-
Halaman DuaSedarlah!—1987 (No. 24) | Sedarlah!—1987 (No. 24)
-
-
Halaman Dua
”Saya Merasa seperti Hidup Kembali!”
Sarah sudah tidak berminat lagi kepada apapun, seakan-akan ’awan gelap’ memenuhi pikirannya. ”Dalam hati rasanya seperti sudah mati,” katanya. ”Sekarang saya merasa seperti hidup kembali!” Ia salah satu dari jutaan orang di seluruh dunia yang berjuang melawan musuh kejam. Musuh ini telah menyerang segala macam orang—tua muda, kaya miskin, lajang maupun yang sudah kawin, laki-laki dan perempuan. Depresi itu mematikan, karena sampai 70 persen dari semua tindakan bunuh diri dapat diketahui sebagai akibat depresi [rasa murung]. Musuh ini juga merusak karir dan menghancurkan keluarga. Bacalah bagaimana Sarah dan orang-orang lain memenangkan perjuangan mereka.
-
-
Berjuang Melawan Musuh yang KejamSedarlah!—1987 (No. 24) | Sedarlah!—1987 (No. 24)
-
-
Berjuang Melawan Musuh yang Kejam
”INI pencobaan yang terbesar dalam hidup saya,” kata Elizabeth. ”Dapat bangkit lagi benar-benar menakjubkan. Saya merasa seolah-olah mendapat kesempatan untuk menikmati kehidupan lebih lama. Sekarang saya dapat mencium harumnya bunga-bunga mawar!” Wanita berumur 42 tahun ini telah menaklukkan musuh yang kata orang mengakibatkan lebih banyak penderitaan daripada kelainan mental apapun—depresi.
Alexander tidak begitu beruntung. Laki-laki berumur 33 tahun ini menjadi sangat murung, tidak selera makan, dan ingin sendirian. ”Ia merasa seolah-olah seluruh dunia sudah runtuh dan tidak ada lagi gunanya hidup,” Ester, istrinya, menjelaskan. ”Ia merasa dirinya tidak berarti sama sekali.” Karena yakin bahwa ia tidak mungkin sembuh, Alexander mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Baik Elizabeth maupun Alexander termasuk di antara 100.000.000 orang yang diungkapkan menderita apa yang dikenal sebagai depresi klinis setiap tahun. Satu dari setiap empat orang Amerika dan satu dari setiap lima orang Kanada mengalami depresi yang serius selama masa hidup mereka. Depresi juga dinyatakan sebagai penderitaan yang umum di Afrika, dan ternyata meningkat di Republik Federasi Jerman. Maka mungkin saja anda mempunyai teman atau keluarga yang mulai atau sudah menjadi salah satu korban.
Istri Alexander, yang telah melakukan segala upaya untuk membantu suaminya, mengingatkan, ”Kalau seseorang mengatakan ia lesu dan merasa diri tidak berarti, tanggapilah dengan serius.” Jadi dalam depresi berat, yang dialami bukan sekedar suatu perasaan yang akan segera berlalu atau kesedihan biasa. Bisa mematikan, menjadi musuh kejam yang dapat melumpuhkan dan membelenggu. Bila kasusnya dapat dikenali, berarti masih ada peluang untuk memilih antara hidup dan mati.
”Suatu Gangguan dalam Otak Saya”
Kita semua bisa mengalami kerugian yang menyakitkan, frustrasi, dan kekecewaan. Kesedihan adalah reaksi yang wajar. Anda menutup diri secara emosional, mengobati luka hati anda, dan akhirnya mulai menghadapi kenyataan, yakni situasi yang berubah. Anda berharap esok hari akan lebih cerah dan anda pun segera mulai menikmati kehidupan kembali. Tetapi keadaannya lain dalam kasus-kasus depresi yang serius.
”Selama delapan bulan saya tidak merasa pulih, dengan pergi berbelanja atau oleh apapun,” kata Elizabeth. Penderita lain, Carol, menambahkan, ”Rasanya seperti ada gangguan dalam otak saya, ibarat awan yang menakutkan meliputi diri saya. Walaupun anda memberikan saya satu juta dollar, perasaan yang mengerikan itu tidak akan berhenti.” Seorang laki-laki mengatakan bahwa ’rasanya seperti memakai kacamata buram—tidak ada yang menarik. Juga, kacamatanya seolah-olah memakai lensa pembesar, sehingga setiap problem tampaknya tak tertahankan’.
Depresi adalah sederetan bentuk-bentuk emosi mulai dari rasa sedih sampai putus asa dan ingin bunuh diri. (Lihat kotak di halaman 4.) Jumlah gejala, kehebatannya, serta lamanya berlangsung merupakan faktor-faktor lengkap untuk dapat menentukan dengan tepat kapan perasaan sedih menjadi depresi yang serius.
Tidak Selalu Mudah Dibedakan
Depresi sering kali sulit untuk dibedakan karena pada penderitanya mungkin juga ada gejala-gejala fisik. ”Kaki saya terasa perih, dan kadang-kadang seluruh tubuh saya sakit. Saya pergi ke banyak dokter,” kata Elizabeth. ”Saya yakin bahwa mereka mengabaikan suatu kelainan fisik dan bahwa saya sudah hampir mati.” Seperti Elizabeth, kira-kira 50 persen dari pasien depresi yang pergi ke dokter mengeluhkan gejala fisik dan bukannya gejala emosi.
”Biasanya, mereka akan mengeluh sakit kepala, insomnia (sulit tidur), anorexia (kurang nafsu makan), sembelit, atau rasa capek yang kronis,” tulis Dr. Samuel Guze, kepala Departemen Psikiater dari Universitas Washington di St. Louis, ”tetapi tidak akan mengatakan apapun tentang rasa sedih, putus asa, atau kecewa. . . . Beberapa pasien depresi tampaknya tidak menyadari depresi yang mereka alami.” Rasa sakit yang kronis, berat badan yang turun atau naik, dan nafsu seks yang menurun juga gejala yang umum.
Dr. E. B. L. Ovuga dari Rumah Sakit Umzimkulu, Transkei, Afrika Selatan, menyatakan bahwa walaupun orang-orang Afrika yang menderita depresi jarang mengungkapkan rasa bersalah atau rasa diri tidak berharga, mereka mengeluhkan adanya kegiatan yang berlebihan, ingin menyendiri, dan sakit pada tubuh. Suatu laporan tahun 1983 oleh Organisasi Kesehatan Dunia menyingkapkan bahwa kebanyakan penderita depresi yang diteliti di Swiss, Iran, Kanada, dan Jepang semuanya memiliki gejala dasar yang sama yaitu tidak gembira, gelisah, kurang tenaga, dan perasaan rendah diri.
Penyalahgunaan alkohol dan obat bius, serta hubungan seks sembarangan, hanyalah sebagian dari cara-cara yang dicoba oleh beberapa orang untuk menutupi depresi. Ya, ”di dalam tertawapun hati dapat merana”. (Amsal 14:13) Demikian halnya terutama pada kaum muda. ”Depresi pada orang dewasa biasanya kelihatan, tetapi jika seorang anak yang mengalami depresi memasuki ruangan, anda sama sekali tidak akan mengetahui,” kata Dr. Donald McKnew of NIMH (National Institute of Mental Health atau Institut Nasional Kesehatan Mental) sebuah wawancara dengan Sedarlah! ”Itulah sebabnya depresi kanak-kanak berlangsung begitu lama tanpa diketahui. Tetapi begitu anda berbicara mengenai hal itu, mereka akan mencurahkan perasaan depresi yang mereka alami.”
Namun, tahun-tahun 1980-an ditandai oleh adanya kemajuan yang berarti dalam memahami dan merawat depresi. Rahasia susunan kimia otak mulai tersingkap. Percobaan telah dikembangkan untuk membedakan jenis-jenis depresi tertentu. Perjuangan telah diperkuat dengan adanya penggunaan obat-obat antidepresi dan bahan gizi seperti asam amino tertentu. Lagi pula, terapi percakapan-percakapan jangka pendek telah digunakan dengan berhasil. Menurut para ilmuwan NIMH, antara 80 dan 90 persen dari semua korban pada dasarnya dapat dibantu dengan perawatan yang tepat.
Tetapi apa penyebab kekacauan emosional yang melumpuhkan ini?
[Tabel di hlm. 4]
Deretan Bentuk-Bentuk Depresi
Kesedihan Biasa Depresi Hebat
Suasana Hati
Sedih, dukacita biasa Putus asa berlebihan
Kasihan diri sendiri, kecil hati Rasa diri tidak berarti
Menyalahkan diri sendiri dan Rasa bersalah dan sikap
rasa bersalah menyalahkan diri yang merusak
Dapat menemukan suatu Tidak menemukan kesenangan,
kesenangan tidak peduli lagi
Pikiran
Penyesalan Pikiran untuk bunuh diri
Sulit memusatkan perhatian
Lama Berlangsungnya
Lama berlangsungnya singkat Lama berlangsungnya panjang
(beberapa hari) (dua minggu atau lebih)
Gejala Fisik
Berfungsi normal Capek terus-menerus; rasa sakit
Sedikit problem fisik yang tak dapat dijelaskan
(sementara) Perubahan dalam kebiasaan makan
dan tidur
Tidak dapat duduk diam,
mondar-mandir, meremas tangan
Lamban dalam berbicara dan
dalam gerakan tubuh
-
-
Depresi: Semua dalam Kepala Seseorang?Sedarlah!—1987 (No. 24) | Sedarlah!—1987 (No. 24)
-
-
Depresi: Semua dalam Kepala Seseorang?
PRIA itu menjadi tertekan segera setelah ia mulai memperbaiki rumahnya yang sudah berumur 200 tahun. Ia tidak enak tidur dan merasa luar biasa sulit untuk memusatkan perhatian. Keluarganya heran apakah rumah itu berhantu! Ia memperhatikan bahwa gejala yang paling parah, termasuk sakit perut, terjadi sesudah cat lama dari bagian dalam rumah yang terbuat dari kayu dikerik. Seorang dokter menemukan bahwa racun dari timah dalam lapisan cat lama yang dikerik menyebabkan depresinya.
Ya, kadang-kadang, bahan-bahan beracun dapat juga menyebabkan depresi. Memang kita bisa kaget bahwa depresi dapat dibangkitkan oleh sejumlah penyebab fisik.
Beberapa tahun lalu para penyelidik dengan teliti memeriksa 100 orang yang masuk sebuah rumah sakit kota karena gangguan mental, termasuk depresi. Pada 46 kasus di antaranya, gejala emosional ternyata berhubungan langsung dengan penyakit fisik. Menurut laporan dalam American Journal of Psychiatry, sewaktu penyakit-penyakit fisik ini dirawat, 28 orang ”ternyata dengan cepat dan mengesankan sembuh dari gejala-gejala gangguan mental”, dan 18 orang ”benar-benar menjadi lebih baik”.
Bagaimanapun, peranan penyakit fisik dalam depresi, sulit dipahami. Pengalaman banyak dokter adalah bahwa pasien yang tertekan mungkin juga menderita penyakit fisik yang bukan penyebab depresinya tetapi selalu mengganggu pikirannya. Maka, walaupun ada penyakit fisik tersebut, depresi yang lebih berat sering kali harus dibicarakan dan dirawat.
Walaupun beberapa penyakit fisik dapat menyebabkan atau memperhebat kekacauan emosional, gejala-gejala gangguan mental dapat juga berkembang sebagai reaksi terhadap penyakit tersebut yang diderita sebelumnya. Misalnya, setelah operasi besar, terutama operasi jantung, pasien yang mulai pulih hampir selalu merasa tertekan. Pada waktu mereka sembuh, biasanya depresi lenyap. Ketegangan tubuh akibat penyakit yang serius dapat juga menjadi penyebab. Selain itu, reaksi alergi terhadap makanan tertentu atau bahan-bahan lain dapat menyebabkan depresi yang parah pada beberapa orang.
Faktor turunan mungkin juga menjadi penentu apakah seseorang akan menderita jenis depresi yang lebih khusus. Awal tahun ini, para penyelidik mengumumkan penemuan suatu kelainan genetika turunan yang dianggap menyebabkan beberapa orang cenderung kena depresi maniak.
Selain itu, beberapa ahli kedokteran mengatakan bahwa 10 sampai 20 persen dari ibu-ibu muda mengalami depresi klinis yang memuncak. Tapi, para penyelidik tidak sependapat, apakah perubahan hormon yang berhubungan dengan kelahiran anak atau beban emosional sebagai ibu yang mengakibatkan kelainan itu. Penemuan akhir-akhir ini juga menunjukkan bahwa sindroma sebelum menstruasi dan minum pil anti hamil cenderung menyebabkan depresi pada beberapa wanita.
Penyelidikan paling terakhir juga telah mengungkapkan bahwa beberapa orang tampaknya memiliki siklus perasaan yang berubah-ubah, disebut sebagai Seasonal Affective Disorder (Pengaruh Gangguan Musiman). Orang-orang demikian merasa sangat tertekan selama musim gugur dan musim dingin. Mereka menjadi lamban dan biasanya tidur lebih lama, mengasingkan diri dari teman dan keluarga, dan mengalami perubahan selera makan serta makanan kegemaran. Tetapi begitu tiba musim semi dan musim panas, mereka menjadi gembira, aktif, dan penuh gairah, dan mereka umumnya dapat berfungsi dengan baik. Beberapa telah berhasil dirawat dengan menggunakan cahaya buatan secara teratur.
Maka depresi tidak selalu ’dalam kepala’. Jika perasaan tertekan muncul, pemeriksaan fisik yang lengkap sangat penting. Tetapi bagaimana jika tidak ditemukan adanya alasan fisik?
[Kotak di hlm. 6]
Beberapa Penyebab Fisik dari Depresi
Penyelidikan kedokteran telah menghubungkan hal-hal berikut dengan perkembangan depresi pada beberapa orang:
Metal dan kimia yang beracun: timah, merkuri, aluminium, karbon monoksida dan beberapa insektisida
Kekurangan gizi: vitamin tertentu dan beberapa mineral yang penting
Penyakit menular: Tuberculosis, mononucleosis, viral pneumonia, hepatitis, dan influenza
Penyakit pada sistem Endocrine: penyakit thyroid, penyakit Cushing, hypoglycemia, dan diabetes mellitus
Penyakit pada sistem susunan saraf pusat: Multiple sclerosis dan penyakit Parkinson
Obat ”Penenang”: PCP, marihuana, amphetamines, kokain, heroin, dan methadone
Obat-obat yang dibeli dengan resep dokter: barbiturates, anticonvulsants, corticosteroids, dan hormon-hormon. Beberapa obat yang mengobati tekanan darah tinggi, arthritis, penyakit cardiovascular, dan beberapa kelainan mental. (Memang, tidak semua obat-obat demikian akan menyebabkan depresi, dan walaupun bahaya itu ada, biasanya menyangkut sejumlah kecil dari orang-orang yang minum obat itu di bawah pengawasan dokter.)
-
-
Penyebab secara KejiwaanSedarlah!—1987 (No. 24) | Sedarlah!—1987 (No. 24)
-
-
Penyebab secara Kejiwaan
”SEMUA tes sudah saya lakukan, dan tidak ada gejala apa-apa,” sang dokter yang ramah berkata kepada Elizabeth. ”Saya yakin anda sangat tertekan dan karena alasan yang tepat.”
Elizabeth, yang merasa bahwa problemnya adalah penyakit fisik, mulai bertanya-tanya dalam hati apakah pendapat dokter itu benar. Ia merenungkan perjuangannya setiap hari selama beberapa tahun menghadapi putranya berusia enam tahun yang tidak mau patuh, dan sering kali tidak bisa dikendalikan, yang kemudian didiagnosa menderita penyakit berupa kekurangan perhatian. ”Ketegangan dari hari ke hari dan kecemasan yang tidak ada habisnya sangat membebani emosi saya,” Elizabeth mengungkapkan. ”Saya sudah sampai merasa putus asa dan ingin bunuh diri.”
Banyak orang yang tertekan, seperti Elizabeth, telah mengalami kadar ketegangan emosi yang luar biasa. Sebenarnya, suatu penyelidikan penting oleh ahli-ahli riset Inggris George Brown dan Tirril Harris menyingkapkan bahwa wanita-wanita yang tertekan rata-rata memiliki ”kesulitan-kesulitan besar”, seperti perumahan yang buruk atau ketegangan hubungan keluarga, tiga kali lebih besar daripada kesulitan wanita-wanita yang tidak tertekan. Kesulitan-kesulitan ini telah menimbulkan ”cukup banyak kesukaran dan sering kali tak kunjung berhenti” selama sekurang-kurangnya dua tahun. Pengalaman hidup yang berat, seperti kematian sanak-keluarga atau teman dekat, penyakit parah atau kecelakaan, berita buruk yang mengejutkan, atau kehilangan pekerjaan, juga empat kali lebih umum di kalangan wanita yang tertekan!
Namun, Brown dan Harris menemukan kenyataan bahwa kemalangan saja tidak menyebabkan depresi. Banyak bergantung pada reaksi mental dan kecenderungan emosional masing-masing orang.
”Segala Sesuatu Tampaknya Tidak Memberi Harapan”
Misalnya, Sarah, istri yang rajin dan ibu dari tiga anak yang masih kecil. Pada suatu kecelakaan sewaktu bekerja punggungnya terkilir. Dokter mengatakan bahwa ia harus mengurangi banyak kegiatan fisik karena piringan sendi tulang belakang pecah. ”Rasanya seluruh kehidupan saya seperti sudah berakhir. Biasanya saya selalu aktif, senang berolahraga dengan anak-anak saya. Saya terus memikirkan kerugian ini dan merasa bahwa keadaan tidak akan mungkin membaik. Semua sukacita dalam kehidupan saya hilang seketika. Segala sesuatu tampaknya tidak memberi harapan,” demikian pengakuan Sarah.
Karena ia memberi reaksi seperti itu terhadap kecelakaan ini, akhirnya ia berkesimpulan bahwa seluruh hidupnya sudah tidak memberi harapan, dan depresi itu pun makin menjadi. Sebagaimana dikatakan oleh Brown dan Harris, dalam buku mereka Social Origins of Depression (Segi Sosial dari Asal Mula Depresi), ”Hal itu [kecelakaan yang menjadi penyebab, seperti yang dialami Sarah] bisa membuat orang berpikir bahwa seluruh kehidupannya sudah tidak memberi harapan. Pemukulrataan semacam inilah yang kami rasa menjadi inti pokok penyakit depresi.”
Tetapi mengapa banyak orang merasa tidak dapat memulihkan perasaan kehilangan yang menyakitkan, sehingga mereka mengalami depresi yang hebat? Mengapa Sarah, misalnya, lebih cenderung pada pemikiran yang negatif?
’Saya Tidak Berharga’
”Saya selalu kurang yakin pada diri sendiri,” Sarah menjelaskan. ”Perasaan rendah diri saya begitu hebat, dan saya merasa diri tidak layak mendapat perhatian apapun.” Perasaan sakit yang berhubungan dengan kurang harga diri sering kali menjadi faktor penentu. ”Kepedihan hati mematahkan semangat,” kata Amsal 15:13. Alkitab mengetahui bahwa semangat yang tertekan bisa timbul, bukan saja karena tekanan dari luar, tetapi juga karena kebimbangan di dalam diri kita. Apa yang dapat menyebabkan perasaan rendah diri?
Beberapa pola berpikir kita dibentuk dari cara kita dibesarkan. ”Sewaktu masih anak-anak, saya tidak pernah dipuji oleh orangtua saya,” kata Sarah. ”Saya ingat bahwa saya tidak pernah menerima suatu pujian sampai sesudah saya kawin. Akibatnya, saya mencari hal itu dari orang lain. Saya takut sekali dicela orang.”
Kebutuhan Sarah yang sangat besar untuk disambut adalah unsur yang umum bagi kebanyakan orang yang menjadi sangat tertekan. Penyelidikan mengungkapkan bahwa orang-orang tersebut cenderung membentuk harga diri mereka melalui kasih dan sambutan yang diterima dari orang lain, bukan berdasarkan hasil yang mereka capai sendiri. Mereka mungkin menilai diri sendiri sejauh mereka disukai atau dianggap penting oleh orang lain. ”Kehilangan dukungan sedemikian,” lapor satu tim penyelidik, ”akan mengakibatkan jatuhnya harga diri dan ini sangat berperan dalam mulainya depresi.”
Perfeksionisme [ingin segala sesuatu sempurna]
Kekuatiran yang berlebihan untuk mendapat sambutan dari orang lain sering kali nyata dengan cara yang luar biasa. Sarah menjelaskan, ”Saya berusaha melakukan segala sesuatu sebaik mungkin supaya saya mendapat sambutan yang tidak saya peroleh sewaktu kecil. Demikian pula di tempat pekerjaan. Saya harus memiliki keluarga yang ’sempurna’. Citra inilah yang saya miliki dan yang harus saya kejar.” Tetapi, ketika ia mendapat kecelakaan, segalanya seperti tidak memberi harapan. Ia menambahkan, ”Saya yakin bahwa sayalah yang bertanggung jawab dalam keluarga dan takut bahwa jika saya tidak dapat berfungsi, mereka akan gagal dan kemudian orang akan mengatakan, ’Dia seorang ibu dan istri yang tidak baik.’”
Cara berpikir Sarah mengakibatkan depresi yang hebat. Riset mengenai kepribadian orang yang tertekan mengungkapkan bahwa kasusnya tidak langka. Margaret, yang juga menderita depresi berat, mengakui, ”Saya kuatir apa yang orang pikirkan tentang diri saya. Saya seorang perfeksionis, selalu melihat jam, selalu kuatir.” Menetapkan tujuan hidup yang tinggi dan tidak realistis atau menjadi sangat kuatir, lalu gagal untuk memenuhi pengharapan itu, adalah akar dari banyak depresi. Pengkhotbah 7:16 mengingatkan, ”Janganlah terlalu saleh, janganlah perilakumu terlalu berhikmat; mengapa engkau akan membinasakan dirimu sendiri?” Berupaya memperlihatkan diri hampir ”sempurna” bagi orang lain akan membawa kesedihan emosi dan fisik. Frustrasi dapat juga mengarah kepada semacam tindakan menyalahkan diri yang merusak.
”Tidak Ada Sesuatu Pun yang Dapat Saya Lakukan dengan Benar”
Menyalahkan diri dapat menghasilkan manfaat. Misalnya, seseorang mungkin dirampok karena berjalan sendirian di daerah yang rawan. Ia mungkin menyalahkan diri karena menempatkan diri dalam keadaan semacam itu, memutuskan untuk berubah dan dengan demikian menghindari kesulitan serupa di kemudian hari. Tetapi seseorang dapat bertindak terlalu jauh dan menyalahkan diri seolah-olah ia sudah tergolong dalam tipe kepribadian tertentu, dengan mengatakan, ’Saya memang orang ceroboh yang tidak dapat menghindar dari kesulitan.’ Jenis penyalahan diri demikian mencela kepribadian serta merongrong harga diri.
Suatu contoh penyalahan diri yang begitu merusak terjadi pada diri Maria yang berusia 32 tahun. Selama enam bulan ia menyembunyikan kemarahan terhadap kakak perempuannya karena kesalahpahaman. Suatu petang ia memaki kakaknya di telepon. Ibu mereka, setelah mendengar apa yang telah dilakukan Maria, memanggilnya dan dengan keras menegurnya.
”Saya menjadi sangat marah kepada ibu saya, tetapi saya bahkan lebih marah kepada diri sendiri, karena saya tahu seberapa dalam saya telah melukai kakak saya,” kata Maria. Tak lama kemudian ia berteriak kepada anak laki-lakinya berusia sembilan tahun, yang nakal. Anak itu, menjadi bingung sekali, kemudian berkata kepadanya, ”Mama kedengarannya seperti mau membunuh saya!”
Maria terpukul. Ia mengungkapkan, ”Saya merasa diri seorang yang menakutkan. Saya pikir, ’Tidak ada sesuatu pun yang dapat saya lakukan dengan benar!’ Itu saja yang dapat saya pikirkan. Kemudian depresi berat benar-benar mulai.” Penyalahan diri sendiri yang ia alami terbukti merusak.
Apakah semua ini memaksudkan bahwa setiap orang yang mengalami depresi berat mempunyai perasaan rendah diri? Tentu tidak. Alasan-alasannya rumit dan beraneka-ragam. Bahkan bila akibatnya seperti yang Alkitab katakan ”mematahkan semangat”, ada banyak emosi yang menyebabkannya, termasuk kemarahan, kebencian, perasaan bersalah yang terpendam—nyata ataupun dilebih-lebihkan—dan percekcokan yang belum selesai dengan orang lain. (Amsal 15:13) Semua ini dapat mengakibatkan perasaan tertekan, atau depresi.
Sewaktu Sarah menyadari bahwa cara berpikirnya adalah akar dari banyak depresinya, mula-mula ia merasa terpukul. ”Tetapi kemudian saya merasa lega,” katanya, ”karena saya menyadari bahwa jika cara berpikir saya yang menyebabkannya, maka cara berpikir saya pun dapat memperbaikinya.” Sarah mengatakan gagasan ini menggairahkan bagi dia, dan menjelaskan, ”Saya menyadari bahwa bila saya mengubah cara berpikir saya mengenai hal-hal tertentu, hal ini dapat membawa pengaruh atas kehidupan saya untuk selamanya.”
Sarah membuat perubahan-perubahan yang diperlukan, dan depresinya hilang. Maria, Margaret, dan Elizabet juga memenangkan perjuangan mereka. Perubahan-perubahan apa yang mereka buat?
[Blurb di hlm. 10]
’Pada waktu saya menyadari bahwa cara berpikir saya yang menyebabkan depresi, saya merasa lega dan terhibur karena saya yakin saya juga akan dapat memperbaikinya.’
[Kotak di hlm. 8, 9]
Depresi Masa Kanak-Kanak: ”Andaikata Saja Saya Tidak Pernah Hidup”
Wawancara dengan Dr. Donald McKnew dari Institut Nasional untuk Kesehatan Mental, yang telah meneliti masalah ini selama 20 tahun.
Sedarlah!: Menurut anda seberapa umum problem ini?
McKnew: Dari hasil penelitian yang dilakukan baru-baru ini di Selandia Baru atas seribu anak didapati bahwa menjelang umur sembilan tahun, kira-kira 10 persen dari anak-anak itu sudah mengalami episode depresif. Dan kami mendapat kesan bahwa 10 sampai 15 persen dari anak-anak sekolah mempunyai suasana hati yang kacau. Suatu jumlah yang lebih kecil menderita depresi berat.
Sedarlah!: Bagaimana anda dapat mengetahui apakah anak-anak menderita depresi berat?
McKnew: Salah satu gejala utama ialah mereka tidak senang dengan apapun juga. Mereka tidak ingin keluar dan bermain atau bergaul dengan teman-teman mereka. Mereka tidak berminat kepada keluarga mereka. Anda akan melihat hilangnya konsentrasi; mereka tidak dapat memusatkan pikiran bahkan pada acara televisi, apalagi pekerjaan rumah mereka. Anda akan melihat perasaan tidak berharga, perasaan bersalah yang bersifat pribadi. Mereka akan mengatakan bahwa mereka merasa diri tidak berguna atau tidak seorang pun menyukai mereka. Mereka tidak dapat tidur ataupun tidur terlalu banyak; mereka kehilangan selera atau makan berlebihan. Selain itu anda akan mendengar ide-ide ingin bunuh diri seperti misalnya, ”Andaikata saja saya tidak pernah hidup.” Jika anda melihat semua gejala tersebut, dan ini berlangsung selama satu atau dua minggu, maka anda dapat mengatakan bahwa seorang anak menderita depresi yang serius.
Sedarlah!: Apa penyebab utama dari depresi masa kanak-kanak?
McKnew: Bila anda meneliti faktor-faktor spesifik dalam kehidupan seorang anak tertentu, hal yang utama kemungkinan adalah perasaan kehilangan. Walaupun ini biasanya adalah kehilangan orangtua, dapat juga termasuk kehilangan teman, sanak keluarga dekat, atau bahkan binatang kesayangan. Faktor kedua setelah perasaan kehilangan menurut saya adalah menurunnya harga diri dan penolakan. Kita melihat banyak sekali anak difitnah dan dibuat merasa diri kecil atau tidak berarti oleh orangtua mereka. Kadang-kadang seorang anak dijadikan kambing-hitam. Ia disalahkan untuk apa saja yang tidak beres dalam keluarga tidak soal apakah ia bersalah atau tidak. Maka, ia merasa tidak berharga. Faktor lain adalah suasana hati yang kacau di pihak salah satu orangtua.
Sedarlah!: Buku Why Isn’t Johnny Crying? (Mengapa Johnny Tidak Menangis), yang anda tulis bersama orang lain, menyatakan bahwa anak-anak yang menderita depresi akan berpaling kepada narkotika dan alkohol atau bahkan menjadi anak nakal. Mengapa demikian?
McKnew: Kami yakin mereka berusaha menyembunyikan depresi itu, bahkan dari diri mereka sendiri. Cara mereka menanggulangi hal itu sering kali ialah dengan menyibukkan diri dengan hal-hal lain, seperti mencuri mobil, menggunakan narkotika, atau minum minuman keras. Ini adalah cara-cara untuk menyembunyikan perasaan mereka yang sangat tertekan. Sebenarnya, upaya untuk menyembunyikan depresi mereka merupakan salah satu hal yang paling jelas bahwa anak-anak berbeda dari orang dewasa.
Sedarlah!: Bagaimana anda dapat mengatakan apakah hal itu depresi dan bukan hanya seorang anak yang nakal?
McKnew: Dengan berbicara kepada anak-anak ini, membuat mereka mengutarakan isi hati mereka, saudara sering akan menemukan depresi itu. Dan jika depresi itu dirawat dengan benar, tingkah laku mereka akan menjadi baik. Walaupun suatu hal lain tampak dari luar, depresi itu tetap masih ada di bawah sadar.
Sedarlah!: Bagaimana kita dapat membuat seorang anak yang menderita depresi membuka diri
McKnew: Pertama-tama, pilihlah waktu dan tempat yang sepi, kemudian ajukan pertanyaan-pertanyaan spesifik seperti, ’Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?’ ’Apakah kamu merasa sedih atau murung?’ ’Apakah kamu sedang kesal?’ Jika ia baru saja kehilangan seseorang, anda dapat bertanya, bergantung pada keadaannya, ’Apakah kamu merasa kehilangan Nenek sama seperti saya?’ Beri anak itu kesempatan untuk mengutarakan perasaannya.
Sedarlah!: Apa yang akan anda sarankan kepada anak-anak yang menderita depresi berat?
McKnew: Beritahu orangtua mereka mengenai hal itu. Urusan menemukan hal tersebut adalah hal yang serius karena pada umumnya hanya anak-anak itu yang tahu bahwa mereka menderita depresi. Orangtua dan guru-guru biasanya tidak melihatnya. Saya telah melihat remaja-remaja yang mendekati orangtua mereka dan mengatakan, ”Saya merasa depresi, saya membutuhkan bantuan,” dan mereka memperolehnya.
Sedarlah!: Bagaimana orangtua dapat membantu anak yang menderita depresi?
McKnew: Jika depresi itu tampaknya melemahkan, maka hal itu tidak dapat ditangani di rumah, seperti halnya penyakit radang paru-paru. Depresi yang melemahkan harus ditangani oleh seorang ahli karena mungkin diperlukan pengobatan. Kami menggunakan pengobatan dalam lebih dari separuh kasus-kasus kami, bahkan dengan anak-anak sekecil lima tahun. Kami juga berusaha memperbaiki cara berpikir anak itu. Dan dengan cara-cara tersebut depresi itu benar-benar dapat diobati.
Sedarlah!: Jika ini bukan penyakit yang melemahkan, apa yang dapat dilakukan orangtua?
McKnew: Perhatikan diri anda dan keluarga anda dengan jujur. Apakah ada perasaan kehilangan yang serius yang perlu dibicarakan dan ditanggulangi? Bila ada perasaan kehilangan, jangan meremehkan kesedihan seorang anak. Berikan dia kebebasan untuk mengatasi kesedihannya. Berikan kepada seorang anak yang sedang menderita depresi banyak perhatian, pujian dan dukungan emosional. Gunakan waktu ekstra dengan dia sendirian. Campur tangan anda yang hangat adalah bentuk terbaik dari perawatan untuk mengatasi hal itu.
-
-
Memenangkan Perjuangan Melawan DepresiSedarlah!—1987 (No. 24) | Sedarlah!—1987 (No. 24)
-
-
Memenangkan Perjuangan Melawan Depresi
”HANYA dengan perencanaan [”bimbingan yang mahir”, NW] engkau dapat berperang,” kata Amsal 24:6. Kemahiran, bukan hanya niat yang baik, diperlukan untuk memenangkan suatu peperangan. Tentu, jika tertekan, anda tidak mau membuat diri sendiri merasa lebih tidak enak karena kurang hati-hati. Misalnya, suatu penyelidikan tahun 1984 mengenai orang-orang yang tertekan menyingkapkan bahwa beberapa orang berupaya menanggulangi depresi mereka dengan ’melampiaskan kemarahan ke atas orang lain, mengurangi ketegangan dengan minum lebih banyak minuman keras, makan lebih banyak, dan minum lebih banyak obat-obat penenang’. Hasilnya: ”lebih tertekan dan lebih banyak gejala fisik.”
Beberapa orang yang tertekan tidak mencari bimbingan yang mahir karena takut dianggap lemah mental. Namun, depresi berat bukan pertanda kelemahan mental atau kegagalan rohani. Penyelidikan menunjukkan bahwa kelainan yang serius ini mungkin terjadi sewaktu bahan kimia tertentu salah berfungsi dalam otak. Karena hal ini mungkin diakibatkan oleh penyakit fisik, jika anda sangat tertekan selama lebih dari dua minggu, mungkin bijaksana untuk pergi ke dokter. Jika tidak ditemukan penyakit fisik yang menjadi penyebab problem itu, sering kali kelainan dapat diperbaiki dengan menyesuaikan pola berpikir disertai sedikit bantuan obat-obatan atau gizi yang tepat.a Berhasil mengalahkan depresi tidak berarti bahwa anda tidak akan pernah merasa tertekan lagi. Kesedihan adalah bagian dari kehidupan. Namun, bila dengan mahir anda mengarahkan pukulan-pukulan, anda akan lebih sanggup mengatasi depresi.
Seorang dokter sering kali akan memberikan resep obat antidepresi. Obat-obat ini dimaksud untuk memulihkan ketidakstabilan kimia. Elizabet, yang disebut sebelumnya, menggunakan obat-obat ini, dan dalam waktu beberapa minggu perasaannya mulai membaik. ”Tetapi, saya harus mengembangkan sikap yang positif untuk bekerjasama dengan obat-obat,” ia berkata. ”Dengan ’dorongan’ dari obat, saya bertekad untuk menjadi baik. Saya juga mempertahankan program olahraga setiap hari.”
Namun, penggunaan obat antidepresi tidak selalu berhasil. Ada juga pengaruh sampingan bagi beberapa orang. Dan sekalipun kegagalan fungsi kimia diperbaiki, jika cara berpikir seseorang tidak diperbaiki, depresi dapat kembali. Namun, banyak bantuan dapat diperoleh dengan bersedia untuk . . .
Mengutarakan Perasaan Hati Anda
Sarah sangat benci akan beban keluarga yang harus ia tanggung seorang diri, juga tekanan pekerjaan duniawi. (Lihat halaman 7.) ”Tetapi saya hanya memendam perasaan saya,” ulas Sarah. ”Kemudian suatu malam sewaktu merasa begitu putus asa, saya menelepon adik perempuan saya, dan untuk pertama kali dalam hidup saya, saya mulai mencurahkan perasaan saya. Ini merupakan titik balik, karena hal itu begitu melegakan.”
Jadi, jika tertekan, carilah seorang yang empati [dapat ikut merasakan] kepada siapa anda dapat terbuka. Ini bisa jadi pasangan hidup, teman dekat, sanak keluarga, hamba Allah, dokter, atau penasihat yang ahli. Menurut sebuah penyelidikan yang dilaporkan dalam Journal of Marriage and the Family (Jurnal Perkawinan dan Keluarga), salah satu hal utama yang perlu untuk menaklukkan depresi ialah ”adanya seseorang yang membantu dan mendukung kepada siapa kesulitan hidup dapat dibagi”.
Menyatakan perasaan anda melalui kata-kata adalah proses penyembuhan sehingga pikiran anda tidak akan menolak kenyataan adanya problem atau kerugian. Sebaliknya, problem tersebut akan tetap tidak terselesaikan. Tetapi utarakanlah perasaan anda yang sebenarnya. Jangan sampai dihambat oleh perasaan bangga yang semu, keinginan untuk tampil tak gentar menghadapi musuh. ”Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia,” kata Amsal 12:25. Namun, hanya bila anda membuka perasaan, orang lain dapat mulai mengerti ”kekuatiran” anda sehingga dapat memberikan ”perkataan yang baik” untuk menganjurkan.
”Saya hanya ingin simpati sewaktu menelepon adik saya, tetapi ada lebih banyak yang saya dapat,” kenang Sarah. ”Ia membantu saya melihat letak kesalahan cara berpikir saya. Ia mengatakan bahwa saya membebani diri dengan terlalu banyak tanggung jawab. Walaupun saya mula-mula tidak ingin mendengar hal ini, sewaktu saya mulai menerapkan nasihatnya, saya dapat merasakan suatu beban yang besar mulai terangkat.” Betapa tepat kata-kata di Amsal 27:9 (BIS), ”Sebagaimana minyak harum dan wangi-wangian menyenangkan hati, demikian juga kebaikan kawan menyegarkan jiwa.”
Memang menyenangkan untuk mempunyai seorang teman atau pasangan hidup yang dapat berbicara jujur dan membantu anda menilai segala sesuatu dalam sudut pandangan yang benar. Ini mungkin membantu anda untuk memusatkan perhatian hanya pada satu problem setiap saat. Jadi daripada bersikap bertahan, hargai ”bimbingan yang mahir” sedemikian. Anda mungkin membutuhkan seseorang yang mempunyai kesanggupan tertentu. Setelah mengadakan percakapan beberapa kali dengan orang demikian, ia dapat menawarkan beberapa tujuan jangka pendek yang akan menunjukkan langkah-langkah yang dapat anda ambil untuk mengubah atau memperbaiki keadaan sehingga mengurangi atau membuang sumber ketegangan emosional.b
Untuk menaklukkan depresi sering kali perlu melawan perasaan rendah diri. Bagaimana hal ini dapat dilawan dengan trampil?
Melawan Perasaan Rendah Diri
Misalnya, Maria, seperti diperlihatkan pada artikel sebelumnya, menjadi tertekan setelah terjadi percekcokan dalam keluarganya. Ia menyimpulkan, ’Saya ini orang yang tidak menarik dan tidak ada sesuatu pun yang dapat saya lakukan dengan benar.’ Hal ini tidak betul. Seandainya ia menganalisa kesimpulan-kesimpulannya, ia dapat menantangnya dengan cara berpikir, ’Ada beberapa hal yang saya lakukan dengan benar dan ada yang salah, sama seperti orang-orang lain. Saya melakukan beberapa kesalahan, dan saya perlu berupaya untuk lebih hati-hati, tetapi hal ini jangan kita lebih-lebihkan.’ Cara berpikir demikian akan membuat harga dirinya tetap utuh.
Sering kali suara hati yang terlalu kritis menuduh kita itulah yang keliru! Beberapa pikiran salah yang mengakibatkan depresi tercantum dalam kotak di sebelah. Belajarlah menyadari cara berpikir yang salah demikian dan secara mental tantanglah keabsahannya.
Korban rasa rendah diri yang lain adalah Jean, seorang ibu tanpa suami yang berumur 37 tahun. ”Saya merasa tertekan karena harus membesarkan dua anak laki-laki. Tetapi sewaktu saya melihat ada orangtua tunggal menikah lagi, saya pikir, ’Ada yang tidak beres dengan saya,’” ulasnya. ”Dengan terus memikirkan hal-hal negatif saja, ini menjadi semakin besar, dan akhirnya saya masuk rumah sakit karena depresi.”
”Setelah meninggalkan rumah sakit,” Jean meneruskan, ”saya membaca dalam majalah Awake! tanggal 8 September 1981, suatu daftar dari ’Pikiran yang Memudahkan Seseorang Menjadi Depresi’. Setiap malam saya membaca daftar itu. Beberapa pikiran yang salah adalah, ’Harga diri saya sebagai pribadi bergantung pada apa yang orang lain pikirkan tentang diri saya,’ ’Saya seharusnya tidak boleh merasa sakit hati; saya harus selalu bahagia dan tenang,’ ’Saya harus menjadi orangtua yang sempurna.’ Saya cenderung menjadi perfeksionis, jadi begitu timbul pikiran demikian, saya akan berdoa kepada Yehuwa agar saya dibantu untuk menghentikannya. Saya belajar bahwa pikiran yang negatif membawa pada perasaan harga diri yang rendah, karena semua yang anda lihat adalah kesulitan hidup dan bukan kebaikan yang telah Allah berikan kepada anda. Dengan memaksakan diri untuk menghindari pemikiran tertentu yang tidak benar, saya dapat mengatasi depresi.” Apakah ada beberapa pemikiran yang perlu anda lawan atau buang?
Apakah Itu Salah Saya?
Walaupun Alexander sangat tertekan, ia dapat mengajar di sekolah. (Lihat halaman 3.) Sewaktu beberapa muridnya tidak lulus dalam ujian membaca yang sangat penting, ia cenderung ingin bunuh diri. ”Ia merasa dirinya telah gagal,” lapor Ester, istrinya. ”Saya memberitahu dia bahwa itu bukan salah dia. Kamu tidak mungkin berhasil 100 persen.” Namun, perasaan bersalah yang berlebihan menutup pikirannya dan membuat dia bunuh diri. Sering kali, perasaan bersalah yang berlebihan disebabkan karena memikul tanggung jawab yang tidak realistis untuk perbuatan orang lain.
Bahkan dalam kasus seorang anak, orangtua dapat sangat mempengaruhi kehidupannya tetapi tidak secara mutlak mengendalikannya. Jika sesuatu tidak berjalan seperti yang anda rencanakan, tanyakan diri anda sendiri, Apakah saya menghadapi kejadian-kejadian yang tidak terduga di luar pengendalian saya? (Pengkhotbah 9:11) Apakah saya melakukan semua dengan sewajarnya dalam batas-batas kesanggupan fisik, mental, dan emosi saya? Apakah saya berharap terlalu banyak? Apakah saya perlu belajar untuk menjadi lebih masuk akal dan bersahaja?—Filipi 4:5.
Tetapi bagaimana jika anda memang melakukan kesalahan yang serius, dan itu salah anda? Apakah terus menyiksa diri secara mental dapat mengubah kesalahan itu? Bukankah Allah bersedia mengampuni anda, bahkan ”dengan limpahnya”, jika anda sungguh-sungguh bertobat? (Yesaya 55:7) Jika Allah ”tidak menghardik terus-menerus”, apakah anda seharusnya menghukum diri seumur hidup dengan penderitaan mental atas kesalahan tersebut? (Mazmur 103:8-14, BIS) Bukan kesedihan yang terus-menerus tetapi mengambil langkah-langkah positif untuk ’memperbaiki yang salah’ adalah hal yang menyenangkan Allah Yehuwa dan juga menghilangkan depresi anda.—2 Korintus 7:8-11.
’Melupakan Perkara-Perkara di Belakang’
Beberapa problem emosi kita mungkin berakar dari masa lalu, terutama jika kita menjadi korban perlakuan tidak adil. Bersedialah untuk mengampuni dan melupakan. ’Melupakan itu tidak mudah!’ anda mungkin berpikir. Memang, tetapi hal itu lebih baik daripada menghancurkan sisa hidup anda dengan memikirkan terus apa yang tidak dapat diulang kembali.
”Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,” tulis rasul Paulus, ”dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah.” (Filipi 3:13, 14) Paulus melupakan perbuatan salah yang pernah ia lakukan dalam Yudaisme, termasuk bahkan menyetujui pembunuhan. (Kisah 8:1) Ya, ia mengerahkan tenaganya agar memenuhi syarat menerima pahala di masa depan berupa kehidupan kekal. Maria juga belajar untuk melupakan masa lalu. Ia pernah menyalahkan ibunya karena cara ia dibesarkan. Ibunya telah menekankan keunggulan dan keindahan fisik; maka, Maria adalah seorang perfeksionis dan cenderung menjadi iri terhadap kakaknya yang cantik.
”Rasa iri yang mendasar ini adalah penyebab dari konflik-konflik yang terjadi, tetapi saya menyalahkan keluarga saya untuk perilaku saya. Kemudian saya sampai pada batas yang saya berpikir, ’Sebenarnya, apa bedanya siapa yang salah?’ Mungkin saya memiliki beberapa sifat yang jelek karena cara Ibu membesarkan saya, tetapi pokoknya adalah berbuat sesuatu untuk mengatasinya! Jangan terus begitu.” Kesadaran ini membantu Maria membuat penyesuaian mental yang diperlukan untuk memenangkan perjuangannya melawan depresi.—Amsal 14:30.
Nilai Anda yang Sebenarnya
Setelah mempertimbangkan semua faktor, untuk berhasil memerangi depresi dibutuhkan pandangan yang seimbang tentang penilaian diri anda sendiri. ”Saya menasihati saudara-saudara semuanya,” tulis rasul Paulus, ”janganlah merasa diri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Hendaknya kalian menilai keadaan dirimu dengan rendah hati.” (Roma 12:3, BIS) Rasa keangkuhan yang palsu, mengabaikan keterbatasan kita, dan perfeksionisme semuanya merupakan penilaian yang berlebihan tentang diri sendiri. Kecenderungan ini harus dilawan. Namun, jangan beralih ke ekstrim lainnya.
Yesus Kristus menegaskan nilai pribadi dari setiap muridnya dengan berkata, ”Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” (Lukas 12:6, 7) Kita begitu berharga bagi Allah sehingga Ia memperhatikan bahkan hal yang terkecil tentang diri kita. Ia mengetahui segala sesuatu mengenai diri kita yang kita sendiri tidak tahu karena Ia sangat memperhatikan masing-masing kita.—1 Petrus 5:7.
Karena menyadari minat pribadi Allah kepadanya Sarah dibantu untuk memperbaiki penilaian dirinya. ”Saya selalu merasa takjub terhadap Pencipta, tetapi kemudian saya juga menyadari bahwa Ia memperhatikan saya sebagai individu. Tidak peduli apa yang dilakukan anak-anak saya, tidak peduli apa yang dilakukan suami saya, tidak soal bagaimana saya dibesarkan ibu dan bapa, saya menyadari bahwa saya memiliki hubungan yang akrab dengan Yehuwa. Maka harga diri saya benar-benar mulai bertambah.”
Karena Allah menganggap hamba-hambaNya berharga, harga diri kita tidak bergantung kepada diterima oleh orang lain. Memang, tidak menyenangkan untuk ditolak. Tetapi jika kita menganggap sambutan atau penolakan orang lain sebagai pengukur untuk menilai diri kita, kita membuat diri mudah kena depresi. Raja Daud, orang yang diperkenan Allah, pernah disebut ”orang dursila [”penjahat”, BIS]”, yang secara aksara berarti ”orang yang tidak berharga sama sekali”. Namun, Daud menyadari bahwa orang yang memanggilnya demikian ada problem, dan ia tidak menganggap hal itu sebagai penilaian akhir dalam hal penilaian dirinya. Seperti sering kali dilakukan orang, sebenarnya Simei belakangan minta maaf. Bahkan jika seseorang mengritik anda dengan benar, sadarilah bahwa yang tidak disetujui adalah perkara tertentu yang telah anda lakukan, bukan harga diri anda sebagai suatu pribadi.—2 Samuel 16:7; 19:18, 19.
Pelajaran pribadi dari Alkitab serta buku-buku yang berdasarkan Alkitab dan menghadiri perhimpunan Saksi-Saksi Yehuwa membantu Sarah membubuh dasar untuk menjalin hubungan dengan Allah. ”Tetapi perubahan sikap saya terhadap doa merupakan bantuan terbesar,” ingat Sarah. ”Saya biasa berpikir bahwa kita hanya berdoa kepada Allah tentang perkara-perkara besar dan seharusnya tidak mengganggu Dia dengan problem-problem yang sepele. Sekarang saya merasa dapat berbicara dengan Dia tentang segala sesuatu. Jika saya kuatir untuk membuat suatu keputusan, saya mohon bantuanNya untuk menjadi tenang dan masuk akal. Saya bahkan menjadi lebih dekat seraya saya melihat Dia menjawab doa-doa saya dan membantu saya menjalani setiap hari dan setiap keadaan yang sulit.”—1 Yohanes 5:14; Filipi 4:7.
Memang, keyakinan bahwa Allah memiliki minat pribadi kepada diri anda, mengerti keterbatasan anda, dan akan memberikan anda kekuatan untuk hidup setiap hari merupakan kunci dalam berjuang melawan depresi. Namun, kadang-kadang, tidak soal apa yang anda lakukan, depresi tetap mengintai.
Ketekunan ’Jam demi Jam’
”Saya telah mencoba segala sesuatu, termasuk menambah gizi dan obat antidepresi,” keluh Eileen, ibu berumur 47 tahun yang selama bertahun-tahun telah berjuang melawan depresi yang hebat. ”Saya telah belajar menyesuaikan pemikiran yang salah, dan ini telah membantu saya menjadi orang yang lebih masuk akal. Tetapi depresi tetap ada.”
Kenyataan bahwa depresi terus ada bukan berarti anda tidak melawannya dengan cakap. Dokter-dokter tidak tahu semua jawaban untuk mengobati kelainan itu. Dalam beberapa keadaan, depresi timbul sebagai akibat sampingan dari beberapa obat yang diminum untuk mengobati penyakit yang serius. Jadi, penggunaan obat-obat itu merupakan suatu pertukaran karena adanya manfaat dalam menyembuhkan beberapa problem medis lain.
Memang, mencurahkan perasaan anda kepada orang lain yang mengerti akan membantu. Namun, tidak ada orang lain yang dapat benar-benar mengetahui dalamnya penderitaan anda. Tetapi, Allah mengetahui dan akan membantu. ”Yehuwa telah menyediakan kekuatan untuk terus berupaya,” ungkap Eileen. ”Ia tidak pernah membiarkan saya putus asa, dan Ia telah memberikan saya harapan.”
Dengan bantuan Allah, dukungan emosional dari orang lain, dan upaya sendiri, anda tidak akan begitu kewalahan sehingga menyerah. Pada waktunya anda dapat menyesuaikan diri dengan depresi itu, seperti juga anda dapat mengatasi penyakit kronis lainnya. Ketekunan tidaklah mudah, tetapi hal itu mungkin! Jean, yang terus mengalami depresi yang serius, berkata, ”Kita bahkan tidak dapat menanggulanginya hari demi hari. Lebih cocok dikatakan jam demi jam.” Bagi Eileen dan Jean, harapan yang dijanjikan dalam Alkitab membuat mereka terus bertahan. Apa gerangan harapan itu?
Suatu Harapan yang Berharga
Alkitab membicarakan suatu waktu di masa depan yang dekat ketika Allah ”akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu”. (Wahyu 21:3, 4) Kerajaan Allah kemudian akan memberikan penyembuhan fisik dan mental yang lengkap bagi semua warganya di bumi.—Mazmur 37:10, 11, 29.
Tidak hanya penderitaan fisik akan dihapus tetapi tekanan batin dan kesusahan hati akan lenyap juga. Yehuwa berjanji, ”Hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati. Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan.” (Yesaya 65:17, 18) Benar-benar melegakan bagi umat manusia karena dibebaskan dari beban masa lampau dan bangun setiap pagi dengan pikiran yang jernih seperti kristal, dengan semangat menjalankan kegiatan hari itu! Manusia tidak akan lagi dirintangi suasana hati yang murung yang menguasai dengan semena-mena.
Dengan ’ditiadakannya kematian, dukacita, atau ratap tangis’, tidak akan ada lagi perasaan kehilangan dan ketegangan emosional yang tragis sehari-hari yang menyebabkan depresi. Karena kemurahan hati, kebenaran, dan perdamaian akan berperan dalam perlakuan orang yang satu terhadap yang lain, konflik-konflik yang sengit akan berakhir. (Mazmur 85:10, 11) Seraya pengaruh dosa ditiadakan, betapa besar sukacita karena akhirnya dapat dengan sempurna memenuhi standar Allah mengenai kebenaran dan memperoleh damai sepenuhnya di dalam batin!
Harapan yang menggairahkan ini adalah dorongan yang kuat untuk tetap berjuang, tidak soal seberapa besar depresi itu. Karena dalam bumi baru Allah, manusia yang sempurna akan memiliki kemenangan yang mutlak atas depresi. Benar-benar suatu kabar yang baik!
[Catatan Kaki]
a Majalah Awake! (Sedarlah!) tidak mendukung atau mempromosikan bentuk penyembuhan apapun tetapi menyediakan informasi terbaru yang akan membantu. Lihat ”Attacking Major Depression—Professional Treatments” dalam terbitan tanggal 22 Oktober 1981. Untuk mengatasi perasaan sedih biasa, yang sangat berbeda dengan depresi besar, lihat ”How Can I Get Rid of the Blues?” dalam terbitan tanggal 8 Oktober 1982.
b Pribadi kepada siapa seorang yang menderita depresi percaya, hendaknya tidak saja menghindari pernyataan menuduh yang akan menambah perasaan bersalah dan tidak berharga tetapi juga tidak menjadi optimis secara tidak realistis. Artikel berikut akan memuat keterangan mengenai bagaimana orang lain dapat membantu orang-orang yang tertekan.
[Kotak di hlm. 13]
Pola Berpikir yang Salah
Pemikiran semua atau tidak usah: Anda melihat segala sesuatu dalam kategori hitam dan putih. Jika tindakan anda sedikit tidak sempurna, anda menganggap diri gagal total.
Terlalu menyamaratakan: Anda melihat satu saja kejadian yang negatif sebagai pola kegagalan yang tidak ada habisnya. Misalnya, setelah suatu pertengkaran dengan seorang teman, anda mungkin menyimpulkan, ’Saya kehilangan semua teman saya. Tidak ada yang berhasil bagi saya.’
Mengabaikan hal yang positif: Anda menolak pengalaman yang positif dengan bersikeras bahwa hal itu ”tidak masuk hitungan” atau, ”saya tidak begitu berharga”. Dengan terus memikirkan satu hal yang negatif saja, seluruh pandangan anda menjadi gelap.
Mengambil kesimpulan: Anda cepat berkesimpulan bahwa seseorang tidak menyukai anda, tanpa mau memeriksa hal ini. Atau anda sangat yakin bahwa segala sesuatu akan selalu menjadi buruk.
Membesarkan atau mengecilkan: Anda membesarkan pentingnya hal-hal (seperti kesalahan anda sendiri atau keberhasilan orang lain) atau mengecilkan sampai hal itu tampak sangat kecil (sifat anda sendiri yang baik atau ketidaksempurnaan orang lain). Anda membuat hal negatif yang biasa menjadi bencana yang mengerikan.
Personifikasi: Anda melihat diri sendiri sebagai penyebab dari beberapa kejadian luar yang negatif walaupun, sebenarnya, bukan anda yang terutama bertanggung jawab.
Didasarkan atas Feeling Good—The New Mood Therapy, oleh David D. Burns, M.D.
[Gambar di hlm. 12]
Mencurahkan perasaan anda kepada orang yang dapat dipercaya dan mempunyai empati dapat merupakan suatu proses penyembuhan dan menyediakan bantuan besar
[Gambar di hlm. 15]
Allah menganggap bahkan burung pipit kecil berharga, maka betapa lebih berharga kita di mata Allah
-