-
Kesehatan yang Baik bagi Semua Orang—Tujuan yang Terjangkaukah?Sedarlah!—2001 | 8 Juni
-
-
Kesehatan yang Baik bagi Semua Orang—Tujuan yang Terjangkaukah?
INGINKAH Anda jika Anda sekeluarga bisa menikmati kesehatan yang lebih baik? Itu sudah pasti. Namun, sementara kebanyakan dari kita hanya mengalami penyakit-penyakit yang ringan dan pada waktu-waktu tertentu saja, bagi jutaan orang, penyakit bisa berarti penderitaan, momok seumur hidup.
Meskipun demikian, upaya-upaya berskala besar dikerahkan untuk menghentikan penyebaran penyakit. Pertimbangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebuah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa. Di sebuah konferensi yang disponsori WHO pada tahun 1978, para delegasi dari 134 negeri dan 67 organisasi PBB sepakat bahwa kesehatan tidak hanya sekadar kebebasan dari penyakit. Mereka menyatakan bahwa kesehatan adalah ”suatu keadaan sejahtera seutuhnya baik secara fisik, mental, dan sosial”. Kemudian, para delegasi mengambil langkah berani dengan menyatakan kesehatan sebagai ”hak asasi manusia yang fundamental”! Oleh karena itu, WHO menetapkan tujuan untuk mencapai ”suatu tingkat kesehatan yang memuaskan bagi semua orang di dunia”.
Hal itu merupakan tujuan yang menggugah, bahkan mulia. Namun, seberapa besar kemungkinannya tujuan tersebut akan tercapai? Dari semua bidang yang diupayakan manusia, kedokteran benar-benar telah menjadi salah satu bidang yang paling diandalkan dan dikagumi. Menurut surat kabar Inggris, The European, orang-orang di negeri-negeri barat dibesarkan dengan ”konsep medis tradisional berupa penyembuhan ’silver bullet’ (peluru ajaib): satu pil untuk memecahkan satu masalah”. Dengan kata lain, untuk setiap gangguan kesehatan, kita berharap pada bidang medis untuk memberikan pengobatan yang sederhana dan tepat. Apakah bidang medis benar-benar dapat memenuhi harapan yang sebesar itu?
-
-
Kedokteran Modern—Seberapa Tinggikah Jangkauannya?Sedarlah!—2001 | 8 Juni
-
-
Kedokteran Modern—Seberapa Tinggikah Jangkauannya?
DI NEGERI-NEGERI tempat pohon apel banyak dijumpai, anak-anak lelaki belajar bahwa jika mereka ingin memetik buah yang berada di luar jangkauan mereka pada sebuah pohon apel yang tinggi, mereka harus naik ke atas bahu temannya. Hal serupa juga berlaku di bidang kedokteran. Para peneliti medis dapat mencapai tingkat penelitian yang selalu lebih tinggi daripada sebelumnya dengan mempelajari dan meningkatkan hasil penelitian yang telah dicapai oleh praktisi medis di masa lampau.
Di antara para penyembuh masa awal tersebut terdapat pria-pria terkenal seperti Hipokrates dan Pasteur, juga pria-pria seperti Vesalius dan William Morton—nama-nama yang asing bagi banyak orang. Dengan cara apa saja kedokteran modern berutang budi kepada pria-pria ini?
Pada zaman dahulu, bidang penyembuhan sering kali bukanlah suatu upaya ilmiah, melainkan sebagian besar melibatkan takhayul dan upacara ritual. Buku The Epic of Medicine (Epik Kedokteran), yang diedit oleh dr. Felix Marti-Ibañez, mengatakan, ”Guna memerangi penyakit . . . , orang-orang Mesopotamia berpaling pada pengobatan medis-religius, karena percaya bahwa penyakit mereka adalah hukuman dari para dewa.” Pengobatan orang Mesir, yang berlaku sesudahnya, juga berpangkal pada agama. Oleh sebab itu, sejak awal mulanya, para penyembuh dikagumi sebagai seorang tokoh religius.
Dalam bukunya The Clay Pedestal, dr. Thomas A. Preston menulis, ”Banyak dari kepercayaan orang-orang zaman dahulu tetap membekas pada praktek kedokteran yang berlaku hingga sekarang ini. Salah satunya adalah kepercayaan bahwa penyakit berada di luar kendali sang pasien, dan hanya melalui kekuatan magis sang dokterlah ada harapan untuk pulih.”
Membubuh Dasar
Meskipun demikian, pada waktunya praktek medis terus berkembang secara ilmiah dalam pendekatan penyembuhannya. Penyembuh ilmiah zaman dahulu yang paling terkemuka adalah Hipokrates. Dia lahir kira-kira pada tahun 460 SM di Pulau Kos, Yunani, dan dipandang banyak orang sebagai bapak kedokteran Barat. Hipokrates membubuh dasar bagi pendekatan kedokteran yang rasional. Dia membantah konsep yang mengatakan bahwa penyakit merupakan hukuman dari dewa dan berpendapat bahwa penyakit pasti memiliki sebab-sebab alami. Misalnya, epilepsi, penyakit yang sudah lama disebut sebagai penyakit gaib karena adanya kepercayaan bahwa penyakit itu hanya dapat disembuhkan oleh para dewa. Namun, Hipokrates menulis, ”Sehubungan dengan penyakit yang disebut gaib, bagi saya, kelihatannya penyakit itu tidak lebih daripada penyakit biasa, yang memiliki penyebab alami.” Hipokrates juga dikenal sebagai penyembuh pertama yang mengamati gejala-gejala dari berbagai penyakit dan menuliskannya untuk menjadi referensi.
Berabad-abad kemudian, Galen, seorang dokter Yunani yang lahir pada tahun 129 M, juga melakukan penelitian ilmiah yang inovatif. Berdasarkan pembedahan terhadap manusia dan hewan, Galen menyusun sebuah buku pelajaran anatomi yang digunakan oleh para dokter selama berabad-abad! Andreas Vesalius, lahir di Brussel pada tahun 1514, menulis buku yang berjudul On the Structure of the Human Body (Perihal Struktur Tubuh Manusia). Buku ini ditentang karena isinya membantah banyak kesimpulan Galen, tetapi buku ini membubuh dasar bagi anatomi modern. Oleh karena itu, menurut buku Die Grossen (Orang-Orang yang Hebat), Vesalius menjadi ”salah seorang peneliti medis yang paling penting bagi semua orang dan bagi segala zaman”.
Teori Galen mengenai jantung dan peredaran darah pada akhirnya tumbang.a Dokter Inggris, William Harvey, menggunakan waktu bertahun-tahun untuk membedah binatang dan burung. Dia mengamati fungsi katup jantung, mengukur volume darah yang memenuhi setiap bilik jantung, dan memperkirakan jumlah darah yang mengalir di dalam tubuh. Harvey menerbitkan penemuannya ini pada tahun 1628 dalam sebuah buku berjudul On the Motion of the Heart and Blood in Animals (Perihal Pergerakan Jantung dan Peredaran Darah pada Binatang). Pada waktu itu, dia dikritik, ditentang, diserang, dan dihina. Akan tetapi, hasil penelitiannya merupakan titik balik dalam sejarah kedokteran—sistem sirkulasi tubuh telah ditemukan!
Dari Tukang Cukur sampai Ahli Bedah
Kemajuan pesat juga dilakukan di bidang pembedahan. Pada Abad Pertengahan, pembedahan sering kali merupakan pekerjaan tukang cukur. Tidak heran, beberapa orang mengatakan bahwa Bapak pembedahan modern adalah seorang pria Prancis yang hidup pada abad ke-16 bernama Ambroise Paré—perintis bidang cukur-bedah yang melayani empat raja Prancis. Paré juga menemukan sejumlah alat bedah.
Namun, salah satu problem utama yang masih dihadapi para ahli bedah abad ke-19 adalah ketidakmampuan untuk menghilangkan rasa sakit akibat pembedahan. Tetapi, pada tahun 1846 seorang ahli bedah gigi bernama William Morton membuka jalan bagi meluasnya penggunaan anestetis dalam pembedahan.b
Pada tahun 1895, sewaktu sedang bereksperimen dengan listrik, fisikawan Jerman, Wilhelm Röntgen, melihat suatu sinar yang dapat menembus daging tapi tidak menembus tulang. Dia tidak tahu asal-usul sinar tersebut, maka dia menamainya sinar-X, nama yang hingga kini masih digunakan oleh orang-orang yang berbahasa Inggris. (Orang Jerman menyebutnya sebagai Röntgenstrahlen atau sinar Röntgen.) Menurut buku Die Großen Deutschen (Orang-Orang Hebat Jerman), Röntgen berkata pada istrinya, ”Orang akan mengatakan, ’Röntgen sudah gila’.” Dan memang, beberapa orang berkata seperti itu. Akan tetapi, penemuannya itu merevolusi bidang pembedahan. Sekarang, para ahli bedah dapat melihat bagian dalam tubuh tanpa harus membelahnya.
Menaklukkan Penyakit
Sepanjang sejarah, penyakit-penyakit menular seperti cacar air selalu membawa epidemi, teror, dan kematian. Ar-Rāzī, seorang Persia yang hidup pada abad kesembilan, dipandang oleh beberapa orang sebagai dokter terbesar di dunia Islam pada waktu itu, karena dialah yang pertama kali menulis uraian medis yang akurat mengenai penyakit cacar air. Namun, cara pengobatannya baru ditemukan beberapa abad kemudian oleh seorang dokter Inggris bernama Edward Jenner. Jenner memperhatikan bahwa jika seseorang terjangkit penyakit cacar sapi—penyakit yang tidak berbahaya—orang tersebut akan kebal terhadap cacar air. Berdasarkan pengamatan ini, Jenner menggunakan sejumlah materi dari luka akibat infeksi cacar sapi guna mengembangkan vaksin untuk mengobati cacar air. Eksperimen ini dilakukan pada tahun 1796. Seperti para penemu lain sebelum dia, Jenner dikritik dan ditentang. Akan tetapi, temuannya tentang proses vaksinasi ini akhirnya menuntun kepada pemberantasan penyakit dan menyediakan bagi bidang kedokteran suatu alat baru yang ampuh untuk memerangi penyakit.
Seorang pria Prancis, Louis Pasteur, menggunakan vaksinasi untuk memerangi penyakit rabies dan antraks. Dia juga membuktikan bahwa kuman menjalankan peran kunci sebagai penyebab penyakit. Pada tahun 1882, Robert Koch mengidentifikasi kuman penyebab tuberkulosis, penyakit yang dilukiskan oleh seorang sejarawan sebagai ”penyakit pembunuh terbesar abad kesembilan belas”. Kira-kira setahun kemudian, Koch mengidentifikasi kuman penyebab kolera. Majalah Life mengatakan, ”Hasil karya Pasteur dan Koch memperkenalkan mikrobiologi ilmiah dan menuntun pada kemajuan di bidang imunologi, sanitasi, dan higiene yang telah lebih banyak berperan dalam meningkatkan jangka hidup manusia daripada kemajuan ilmiah apa pun yang dicapai selama 1.000 tahun terakhir ini.”
Pengobatan Abad Kedua Puluh
Pada permulaan abad ke-20, kedokteran seolah-olah berdiri di bahu orang-orang ini dan praktisi super cerdas lainnya. Sejak itu, kemajuan medis telah dibuat hingga mencapai tingkatnya yang mengagumkan—beberapa contoh di antaranya adalah insulin untuk penyakit diabetes, kemoterapi untuk penyakit kanker, perawatan hormon untuk penyakit gangguan kelenjar, antibiotik untuk penyakit tuberkulosis, klorokuin untuk beberapa jenis penyakit malaria, dan dialisis untuk gangguan fungsi ginjal, serta operasi jantung terbuka, dan transplantasi organ.
Namun sekarang, setelah kita berada pada permulaan abad ke-21, seberapa dekatkah bidang kedokteran dengan tujuannya, yakni untuk menjamin ”suatu tingkat kesehatan yang memuaskan bagi semua orang yang hidup di dunia”?
Tujuan di Luar Jangkauan?
Anak-anak yang naik ke atas bahu temannya mengetahui bahwa cara itu tidak selalu berhasil untuk memetik setiap apel. Beberapa dari apel yang paling enak berada di puncak pohon, masih sangat jauh di luar jangkauannya. Dengan cara yang sama, bidang kedokteran terus menanjak dari pencapaian yang satu ke yang berikutnya, semakin lama semakin tinggi. Tetapi, tujuan yang paling berharga—kesehatan yang baik bagi semua orang—tetap berada di luar jangkauan.
Oleh karena itu, meskipun pada tahun 1998 Komisi Eropa melaporkan bahwa ”belum pernah orang-orang Eropa menikmati hidup sepanjang dan sesehat ini”, laporan itu menambahkan bahwa ”satu dari setiap lima orang akan mati sebelum waktunya di bawah usia 65 tahun. Kanker akan bertanggung jawab atas sekitar 40% dari kematian ini, penyakit kardiovaskular atas 30% lainnya . . . Perlindungan yang lebih baik harus disediakan demi menghadapi ancaman baru kesehatan”.
Pada bulan November 1998, majalah kesehatan Jerman, Gesundheit, melaporkan bahwa terdapat ancaman yang semakin bertambah dari penyakit-penyakit menular seperti kolera dan tuberkulosis. Mengapa? Antibiotika ”sedang hilang keefektifannya. Semakin banyak bakteri yang kebal terhadap setidaknya satu jenis obat biasa; sesungguhnya, banyak yang kebal terhadap beberapa jenis obat”. Tidak hanya penyakit-penyakit lama yang muncul kembali, tetapi juga penyakit-penyakit baru, seperti AIDS, mulai bermunculan. Publikasi farmasi Jerman, Statistics ’97, mengingatkan kita, ”Dua pertiga dari penyakit-penyakit yang dikenal—sekitar 20.000 penyakit—sampai sejauh ini, tidak ada cara untuk menanggulangi penyebabnya.”
Apakah Terapi Gen Menyediakan Solusinya?
Memang, metode perawatan yang inovatif terus dikembangkan. Misalnya, banyak orang merasa bahwa rekayasa genetika mungkin memegang kunci menuju kesehatan yang lebih baik. Penelitian berikutnya yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1990-an oleh para dokter seperti Dr. W. French Anderson, melukiskan terapi gen sebagai ”bidang penelitian medis baru yang paling populer dan paling menegangkan”. Buku Heilen mit Genen (Penyembuhan dengan Gen), menyatakan bahwa dengan mempraktekkan terapi gen ”kedokteran ilmiah memelopori suatu perkembangan baru. Ini khususnya berlaku bagi perawatan penyakit yang sampai sekarang ini masih belum dapat disembuhkan”.
Para ahli berharap bahwa, suatu hari nanti, mereka akan dapat mengobati penyakit-penyakit genetika bawaan dengan menginjeksikan gen-gen korektif ke dalam tubuh pasien. Bahkan sel-sel yang berbahaya, seperti sel-sel kanker, mungkin dapat dibuat untuk merusak dirinya sendiri. Pemilahan genetika untuk mengidentifikasi kerentanan seseorang terhadap penyakit-penyakit tertentu sekarang mungkin untuk dilakukan. Beberapa orang mengatakan bahwa farmakogenomik—menggunakan obat-obatan tertentu untuk menyetel komposisi genetika pasien—akan menjadi perkembangan selanjutnya. Seorang peneliti yang terkemuka memperkirakan bahwa suatu hari nanti para dokter akan mampu ”mendiagnosis penyakit-penyakit pasien dan kemudian memberikan bagian-bagian ADN yang tepat untuk mengobatinya”.
Akan tetapi, tidak semua orang yakin bahwa terapi gen menawarkan penyembuhan ”silver bullet” di masa depan. Malahan, menurut beberapa survei, orang-orang bahkan tidak mau jika komposisi gennya dianalisis. Yang lain-lain lagi takut kalau-kalau terapi gen bisa menjadi campur tangan yang membahayakan kodrat.
Waktulah yang akan menyingkapkan apakah rekayasa genetika atau pendekatan berteknologi tinggi lainnya dalam bidang kedokteran akan sanggup memenuhi janji-janji muluknya. Bagaimanapun, ada alasan untuk menghindari optimisme yang berlebihan. Buku The Clay Pedestal melukiskan suatu siklus yang sudah terlalu sering terjadi, ”Sebuah terapi baru diperkenalkan, dipopulerkan pada pertemuan-pertemuan medis dan jurnal-jurnal profesional. Penemunya menjadi selebriti dalam bidang profesinya, dan media massa mulai mengelu-elukan kemajuan tersebut. Setelah melewati suatu periode penuh kegembiraan dan kesaksian-kesaksian yang meneguhkan keampuhan perawatan tersebut, dimulailah suatu periode kekecewaan secara bertahap, yang berlangsung dari beberapa bulan hingga beberapa dekade. Kemudian, metode pengobatan baru ditemukan, dan dalam waktu hampir semalam saja, menggantikan metode lama, yang kemudian segera ditinggalkan begitu saja seperti sesuatu yang tidak berguna.” Sesungguhnya, banyak metode pengobatan yang telah ditinggalkan oleh kebanyakan dokter karena ketidakefektifannya merupakan metode perawatan yang diterima secara luas beberapa waktu sebelumnya.
Meski para dokter dewasa ini tidak lagi dianugerahi status religius seperti yang diberikan kepada para penyembuh zaman dahulu, ada kecenderungan di antara beberapa orang untuk memandang praktisi medis sebagai orang-orang yang memiliki kuasa seperti dewa dan membayangkan bahwa ilmu pengetahuan pasti dapat menemukan pengobatan bagi semua penyakit umat manusia. Akan tetapi, sungguh menyedihkan, kenyataan tidak dapat mencapai kondisi yang ideal ini. Dalam bukunya How and Why We Age (Bagaimana dan Mengapa Kita Menjadi Tua), Dr. Leonard Hayflick mengamati, ”Pada tahun 1900, 75 persen penduduk Amerika Serikat meninggal sebelum mencapai usia enam puluh lima. Sekarang, statistik ini hampir terbalik: sekitar 70 persen orang meninggal setelah mencapai usia enam puluh lima.” Apa yang menyebabkan peningkatan yang mengagumkan dari jangka hidup ini? Hayflick menjelaskan bahwa hal ini ”sebagian besar disebabkan oleh menurunnya angka kematian bayi”. Sekarang, katakanlah ilmu kedokteran sanggup menyingkirkan penyebab kematian manula yang terutama—penyakit jantung, kanker, dan stroke. Apakah hal itu menyiratkan adanya kemungkinan untuk kekekalan? Sama sekali tidak. Dr. Hayflick mengatakan bahwa sekalipun demikian ”orang-orang pada umumnya dapat hidup hingga usia sekitar seratus tahun”. Dia menambahkan, ”Para centenarian ini juga pasti akan mati. Namun, apa penyebabnya? Mereka akan melemah dan menjadi semakin lemah hingga kematian datang menjemput mereka.”
Oleh karena itu, tidak soal upaya-upaya terbaik dikerahkan oleh ilmu kedokteran, pemberantasan kematian masih jauh dari jangkauan bidang kedokteran. Mengapa demikian? Dan, apakah tujuan untuk mencapai kesehatan yang baik bagi semua orang hanyalah impian yang mustahil terwujud?
[Catatan kaki]
a Menurut The World Book Encyclopedia, Galen mengira bahwa hati mengubah makanan yang sudah dicernakan menjadi darah, yang kemudian mengalir ke seluruh bagian tubuh dan diserap.
b Lihat artikel ”Dari Nyeri yang Luar Biasa Hingga Anestesi”, dalam terbitan Sedarlah! 22 November 2000.
[Kutipan di hlm. 4]
”Banyak dari kepercayaan orang-orang zaman dahulu tetap membekas pada praktek kedokteran yang berlaku hingga sekarang ini.—The Clay Pedestal
[Gambar di hlm. 4, 5]
Hipokrates, Galen, dan Vesalius membubuh dasar bagi kedokteran modern
[Keterangan]
Kos Island, Yunani
Courtesy National Library of Medicine
Woodcut by Jan Steven von Kalkar of A. Vesalius, taken from Meyer’s Encyclopedic Lexicon
[Gambar di hlm. 6]
Ambroise Paré adalah perintis bidang cukur-bedah yang melayani empat raja Prancis
Dokter Persia, Ar-Rāzī (kiri), dan dokter Inggris Edward Jenner (kanan)
[Keterangan]
Paré dan Ar-Rāzī: Courtesy National Library of Medicine
From the book Great Men and Famous Women
[Gambar di hlm. 7]
Seorang pria Prancis, Louis Pasteur, membuktikan bahwa kuman adalah penyebab penyakit
[Keterangan]
© Institut Pasteur
[Gambar di hlm. 8]
Sekalipun penyebab-penyebab kematian yang utama dapat disingkirkan, usia tua tetap akan mengakibatkan kematian
-
-
Kesehatan yang Baik bagi Semua Orang—Segera!Sedarlah!—2001 | 8 Juni
-
-
Kesehatan yang Baik bagi Semua Orang—Segera!
”GAGASAN bahwa kita tidak akan pernah sakit lagi . . . sangat populer dewasa ini,” lapor majalah berita Jerman Focus. Namun, sebenarnya hal ini bukanlah gagasan yang baru. Sejak awal kehidupan manusia, sang Pencipta tidak pernah berniat agar penyakit apa pun menimpa mereka. Maksud-tujuan-Nya bagi umat manusia bukan hanya sekadar mencapai ”suatu tingkat kesehatan yang memuaskan bagi semua orang yang hidup di dunia”. (Cetak miring redaksi) Maksud-tujuan Pencipta kita adalah kesehatan yang sempurna bagi semua orang!
Kalau begitu, mengapa sekarang kita semua menderita banyak penyakit? Alkitab memberi tahu kita bahwa Allah Yehuwa menciptakan orang tua dari seluruh umat manusia, Adam dan Hawa, dalam keadaan sempurna. Setelah menyelesaikan penciptaan-Nya, ”Allah melihat segala sesuatu yang telah ia buat dan lihat! semuanya itu sangat baik.” Pencipta kita yang pengasih tidak pernah berniat agar kehidupan manusia dirongrong oleh penyakit dan kematian. Namun, sewaktu Adam dan Hawa memilih untuk meninggalkan jalan kehidupan yang telah ditetapkan bagi mereka, mereka jatuh ke dalam dosa. Akibat dosa Adam ialah kematian, yang kemudian diteruskan kepada semua manusia.—Kejadian 1:31; Roma 5:12.
Yehuwa tidak mencampakkan umat manusia begitu saja. Juga, Dia tidak bersikap masa bodoh terhadap maksud-tujuan-Nya yang semula bagi mereka dan bumi. Di seluruh bagian Alkitab, Dia memberitakan maksud-tujuan-Nya untuk memulihkan manusia yang taat pada keadaan mereka yang sebenarnya, kesehatan yang baik. Sewaktu Yesus Kristus, Putra Allah, berada di bumi, dia mempertunjukkan kuasa Allah untuk menyembuhkan penyakit. Misalnya, Yesus menyembuhkan penyakit kusta, buta, tuli, sembap, epilepsi, dan lumpuh.—Matius 4:23, 24; Lukas 5:12, 13; 7:22; 14:1-4; Yohanes 9:1-7.
Allah akan segera memerintahkan kepada Raja Mesianis-Nya, Yesus Kristus, untuk mengambil alih segala urusan dalam dunia umat manusia. Di bawah pemerintahannya, nubuat Yesaya ini akan menjadi kenyataan, ”Tidak ada penghuni yang akan mengatakan, ’Aku sakit’. Penduduk yang tinggal di negeri itu adalah orang-orang yang diampuni kesalahannya.” (Yesaya 33:24) Bagaimana nubuat tersebut akan digenapi?
Kita membaca bahwa sang nabi menulis tentang orang-orang yang ”diampuni kesalahannya”. Oleh karena itu, penyebab dasar dari penyakit—dosa warisan umat manusia—akan disingkirkan. Bagaimana? Nilai dari korban tebusan Yesus akan diterapkan kepada umat manusia yang taat, dengan demikian menyingkirkan akar penyebab penyakit dan kematian. Kondisi Firdaus akan dinikmati di segenap penjuru bumi. Rasul Kristen Yohanes menulis, ”[Allah] akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit. Perkara-perkara yang terdahulu telah berlalu.” Itulah yang akan segera terjadi!—Penyingkapan (Wahyu) 21:3, 4; Matius, pasal 24; 2 Timotius 3:1-5.
Memelihara Keseimbangan
Sementara itu, penyakit merupakan kodrat bagi jutaan orang. Oleh karena itu, wajarlah jika setiap orang prihatin akan kesehatannya sendiri dan kesehatan orang-orang yang dikasihinya.
Orang-orang Kristen dewasa ini sangat menghargai upaya-upaya yang dilakukan dalam bidang medis. Mereka mengambil langkah-langkah yang masuk akal untuk menjadi atau tetap sehat. Akan tetapi, janji Alkitab mengenai masa depan yang bebas dari penyakit membantu kita memelihara keseimbangan dalam hal ini. Sampai sang Raja Mesianik mengambil alih segala urusan umat manusia, kesehatan yang sempurna adalah hal yang mustahil. Seperti yang telah kita lihat, temuan yang paling mengagumkan sekalipun tidak membuat bidang kedokteran mampu meraih apel yang paling lezat di puncak pohon—kesehatan yang baik bagi semua orang.
Tujuan mengenai ”suatu tingkat kesehatan yang memuaskan bagi semua orang yang hidup di dunia” akan segera terwujud. Tetapi, bukan oleh PBB atau Organisasi Kesehatan Dunia atau para perencana lingkungan atau para reformis sosial atau para dokter. Pelaksanaannya dikhususkan bagi Yesus Kristus. Sungguh luar biasa sukacitanya kelak ketika umat manusia akhirnya ”dimerdekakan dari keadaan sebagai budak kefanaan dan akan mendapat kemerdekaan yang mulia sebagai anak-anak Allah”!—Roma 8:21.
[Gambar di hlm. 10]
Akan ada kesehatan yang sempurna bagi semua penduduk dunia baru Allah
-