PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w99 15/8 hlm. 8-9
  • Jangan Biarkan Kemarahan Menjadi Batu Sandungan Saudara

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Jangan Biarkan Kemarahan Menjadi Batu Sandungan Saudara
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
  • Bahan Terkait
  • Apa Kata Alkitab tentang Kemarahan?
    Pertanyaan Alkitab Dijawab
  • Marah, Kemarahan
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Apakah Selalu Salah untuk Marah?
    Sedarlah!—1994
  • Amarah yang Bermasalah
    Sedarlah!—2012
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
w99 15/8 hlm. 8-9

Jangan Biarkan Kemarahan Menjadi Batu Sandungan Saudara

”SABAR, sabar.” ”Tenangkan dirimu.” ”Sudahlah, jangan dimasukkan ke hati.” Apakah kata-kata ini akrab di telinga saudara? Barangkali, saudara mengucapkannya keras-keras untuk meredakan emosi saudara sendiri yang sedang berkecamuk. Supaya amarah tidak sampai meledak, ada yang sengaja pergi untuk sekadar menghirup udara segar. Semua ini adalah cara sederhana untuk mengendalikan kemarahan dan menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Namun, pada tahun-tahun belakangan ini, saran-saran yang bertolak belakang dari para profesional tentang apakah sebaiknya kemarahan itu dikendalikan atau dilampiaskan sangat membingungkan banyak orang. Misalnya, beberapa psikolog mengemukakan teori bahwa ”jika perasaan Anda akan menjadi lebih baik karenanya”, maka keluarkan saja kemarahan saudara. Para psikolog lain memperingatkan bahwa jika seseorang terus-menerus melampiaskan kemarahannya, ”itu merupakan gejala mati-muda yang lebih berbahaya jika dibandingkan dengan faktor-faktor berisiko lainnya seperti merokok, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol yang tinggi”. Firman Allah dengan terus terang menyatakan, ”Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.” (Mazmur 37:8) Mengapa Alkitab memberikan nasihat sejelas itu?

Emosi yang tak terkendali berakibat perbuatan yang tak terkendali. Hal ini terbukti pada awal mula sejarah manusia. Kita membaca, ”Hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.” Apa akibatnya? Kemarahan mencengkeram dan menguasai dirinya sedemikian rupa sehingga mengeraskan hatinya terhadap peringatan Yehuwa agar ia berbalik melakukan apa yang baik. Kemarahan Kain yang tak terkendali menjerumuskannya ke dalam dosa serius​—membunuh adiknya.​—Kejadian 4:3-8.

Saul, raja Israel yang pertama, dikuasai emosi serupa sewaktu mendengar Daud disanjung-sanjung. ”Perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: ’Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.’ Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya.” Kemarahan begitu mendominasi pikiran Saul sehingga ia terdorong melakukan serangkaian upaya untuk membunuh Daud. Meskipun Daud mengulurkan tawaran bersahabat, Saul tidak sudi berdamai dan rukun kembali. Akhirnya, ia sama sekali kehilangan perkenan Yehuwa.​—1 Samuel 18:6-11; 19:9, 10; 24:1-21; Amsal 6:34, 35.

Tak dapat disangkal, sewaktu seseorang membiarkan diri dikuasai kemarahan yang tak terkendali, ia akan mengatakan dan melakukan hal-hal yang akan menyakiti siapa pun yang terlibat. (Amsal 29:22) Kain dan Saul menjadi marah karena masing-masing merasa iri dan dengki. Akan tetapi, kemarahan dapat timbul karena berbagai alasan. Kritik yang sembarangan, penghinaan, kesalahpahaman, atau perlakuan tidak adil dapat memicu ledakan kemarahan.

Kain dan Saul sama-sama mempunyai kelemahan serius. Persembahan Kain rupanya tidak dimotivasi oleh iman. (Ibrani 11:4) Karena Saul tidak menaati perintah-perintah Yehuwa yang spesifik lalu berupaya membenarkan diri, Saul kehilangan perkenan dan roh Allah. Jelaslah, kedua pria itu memutuskan hubungan mereka dengan Yehuwa.

Kontraskan sikap semacam itu dengan sikap Daud, yang memiliki alasan untuk marah atas perlakuan Saul terhadapnya. Daud menahan emosinya. Mengapa? Dia berkata, ”Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN.” Daud benar-benar mencamkan hubungannya dengan Yehuwa, dan itu mempengaruhi cara dia memperlakukan Saul. Dia menyerahkan segala sesuatunya dengan rendah hati ke tangan Yehuwa.​—1 Samuel 24:7, 16.

Sesungguhnya, kemarahan yang tak terkendali membawa dampak yang sangat serius. Rasul Paulus memperingatkan, ”Jadilah murka, namun jangan melakukan dosa.” (Efesus 4:26) Meskipun adakalanya kemarahan yang adil-benar pantas diperlihatkan, kemarahan tetap saja berbahaya karena berpotensi menjadi batu sandungan kita. Jadi, tidak heran bahwa kita harus selalu berupaya mengendalikan kemarahan kita. Bagaimana caranya?

Cara yang terutama adalah memperkuat hubungan dengan Yehuwa. Ia menganjurkan saudara untuk membuka hati dan pikiran saudara kepada-Nya. Katakan kepada-Nya apa saja yang membuat saudara resah dan khawatir, dan mohonlah ketenangan hati supaya saudara dapat menaklukkan kemarahan. (Amsal 14:30) Yakinlah bahwa ”mata Yehuwa ada pada orang yang adil-benar, dan telinganya kepada permohonan mereka”.​—1 Petrus 3:12.

Doa dapat membentuk dan membimbing saudara. Dengan cara bagaimana? Doa dapat sangat berpengaruh terhadap cara kita memperlakukan orang lain. Ingatlah bagaimana Yehuwa telah memperlakukan saudara. Sebagaimana dikatakan Alkitab, Yehuwa ’tidak melakukan kepada kita setimpal dengan dosa kita’. (Mazmur 103:10) Sifat pemaaf sangatlah penting agar saudara ”tidak dikalahkan oleh Setan”. (2 Korintus 2:10, 11) Selain itu, doa berfungsi untuk membuka hati saudara untuk menerima bimbingan roh kudus, yang sanggup mengubah total pola kehidupan yang berurat-berakar. Yehuwa senang memberikan ’kedamaian yang lebih unggul daripada segala akal’, yang dapat membebaskan saudara dari cengkeraman kemarahan yang kuat.​—Filipi 4:7.

Akan tetapi, doa harus disertai penyelidikan Alkitab yang tetap tentu agar kita dapat ’terus mengerti apa kehendak Yehuwa’. (Efesus 5:17; Yakobus 3:17) Jika saudara secara pribadi sulit mengendalikan kemarahan, berupayalah untuk memahami pandangan Yehuwa dalam hal ini. Periksalah ayat-ayat Alkitab yang secara spesifik berhubungan dengan mengendalikan kemarahan.

Rasul Paulus memberikan pengingat penting ini, ”Hendaklah kita mengerjakan apa yang baik kepada semua, tetapi teristimewa kepada mereka yang ada hubungannya dengan kita dalam iman.” (Galatia 6:10) Hendaklah pikiran dan perbuatan saudara terpusat hanya untuk berbuat baik bagi orang-orang lain. Kegiatan yang sehat dan positif semacam itu akan menghasilkan empati dan kepercayaan, serta akan meluruskan kesalahpahaman yang dengan mudah dapat menimbulkan kemarahan.

Pemazmur berkata, ”Teguhkanlah langkahku oleh janji-Mu, dan janganlah segala kejahatan berkuasa atasku. Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka.” (Mazmur 119:133, 165) Kata-kata itu juga berlaku bagi saudara.

[Kotak/Gambar di hlm. 9]

LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGENDALIKAN KEMARAHAN

□ Berdoalah kepada Yehuwa.​—Mazmur 145:18.

□ Selidikilah Alkitab setiap hari.​—Mazmur 119:133, 165.

□ Sibuklah selalu dalam kegiatan yang bermanfaat.​—Galatia 6:9, 10.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan