berupaya memotivasi para pelajar kita untuk berjalan menurut jejak kaki Yesus dan meniru sifat-sifatnya. (1 Petrus 2:21) Kita ingin agar mereka benar-benar tergerak oleh kegairahan Yesus dalam pelayanan, belas kasihannya terhadap orang-orang rendahan dan tertindas, belas kasihannya terhadap para pedosa yang remuk karena kesalahan mereka sendiri, ketabahannya yang tak tergoyahkan dalam menghadapi pencobaan. Yesus benar-benar fondasi yang luar biasa. Namun, apa langkah selanjutnya?
Membangun dengan Bahan-Bahan yang Tepat
9. Meskipun Paulus khususnya seorang pembubuh fondasi, perhatian macam apa yang ia perlihatkan terhadap orang-orang yang menerima kebenaran dari materi pengajarannya?
9 Paulus menulis, ”Jika seseorang membangun di atas fondasi itu emas, perak, batu-batu berharga, bahan-bahan kayu, rumput kering, jerami, pekerjaan masing-masing orang akan menjadi nyata, sebab hari itu akan memperlihatkannya, karena ini akan disingkapkan dengan perantaraan api; dan api itu sendiri akan membuktikan macam apa pekerjaan masing-masing orang.” (1 Korintus 3:12, 13) Apa yang dimaksudkan Paulus? Pertimbangkan latar belakangnya. Paulus pada dasarnya adalah pembubuh fondasi. Dalam perjalanan utusan injilnya, ia mengunjungi kota demi kota, mengabar kepada banyak orang yang belum pernah mendengar tentang Kristus. (Roma 15:20) Seraya orang-orang menerima kebenaran yang diajarkannya, sidang-sidang pun terbentuk. Paulus sangat memperhatikan orang-orang yang setia ini. (2 Korintus 11:28, 29) Akan tetapi, pekerjaannya menuntut Paulus untuk terus mengadakan perjalanan. Maka, setelah menghabiskan waktu 18 bulan untuk meletakkan fondasi di Korintus, ia meninggalkan kota itu untuk mengabar di kota-kota lain. Namun, ia menaruh minat yang sangat besar akan cara rekan-rekan lainnya menindaklanjuti pekerjaan yang telah ia lakukan di sana.—Kisah 18:8-11; 1 Korintus 3:6.
10, 11. (a) Bagaimana Paulus mengontraskan jenis-jenis bahan bangunan yang berbeda? (b) Jenis-jenis bangunan harfiah apa yang ada di Korintus purba? (c) Jenis-jenis bangunan apa yang lebih besar kemungkinannya untuk tahan api, dan pelajaran apa yang dapat ditarik oleh orang-orang yang menjadikan murid Kristen?
10 Tampaknya, beberapa rekan yang membangun di atas fondasi yang diletakkan Paulus di Korintus melakukan pekerjaannya secara asal jadi. Untuk menyingkapkan problemnya, Paulus mengontraskan dua jenis bahan bangunan: emas, perak, dan batu-batu berharga sebagai jenis yang pertama; kayu, rumput kering, dan jerami sebagai jenis yang lainnya. Sebuah bangunan dapat didirikan dari bahan-bahan tahan api yang bagus, kukuh, dan tidak mudah terbakar; atau dapat juga secara sembrono dibangun dengan menggunakan bahan-bahan sekali pakai, darurat, dan mudah terbakar. Di kota besar seperti Korintus, sudah pasti terdapat banyak bangunan dari kedua jenis bahan ini. Ada kuil-kuil megah yang terbuat dari blok-blok batu yang besar dan mahal, barangkali sebagian dilapisi atau didekorasi dengan emas dan perak.b Bangunan-bangunan yang tahan lama ini mungkin menjulang dengan anggun di antara pondok-pondok, gubuk-gubuk, dan kios-kios pasar yang terbuat dari kerangka kayu yang kasar dan dijalin dengan jerami.
11 Apa yang akan terjadi atas bangunan-bangunan ini bila terjadi kebakaran? Dari zaman Paulus sampai sekarang, jawabannya tetap sama. Sebenarnya, kota Korintus pernah ditaklukkan dan dibakar oleh Jenderal Mummius dari Roma pada tahun 146 SM. Banyak bangunan dari kayu, rumput kering, atau jerami sudah pasti musnah total. Bagaimana dengan bangunan-bangunan dari batu yang kukuh, yang berhiaskan emas dan perak? Tidak diragukan, bangunan-bangunan itu masih tetap berdiri. Murid-murid Paulus di Korintus mungkin melewati bangunan-bangunan tersebut setiap hari—bangunan-bangunan batu yang tahan terhadap bencana yang telah lama meratakan bangunan-bangunan di sekitarnya yang tidak kuat bertahan. Alangkah jelasnya cara Paulus menandaskan pokok persoalannya! Sewaktu mengajar, kita perlu memandang diri sebagai pembangun. Kita ingin menggunakan bahan bangunan yang terbaik, yang paling tahan lama. Dengan demikian, pekerjaan kita kemungkinan besar akan bertahan. Apa saja bahan-bahan yang tahan lama tersebut, dan mengapa penting menggunakannya?
Apakah Pekerjaan Saudara Akan Tahan Api?
12. Dengan cara bagaimana orang-orang Kristen di Korintus melakukan pekerjaan pembangunan yang asal-asalan?
12 Jelaslah, Paulus merasa bahwa beberapa rekan Kristen di Korintus membangun secara asal jadi. Apa masalahnya? Seperti yang diperlihatkan oleh ikatan kalimatnya, sidang tersebut dirongrong oleh perpecahan, kekaguman terhadap orang-orang tertentu tanpa mempedulikan persatuan sidang. Ada yang mengatakan, ”Aku milik Paulus”, sedangkan yang lain-lain dengan kukuh mengatakan, ”Aku milik Apolos”. Tampaknya, ada pula yang menganggap hikmat mereka sendiri terlalu tinggi. Tentu saja, ini mengakibatkan suasana yang diwarnai oleh cara berpikir yang bersifat jasmani, ketidakmatangan rohani, serta ”kecemburuan dan percekcokan” yang menjadi-jadi. (1 Korintus 1:12; 3:1-4, 18) Sikap-sikap demikian tentu saja tercermin dalam pengajaran di dalam sidang dan di dalam pelayanan. Akibatnya, mereka menjadikan murid secara asal-asalan, bagaikan sedang membangun dengan bahan-bahan yang kurang bermutu. Itu tidak akan tahan terhadap ”api”. Api macam apa yang sedang dibicarakan Paulus?
13. Apa yang digambarkan oleh api dalam ilustrasi Paulus, dan akan hal apa hendaknya semua orang Kristen waspada?
13 Ada api yang kita semua hadapi dalam hidup ini—ujian iman kita. (Yohanes 15:20; Yakobus 1:2, 3) Orang-orang Kristen di Korintus perlu tahu, sebagaimana kita dewasa ini, bahwa setiap orang yang kepadanya kita ajarkan kebenaran, akan diuji. Jika kita mengajar secara asal jadi, akibatnya akan menyedihkan. Paulus memperingatkan, ”Jika pekerjaan seseorang yang ia bangun di atasnya tetap ada, ia akan menerima upah; jika pekerjaan seseorang terbakar habis, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan; namun jika demikian, ini akan seperti melalui api.”c—1 Korintus 3:14, 15.
14. (a) Bagaimana orang-orang yang menjadikan murid Kristen ”menderita kerugian”, namun bagaimana mereka memperoleh keselamatan seperti melalui api? (b) Bagaimana kita dapat mengecilkan risiko menderita kerugian?
14 Kata-kata ini sungguh menggugah pikiran! Alangkah pedihnya kita melihat orang yang telah kita bantu dengan susah payah untuk menjadi murid ternyata menyerah pada godaan atau penganiayaan, kemudian meninggalkan jalan kebenaran. Paulus mengakui hal itu sewaktu ia mengatakan bahwa kita menderita kerugian dalam kasus-kasus demikian. Apa yang kita rasakan dapat sangat menyakitkan sehingga keselamatan kita digambarkan ”seperti melalui api”—seperti orang yang kehilangan segalanya karena kebakaran dan yang terselamatkan hanya dirinya sendiri. Dan, bagi kita masing-masing, bagaimana kita dapat mengecilkan risiko kerugian? Membangunlah dengan bahan-bahan yang tahan lama! Jika kita mengajar para pelajar kita dengan cara yang mencapai hati, yang menggerakkan mereka untuk menghargai sifat-sifat Kristen yang bermutu seperti hikmat, daya pengamatan, takut akan Yehuwa, dan iman yang sejati, maka kita membangun dengan bahan-bahan yang tahan lama dan tahan api. (Mazmur 19:10, 11; Amsal 3:13-15; 1 Petrus 1:6, 7) Orang-orang yang memperoleh sifat-sifat ini akan terus melakukan kehendak Allah; mereka memiliki harapan yang pasti untuk terus hidup selama-lamanya. (1 Yohanes 2:17) Namun, bagaimana kita dapat menerapkan secara praktis ilustrasi Paulus? Perhatikan beberapa contoh berikut ini.
15. Dengan cara bagaimana kita dapat memastikan agar kita tidak asal-asalan dalam melakukan pekerjaan pembangunan sehubungan dengan para pelajar Alkitab kita?
15 Sewaktu mengajar para pelajar Alkitab, kita tidak boleh meninggikan manusia di atas Allah Yehuwa. Tujuan kita bukan untuk mengajar mereka memandang kita sebagai sumber hikmat yang utama. Kita ingin agar mereka berpaling kepada Yehuwa, Firman-Nya, dan organisasi-Nya untuk memperoleh bimbingan. Agar itu tercapai, kita tidak sekadar menawarkan pandangan kita sendiri sebagai jawaban atas pertanyaan mereka. Sebaliknya, kita mengajar mereka untuk memperoleh jawaban, dengan menggunakan Alkitab dan publikasi-publikasi yang telah disediakan oleh ”budak yang setia dan bijaksana”. (Matius 24:45-47) Untuk alasan yang serupa, kita berhati-hati agar tidak bersikap posesif terhadap para pelajar Alkitab kita. Sebaliknya, daripada merasa kesal sewaktu rekan-rekan kita memperlihatkan minat terhadap mereka, kita hendaknya menganjurkan para pelajar kita untuk ’membuka lebar-lebar’ kasih sayang mereka, mengenal dan menghargai sebanyak mungkin orang di sidang.—2 Korintus 6:12, 13.
16. Bagaimana para penatua membangun dengan bahan-bahan yang tahan api?
16 Para penatua Kristen juga memainkan peran penting dalam membangun murid-murid. Sewaktu mereka mengajar di hadapan sidang, mereka berupaya membangun dengan bahan-bahan yang tahan api. Kesanggupan mengajar, pengalaman, dan kepribadian mereka mungkin sangat bervariasi, namun mereka tidak boleh memanfaatkan perbedaan-perbedaan ini untuk mencari pendukung bagi diri sendiri. (Bandingkan Kisah 20:29, 30.) Kita tidak tahu persis mengapa beberapa orang di Korintus mengatakan, ”Aku milik Paulus”, atau ”Aku milik Apolos”. Namun, kita dapat yakin bahwa para penatua yang setia ini tidak mempromosikan pemikiran yang memecah-belah semacam itu. Paulus tidak tersanjung oleh perasaan seperti itu; ia menyangkalnya sekuat tenaga. (1 Korintus 3:5-7) Demikian pula dewasa ini, para penatua mengingat bahwa mereka menggembalakan ”kawanan Allah”. (1 Petrus 5:2) Kawanan ini bukan milik manusia mana pun. Maka, para penatua dengan teguh melawan kecenderungan apa pun dari seseorang yang hendak menguasai kawanan ataupun badan penatua. Selama para penatua dimotivasi oleh hasrat yang rendah hati untuk melayani sidang, mencapai hati, dan membantu domba melayani Yehuwa dengan sepenuh jiwa, mereka membangun dengan bahan-bahan yang tahan api.
17. Bagaimana para orang-tua Kristen berupaya membangun dengan bahan-bahan yang tahan api?
17 Orang-tua Kristen dewasa ini juga sangat peduli terhadap masalah ini. Betapa inginnya mereka melihat anak-anak mereka hidup kekal! Itulah sebabnya mengapa mereka bekerja keras untuk ”menanamkan” prinsip-prinsip Firman Allah ke dalam hati anak-anak mereka. (Ulangan 6:6, 7, NW) Mereka ingin anak-anak mereka mengenal kebenaran, bukan sebagai sederetan hukum atau serentetan fakta, melainkan sebagai jalan hidup yang lengkap, memuaskan, dan membahagiakan. (1 Timotius 1:11) Agar dapat membangun anak-anak mereka menjadi murid Kristus yang setia, orang-tua yang penuh kasih berupaya menggunakan bahan-bahan yang tahan api. Mereka dengan sabar bekerja sama dengan anak-anak mereka, membantu mereka menyingkirkan sifat-sifat yang Yehuwa benci dan memupuk sifat-sifat yang Ia sukai.—Galatia 5:22, 23.
Siapa yang Bertanggung Jawab?
18. Bila seorang murid menolak ajaran yang sehat, mengapa hal itu tidak selalu merupakan kesalahan dari orang-orang yang berupaya mengajar dan melatih mereka?
18 Pembahasan ini menimbulkan suatu pertanyaan penting. Jika seseorang yang kita coba bantu ternyata jatuh dari kebenaran, apakah itu berarti bahwa kita gagal sebagai guru—bahwa kita ternyata membangun dengan bahan-bahan yang kurang bermutu? Tidak selalu. Kata-kata Paulus tentu saja mengingatkan kita bahwa ambil bagian dalam membangun murid-murid adalah tanggung jawab yang besar. Kita ingin melakukan semampu kita apa pun yang dibutuhkan untuk membangun dengan baik. Namun, Firman Allah tidak menyuruh kita bertanggung jawab sepenuhnya dan menjadi terbebani dengan rasa bersalah sewaktu orang-orang yang kita coba bantu berpaling dari kebenaran. Ada faktor-faktor lain yang tersangkut selain peran kita sebagai pembangun. Misalnya, perhatikan apa yang Paulus katakan sehubungan dengan guru yang bahkan melakukan pekerjaan asal jadi dalam pekerjaan pembangunan ini, ”Ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan.” (1 Korintus 3:15) Jika sang guru ini pada akhirnya memperoleh keselamatan—padahal kepribadian Kristen yang telah ia coba bangun dalam diri pelajarnya seolah-olah ”terbakar habis” dalam ujian yang panas membara—bagaimana seharusnya kesimpulan kita? Tentu saja, bahwa Yehuwa terutama menuntut pertanggungjawaban sang pelajar sehubungan dengan keputusannya sendiri untuk tetap setia atau tidak.
19. Apa yang akan kita bahas dalam artikel berikut?
19 Tanggung jawab pribadi, atau individu, adalah persoalan yang sangat penting. Ini berpengaruh terhadap kita masing-masing. Secara spesifik, apa yang Alkitab ajarkan tentang permasalahan ini? Artikel kita berikut ini akan membahasnya.
[Catatan Kaki]
a ’Dasar bumi’ bisa jadi memaksudkan kekuatan alam yang menopang bumi—dan semua benda angkasa—dengan kukuh pada tempatnya. Selain itu, bumi sendiri dibangun sedemikian rupa sehingga tidak akan pernah ”goyang”, atau binasa.—Mazmur 104:5.
b ”Batu-batu berharga” yang Paulus maksudkan tidak selalu berarti permata, seperti berlian atau batu mirah. Bisa saja itu memaksudkan batu-batu untuk bangunan mahal seperti marmer, pualam, atau granit.
c Paulus bukannya meragukan keselamatan sang pembangun, melainkan ”pekerjaan” sang pembangun. The New English Bible menerjemahkan ayat ini, ”Jika bangunan seseorang tetap berdiri, ia akan diberi upah; jika bangunan itu terbakar, ia harus menanggung kerugiannya; namun kehidupannya akan luput, seperti orang yang luput dari api.”
Bagaimana Saudara akan Menjawab?
◻ Apa ”fondasi” dalam diri orang Kristen yang sejati, dan bagaimana itu diletakkan?
◻ Apa yang dapat kita pelajari dari berbagai jenis bahan bangunan?
◻ Apa yang digambarkan oleh ”api”, dan bagaimana itu dapat menyebabkan beberapa orang ”menderita kerugian”?
◻ Bagaimana para guru Alkitab, penatua, dan orang-tua membangun dengan bahan-bahan tahan api?
[Gambar di hlm. 9]
Di banyak kota zaman purba, bangunan-bangunan dari batu yang tahan api berdampingan dengan bangunan yang tidak kuat