-
Dunia yang SerbacepatSedarlah!—2001 | 8 Februari
-
-
Dunia yang Serbacepat
APAKAH LAJUNYA KEHIDUPAN CENDERUNG MEMBUAT ANDA KADANG-KADANG KEWALAHAN? APAKAH ANDA MENJADI FRUSTRASI, PENAT, MERASA SUDAH TIDAK SANGGUP LAGI? JIKA DEMIKIAN, ANDA TIDAK SENDIRIAN.
JUTAAN orang, khususnya di kota besar, mendapati bahwa kehidupan menjadi serbacepat, melelahkan dan memusingkan. Hal ini khususnya terjadi di negeri-negeri Barat. Pada suatu pertemuan agama baru-baru ini di Amerika Serikat, seorang pembicara meminta hadirinnya untuk mengacungkan tangan jika mereka kerap merasa kelelahan. Seketika itu juga, banyak tangan yang teracung.
Buku Why Am I So Tired? berkata, ”Kehidupan modern sarat dengan ketegangan yang lebih hebat dari yang sudah-sudah—mengejar pesawat, mengejar tenggat waktu, mengantar-jemput anak-anak dari taman kanak-kanak secara tepat waktu—dan masih banyak lagi.” Tidaklah mengejutkan jika kelelahan dilukiskan sebagai kutukan di zaman kita.a
Di masa lalu, kehidupan lebih sederhana, dan laju kehidupan lebih lambat. Orang-orang cenderung untuk hidup lebih selaras dengan siklus alam—siang hari untuk bekerja, dan malam hari untuk keluarga atau istirahat. Kini, ada sejumlah alasan mengapa orang-orang semakin merasa kelelahan.
Tiba-Tiba, Hari Semakin Panjang
Salah satu faktornya mungkin karena waktu tidur lebih berkurang. Dan, salah satu kemajuan pesat yang mengurangi waktu tidur adalah digunakannya lampu listrik. Hanya dengan menekan saklar, manusia dapat mengontrol panjangnya ”hari”, dan orang-orang segera mulai mengurangi waktu tidur. Sebenarnya, banyak orang hampir tidak mempunyai pilihan dalam hal ini karena pabrik-pabrik mulai beroperasi 24 jam dan industri layanan jasa menambah jam kerjanya. Seorang penulis berkata, ”Masyarakat 24 jam telah lahir.”
Kemajuan teknologi lainnya, seperti radio, TV, dan komputer pribadi, juga punya andil dalam mengurangi jatah tidur yang dibutuhkan. Di banyak negeri, acara TV berlangsung 24 jam sehari. Bukan hal yang aneh bila melihat pencinta film atau penggemar olahraga datang bekerja dengan mata berat dan lelah setelah menonton sepanjang malam. Komputer rumah, dan segala daya tarik yang ditawarkannya, juga merangsang jutaan orang untuk bergadang. Tentu saja, bukan produk-produk ini yang salah; namun, produk-produk ini memang menyediakan semacam insentif bagi orang yang menyepelekan kebutuhan untuk beristirahat.
Kehidupan Bertambah Cepat
Bukan hanya hari-hari kita menjadi lebih panjang, namun kehidupan itu sendiri tampaknya bergerak kian cepat—sekali lagi, itu ditunjang oleh teknologi. Kereta kuda yang digunakan kurang dari seabad lalu bukan apa-apa dibanding dengan mobil cepat, kereta api peluru, dan pesawat jet yang ada sekarang. Bahkan, seorang pengusaha modern, yang kakeknya dulu mungkin berjalan kaki atau menunggang kuda atau bersepeda ke tempat kerja, bisa menikmati makan siang di New York dan kemudian makan sore di London!
Perkantoran juga telah mengalami revolusi bisu dalam hal kecepatan dan produktivitas. Mesin tik dan surat beramplop sudah diganti dengan komputer, mesin faksimili, dan E-mail. Dengan adanya komputer notebook, telepon seluler, dan penyerantara, kini bahkan sudah tidak jelas lagi mana rumah dan mana tempat kerja.
Tentu saja, tidak seorang pun dari kita yang dapat memperlambat laju dunia yang meningkat pesat. Akan tetapi, kita masing-masing dapat membuat penyesuaian yang memungkinkan kita menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan seimbang. Namun, sebelum kita membahas hal ini, mari kita periksa beberapa dampak laju dunia yang sangat cepat ini, baik terhadap kita secara pribadi maupun terhadap masyarakat secara keseluruhan.
[Catatan Kaki]
a Kelelahan kronis bisa juga disebabkan atau diperparah oleh sejumlah faktor di samping ketegangan sehari-hari. Penyebabnya antara lain mungkin problem kesehatan fisik, pola makan yang kurang baik, narkoba, polusi kimiawi, problem mental dan emosi, usia lanjut, atau kombinasi dari hal-hal ini.
-
-
Akibat Berupaya Melakukan Terlalu BanyakSedarlah!—2001 | 8 Februari
-
-
Akibat Berupaya Melakukan Terlalu Banyak
DUNIA BARAT DEWASA INI SEDANG TERGILA-GILA DENGAN KECEPATAN DAN KENYAMANAN.
MESIN pencuci piring menghemat waktu di dapur. Demikian pula mesin cuci pakaian. Jutaan orang bahkan tidak perlu keluar rumah untuk berbelanja atau pergi ke bank—mereka hanya menyalakan komputer dan menggunakan Internet.
Ya, dunia ini, setidaknya sebagian, sarat dengan segala jenis peranti yang menghemat waktu serta tenaga. Oleh karena itu, Anda akan berpikir bahwa orang-orang akan memiliki banyak waktu untuk digunakan bersama keluarga maupun untuk relaks. Namun, sering kali, banyak orang mengatakan bahwa mereka lebih lelah dan lebih tertekan daripada sebelumnya. Penyebabnya banyak dan kompleks.
Tekanan ekonomi adalah salah satu penyebab utamanya. Pusat Penelitian dan Pelatihan Hubungan Industri Australia menganalisis jumlah jam yang dihabiskan orang di tempat kerja di negara itu dan mendapati bahwa ”cukup banyak juga yang bekerja lebih dari 49 jam seminggu” dan bahwa ”pertambahan jam kerja ini kemungkinan berdampak buruk terhadap keluarga dan kehidupan masyarakat”. Banyak pekerja memilih untuk tinggal di daerah luar kota yang lebih hijau dan lebih tenang. Artinya, mereka menghabiskan berjam-jam setiap minggu—atau bahkan setiap hari—untuk pulang pergi dengan kereta dan bus yang sesak penumpang atau harus melewati jalanan yang padat. Akibatnya, hal ini menambah panjangnya hari kerja dan ketegangannya.
Apakah Anda Menderita Utang Tidur?
Problem tidur telah menjadi begitu umum pada tahun-tahun belakangan ini sehingga klinik-klinik tidur bermunculan di banyak bagian dunia. Para peneliti mendapati bahwa sewaktu orang-orang terus-menerus kurang tidur, mereka menimbun utang tidur. Secara alami, tubuh mereka ingin membayar utang ini dan terus mendesak mereka dengan membuat mereka merasa lelah. Namun, karena gaya hidup kurang tidur dewasa ini, banyak orang tetap lelah secara kronis.
Di sebuah negeri Barat, waktu tidur telah merosot hingga 20 persen selama abad yang lalu, dari rata-rata sembilan jam per malam menjadi tujuh jam. Para peneliti telah menghimpun bukti bahwa utang tidur mengakibatkan problem belajar dan ingatan, kerusakan kesanggupan motorik, dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Kebanyakan dari kita telah mengalami sendiri bahwa pikiran yang lelah juga cenderung membuat kita melakukan kekeliruan. Yang menyedihkan, kekeliruan ini bisa berakibat serius dan fatal.
Akibat Fatal dari Kelelahan
Kelelahan akibat jam kerja yang panjang dan pengurangan jumlah personel konon turut menyebabkan beberapa bencana terburuk pada akhir abad ke-20. Antara lain bencana nuklir di Chernobyl, Ukraina; ledakan pesawat ulang-alik Challenger; dan tumpahan minyak yang menghebohkan sewaktu kapal tanker Exxon Valdez menghantam karang di Prince William Sound, Alaska.
Ledakan di Chernobyl terjadi selama tes khusus di pusat pembangkit listrik itu. Dalam bukunya The 24-Hour Society, Martin Moore-Ede mengatakan bahwa tes itu ”sedang dilakukan di bawah pengawasan sebuah tim insinyur listrik yang sangat kelelahan karena sudah berada di pembangkit listrik itu selama setidaknya tiga belas jam, dan mungkin lebih lama karena penundaan sepuluh jam untuk memperoleh izin mulai”. Apa pun kasusnya, menurut studi baru-baru ini, salah satu dampak jangka panjang dari radiasi tersebut adalah peningkatan sepuluh kali lipat kasus kanker tiroid di antara anak-anak Ukraina sejak tahun 1986.
Setelah suatu penyelidikan yang saksama tentang ledakan pesawat ulang-alik Challenger, sebuah laporan yang disusun oleh sebuah komisi presiden menyatakan bahwa batas lembur 20 jam dilanggar 480 kali oleh sebuah kelompok pekerja kontrak dan 2.512 kali oleh kelompok yang lain. Laporan itu menambahkan bahwa kelelahan di pihak pengelola, akibat ”jam kerja yang tidak teratur serta kurang tidur selama beberapa hari”, juga menjadi faktor penyebab dikeluarkannya izin yang sembrono bagi meluncurnya pesawat itu. Laporan itu mengamati bahwa ”bila waktu lembur berlebihan, efisiensi pekerja menurun dan potensi human error meningkat”.
Menurut petugas serikat pelaut, pengurangan awak, yang dimaksudkan untuk mengurangi biaya operasi, membuat para pelaut di Exxon Valdez harus bekerja lebih lama dan melakukan tugas ekstra. Sebuah laporan tentang musibah itu menjelaskan bahwa petugas dek ketiga, yang bertanggung jawab atas kapal itu sewaktu berlayar persis setelah tengah malam, belum tidur sejak dini hari. Hampir 11 juta galon minyak—kasus minyak tumpah terbesar dalam sejarah AS—mengakibatkan kerusakan yang mengerikan pada pantai serta satwa liar dan memakan biaya 2 miliar dolar AS lebih untuk pembersihan.
Akibat yang Lebih Samar dari Kelelahan
Menurut sebuah perkiraan, kelelahan merugikan dunia setidaknya 377 miliar dolar setiap tahun! Namun, kerugian dalam bentuk uang tidak sebanding dengan kerugian nyawa dan kesehatan manusia, yang sering kali juga terkena dampaknya. Misalnya, kasus kecelakaan lalu lintas. Menurut sebuah klinik gangguan tidur di Sydney, Australia, antara 20 dan 30 persen kecelakaan lalu lintas di negara itu disebabkan oleh tertidurnya supir saat mengemudi. Diperkirakan bahwa di Amerika Serikat, kantuk turut menyebabkan setidaknya 100.000 kecelakaan lalu lintas setiap tahun.
Namun, konsekuensi kelelahan tidak sampai di situ saja. Seorang korban kecelakaan yang dilarikan ke rumah sakit untuk dioperasi berharap bahwa dokternya tanggap dan siaga. Namun, karena jadwal yang sibuk dan jam kerja yang panjang, sang dokter mungkin tidak tanggap dan siaga! Sebuah laporan oleh Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia menyingkapkan bahwa kira-kira 10 persen dokter bekerja 65 jam seminggu, 17 persen dari semua spesialis melembur di atas jumlah itu, dan 5 persen ”dokter junior” bekerja lebih dari 80 jam seminggu!
”Mesin dilindungi oleh panduan pengoperasian, label peringatan, dan kursus pelatihan,” kata Martin Moore-Ede. ”Manusia tidak diperlengkapi perlindungan demikian. . . . Kenyataan yang mengejutkan adalah bahwa kita tahu lebih banyak tentang perangkat keras dan perangkat lunak yang dioperasikan manusia ketimbang spesifikasi rancangan manusia itu sendiri.”
Tubuh kita tidak memiliki lampu peringatan yang menyala dan mengisyaratkan agar kita berhenti atau mengurangi kecepatan. Meskipun demikian, tubuh kita memang memberi kita sinyal peringatan. Ini mencakup kelelahan kronis, perubahan suasana hati, depresi, dan kecenderungan mudah terkena virus. Jika Anda merasakan gejala-gejala ini—tentu saja dengan catatan Anda tidak memiliki problem fisik atau kesehatan lainnya—mungkin sudah waktunya untuk memeriksa kembali gaya hidup Anda.
Dampak Sosial akibat Terlalu Sibuk
Gaya hidup yang tegang dan kurang tidur juga berdampak buruk terhadap hubungan antarmanusia. Perhatikan kasus pasangan pengantin baru, Enggar dan Maya.a Mereka menginginkan apa yang paling didambakan oleh pengantin baru—rumah yang nyaman dan kemapanan finansial. Jadi, keduanya bekerja purnawaktu. Namun, karena kerja aplusan yang tidak teratur, mereka tidak memiliki banyak waktu untuk bersama. Hubungan mereka segera merosot. Akan tetapi, mereka mengabaikan gejalanya dan terus menjalani jadwal yang menuntut itu sampai perkawinan mereka, yang boleh dibilang belum dimulai, runtuh.
”Studi memperlihatkan bahwa tingkat perceraian pada keluarga pekerja aplusan 60 persen lebih tinggi daripada pekerja reguler pagi-sore,” kata buku The 24-Hour Society. Namun, entah bekerja aplusan atau tidak, banyak pasangan mencoba menjejalkan begitu banyak hal dalam kehidupan mereka sehingga, akibatnya, mereka mengandaskan perkawinan mereka. Bagi yang lain, ketegangan dan kelelahan mungkin turut menyebabkan siklus penyalahgunaan narkoba dan alkohol serta kebiasaan makan yang buruk—faktor-faktor yang tidak hanya memperparah kelelahan namun mungkin mengarah ke banyak problem lain, bahkan penganiayaan anak-anak.
Untuk membantu orang-tua mengatasi jadwal yang menuntut, pusat penitipan anak semakin bertambah jumlahnya, dan beberapa bahkan menawarkan layanan 24 jam. Namun, bagi banyak anak, TV merupakan pengasuh mereka. Tentu saja, jika anak-anak hendak bertumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, seimbang secara emosi, mereka membutuhkan berlimpah waktu yang bermutu bersama orang-tua mereka. Oleh karena itu, orang-tua yang terlalu capek mengasuh anak-anaknya karena mencoba mempertahankan standar hidup tinggi yang tidak masuk akal sebaiknya memikirkan risiko—baik bagi anak-anak mereka maupun bagi diri mereka sendiri.
Dalam masyarakat teknologi yang bergerak cepat dewasa ini, para manula sering kali juga menjadi korban. Cepatnya perubahan serta barang-barang yang terus mengalir di pasaran membuat banyak orang merasa bingung, tidak aman, takut, atau bahkan ketinggalan zaman. Jadi, masa depan apa yang terbentang bagi mereka?
Apakah kita semua—tua dan muda—sama sekali tak berdaya di tangan dunia yang bertekad untuk terus meningkatkan lajunya? Atau, adakah hal-hal yang dapat kita lakukan untuk membantu kita mengatasi dan memperbaiki mutu kehidupan kita? Syukurlah, ada, sebagaimana akan kita lihat dalam artikel berikutnya.
[Catatan Kaki]
a Nama-nama telah diganti.
[Gambar di hlm. 6]
Kelelahan mungkin turut menyebabkan bencana nuklir di Chernobyl, ledakan pesawat ulang-alik ”Challenger”, dan tumpahan minyak ”Exxon Valdez”
[Keterangan]
Courtesy U.S. Department of Energy’s International Nuclear Safety Program
NASA photo
[Gambar di hlm. 7]
Laju kehidupan yang serbacepat dapat menyebabkan ketegangan dalam perkawinan
[Gambar di hlm. 8]
Dalam upaya mengatasinya, beberapa orang menyalahgunakan alkohol
-
-
Tetap Bersukacita Menghadapi Dunia yang SerbasibukSedarlah!—2001 | 8 Februari
-
-
Tetap Bersukacita Menghadapi Dunia yang Serbasibuk
KEBANYAKAN ORANG MAMPU MENGHADAPI TEKANAN HIDUP, NAMUN TIDAK BANYAK YANG MAMPU MENGHADAPINYA DENGAN SUKACITA. HAL ITU MEMBUTUHKAN HIKMAT KHUSUS.
SEPENDAPAT dengan hal ini, buku The 24-Hour Society berkata, ”Kita perlu mengembangkan hikmat untuk melindungi kebutuhan dan pembawaan manusia dalam dunia teknologi yang telah kita ciptakan.”
Syukurlah, tersedia hikmat praktis dalam buku yang paling banyak disebarluaskan di dunia—Firman Allah, Alkitab. Karena diilhami oleh Pribadi yang memahami dengan sempurna kebutuhan serta pembawaan manusia, Alkitab berisi prinsip yang telah terbukti praktis. Menerapkan prinsip-prinsip ini dapat membantu Anda memperoleh lebih banyak kendali atas kehidupan Anda, memberi Anda setidaknya suatu kadar sukacita seraya Anda menghadapi dunia yang serbasibuk dewasa ini.—Yesaya 48:18; 2 Timotius 3:16.
Prinsip-prinsip ini menyoroti tiga bidang utama. Pertama, prinsip ini memperlihatkan di bidang mana Anda dapat mengadakan perampingan selektif. Kedua, prinsip ini dapat membantu Anda menetapkan prioritas yang sehat. Ketiga, prinsip tersebut menyediakan perspektif rohani terhadap kehidupan yang jauh lebih unggul daripada sudut pandang duniawi. Marilah kita sekarang membahas ketiga bidang ini.
Jagalah Kehidupan Tetap Sederhana dan Teratur
Bayangkan Anda pergi kemping selama beberapa hari. Anda ingin merasa nyaman, jadi Anda membawa sebuah tenda besar dengan segala aksesorinya. Anda juga membawa trailer sarat dengan perabot, peralatan memasak, kulkas, generator portabel, lampu, TV, dan banyak barang lainnya, termasuk makanan. Akan tetapi, mempersiapkan semua hal ini dapat memakan waktu berjam-jam! Kemudian, di akhir liburan Anda yang singkat, Anda butuh waktu lebih lama untuk mengepak barang-barang itu—belum lagi sewaktu membongkarnya di rumah. Kalau dipikir-pikir, Anda tersadar bahwa Anda ternyata tidak memiliki cukup waktu untuk menikmati kemping! Anda bertanya-tanya apakah memang perlu bersusah-susah seperti itu.
Bagi jutaan orang dewasa ini, kehidupan itu sendiri bagaikan perjalanan kemping. Mereka menghabiskan waktu yang berlebihan untuk memperoleh dan memiliki barang-barang yang tak ada habisnya yang oleh dunia kita dibuat percaya bahwa kita membutuhkannya supaya bahagia. Sebaliknya, Yesus Kristus berkata, ”Bahkan jika seseorang berkelimpahan, kehidupannya bukanlah hasil dari perkara-perkara yang ia miliki.” (Lukas 12:15) Ya, mutu kehidupan tidak diukur dengan kekayaan materi. Sebenarnya, kekayaan sering kali menambah ketegangan dan kekhawatiran dalam hidup. ”Kelimpahan yang dimiliki orang kaya tidak membiarkan dia tidur,” kata Pengkhotbah 5:12.
Jadi, cermatilah setiap barang milik Anda, dan tanyailah diri Anda, ’Apakah barang ini benar-benar dibutuhkan, atau ini cuma asal beli? Apakah mutu kehidupan saya menjadi lebih baik karenanya, atau apakah itu justru mencuri waktu yang berharga?’ Kata pengantar dalam buku Why Am I So Tired?, oleh Leonie McMahon, menuturkan, ”Penemuan berbagai perangkat, yang dimaksudkan untuk memperingan pekerjaan rumah tangga, telah menyebabkan ibu rumah tangga harus mengambil pekerjaan di luar rumah, guna membeli barang-barang itu dan membayar biaya pemeliharaannya.”
Bila Anda menyederhanakan kehidupan Anda, Anda punya lebih banyak waktu bagi keluarga, teman, dan bagi diri Anda sendiri. Waktu demikian sangat penting untuk kebahagiaan Anda. Jangan seperti orang yang terlambat tahu bahwa dalam kehidupan, teman dan keluarga jauh lebih penting—dan lebih menarik—daripada uang dan barang-barang. Hanya orang yang dapat mengasihi Anda. Rekening bank, portofolio saham, komputer, televisi, dan barang-barang lain, meskipun ada gunanya, sebenarnya jika diumpamakan sebagai kacang, hal itu hanyalah kulitnya, bukan kacangnya. Orang yang memprioritaskan hal-hal ini meremehkan nilai kehidupan mereka dan akhirnya menjadi tidak puas atau bahkan merasa getir.—1 Timotius 6:6-10.
Mengatur Waktu dan Menetapkan Prioritas
Dalam beberapa hal, mengatur waktu mirip dengan menyeimbangkan anggaran finansial. Jika Anda mencoba menjejalkan terlalu banyak hal ke dalam waktu terbatas yang Anda miliki, Anda tidak bersikap bijaksana terhadap waktu Anda. Gaya hidup demikian akhirnya akan menimbulkan frustrasi, stres, dan kelelahan. Jadi, belajarlah untuk menetapkan prioritas.
Pertama-tama, tentukan hal-hal mana yang lebih penting, dan tetapkan waktu yang cukup untuknya. Bagi orang Kristen, tujuan rohani selalu menempati prioritas teratas. (Matius 6:31-34) Jika perkara-perkara penting dilakukan terburu-buru atau ditangani sambil lalu, problem-problem serius sering kali akan muncul. Oleh karena itu, mungkin Anda perlu menyingkirkan apa pun yang menyita waktu namun tidak bermanfaat.
Dalam menetapkan prioritas, perhatikan juga kebutuhan untuk menyendiri—waktu untuk renungan yang membangun dan untuk mengisi kembali ”baterai” Anda. ”Waktu menyendiri yang berarti,” kata jurnal Psychology Today, adalah ”penyegar yang dibutuhkan dalam dunia yang serbacepat dewasa ini. . . . Waktu menyendiri adalah bahan bakar kehidupan”. Orang yang terlalu sibuk sampai-sampai tidak sempat merenung dapat menjadi dangkal dalam sikap mereka terhadap kehidupan.
Kesahajaan dan Kerohanian
Kesahajaan dan kerohanian adalah dua aset terbaik yang dapat Anda miliki bila Anda menginginkan kehidupan yang bahagia dan seimbang. Kesahajaan penting agar Anda tidak sampai mengambil beban pekerjaan dan tanggung jawab yang tidak realistis. Jika Anda bersahaja, Anda akan tahu kapan mesti menolak lembur atau kegiatan lain yang akan menghambat sesuatu yang lebih penting. Orang yang bersahaja tidak akan iri terhadap apa yang orang lain miliki dan lakukan; oleh karena itu, mereka cenderung merasa lebih puas. Selanjutnya, kesahajaan yang tulus adalah faset kerohanian, kunci vital lain untuk memperoleh lebih banyak kendali atas kehidupan kita.—Mikha 6:8; 1 Yohanes 2:15-17.
Kerohanian yang didasarkan pada pengetahuan yang saksama dari Alkitab membuat Anda menjadi orang yang lebih berpengamatan dan berpemahaman—seseorang yang tidak dibodohi oleh definisi sekuler tentang sukses, yang tak bernilai. Anda mengindahkan nasihat bijaksana di 1 Korintus 7:31, ”[Hendaklah] orang yang menggunakan dunia ini [menjadi] seperti orang yang tidak menggunakannya sepenuhnya; karena adegan pentas dunia ini sedang berubah.” Orang Kristen ”menggunakan dunia ini” sewaktu menyediakan kebutuhan materi bagi dirinya dan keluarganya, namun mereka tidak membiarkan dunia ini menelan habis mereka. Mereka tahu bahwa dunia tidak menawarkan keamanan sejati, bahwa itu akan segera dihancurkan, dan bahwa kesuksesan yang sejati—keamanan dan kehidupan abadi di suatu bumi firdaus—bergantung pada kedudukan seseorang di hadapan Allah. (Mazmur 1:1-3; 37:11, 29) Jadi, indahkanlah imbauan Yesus, dan berinvestasilah secara bijaksana dengan menimbun ”harta di surga, di mana ngengat ataupun karat tidak menghabiskannya, dan di mana pencuri tidak membongkar dan mencurinya”.—Matius 6:20.
Hindari Kekhawatiran dan Temukan Kedamaian Sejati
Seraya sistem sekarang ini mendekati akhirnya, tekanan dan tuntutan terhadap waktu Anda tidak diragukan akan semakin meningkat. Oleh karena itu, alangkah pentingnya Anda menerapkan nasihat Alkitab, ”Jangan khawatir akan apa pun, tetapi dalam segala sesuatu nyatakanlah permintaanmu kepada Allah melalui doa dan permohonan yang disertai ucapan syukur; dan kedamaian dari Allah, yang lebih unggul daripada segala akal, akan menjaga hatimu dan kekuatan mentalmu melalui Kristus Yesus.” Kedamaian semacam itu tak dapat diraih oleh orang yang hanya memiliki kecenderungan duniawi, yang tidak melihat betapa bernilainya doa.—Filipi 4:6, 7.
Namun, Yehuwa akan berbuat lebih banyak dari sekadar memberi Anda kedamaian pikiran. Ia akan membantu Anda mengemban tanggung jawab setiap hari bila Anda ’melemparkan semua kekhawatiran Anda kepadanya’. (1 Petrus 5:7; Mazmur 68:19) Dengan demikian, adalah bijaksana untuk mendengarkan Allah setiap hari dengan membaca sebagian dari Firman-Nya. Lagi pula, siapa yang dapat memberi Anda nasihat lebih baik daripada Pencipta Anda? (Mazmur 119:99, 100, 105) Ya, pengalaman telah menunjukkan bahwa orang yang kehidupannya berpusat pada Allah sangat dibantu untuk tetap bersukacita menghadapi dunia yang serbasibuk dewasa ini.—Amsal 1:33; 3:5, 6.
[Kutipan di hlm. 11]
Tetapkan prioritas, termasuk mengisi kebutuhan untuk menyendiri dan kebutuhan rohani Anda
[Gambar di hlm. 9]
Dapatkah Anda menjaga kehidupan Anda tetap sederhana dan teratur?
[Gambar di hlm. 10]
Mana yang Anda prioritaskan, benda atau orang?
-