PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Pecandu Alkohol dalam Keluarga
    Sedarlah!—1992 | Mei
    • Pecandu Alkohol dalam Keluarga

      ”Alkoholisme termasuk para pecandu alkohol . . . Sekalipun mungkin hanya satu pecandu alkohol dalam keluarga, seluruh keluarga menderita karena alkoholisme.”—Dr. Vernon E. Johnson.

      SANDRA yang berusia lima tahun berbaring di tempat tidur, kakinya berdenyut-denyut kesakitan. Karena luka yang diderita dua hari sebelumnya, seluruh kakinya harus dibalut dengan gips. Namun pembalut gips ini dipasang terlalu ketat, dan kakinya bengkak karena tertekan. Sandra memohon agar orang-tuanya membawa dia ke dokter, akan tetapi ayahnya sedang tidak enak badan karena terlalu banyak minum minuman keras, dan pikiran ibunya terbagi untuk mereka, ragu-ragu tentang siapa yang paling membutuhkan perhatian.

      Dalam waktu beberapa hari, kaki Sandra kebas atau mati rasa. Pada waktu cairan hitam menetes dari ibu jarinya, orang-tua Sandra akhirnya dengan cepat membawanya ke rumah sakit. Pada waktu pembalut gipsnya dibuka, seorang juru rawat pingsan karena melihat kaki itu. Kaki Sandra harus diamputasi karena membusuk (”gangrene”).

      Alkoholisme dan Saling Ketergantungan

      Tragedi dari kejadian ini lebih daripada sekadar kehilangan kaki. Ayah Sandra seorang pecandu alkohol. Dalam keadaan ini, secara emosi dan fisik ia tidak dapat membantu pada saat anaknya benar-benar membutuhkannya. ”Pada dasarnya alkoholisme menuntut agar si pecandu alkohol menempatkan keluarganya di tempat yang terakhir—setelah alkohol dan semua tuntutannya,” kata penasihat Rice Drews.

      Bagaimana dengan ibu Sandra? Ia juga mempunyai ketergantungan, bukan terhadap alkohol, tetapi terhadap suaminya yang pecandu alkohol. Istri yang bukan pecandu alkohol biasanya tenggelam dalam upaya-upaya untuk menghentikan kebiasaan minum dari si pecandu atau paling tidak untuk mengatasi perilakunya yang tidak terduga.a Ia menjadi sangat sibuk dengan problem si pecandu sehingga ia menunjukkan gejala ketergantungan yang sama—namun tanpa alkohol. Karena alasan ini, orang-orang seperti ibu Sandra sering disebut rekan-pecandu.

      Pecandu alkohol dan rekan-pecandu, keduanya secara tidak sadar dikuasai oleh sesuatu atau seseorang di luar diri mereka. Keduanya dibutakan oleh penyangkalan. Keduanya secara emosi tidak berguna bagi anak-anak mereka. Keduanya tenggelam dalam kehidupan yang penuh frustrasi, karena seperti si pecandu alkohol tidak dapat mengendalikan kebiasaan minumnya, rekan-pecandunya tidak dapat mengendalikan si pecandu, dan tidak satu pun di antara mereka yang dapat mengendalikan pengaruh alkoholisme terhadap anak-anak mereka.

      Namun, ada bantuan bagi si pecandu alkohol dan keluarganya. Hal ini akan dibahas dalam artikel-artikel berikut.

      [Catatan Kaki]

      a Di sini kami menyebut pecandunya seorang pria, namun prinsip-prinsip yang sama dapat diterapkan kepada seorang wanita.

  • Bagaimana Keluarga Dapat Membantu?
    Sedarlah!—1992 | Mei
    • Bagaimana Keluarga Dapat Membantu?

      ”Mula-mula orang itu mulai minum, kemudian ia minum lagi, dan akhirnya minuman itu menguasai dia.”—Pepatah Timur.

      ANDA sedang berjalan di sepanjang pinggiran tanah rawa-rawa. Tiba-tiba tanah melesak ke dalam. Dengan cepat Anda terperosok ke dalam pasir apung. Semakin Anda berupaya, semakin dalam Anda tenggelam.

      Alkoholisme menelan seluruh keluarga kurang lebih dalam cara yang sama. Istri yang adalah rekan-pecandu berjuang sedapat-dapatnya untuk mengubah si pecandu. Didorong oleh kasih, ia mengancam suami, akan tetapi suaminya tetap minum. Ia menyembunyikan minuman kerasnya, tetapi suami membeli lagi. Ia menyembunyikan uangnya, namun suami meminjam dari teman. Istri mengimbau kasih suaminya untuk keluarganya, untuk kehidupan, bahkan untuk Allah—tetapi sia-sia. Semakin si istri berupaya, semakin dalam seluruh keluarga tenggelam ke dalam rawa alkoholisme. Untuk membantu pecandu alkohol, anggota-anggota keluarga harus mengerti dahulu sifat dasar dari alkoholisme. Mereka perlu mengetahui mengapa beberapa ”jalan keluar” hampir selalu gagal, dan mereka harus mempelajari metode-metode apa yang benar-benar mendatangkan hasil.

      Alkoholisme adalah lebih daripada sekadar pemabukan. Alkoholisme merupakan penyakit minum yang kronis, ditandai dengan keasyikan dengan alkohol dan kebiasaan minum yang tidak terkendali. Sekalipun banyak ahli berpendapat bahwa hal itu tidak dapat disembuhkan, alkoholisme dapat dihentikan dengan program pantangan seumur hidup.—Bandingkan Matius 5:29.

      Dalam beberapa hal situasinya dapat dibandingkan dengan situasi seorang penderita diabetes. Meskipun ia tidak dapat mengubah keadaannya, penderita diabetes dapat bekerja sama dengan tubuhnya dengan berpantang makan gula. Seorang pecandu alkohol juga tidak dapat mengubah respons tubuhnya terhadap kebiasaan minum, namun ia dapat bekerja sama dengan penyakitnya dengan sama sekali berpantang minum minuman beralkohol.

      Namun, hal ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Pecandu dibutakan oleh penyangkalan. ’Saya tidak begitu buruk.’ ’Keluarga saya yang membuat saya minum.’ ’Dengan mempunyai majikan seperti itu, siapa yang tidak akan minum?’ Dalih-dalihnya sangat meyakinkan sehingga seluruh keluarga mungkin ikut serta dalam proses penyangkalan tersebut. ’Ayahmu perlu menenangkan diri setelah kerja sehari penuh.’ ’Ayah perlu minum. Ia banyak menanggung omelan-omelan Ibu.’ Dalih apa pun diberikan agar dapat menutupi rahasia keluarga: Ayah adalah seorang pecandu alkohol. ”Itulah satu-satunya cara agar mereka dapat sama-sama hidup,” demikian dijelaskan Dr. Susan Forward. ”Dusta, dalih, dan rahasia dalam rumah-rumah ini sama umumnya dengan adanya udara.”

      Anggota-anggota keluarga tidak dapat menarik pecandu alkohol ke luar dari pasir apung sampai mereka sendiri keluar lebih dahulu. Mungkin ada orang-orang yang tidak setuju, ’Pecandu yang membutuhkan bantuan, bukan saya!’ Namun pikirkan: Seberapa banyak emosi dan tindakan-tindakan Anda terpengaruh oleh kelakuan si pecandu? Seberapa sering tindakan-tindakannya menyebabkan Anda marah, merasa khawatir, frustrasi, takut? Berapa kali Anda tinggal di rumah untuk merawat si pecandu pada waktu Anda harus berada dalam kegiatan yang lebih penting? Jika anggota-anggota keluarga yang bukan pecandu mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki hidup mereka, si pecandu mungkin akan mengikuti.

      Jangan lagi mau dipersalahkan. ’Jika kau memperlakukan saya lebih baik, saya tidak perlu minum,’ demikian si pecandu mungkin berkata. ”Pecandu alkohol membutuhkan Anda untuk terus dapat percaya akan hal ini sehingga ia dapat melemparkan tanggung jawab untuk kebiasaan minumnya kepada Anda,” kata penasihat Rice Drews. Jangan mau percaya gagasan ini. Pecandu bukan hanya bergantung kepada alkohol tetapi juga kepada orang-orang yang dapat menerima dalihnya. Maka itu anggota-anggota keluarga mungkin secara tidak sadar mengokohkan kebiasaan minum si pecandu.

      Kata-kata bijak Alkitab mengenai hal marah dapat diterapkan pula kepada pecandu, ”Biarkan ia menanggung akibat-akibatnya. Sekali engkau menolongnya, engkau akan harus melakukannya lagi.” (Amsal 19:19, Today’s English Version) Ya, biarkan si pecandu meminta izin absen dari majikannya, menyeret dirinya sendiri ke tempat tidur, membersihkan dirinya sendiri. Jika keluarganya melakukan hal-hal tersebut bagi dia, mereka hanya membantu dia untuk minum sampai mati.

      Carilah bantuan. Sukar dan mungkin bahkan tidak bisa bagi seorang anggota keluarga untuk keluar sendiri dari pasir apung. Anda membutuhkan dukungan. Mintalah bantuan teman-teman yang tidak akan mendukung dalih pecandu alkohol maupun membiarkan Anda terus dalam keadaan Anda.

      Jika pecandu alkohol setuju untuk mencari bantuan, sepatutnya kita bergembira. Namun itu hanyalah permulaan dari proses kesembuhan. Ketergantungan secara fisik terhadap alkohol dapat dihentikan dalam beberapa hari saja melalui tindakan penawar racun. Namun ketergantungan secara psikologis jauh lebih sukar untuk diatasi.

      [Kotak di hlm. 5]

      Ciri-Ciri Khas dari Pecandu Alkohol

      Keasyikan: Pecandu alkohol dengan penuh minat menantikan waktu-waktu minumnya. Ketika ia tidak sedang minum alkohol, ia berpikir mengenai alkohol.

      Kehilangan Kendali: Banyaknya ia minum sering kali berbeda dari yang semula ia inginkan, tidak soal seberapa besar tekadnya.

      Sikap Kaku: Peraturan-peraturan yang menekan diri sendiri (”Saya tidak pernah minum sendirian”, ”tidak pernah minum selama bekerja”, dan sebagainya) adalah kedok semata-mata untuk menutupi peraturan yang sesungguhnya bagi pecandu alkohol: ”Jangan biarkan apa pun mengganggu kebiasaan minum saya.”

      Toleransi: Kesanggupan istimewa untuk meminum banyak alkohol bukan merupakan suatu berkat—sering kali hal itu merupakan tanda awal dari alkoholisme.

      Akibat-Akibat Negatif: Kebiasaan-kebiasaan yang normal tidak merusak keluarga, karier, dan kesehatan jasmani seseorang. Alkoholisme merusak hal-hal ini.—Amsal 23:29-35.

      Dalih: Pecandu mencari-cari alasan, menganggap ringan, dan mencari dalih bagi kelakuannya.

  • Kesembuhan Mungkin
    Sedarlah!—1992 | Mei
    • Kesembuhan Mungkin

      ”Kami dihadapkan kepada suatu pilihan: Berhenti minum dan menjadi sembuh, atau terus minum dan mati.”—Seorang pecandu yang sedang dalam proses penyembuhan.

      BAYANGKAN Anda tiba-tiba terbangun pada waktu malam dan menemukan rumah Anda terbakar. Tidak lama kemudian bantuan datang, dan lambat-laun apinya berhasil dipadamkan. Dapatkah Anda kembali ke dalam dan berpura-pura seolah-olah tidak sesuatu pun terjadi? Tentu saja tidak. Rumah itu hancur, dan dibutuhkan rekonstruksi sebelum kehidupan yang normal dapat dilanjutkan.

      Tantangan yang sama dihadapi pecandu alkohol ketika ia mulai sembuh. Hidupnya telah diobrak-abrik oleh alkohol, mungkin selama bertahun-tahun. Sekarang ia sama sekali tidak minum. ”Api” itu sudah padam, namun rekonstruksi besar-besaran dalam sikap, gaya hidup, dan kelakuan adalah sangat penting agar si pecandu dapat bertahan untuk tidak minum. Saran-saran di bawah ini dapat membantu pecandu alkohol untuk terus mempertahankan kesadarannya.

      1. Kenali Musuhnya

      Alkitab mengatakan bahwa keinginan-keinginan daging ”berjuang melawan jiwa”. (1 Petrus 2:11) Kata Yunani untuk ”berjuang melawan” secara aksara berarti ”melakukan dinas militer”, dan hal itu mempunyai arti perang yang menghancurkan.—Bandingkan Roma 7:23-25.

      Sama seperti prajurit-prajurit yang baik menyediakan waktu untuk mempelajari taktik musuh, pecandu alkohol harus mendidik dirinya mengenai sifat-sifat dasar dari alkoholisme—dan bagaimana hal itu merusak si pecandu alkohol dan mereka yang dekat dengannya.a—Ibrani 5:14.

      2. Ubahlah Kebiasaan Minum dan Berpikir

      ”Menghindari pemabukan berarti membuang botol dan bayinya,” kata seorang dokter. Dengan kata lain, jauh lebih banyak yang harus berubah selain dari kebiasaan minum; manusia yang di dalam atau batinnya juga harus berubah.

      Alkitab dengan bijaksana menasihatkan, ”Berubahlah oleh pembaharuan budimu.” (Roma 12:2) ”Tanggalkan kepribadian lama serta kelakuannya.” (Kolose 3:9, NW) Jika tindakan berubah tetapi kepribadian tidak berubah, pecandu alkohol itu hanya akan berpindah kepada ketergantungan lain yang berbahaya—atau kembali kepada ketergantungannya yang lama.

      3. Carilah Orang yang Dapat Dipercaya dan Mengerti

      Amsal Alkitab mengatakan, ”Orang yang menyendiri, mencari keinginannya, amarahnya meledak terhadap setiap pertimbangan.” (Amsal 18:1) Sekalipun tidak mabuk lagi, pecandu alkohol tersebut mudah kena bujukan untuk berdalih. Oleh karena itu, ia membutuhkan seorang teman yang dapat dipercaya namun tegas (sering disebut seorang sponsor). Lebih baik jika teman itu sendiri adalah bekas pecandu yang telah berhasil dalam mengatasi tantangan-tantangan dari upaya untuk tidak mabuk. (Bandingkan Amsal 27:17.) Teman demikian akan merespek keyakinan-keyakinan agama dari pecandu alkohol tersebut dan harus rela berkorban dan menyediakan diri untuk terus mendukung.—Amsal 17:17.

      4. Bersabarlah

      Kesembuhan datangnya bertahap. Dibutuhkan waktu bagi si pecandu membangun kembali hidupnya. Mungkin ada kesulitan ekonomi, tekanan dalam pekerjaan, dan kericuhan di rumah. Bebas dari alkohol tidak berarti bebas dari problem. Pecandu alkohol yang mulai sembuh mula-mula merasa khawatir pada waktu menghadapi kehidupan tanpa alkohol sebagai ’pemecah masalah’ kimiawi. Ketika kekhawatiran-kekhawatiran tersebut menumpuk, pecandu alkohol yang mulai sembuh harus ingat kata-kata penghiburan dari pemazmur, ”Serahkanlah segala kuatirmu kepada [Yehuwa], maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkanNya orang benar itu goyah.”—Mazmur 55:23.

      5. Carilah Teman-Teman Bergaul yang Sehat

      Pecandu alkohol hendaknya dengan jujur bertanya kepada diri sendiri: ’Apakah teman-teman saya mendukung saya untuk tidak minum atau apakah mereka terus mengingatkan mengenai ”masa lampau yang menyenangkan”, sehingga membuat saya merasa kehilangan sesuatu?’ Amsal 18:24 mengatakan, ”Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.” Dibutuhkan daya pengamatan untuk dapat melihat siapa teman-teman sejati dan siapa teman-teman yang merusak.

      6. Hindari Kepercayaan Diri yang Berlebihan

      ”Saya merasa senang sekali—bahkan keinginan untuk minum pun tidak ada lagi!” Pecandu yang membuat pernyataan ini terlalu membesar-besarkan kemajuannya dan menganggap ringan alkoholisme. Perasaan gembira yang meluap-luap pada saat kesembuhan tahap awal, yang disebut ”awan merah muda” (keadaan emosi yang tidak realistis), adalah sementara sifatnya. ”Berupayalah mendapatkan pandangan yang seimbang,” demikian saran buku Willpower’s Not Enough (Keinginan Saja Tidak Cukup). ”Tanpa hal tersebut Anda akan jatuh, dan kejatuhan dari awan akan sangat jauh.”—Bandingkan Amsal 16:18.

      7. Jangan Kecanduan Hal Lain

      Banyak orang berhenti minum, namun kemudian mengembangkan kebiasaan makan yang tidak seimbang atau mencandu pada pekerjaan (”workaholic”), dorongan kuat untuk berjudi, dan sebagainya. ’Apa bahayanya? Yang penting saya tidak minum,’ demikian pikir pecandu yang sedang sembuh. Benar, unsur-unsur jasmani mungkin sehat. Namun jika suatu benda atau suatu kegiatan digunakan untuk menganestesi perasaan-perasaan Anda, hal ini hanya akan mengarah kepada perasaan aman yang palsu dan sementara sifatnya.

      8. Peran-Peran Baru bagi Keluarga

      Banyak pecandu alkohol yang menyabot kesembuhan mereka pada waktu segala hal mulai membaik! Mengapa? Hanya karena keadaan tidak minum merupakan pengalaman yang baru. Pecandu mungkin merasakan tarikan ke arah gaya hidup lama yang sudah dikenal. Lagi pula, ketika pecandu tidak minum lagi, ia menyebabkan perubahan besar dalam keluarga. Oleh karena itu, setiap anggota keluarga harus mengubah peranannya. ”Seluruh naskah untuk pementasan keluarga harus dibuang dan diganti dengan yang baru,” demikian dikatakan buku Recovery for the Whole Family (Kesembuhan bagi Seluruh Keluarga). Untuk alasan yang baik, kesembuhan disebut sebagai persoalan keluarga.—Bandingkan 1 Korintus 12:26.

      9. Waspada Kambuh

      Rasa percaya diri yang berlebihan, pergaulan yang kurang sehat, dorongan-dorongan pengganti, dan keadaan menyendiri yang bertambah sering dapat menjadi batu loncatan untuk kambuh. Peliharalah komunikasi yang terbuka dengan orang yang Anda percayai mengenai kecenderungan-kecenderungan seperti itu.

      Seorang pecandu yang sedang menuju kesembuhan mengatakan, ”Semua pecandu berhenti minum. Ada dari antara kita yang beruntung karena berhenti sewaktu kita masih hidup.”

      [Catatan Kaki]

      a Banyak pusat pengobatan, rumah sakit, dan program penyembuhan yang dapat memberikan informasi sedemikian. Sedarlah! tidak menyarankan salah satu pengobatan tertentu. Mereka yang ingin hidup menurut prinsip-prinsip Alkitab hendaknya berhati-hati untuk tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mengkompromikan prinsip-prinsip Alkitab. Seorang Saksi Yehuwa akan mendapat petunjuk yang berguna dalam The Watchtower, 1 Mei 1983, halaman 8-11.

      [Kotak di hlm. 7]

      Jika Pengobatan Mutlak Diperlukan

      Obat apa pun yang mengandung alkohol dapat membangunkan kembali rasa ketagihan dan dapat menjadi penyebab kambuh.

      Dr. James W. Smith menulis, ”Bukannya tidak umum bagi seorang pasien pecandu alkohol untuk kambuh setelah beberapa tahun tidak minum sebagai akibat dari pengobatan sendiri dengan obat batuk sirup yang mengandung alkohol.” Pecandu alkohol peka terhadap semua obat penenang. Jika obat-obat penenang mutlak dibutuhkan, pecandu alkohol harus . . .

      1. minta pendapat apoteker untuk mencari tahu potensi bahaya-bahayanya.

      2. beri tahu orang yang Anda percayai, dan jika mungkin, panggil dia sebelum setiap dosis diminum.

      3. catat setiap dosis yang diminum.

      4. hentikan pengobatan sedini mungkin.

      5. buang obat-obat yang tidak digunakan pada waktu tidak dibutuhkan lagi.

  • Bantuan bagi Anak-Anak yang Sudah Besar dari para Pecandu Alkohol
    Sedarlah!—1992 | Mei
    • Bantuan bagi Anak-Anak yang Sudah Besar dari para Pecandu Alkohol

      ”Jika Anda dibesarkan dalam keluarga pecandu alkohol, Anda harus meluruskan hal-hal yang menyimpang yang Anda pelajari dan kekacauan emosi yang datang pada masa pendidikan. Hal itu tidak dapat dihindari.”—Dr. George W. Vroom.

      SEORANG prajurit yang sedang luka parah terbaring di medan pertempuran. Bantuan segera datang, dan prajurit yang terluka itu segera dibawa ke rumah sakit. Prajurit itu selamat, namun problemnya masih banyak. Luka-lukanya masih harus dirawat, dan trauma dari penderitaannya mungkin akan ia miliki selama bertahun-tahun.

      Bagi anak-anak dari orang-tua yang pecandu alkohol, rumah dapat merupakan medan pertempuran tempat kebutuhan-kebutuhan dasar manusia mendapat serangan. Ada anak-anak yang menerima perlakuan seksual yang keji; yang lain mengalami serangan fisik; banyak yang diabaikan secara emosi. ”Perasaan takut yang sama seperti jika seorang anak mendengar bom-bom berjatuhan atau senapan mesin ditembakkan di sekeliling rumahnya,” kata seorang anak muda, mengingat kembali masa kanak-kanaknya. Tidak heran jika anak-anak dari pecandu alkohol menunjukkan gejala-gejala stres pascatrauma (gejala-gejala yang disebabkan oleh tekanan yang luar biasa dan yang dapat termasuk kegelisahan dan depresi yang sering muncul, ketidakmampuan untuk membina hubungan yang dekat, dan ledakan-ledakan perilaku yang kasar) seperti yang dialami para veteran pejuang!

      Memang benar, banyak anak berhasil melalui trauma ini dan pada waktunya meninggalkan rumah. Namun mereka memasuki masa akil-balig dengan luka-luka yang, sekalipun tidak kelihatan, sama nyata dan merongrongnya dengan yang dimiliki prajurit yang terluka itu. ”Sekarang saya berusia 60 tahun,” kata Gloria, dan ”kehidupan saya masih dipengaruhi oleh trauma karena lahir dalam keluarga dengan orang-tua pecandu alkohol.”

      Apa yang dapat dilakukan untuk membantu orang-orang demikian? ’Rela mendengarkan kesedihan mereka,’ demikian nasihat Alkitab. (Roma 12:15) Untuk melakukan ini, kita harus mengerti luka-luka yang disebabkan karena hidup dalam lingkungan pecandu alkohol.

      ”Saya Tidak Pernah Merasakan Masa Kanak-Kanak”

      Seorang anak perlu dipelihara, diperhatikan, dan selalu dianjurkan. Dalam keluarga pecandu alkohol, perhatian demikian sering kali sangat kurang. Dalam beberapa keadaan ada pertukaran peranan, dan si anak diharapkan untuk memelihara orang-tua. Misalnya, Albert, adalah pencari nafkah bagi keluarganya pada usia 14 tahun! Karena orang-tuanya pecandu alkohol, seorang anak perempuan bernama Jan harus menunaikan semua tugas-tugas rumah tangga. Ia juga penanggungjawab utama dalam menjaga dan memelihara adik-adiknya—semua ini mulai ketika ia baru berumur enam tahun!

      Anak-anak bukanlah orang-orang dewasa, dan mereka tidak dapat menjalankan tugas-tugas orang dewasa. Pada waktu peranan orang-tua-anak ditukar, anak-anak yang seperti orang dewasa kelak akan menjadi orang-orang dewasa yang kebutuhan-kebutuhannya tidak pernah terpuaskan. (Bandingkan Efesus 6:4.) Penasihat keluarga John Bradshaw menulis, ”Mereka bertumbuh dan memiliki tubuh orang dewasa. Mereka tampak dan berbicara seperti orang dewasa, akan tetapi, di dalam diri mereka ada anak kecil yang kebutuhan-kebutuhannya tidak pernah terpuaskan.” Perasaan mereka mungkin sama dengan yang dirasakan seorang kristiani, ”Saya masih menanggung banyak sekali penderitaan karena kebutuhan-kebutuhan emosi saya yang mendasar sebagai anak-anak tidak pernah terpenuhi.”

      ”Pasti Itu Salah Saya”

      Pada waktu Robert berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dalam suatu kecelakaan. ”Saya berupaya untuk menjadi anak yang baik,” Robert mengingat-ingat kembali sambil matanya memandang ke bawah. ”Saya tahu bahwa saya berbuat hal-hal yang tidak ia sukai, namun saya bukan anak yang jahat.” Robert menanggung beban rasa bersalah yang berat atas alkoholisme ayahnya selama bertahun-tahun. Sewaktu menceritakan hal tersebut di atas Robert berumur 74 tahun!

      Adalah suatu hal yang umum bagi anak-anak untuk menyalahkan diri atas alkoholisme orang-tua mereka. Sikap menyalahkan diri memberikan kepada si anak khayalan untuk dapat mengendalikan situasi. Seperti kata Janice, ”Saya mengira bahwa jika saya menjadi anak yang lebih baik, ayah saya tidak akan minum lagi.”

      Pada kenyataannya adalah bahwa tidak ada anak—ataupun orang dewasa—yang dapat menyebabkan, mengendalikan, atau menyembuhkan kebiasaan minum orang lain. Jika orang-tua Anda adalah seorang pecandu alkohol, tidak soal apa yang dikatakan orang lain, jangan mempersalahkan diri! Dan Anda mungkin perlu memikirkannya dengan saksama apakah sebagai orang dewasa, Anda masih perlu merasa bersalah atas tingkah-laku orang-orang lain.—Bandingkan Roma 14:12; Filipi 2:12.

      ”Saya Tidak Dapat Mempercayai Siapa Pun”

      Kepercayaan dibangun atas keterbukaan dan kejujuran. Lingkungan pecandu alkohol dibangun atas rahasia dan penyangkalan.

      Sebagai seorang remaja, Sara mengetahui tentang alkoholisme ayahnya. Namun, ia mengingat, ”Saya merasa bersalah bahkan jika berpikir mengenai kata tersebut karena tidak seorang pun dalam keluarga saya yang mengucapkannya.” Susan menceritakan pengalaman yang serupa, ”Tidak seorang pun dalam keluarga yang pernah membicarakan apa yang sedang terjadi, betapa tidak bahagianya mereka, atau betapa marahnya kami terhadap [ayah tiri kami yang pecandu alkohol]. Saya rasa dengan sengaja saya mengabaikan situasinya.” Maka, kenyataan dari alkoholisme orang-tua sering kali ditutupi dalam penyangkalan. ”Saya belajar untuk tidak menggubris hal-hal yang terjadi karena saya sudah melihat terlalu banyak,” kata Susan.

      Kepercayaan lebih lanjut dikhianati oleh kelakuan pecandu yang tidak konsisten. Ia gembira kemarin, namun hari ini ia marah-marah. ”Saya tidak dapat menduga kapan amarahnya akan meledak,” kata Martin, pemuda akil-balig dari seorang ibu yang pecandu alkohol. Pecandu alkohol tidak menepati janji, bukan karena kecerobohan, melainkan hanya karena alkohol. Dr. Claudia Black menjelaskan, ”Keasyikan minum menjadi prioritas nomor satu pecandu alkohol. Hal-hal lain tidak penting.”

      ”Saya Menyembunyikan Perasaan Saya”

      Jika perasaan tidak dapat diutarakan dengan leluasa, anak-anak cenderung untuk menekan perasaan-perasaan tersebut. Mereka pergi ke sekolah dengan ”senyum pada wajah mereka dan perasaan tegang pada perut mereka”, demikian kata buku Adult Children—The Secrets of Dysfunctional Families (Anak-Anak Akil-Balig—Rahasia dari Keluarga yang Mengalami Gangguan Fungsi), dan mereka tidak berani mengutarakan pikiran-pikiran mereka karena khawatir membuka rahasia keluarga. Kelihatan dari luar, semuanya baik; di dalam, perasaan-perasaan yang ditekan mulai meluap.

      Pada masa dewasa upaya-upaya untuk memadamkan emosi dengan kepura-puraan ’semuanya baik-baik saja’ biasanya gagal. Jika perasaan-perasaan tidak dapat diutarakan dengan kata-kata, mereka mungkin akan muncul secara somatis—yaitu, melalui penyakit lambung, sakit kepala kronis, dan seterusnya. ”Emosi benar-benar menggerogoti diri saya,” kata Shirley. ”Saya dihinggapi berbagai penyakit yang ada dalam buku.” Dr. Timmen Cermak menjelaskan, ”Cara anak-anak yang sudah dewasa mengatasi stres adalah dengan menyangkalnya, namun Anda tidak dapat membohongi sifat alam. . . . Tubuh yang hidup di bawah stres yang berat dan nada tegangan tinggi selama bertahun-tahun akan mulai rusak.”

      Lebih dari Sekadar Hidup

      Anak-anak akil-balig dari pecandu alkohol memiliki kekuatan; kenyataan bahwa mereka dapat hidup melalui trauma masa kanak-kanak menjadi buktinya. Namun, lebih banyak yang dibutuhkan daripada sekadar hidup. Konsep-konsep baru dalam hubungan keluarga perlu dipelajari. Perasaan bersalah, kemarahan, dan rasa rendah diri mungkin perlu diperhatikan. Anak-anak yang sudah besar dari pecandu alkohol harus menggunakan kekuatan mereka untuk mengenakan apa yang disebut Alkitab ”kepribadian baru”.—Efesus 4:23, 24, NW; Kolose 3:9, 10.

      Hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah. LeRoy, seorang anak dari pecandu alkohol yang sekarang sudah dewasa, berjuang untuk menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam keluarganya sendiri selama 20 tahun. ”Ketika saya menerima semua nasihat-nasihat yang pengasih dari Lembaga melalui buku Keluarga dan publikasi-publikasi lain, saya tidak dapat memahami konsep-konsepnya.a Akibatnya, saya tidak dapat menerapkan keterangannya dengan baik. . . . Tanpa perasaan, saya berupaya untuk secara mekanis mencari dan menerapkan peraturan-peraturan, seperti orang-orang Farisi.”—Lihat Matius 23:23, 24.

      Bagi seseorang seperti LeRoy, permohonan-permohonan sederhana untuk ”lebih bersifat pengasih” atau untuk ”berkomunikasi” atau untuk ”mendisiplin anak-anak Anda” mungkin tidak cukup. Mengapa? Karena seorang anak yang sudah besar mungkin tidak pernah mengalami sifat-sifat atau kecakapan-kecakapan ini, jadi bagaimana ia dapat menyatakan atau meniru hal-hal itu? LeRoy mencari nasihat untuk mengerti pengaruh dari alkoholisme ayahnya. Ini membuka jalan untuk kemajuan rohani. ”Meskipun telah menjadi masa yang paling menyakitkan dalam kehidupan saya, ini telah menjadi masa pertumbuhan rohani yang pesat,” katanya. ”Untuk pertama kali dalam hidup saya, saya benar-benar merasa bahwa saya mulai mengetahui dengan tepat tentang kasih Allah.”—1 Yohanes 5:3.

      Seorang wanita Kristen bernama Cheryl mendapat manfaat dari bantuan seorang pekerja sosial yang berpengalaman dalam masalah-masalah alkoholisme dalam keluarga. Ia juga mendapat bantuan dari seorang penatua yang mempunyai rasa empati. ”Setelah saya membuang segala ’rahasia’ saya yang memalukan baru saya merasakan damai dengan Yehuwa dan diri sendiri,” katanya. ”Sekarang saya menganggap Yehuwa sebagai Bapa saya (sesuatu yang sebelumnya tidak dapat saya lakukan), dan saya tidak lagi merasa ditipu bahwa saya tidak mendapatkan kasih dan bimbingan yang saya butuhkan dari ayah saya yang di bumi ini.”

      Amy, anak perempuan yang sudah dewasa dari seorang pecandu alkohol, menemukan bahwa upaya untuk mengembangkan ’buah-buah roh’ sangat membantu dia. (Galatia 5:22, 23) Ia juga belajar untuk mengutarakan pikiran dan perasaannya kepada penatua yang penuh pengertian. ”Ia mengingatkan saya kepada perkenan yang benar-benar ingin saya cari,” kata Amy, ”perkenan dari Allah Yehuwa dan Kristus Yesus. Mencari kasih dan perkenan mereka tidak akan pernah merusak diri.”

      Kesembuhan yang Lengkap

      Alkitab memuat janji tertulis dari Kristus Yesus bahwa mereka yang datang kepada dia dengan menanggung beban berat akan disegarkan. (Matius 11:28-30) Lagi pula, Yehuwa disebut ”Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami”. (2 Korintus 1:3, 4) Maureena mengatakan, ”Saya belajar mengenal Yehuwa sebagai Pribadi yang tidak akan pernah meninggalkan saya secara fisik, mental, ataupun emosi.”

      Kita hidup pada zaman yang disebut Alkitab hari-hari terakhir, suatu masa manakala banyak orang—bahkan di dalam lingkungan keluarga—akan ’bertindak sewenang-wenang, tidak tahu mengasihi, dan garang’. (2 Timotius 3:2, 3) Namun Allah menjanjikan bahwa segera Ia akan mewujudkan suatu dunia baru yang penuh damai tempat Ia akan menghapus air mata dan kesedihan. (Wahyu 21:4, 5) Seorang kristiani yang dibesarkan dalam keluarga pecandu alkohol mengatakan, ”Kita berharap agar kita semua dapat selamat bersama-sama memasuki dunia baru itu, tempat kita akan menerima kesembuhan total yang hanya dapat diberikan oleh Yehuwa.”

      SUATU KASUS SEJARAH

      ”Saya seorang anak akil-balig dari pecandu alkohol. Ayah saya menjadi pecandu alkohol pada waktu saya berumur delapan tahun. Bila ia minum, ia menjadi garang. Saya ingat rasa takut yang luar biasa yang dirasakan seluruh keluarga. Pada masa saya seharusnya merasakan masa kanak-kanak yang bahagia, saya belajar untuk menyembunyikan perasaan, keinginan, dan harapan saya. Ibu dan Ayah terlalu sibuk dengan problem Ayah sehingga tidak pernah mempunyai waktu untuk saya. Saya tidak layak mendapat waktu mereka. Saya merasa tidak berharga. Pada usia delapan tahun saya dipaksa untuk tidak berperan sebagai anak umur delapan tahun—dipaksa untuk menjadi dewasa dengan tiba-tiba dan menanggung tugas-tugas keluarga. Hidup saya dihambat.

      ”Tingkah laku Ayah begitu memalukan sehingga aibnya melekat pada saya. Sebagai kompensasi saya berupaya menjadi sempurna. Saya memberi dan memberi, berupaya untuk membeli kasih sayang, tidak pernah merasa layak untuk kasih yang tanpa pamrih. Bertahun-tahun kemudian suami dan anak-anak saya mengatakan bahwa saya adalah sebuah robot, seperti mesin. Selama 30 tahun saya memperhambakan diri kepada mereka, mengorbankan kebutuhan-kebutuhan emosi saya demi kebutuhan mereka, memberi kepada mereka seperti saya dulu memberi kepada orang-tua saya. Dan inikah pernyataan terima kasih terhadap saya? Ini merupakan luka yang paling menyakitkan!

      ”Dengan rasa marah, bingung, dan putus asa, saya bertekad mengetahui apa yang salah dengan diri saya. Seraya saya berbicara dengan orang-orang lain yang pernah dibesarkan di rumah pecandu alkohol, banyak perasaan-perasaan yang terpendam mulai muncul, hal-hal yang tidak pernah teringat sebelumnya, hal-hal yang menyebabkan sering munculnya depresi yang melemahkan. Rasanya seperti suatu beban terangkat, suatu katarsis. Betapa lega untuk mengetahui bahwa saya tidak sendirian, bahwa orang-orang lain juga merasakannya dan mengerti trauma yang disebabkan karena dibesarkan dalam keluarga pecandu alkohol!

      ”Saya ikut dalam kelompok yang disebut Adult Children of Alcoholics (Anak-Anak Dewasa dari Pecandu-Pecandu Alkohol) dan mulai menerapkan beberapa cara terapi mereka. Buku-buku latihan membantu untuk mengubah pandangan-pandangan yang salah. Saya menulis buku harian untuk mengutarakan perasaan-perasaan yang muncul, yang sudah terpendam selama bertahun-tahun. Saya mendengarkan kaset-kaset yang mengajarkan cara-cara untuk membantu diri sendiri. Saya menonton seminar di TV oleh seseorang yang ia sendiri adalah anak dewasa dari seorang pecandu alkohol. Buku Feeling Good (Merasa Enak), dari University of Pennsylvania School of Medicine, membantu saya untuk membangun harga diri dan memperbaiki pola-pola berpikir saya.

      ”Beberapa dari pola berpikir yang baru ini menjadi alat, pernyataan-pernyataan untuk mengatasi kehidupan dan hubungan dengan orang-orang lain. Beberapa di antaranya yang saya pelajari dan terapkan adalah: Bukan apa yang terjadi atas diri kita yang penting, melainkan bagaimana kita memandang atau menilai apa yang telah terjadi. Perasaan-perasaan bukan untuk dipendam di dalam namun perlu diselidiki dan dinyatakan secara konstruktif atau dilupakan. Alat yang lain adalah ungkapan ’bertindaklah menuju cara berpikir yang benar’. Tindakan yang diulang-ulang dapat membentuk pola-pola berpikir yang baru.

      ”Alat yang paling penting adalah Firman Allah, Alkitab. Darinya dan dari sidang-sidang Saksi-Saksi Yehuwa, beserta para penatua mereka dan Saksi-Saksi lain yang matang, saya menerima penyembuhan rohani yang paling baik, dan saya belajar untuk mempunyai kasih yang sepatutnya bagi diri saya sendiri. Saya juga belajar bahwa saya adalah pribadi yang unik yang mempunyai ciri-ciri pribadi, bahwa tidak ada seorang pun di alam semesta ini seperti saya. Yang paling penting, saya tahu bahwa Yehuwa mengasihi saya, dan Yesus mati bagi saya dan juga bagi orang-orang lain.

      ”Sekarang, satu setengah tahun kemudian, saya dapat berkata bahwa saya 70 persen lebih baik. Penyembuhan total hanya akan terjadi pada saat dunia baru Yehuwa yang adil-benar sudah menggantikan dunia jahat sekarang dan allahnya, Setan si Iblis.”

      KESIMPULAN

      Alkitab mengatakan, ”Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya.” (Amsal 20:5) Dibutuhkan pengamatan jika seseorang yang sedang membantu ingin berhasil menimba perkara-perkara yang menyusahkan orang yang menderita depresi dari air yang dalam dari hati. Ada nilai yang besar dalam ’banyak penasihat’ jika mereka memiliki daya pengamatan. (Amsal 11:14) Amsal yang berikut juga menunjukkan nilai yang diperoleh bila mencari nasihat orang lain, ”Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” (Amsal 27:17) Jika orang-orang yang mempunyai kesulitan berkomunikasi, ”mereka akan saling menghibur”. (Roma 1:12, NW) Dan untuk menaati perintah Alkitab ’menghibur mereka yang tawar hati’, orang yang menghibur hendaknya mengerti penyebab dan hal-hal lain dari depresi yang menimpa orang yang dihibur.—1 Tesalonika 5:14.

      [Catatan Kaki]

      a Membina Keluarga Bahagia, diterbitkan the Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.

      [Blurb di hlm. 8]

      Anak-anak dari pecandu alkohol menunjukkan gejala-gejala stres pascatrauma seperti yang dialami para veteran pejuang!

      [Blurb di hlm. 10]

      Lingkungan pecandu alkohol dibangun atas rahasia dan penyangkalan

      [Blurb di hlm. 10]

      Mereka pergi ke sekolah dengan ”senyum pada wajah mereka dan perasaan tegang pada perut mereka”

      [Blurb di hlm. 11]

      ”Sekarang saya menganggap Yehuwa sebagai Bapa saya (sesuatu yang sebelumnya tidak dapat saya lakukan)”

      [Blurb di hlm. 12]

      Alat yang paling penting adalah Firman Allah, Alkitab

      [Gambar di hlm. 9]

      ”Emosi benar-benar menggerogoti diri saya”

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan