PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w00 15/9 hlm. 8-9
  • Mengumumkan Kerajaan Allah di Kepulauan Fiji

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengumumkan Kerajaan Allah di Kepulauan Fiji
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2000
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Mereka Percaya kepada Yehuwa
  • Pilihan yang Menyangkut Hati Nurani
  • Tantangan Fisik
  • Kasih Mempersatukan Keluarga
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Dapatkan Manfaat dari Bimbingan Yehuwa
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2016
  • ”Kabar Baik” Diberitakan di Kepulauan Ujung Utara Australia
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2010
  • ”Dari Mulut Bayi-Bayi”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2000
w00 15/9 hlm. 8-9

Kita Adalah Jenis yang Memiliki Iman

Mengumumkan Kerajaan Allah di Kepulauan Fiji

YESUS KRISTUS pernah berbicara tentang dua jalan. Yang satu lebar dan menuju ke kematian. Satunya lagi sempit namun menuju ke kehidupan. (Matius 7:13, 14) Untuk memungkinkan orang-orang memilih jalan yang benar, Allah Yehuwa bermaksud agar kabar baik Kerajaan diberitakan di seluruh dunia. (Matius 24:14) Oleh karena itu, orang-orang mendengarkan berita Kerajaan di mana-mana, dan beberapa di antaranya memilih kehidupan dengan menjadi ”jenis yang memiliki iman sehingga jiwa terpelihara hidup”. (Ibrani 10:39) Kami mengundang saudara untuk membaca bagaimana beberapa orang di Fiji dan pulau-pulau sekitarnya di Pasifik Selatan sampai memilih jalan kehidupan.

Mereka Percaya kepada Yehuwa

Mere masih bersekolah sewaktu ia pertama kali mendengar berita Kerajaan pada tahun 1964. Karena tinggal di sebuah pulau yang terpencil, sulit baginya untuk menghubungi Saksi-Saksi Yehuwa. Akan tetapi, akhirnya, ia berhasil memperoleh pengetahuan yang saksama akan Alkitab. Waktu itu, ia telah menikah dengan seorang pria yang adalah kepala kampung. Karena Mere memilih hidup selaras dengan prinsip-prinsip Alkitab, suami serta kerabat suaminya memperlakukan dia dengan kejam, dan orang-orang sekampungnya merendahkan dia. Meskipun demikian, ia dibaptis pada tahun 1991.

Tidak lama kemudian, Josua, suami Mere, bersikap lebih lunak dan bahkan mulai ikut duduk dalam pembahasan Alkitab yang dilakukan oleh Mere bersama anak-anak mereka. Josua berhenti pergi ke Gereja Metodis. Namun, sebagai kepala kampung, ia tetap memimpin rapat mingguan di kampung itu. Di mata penduduk, Josua dianggap tidak loyal, karena Gereja Metodis adalah suatu bagian integral dari kehidupan perkampungan di Fiji. Oleh karena itu, pendeta setempat mendesak Josua untuk kembali ke agamanya semula.

Dengan berani, Josua menegaskan bahwa ia dan keluarganya telah membuat pilihan dan bertekad untuk menyembah Allah Yehuwa ”dengan roh dan kebenaran”. (Yohanes 4:​24) Dalam rapat kampung berikutnya, kepala tertinggi memerintahkan agar Josua dan keluarganya meninggalkan kampung sebagai orang-orang yang tersisih. Mereka diberi waktu tujuh hari untuk meninggalkan pulau dan rumah, tanah, serta ladang mereka​—ya, seluruh penghidupan mereka.

Saudara-saudara rohani dari pulau lain datang membantu Josua dan keluarganya, mencarikan tempat tinggal dan tanah untuk berladang. Josua dan putra sulungnya kini sudah dibaptis, dan putranya yang lain melayani sebagai penyiar kabar baik yang belum terbaptis. Mere baru-baru ini mendaftar sebagai perintis biasa (pemberita Kerajaan sepenuh waktu). Karena memilih melayani Yehuwa, mereka kehilangan kedudukan serta harta benda, namun seperti rasul Paulus, mereka menganggap ini semua tak sebanding dengan apa yang telah mereka peroleh.​—Filipi 3:8.

Pilihan yang Menyangkut Hati Nurani

Memilih mengikuti hati nurani yang dilatih Alkitab menuntut iman dan keberanian. Inilah yang dialami Suraang yang baru dibaptis, seorang wanita muda di Tarawa, salah satu pulau di Kiribati. Suraang meminta izin untuk dikecualikan dari salah satu aspek pekerjaannya sebagai perawat di rumah sakit. Permohonannya tidak diterima dengan baik, dan akibatnya ia dimutasikan untuk mengurus puskesmas kecil di sebuah pulau terpencil sehingga ia kehilangan kontak dengan rekan-rekan seimannya.

Di pulau itu, merupakan kebiasaan bagi semua pendatang baru untuk membuat persembahan bagi ”roh” setempat. Orang-orang yakin bahwa jika tidak melakukannya, akibatnya bisa mati. Karena Suraang menolak dilakukannya tindakan penyembahan berhala ini bagi dia pada pesta penyambutannya, penduduk kampung pun menanti-nantikan saat dia dicekik oleh roh yang tersinggung. Sewaktu tidak terjadi apa-apa atas Suraang, terbukalah banyak kesempatan baginya untuk memberikan kesaksian yang bagus.

Namun, ujian Suraang belum selesai. Beberapa pemuda di pulau itu merasa tertantang untuk merayu para pendatang wanita. Akan tetapi, Suraang menolak rayuan mereka, dan memelihara integritasnya kepada Allah. Bahkan, ia dapat melayani sebagai perintis biasa, sekalipun ia bertugas sebagai perawat 24 jam sehari.

Sebelum diadakan pesta untuk menghormati Suraang sewaktu ia hendak meninggalkan pulau itu, para tua-tua kampung menyatakan bahwa dia adalah misionaris sejati pertama yang mengunjungi mereka. Karena pendiriannya yang teguh pada prinsip-prinsip Alkitab, orang-orang lain di pulau itu telah menyambut baik berita Kerajaan.

Tantangan Fisik

Karena terpencilnya beberapa desa, umat Yehuwa harus mengerahkan upaya besar untuk melaksanakan pelayanan dan menghadiri perhimpunan Kristen. Perhatikan contoh empat Saksi yang terbaptis​—satu pria dan tiga wanita​—yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk menempuh perjalanan pulang-pergi ke tempat perhimpunan. Perjalanan mereka mencakup menyeberangi tiga sungai sekali jalan. Sewaktu air pasang, sang saudara berenang dahulu, mengusung sebuah belanga besar berisi tas, buku, serta pakaian mereka untuk berhimpun. Kemudian, dia berenang kembali untuk membantu ketiga saudari itu.

Kelompok kecil lainnya, yang menghadiri perhimpunan di Pulau Nonouti yang terpencil di Kiribati, menghadapi tantangan yang berbeda. Rumah tempat mereka berhimpun hanya dapat memuat tujuh atau delapan orang. Hadirin lainnya duduk di luar dan melihat ke dalam melalui dinding yang terbuat dari kawat jaring. Tempat perhimpunan ini tidak luput dari perhatian penduduk desa yang keluar-masuk gereja-gereja mereka yang megah. Tentu saja, hamba-hamba Yehuwa sadar bahwa orang-orangnyalah, bukan bangunannya, yang sungguh-sungguh berharga dalam pandangan Yehuwa. (Hagai 2:7) Seorang saudari terbaptis di pulau itu sudah lanjut usianya dan tidak dapat berjalan jauh. Namun, ia dibantu dalam pelayanan oleh seorang wanita muda, penyiar belum terbaptis yang mendorongnya dengan kursi roda ke mana-mana. Sungguh besar penghargaan mereka akan kebenaran!

Lebih dari 2.100 penyiar yang melayani di Kepulauan Fiji bertekad untuk terus mengumumkan kabar baik Kerajaan Allah. Dan, mereka yakin bahwa masih banyak lagi yang akan menjadi ”jenis yang memiliki iman sehingga jiwa terpelihara hidup”.

[Peta di hlm. 8]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Australia

Fiji

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan