PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w22 Juni hlm. 26-28
  • Apakah Saudara Dibimbing oleh ”Hukum Kebaikan Hati”?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Apakah Saudara Dibimbing oleh ”Hukum Kebaikan Hati”?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2022
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • ”HUKUM KEBAIKAN HATI ADA PADA LIDAHNYA”
  • TINDAKAN YANG BAIK HATI​—BESAR PENGARUHNYA
  • TUNJUKKAN KEBAIKAN HATI SEPERTI YANG ALLAH INGINKAN
  • KEPADA SIAPA KITA PERLU BERBAIK HATI?
  • Kebaikan Hati yang Tidak Selayaknya Diperoleh
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Mengejar Kebaikan Hati dalam Dunia yang Tidak Bersahabat
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2004
  • Kebaikan Hati—Sifat yang Ditunjukkan dengan Kata-Kata dan Tindakan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2018
  • Senangkan Yehuwa dengan Menunjukkan Kebaikan Hati
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2022
w22 Juni hlm. 26-28
Beberapa gambar: 1. Seorang saudara muda membawakan kantong berisi bahan makanan untuk seorang saudara lansia. 2. Sepasang suami istri membantu sebuah keluarga mengepak barang untuk pindah rumah. 3. Pasangan lainnya membersihkan daun-daun kering di halaman seorang saudari lansia.

Apakah Saudara Dibimbing oleh ”Hukum Kebaikan Hati”?

SEORANG saudari bernama Lisaa menceritakan apa yang membuat dia tertarik untuk belajar kebenaran: ”Saya sangat terkesan dengan kebaikan hati saudara-saudari.” Itulah yang juga dirasakan oleh Anne. Dia mengatakan, ”Awalnya, saya tertarik untuk belajar kebenaran karena kebaikan hati para Saksi, bukan karena apa yang mereka ajarkan.” Sekarang, kedua saudari ini senang membaca Alkitab dan merenungkannya.

Bagaimana kita bisa menunjukkan kebaikan hati yang membuat orang-orang di sekitar kita tersentuh? Mari kita bahas bagaimana kita bisa melakukannya melalui kata-kata dan tindakan kita. Lalu, kita akan membahas kepada siapa kita harus menunjukkan kebaikan hati.

”HUKUM KEBAIKAN HATI ADA PADA LIDAHNYA”

Amsal pasal 31 mengatakan bahwa ”hukum kebaikan hati” ada pada lidah seorang istri yang baik. (Ams. 31:26) Hukum itu membimbing cara dia berbicara dan kata-kata yang dia gunakan. Para suami dan ayah juga harus dibimbing oleh hukum itu. Kebanyakan orang tua tahu bahwa kata-kata yang dingin dan kasar bisa berpengaruh buruk pada anak mereka. Tapi, kalau orang tua berbicara dengan baik hati, anak mereka akan lebih mudah untuk mendengarkan dan menaati mereka.

Tidak soal Saudara adalah orang tua atau bukan, bagaimana Saudara bisa berbicara dengan baik hati? Salah satu caranya disebutkan di bagian awal Amsal 31:26. Kita perlu ”berbicara dengan bijaksana.” Itu berarti kita harus memikirkan baik-baik apa yang akan kita katakan dan cara kita mengatakannya. Saudara bisa memikirkan pertanyaan ini: ’Apakah kata-kata saya akan membuat suasana lebih damai atau malah memicu kemarahan orang?’ (Ams. 15:1) Ya, kita perlu berpikir sebelum berbicara.

Alkitab juga mengatakan, ”Kata-kata yang tidak dipikir itu seperti tikaman-tikaman pedang.” (Ams. 12:18) Jadi, kita perlu memikirkan pengaruh kata-kata dan cara berbicara kita atas orang lain supaya kita bisa lebih berhati-hati sewaktu berbicara. Kalau kita mengikuti ”hukum kebaikan hati”, kita tidak akan menggunakan kata-kata yang menyakitkan atau berbicara dengan kasar. (Ef. 4:31, 32) Sebaliknya, kita akan berbicara dengan positif, baik hati, dan lembut. Yehuwa memberikan contoh yang bagus sewaktu Dia menenangkan Elia, hamba-Nya yang sedang ketakutan. Malaikat yang mewakili Yehuwa berbicara kepada Elia dengan ”suara rendah yang lembut”. (1 Raj. 19:12) Tapi, untuk menjadi orang yang baik hati, tidak cukup kalau kita hanya berbicara dengan baik hati. Kita juga harus bertindak dengan baik hati. Bagaimana caranya?

TINDAKAN YANG BAIK HATI​—BESAR PENGARUHNYA

Kalau kita meniru Yehuwa, kita akan menunjukkan kebaikan hati melalui kata-kata dan tindakan kita. (Ef. 4:32; 5:1, 2) Lisa, yang disebutkan sebelumnya, menceritakan kebaikan hati yang ditunjukkan oleh para Saksi: ”Waktu keluarga kami tiba-tiba harus pindah rumah, ada dua pasangan Saksi yang cuti dari pekerjaan mereka untuk membantu kami. Padahal, waktu itu saya belum mulai belajar Alkitab.” Kebaikan hati para Saksi membuat Lisa tergerak untuk belajar kebenaran.

Anne, yang disebutkan di awal artikel, juga menghargai kebaikan hati para Saksi. Dia mengatakan, ”Karena melihat tindakan orang-orang di dunia ini, saya jadi sulit untuk percaya kepada orang lain.” Dia melanjutkan, ”Sewaktu bertemu Saksi Yehuwa, saya curiga kepada mereka. Saya berpikir, ’Kenapa mereka begitu peduli kepada saya?’ Tapi, karena guru Alkitab saya menunjukkan kebaikan hati yang tulus, saya jadi mulai percaya kepadanya.” Apa hasilnya? ”Belakangan, saya mulai belajar Alkitab dengan lebih sungguh-sungguh.”

Lisa dan Anne benar-benar tersentuh oleh kebaikan hati saudara-saudari, dan itu membuat mereka ingin belajar kebenaran. Kebaikan hati yang ditunjukkan oleh para Saksi membantu mereka untuk percaya kepada Yehuwa dan umat-Nya.

TUNJUKKAN KEBAIKAN HATI SEPERTI YANG ALLAH INGINKAN

Ada orang-orang yang biasa berbicara dengan sopan dan sering tersenyum karena sifat bawaan atau karena budaya mereka. Dan itu memang bagus. Tapi, kalau hanya hal-hal tersebut yang membuat mereka bersikap seperti itu, mereka mungkin belum menunjukkan kebaikan hati seperti yang Allah inginkan.​—Bandingkan Kisah 28:2.

Untuk menunjukkan kebaikan hati seperti yang Allah inginkan, kita perlu mengikuti bimbingan kuasa kudus, karena kebaikan hati adalah bagian dari buah kuasa kudus. (Gal. 5:22, 23) Kalau kita melakukannya, itu berarti kita mengasihi Allah dan mau meniru Dia. Selain itu, sebagai orang Kristen, kita mau meniru Yesus dengan mengasihi sesama dan peduli kepada mereka. Jadi, alasan utama kita berbaik hati adalah karena kita mengasihi Allah Yehuwa dan mengasihi sesama. Itulah yang membuat kebaikan hati kita benar-benar tulus dan sesuai dengan yang Allah inginkan.

KEPADA SIAPA KITA PERLU BERBAIK HATI?

Kita mungkin lebih mudah berbaik hati kepada orang yang kita kenal atau kepada orang yang juga memperlakukan kita dengan baik hati. (2 Sam. 2:6) Kita pasti berterima kasih kepada mereka. (Kol. 3:15) Tapi, bagaimana kalau kita merasa bahwa seseorang tidak pantas untuk diperlakukan dengan baik hati?

Yehuwa memberikan teladan yang terbaik dalam menunjukkan kebaikan hati kepada semua orang, tidak soal mereka layak menerimanya atau tidak. Dan melalui Firman-Nya, Dia mengajar kita untuk menunjukkan sifat ini. Istilah ”kebaikan hati yang luar biasa” muncul berulang kali dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen. Istilah ini bisa memaksudkan sesuatu yang diberikan karena kemurahan hati pemberinya, bukan karena penerimanya layak mendapatkannya. Bagaimana Yehuwa menunjukkan kebaikan hati seperti itu kepada kita?

Coba pikirkan: Sejak dulu, Yehuwa berbaik hati kepada miliaran orang dengan memberi mereka apa yang dibutuhkan untuk tetap hidup. (Mat. 5:45) Malah, sebelum kita mengenal Yehuwa, Dia sudah berbaik hati kepada kita. (Ef. 2:4, 5, 8) Misalnya, Dia memberikan yang terbaik, yaitu Putra tunggal-Nya, untuk menebus kita. Rasul Paulus menulis bahwa Yehuwa menyediakan tebusan ”karena besarnya kebaikan hati-Nya yang luar biasa”. (Ef. 1:7) Selain itu, meskipun kita berdosa dan kadang mengecewakan Yehuwa, Dia terus membimbing dan mengajar kita. Pengajaran dan perkataan-Nya seperti ”hujan rintik-rintik” yang turun dengan lembut ke atas rumput. (Ul. 32:2) Jelaslah, kebaikan hati Yehuwa itu sangat berlimpah, dan kita tidak akan pernah bisa membalas semua itu. Dan sebenarnya, tanpa kebaikan hati Yehuwa, kita tidak akan punya masa depan yang cerah.​—Bandingkan 1 Petrus 1:13.

Kebaikan hati Yehuwa pasti membuat kita tersentuh dan tergerak untuk meniru Dia. Seperti Yehuwa, kita ingin berbaik hati kepada semua orang, bukan kepada orang-orang tertentu saja. Dan, kita ingin melakukan itu dalam kehidupan kita sehari-hari. (1 Tes. 5:15) Kalau kita selalu berbaik hati, kita akan menjadi seperti api unggun yang hangat di tengah cuaca yang dingin bagi anggota keluarga, rekan seiman, teman sekerja, teman sekolah, dan tetangga kita.

Coba pikirkan orang-orang dalam keluarga atau sidang Saudara yang akan mendapat manfaat dari kata-kata dan tindakan Saudara yang baik hati. Misalnya, apakah Saudara bisa membantu rekan seiman yang mungkin kesulitan mengurus rumah dan halamannya atau membeli bahan makanan? Selain itu, kalau orang yang Saudara temui dalam dinas butuh bantuan, bisakah Saudara membantunya juga?

Karena kita ingin meniru Yehuwa, semoga kata-kata dan tindakan kita selalu dibimbing oleh ”hukum kebaikan hati”.

a Nama-nama telah diubah.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan