PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Agama yang Benar​—Hanya Satu?
    Sedarlah!—2008 | Maret
    • Agama yang Benar​—Hanya Satu?

      Beberapa orang merasa tersinggung dengan pertanyaan itu. Mengingat begitu banyaknya kepercayaan agama di seluruh dunia, mereka berargumen bahwa siapa pun yang mengklaim hanya dia yang memiliki kebenaran pastilah orang yang picik, bahkan arogan. Mereka merasa bahwa tentu ada hal baik yang dapat ditemukan dalam semua agama atau setidaknya dalam kebanyakan agama. Begitukah perasaan Anda?

      MEMANG, adalah bijak untuk mengakui bahwa situasi tertentu dapat disikapi dengan berbagai sudut pandang. Misalnya, seseorang mungkin berpikir bahwa diet tertentu akan membuatnya lebih sehat. Tetapi, haruskah dia memaksakan diet itu kepada setiap orang, seolah-olah itulah satu-satunya cara untuk hidup sehat? Tentu, adalah bijaksana dan bersahaja jika ia menerima kemungkinan bahwa pilihan orang lain mengenai makanan boleh jadi baik juga atau bahkan lebih baik, paling tidak bagi orang itu.

      Apakah halnya sama dengan agama? Apakah banyaknya alternatif yang berterima untuk dipilih, bergantung pada apa yang diajarkan semasa kecil dan pemahaman seseorang? Atau apakah ada satu perangkat kebenaran agama yang berlaku bagi seluruh umat manusia? Mari kita lihat apa yang Alkitab katakan. Pertama-tama, kita akan membahas apakah kebenaran ini memang bisa diperoleh. Karena jika tidak, kita tidak perlu repot mencari satu agama yang benar.

      Apakah Kebenaran Agama Bisa Diperoleh?

      Tak lama sebelum dibunuh, Yesus Kristus memberi tahu interogatornya, Gubernur Romawi Pontius Pilatus, ”Setiap orang yang berada di pihak kebenaran mendengarkan suaraku.” Kemungkinan besar Pilatus menanggapinya dengan sinis sewaktu dia berkata, ”Apakah kebenaran itu?” (Yohanes 18:37, 38) Sebaliknya, Yesus tidak segan-segan berbicara tentang kebenaran. Ia tidak meragukan bahwa kebenaran itu ada. Sebagai contoh, perhatikanlah empat pernyataan berikut yang Yesus sampaikan kepada berbagai macam orang.

      ”Untuk inilah aku dilahirkan, dan untuk inilah aku datang ke dunia, agar aku memberikan kesaksian tentang kebenaran”​—Yohanes 18:37.

      ”Akulah jalan dan kebenaran dan kehidupan.”​—Yohanes 14:6.

      ”Allah adalah Roh, dan orang yang menyembah dia harus menyembah dengan roh dan kebenaran.”​—Yohanes 4:23, 24.

      ”Jika kamu tetap ada dalam perkataanku, kamu benar-benar muridku, dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”​—Yohanes 8:31, 32.

      Karena Yesus berbicara dengan sangat yakin tentang kebenaran dan bahwa kita dapat mempelajarinya, bukankah kita setidaknya perlu memeriksa kemungkinan bahwa kebenaran agama itu ada dan dapat ditemukan?

      Apakah Kebenaran Mutlak Itu Benar-Benar Ada?

      Tidak diragukan Anda akan setuju bahwa ada hal-hal tertentu yang bisa Anda yakini dengan mutlak. Anda yakin akan keberadaan Anda sendiri dan bahwa benda-benda di sekeliling Anda nyata. Pepohonan, gunung-gunung, awan, matahari, dan bulan​—dunia materi—bukan imajinasi belaka. Tentu saja, ada yang secara filosofis berargumen bahwa keberadaan hal-hal tersebut masih bisa dipertanyakan. Tetapi, kecil kemungkinannya Anda setuju dengan gagasan yang ekstrem seperti itu.

      Kemudian, ada hukum-hukum alam. Tentang hal ini pun Anda bisa yakin secara mutlak. Misalnya, jika Anda melompat dari tebing, Anda akan jatuh; jika Anda tidak mau makan, Anda akan lapar; dan jika Anda tidak makan untuk waktu yang lama, Anda akan mati. Anda tidak meragukan apakah hukum-hukum alam tersebut hanya berlaku bagi beberapa orang sedangkan bagi orang lain belum tentu. Semuanya berlaku bagi seluruh umat manusia, dan karena itu dapat dikatakan bersifat universal.

      Alkitab menyebut salah satu hukum universal seperti itu sewaktu bertanya, ”Dapatkah seseorang menumpuk api ke dadanya namun pakaiannya tidak terbakar?” Sebenarnya, sewaktu ditulis kata-kata itu merupakan kebenaran universal bahwa baju akan terbakar jika kena api. Namun, dengan menyebut fakta ini, amsal Alkitab di atas sebenarnya menunjuk kepada pokok yang lebih penting, yakni, bahwa ”setiap orang yang melakukan hubungan [seksual] dengan istri sesamanya” akan mengalami akibat yang merugikan.​—Amsal 6:27, 29.

      Apakah pernyataan tersebut adalah kebenaran mutlak yang bisa kita yakini? Ada yang tidak setuju. Mereka berpendapat bahwa soal-soal moral bersifat pribadi, bahwa hal itu bergantung pada apa yang diajarkan semasa kecil, kepercayaan, dan keadaan seseorang. Tetapi, pertimbangkanlah beberapa hukum moral Allah dalam Alkitab. Bukankah ini adalah kebenaran universal?

      Alkitab mengutuk perzinaan. (1 Korintus 6:9, 10) Beberapa orang tidak menerima ajaran Alkitab ini sebagai kebenaran, dan mereka mempraktekkan perzinaan. Sekalipun demikian, mereka pada umumnya tetap menuai konsekuensi yang pahit, sering kali berupa hati nurani yang terganggu, perceraian, dan luka emosi yang dalam bagi semua yang terlibat.

      Pemabukan juga dikutuk Allah. (Amsal 23:20; Efesus 5:18) Apa yang terjadi jika orang bermabuk-mabukan? Dalam banyak kasus mereka kehilangan pekerjaan, kesehatan, dan keluarga yang berantakan karena turut menderita secara emosi. (Amsal 23:29-35) Konsekuensi seperti itu juga dialami oleh orang yang tidak percaya bahwa pemabukan itu salah. Apakah kebenaran dari hukum-hukum moral tersebut bergantung pada kepercayaan atau pemahaman masing-masing orang?

      Selain itu, Alkitab memerintahkan kita untuk melakukan apa yang baik—seperti perintah untuk mengasihi istri, menghormati suami, dan berbuat baik terhadap sesama. (Matius 7:12; Efesus 5:33) Menaati perintah-perintah ini menghasilkan manfaat. Apakah Anda akan membantah bahwa nasihat moral itu hanya baik untuk beberapa orang sedangkan bagi yang lain tidak?

      Entah hukum moral Alkitab diikuti atau tidak, orang-orang tetap mengalami konsekuensinya. Fakta ini memperlihatkan bahwa hukum-hukum seperti itu bukanlah sekadar sudut pandangan yang berbeda. Sebaliknya, hukum-hukum itu adalah kebenaran. Bukti memperlihatkan bahwa konsekuensinya baik jika kita mengikuti hukum moral Alkitab tetapi buruk jika kita tidak mengikutinya.

      Jadi pikirkanlah: Jika hukum-hukum moral Alkitab berlaku bagi seluruh umat manusia, bagaimana dengan standar dalam Firman Allah tentang ibadat? Bagaimana dengan penjelasannya tentang apa yang terjadi bila kita meninggal dan harapan yang kita miliki untuk masa depan yang kekal? Kesimpulan yang logis adalah bahwa ajaran-ajaran Alkitab ini juga merupakan kebenaran, yang tersedia bagi seluruh umat manusia. Manfaat dan konsekuensinya tidak terbatas hanya bagi orang-orang yang mempercayainya.

      Kebenaran memang dapat ditemukan. Yesus mengatakan bahwa Firman Allah, Alkitab, adalah kebenaran. (Yohanes 17:17) Namun, tampaknya kebenaran tidak bisa diperoleh. Mengapa? Karena ada berbagai macam agama yang mengaku mengajarkan apa yang dikatakan Alkitab. Agama mana yang mengajarkan kebenaran dari Firman Allah? Haruskah kita batasi jawabannya kepada satu agama saja? Bukankah kebenaran itu, atau setidaknya bagian-bagiannya, ditemukan dalam berbagai agama?

      [Blurb di hlm. 4]

      Bagaimana konsekuensi mendekap api berkaitan dengan ketidaktaatan terhadap hukum-hukum Allah?

  • Siapa yang Hendaknya Menentukan Mana Agama yang Benar?
    Sedarlah!—2008 | Maret
    • Siapa yang Hendaknya Menentukan Mana Agama yang Benar?

      YESUS membuat jelas bahwa beberapa bentuk ibadat tidak diperkenan Allah. Ia menyebut tentang ”nabi-nabi palsu”, mengumpamakan mereka dengan pohon yang menghasilkan buah yang tidak berguna dan ”ditebang dan dilemparkan ke dalam api”. Ia juga mengatakan, ”Bukan setiap orang yang mengatakan kepadaku, ’Tuan, Tuan’, akan masuk ke dalam kerajaan surga.”​—Matius 7:15-22.

      Malah tentang orang-orang yang mengaku sebagai pengikutnya, Yesus berkata, ”aku akan mengaku kepada mereka: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari hadapanku, hai, orang-orang yang melanggar hukum.” (Matius 7:23) Selain itu, sewaktu berbicara kepada para pemimpin agama pada zamannya,Yesus menerapkan kepada mereka firman Allah tentang orang Israel yang murtad, ”Sia-sia mereka terus menyembah aku, karena mereka mengajarkan perintah manusia sebagai doktrin.”​—Markus 7:6, 7.

      Jelaslah, tidak semua ibadat diperkenan Allah atau Putra-Nya. Karena itu, tidak semua ibadat adalah ibadat sejati. Apakah ini berarti bahwa hanya ada satu agama yang mengajarkan kebenaran? Tidakkah Allah dapat menggunakan sejumlah agama, tetapi menolak yang lain? Atau, kemungkinan lain, apakah Allah menerima atau menolak ibadat orang-perorangan yang tersebar dalam banyak agama tidak soal apa yang organisasi mereka ajarkan?

      Rasul Paulus di bawah ilham menulis, ”Sekarang aku menasihati kamu, saudara-saudara, melalui nama Tuan kita, Yesus Kristus, agar kamu semua selaras dalam hal berbicara, dan agar jangan ada perpecahan di antara kamu melainkan agar kamu bersatu dengan sepatutnya dalam pikiran yang sama dan dalam jalan pikiran yang sama.” (1 Korintus 1:10) Alkitab juga menasihati orang Kristen agar ”mempunyai pikiran yang sama dan kasih yang sama, dipersatukan dalam jiwa, memiliki satu pikiran”.​—Filipi 2:2.

      Apabila persatuan seperti itu ada, maka pastilah itu ada dalam satu agama. Sebenarnya, Alkitab mengatakan bahwa ada ”satu Tuan, satu iman, satu baptisan”.​—Efesus 4:4, 5.

      Apa yang Alkitab Perlihatkan

      Kesimpulan di atas memiliki dukungan yang kuat dari catatan Alkitab. Dengan menyelidiki catatan tersebut, Anda akan menemukan bahwa Allah berurusan dengan umat-Nya melalui satu sistem ibadat. Pada awal sejarah manusia, Allah menggunakan para patriark, atau kepala keluarga, sebagai para wakil-Nya. Beberapa di antara patriark yang menonjol adalah Nuh, Abram (Abraham), Ishak, dan Yakub.​—Kejadian 8:18-20; 12:1-3; 26:1-4; 28:10-15.

      Keturunan yang berasal dari Yakub diperbudak di Mesir. Sewaktu berada di sana, mereka ditindas dengan kejam namun berkembang menjadi jutaan orang. Allah membebaskan mereka dari penawanan, secara mukjizat menyelamatkan mereka melalui Laut Merah. Lalu, Allah mengangkat mereka menjadi umat-Nya, memberi mereka hukum-hukum melalui Musa sang perantara. Saat itulah mereka disebut sebagai bangsa Israel, bangsa Allah.​—Keluaran 14:21-28; 19:1-6; 20:1-17.

      Patut diperhatikan, Allah tidak memperkenan segala bentuk ibadat yang dipraktekkan oleh bangsa-bangsa di sekeliling Israel. Malah, Ia menghukum umat-Nya jika mereka menyimpang dari hukum-hukum-Nya dan mengikuti bentuk ibadat seperti itu.​—Imamat 18:21-30; Ulangan 18:9-12.

      Bagaimana dengan orang perorangan dari bangsa-bangsa lain yang ingin menyembah Allah yang benar? Pertama-tama, mereka harus meninggalkan ibadat palsu mereka yang sebelumnya dan menggabungkan diri dengan Israel dalam beribadat kepada Allah Yehuwa. Banyak dari mereka mendapatkan perkenan Allah dan menjadi hamba-hamba-Nya yang loyal. Di antaranya adalah wanita-wanita, seperti Rahab orang Kanaan dan Rut orang Moab; pria-pria, seperti Uria orang Het dan Ebed-melekh orang Etiopia; dan kelompok orang, seperti orang Gibeon. Raja Salomo dari Israel memanjatkan doa sepenuh hati demi kepentingan orang-orang, yang seperti mereka, menggabungkan diri dalam ibadat sejati dengan umat Allah.a​—2 Tawarikh 6:32, 33

      Setelah Yesus Datang ke Bumi

      Belakangan, setelah Yesus diutus ke bumi, hakikat ibadat sejati ditetapkan berdasarkan ajaran-ajarannya, dan maksud-tujuan Allah dibuat jelas dengan cara yang mencolok. Pada waktunya, para penganut ibadat sejati disebut ”Kristen”. (Kisah 11:26) Jadi, orang Yahudi yang ingin mendapatkan perkenan Allah harus meninggalkan cara ibadat mereka yang sebelumnya. Mereka tidak memiliki opsi untuk memilih antara dua sistem ibadat atau beribadat sendiri-sendiri secara perorangan. Seperti yang telah kita lihat dalam Firman Allah, para penganut ibadat sejati dipersatukan dalam ”satu iman”.​—Efesus 4:4, 5.

      Dewasa ini, gagasan bahwa Allah berurusan dengan umat manusia hanya melalui satu agama tampaknya ekstrem dan tidak menyenangkan bagi beberapa orang. Namun, itulah kesimpulan yang diberikan Alkitab. Dahulu, banyak orang perorangan yang beribadat menurut cara mereka akhirnya memahami dan menyesuaikan diri dengan fakta ini. Mereka menggabungkan diri dengan para penganut ibadat sejati Yehuwa, dan perasaan ragu apa pun yang mula-mula ada dalam diri mereka telah digantikan oleh berkat dan sukacita yang besar. Sebagai contoh, Alkitab mengatakan bahwa setelah seorang Etiopia menerima Kekristenan dan dibaptis, ”dia meneruskan perjalanannya dengan bersukacita”.​—Kisah 8:39.

      Siapa pun dewasa ini, yang menerima dan mempraktekkan agama yang benar akan menikmati berkat serupa. Tetapi, dengan adanya begitu banyak agama yang dapat dipilih, bagaimana Anda dapat mengenali agama yang benar?

      [Catatan Kaki]

      a Anda bisa membaca tentang orang-orang tersebut dalam catatan Alkitab berikut: Yosua 2:1-7; 6:22-25; Rut 1:4, 14-17; 2 Samuel 11:3-11; Yeremia 38:7-13; dan Yosua 9:3-9, 16-21.

      [Gambar di hlm. 5]

      Apa yang akan terjadi atas agama yang menghasilkan buah yang tidak berguna?

  • Cara Menemukan Agama yang Benar
    Sedarlah!—2008 | Maret
    • Cara Menemukan Agama yang Benar

      ’Jika ada kebenaran dari Allah, mengapa saya perlu mencarinya?’ beberapa orang bertanya. ’Jika Allah mempunyai berita penting bagi seluruh umat manusia, tidakkah Ia akan menyampaikannya dengan cukup jelas sehingga orang-orang dapat segera memahaminya, tanpa perlu menyelidikinya?’

      PASTILAH Allah sanggup melakukan hal seperti itu. Tetapi, apakah itu cara yang Ia gunakan untuk menyampaikan kebenaran?

      Cara Allah Menyampaikan Kebenaran

      Sebenarnya, Allah menyampaikan berita-Nya dengan cara yang memungkinkan para pencari kebenaran yang tulus menemukannya. (Mazmur 14:2) Pertimbangkan berita yang Allah sampaikan melalui nabi Yeremia berabad-abad yang lalu. Berita itu, tentang kehancuran yang akan menimpa Yerusalem oleh orang Babilonia, ditujukan kepada umat Allah yang suka melawan.​—Yeremia 25:8-11; 52:12-14.

      Namun, pada waktu yang sama, nabi-nabi lain mengaku berbicara atas nama Allah. Hanania menubuatkan akan ada damai atas Yerusalem. Berita itu sangat berbeda dengan yang disampaikan oleh Yeremia. Jadi, siapakah yang mesti dipercaya pada waktu itu​—Yeremia atau nabi-nabi yang bertentangan dengannya?​—Yeremia 23:16, 17; 28:1, 2, 10-17.

      Untuk mengetahui siapa yang benar, orang Yahudi yang tulus perlu mengenal pribadi Yehuwa. Mereka perlu memahami hukum dan prinsip-Nya, serta sikap-Nya terhadap perbuatan salah. Dengan melakukannya, mereka akan sependapat dengan firman Allah yang disampaikan melalui Yeremia bahwa ”tidak seorang pun bertobat dari kejahatannya”. (Yeremia 8:5-7) Selain itu, mereka akan memahami bahwa situasi yang menyedihkan ini merupakan pertanda buruk bagi Yerusalem dan penduduknya.​—Ulangan 28:15-68; Yeremia 52:4-14.

      Nubuat Yeremia tentang Yerusalem tergenap. Kota itu dihancurkan oleh orang Babilonia pada tahun 607 SM.

      Meskipun konsekuensi ketidaktaatan telah lama dinubuatkan, diperlukan upaya untuk menyadari bahwa waktunya telah tiba bagi Allah untuk bertindak.

      Bagaimana Dengan Kebenaran Kristen?

      Bagaimana dengan kebenaran yang diberitakan oleh Yesus Kristus? Apakah setiap orang mengenali hal itu sebagai berita dari Allah? Tidak. Meskipun Yesus jelas-jelas berada di tengah-tengah orang Israel untuk mengajar mereka dan melakukan mukjizat, kebanyakan pendengarnya tidak mengenali dia sebagai Mesias​—Kristus, atau Yang Diurapi.

      Kepada orang Farisi yang menanyakan kapan Kerajaan Allah akan datang, Yesus sendiri mengatakan, ”Kerajaan Allah tidak datang dengan sesuatu yang dapat dilihat dengan sangat jelas.” Ia menambahkan, ”kerajaan Allah ada di tengah-tengah kamu”. (Lukas 17:20, 21) Yesus, Penguasa yang ditunjuk Allah, ada di antara mereka! Namun orang Farisi menolak untuk membuka mata terhadap bukti bahwa Yesus sedang menggenapi nubuat Mesianik, dan untuk menerima dia sebagai ”Kristus, Putra dari Allah yang hidup”.​—Matius 16:16.

      Tanggapan terhadap kebenaran yang diberitakan oleh murid-murid Kristus pada abad pertama juga sama. Walaupun mukjizat turut membuktikan bahwa Allah mendukung para murid itu, kebenaran masih susah diterima oleh kebanyakan orang. (Kisah 8:1-8; 9:32-41) Yesus memberi amanat kepada para pengikutnya untuk membuat ”segala bangsa menjadi murid” dengan mengajar mereka. Karena mendengarkan dan mempelajari kebenaran Alkitab, orang yang dengan tulus mencari kebenaran menjadi orang percaya.​—Matius 28:19; Kisah 5:42; 17:2-4, 32-34.

      Halnya sama dewasa ini. ”Kabar baik Kerajaan” sedang ”diberitakan di seluruh bumi yang berpenduduk sebagai suatu kesaksian kepada semua bangsa”. (Matius 24:14) Hal ini tidak perlu dilakukan ”dengan sesuatu yang dapat dilihat dengan sangat jelas”​—sebegitu jelasnya sehingga setiap orang di bumi dapat mengenalinya sebagai berita dari Allah. Meskipun demikian, kebenaran Allah dapat dikenali dan ditanggapi dengan baik oleh orang-orang yang ingin beribadat kepada Allah dengan cara yang diperkenan-Nya.​—Yohanes 10:4, 27.

      Fakta bahwa Anda sedang membaca jurnal Alkitab ini memperlihatkan bahwa kemungkinan besar Anda adalah pencari kebenaran yang tulus. Bagaimana Anda dapat menentukan agama mana yang mengajarkan kebenaran?

      Metode yang Berhasil

      Beberapa penduduk Berea pada abad pertama dipuji oleh rasul Paulus atas cara mereka memberi tanggapan sewaktu ia mengajar mereka. Mereka tidak langsung menerima bahwa apa yang dikatakan Paulus adalah kebenaran; kendati demikian, mereka mendengarkan dengan penuh respek. Kita dapat belajar dari apa yang dilakukan oleh orang Berea setelah mendengar berita itu.

      Perhatikan bagaimana Alkitab menjelaskannya, ”Orang-orang yang disebutkan belakangan itu [orang Berea] lebih berbudi luhur daripada orang-orang yang ada di Tesalonika, karena mereka menerima firman dengan kegairahan pikiran yang sangat besar, dan setiap hari, mereka memeriksa Tulisan-Tulisan Kudus dengan teliti untuk mengetahui apakah hal-hal itu benar demikian. Karena itu, banyak dari antara mereka menjadi orang percaya.” (Kisah 17:10-12) Jadi, mereka tidak memeriksanya secara sambil lalu. Mereka tidak berharap bahwa hanya dalam satu atau dua pembahasan singkat dengan Paulus, mereka sudah dapat menarik kesimpulan.

      Perhatikan juga bahwa orang Berea itu ”menerima firman dengan kegairahan pikiran yang sangat besar”. Hal ini memperlihatkan kepada kita tentang sikap mereka terhadap pemelajaran Alkitab. Mereka bukanlah orang yang menelan mentah-mentah kata-kata Paulus, tetapi juga bukan orang yang sinis. Mereka tidak kritis terhadap apa yang dijelaskan Paulus, orang yang Allah gunakan untuk menyampaikan berita-Nya.

      Pertimbangkan juga hal ini: Orang Berea mendengar tentang Kekristenan untuk pertama kalinya. Beritanya kedengaran menarik, namun mungkin sukar untuk dipercaya. Tetapi, ketimbang menolaknya, mereka dengan saksama menyelidiki Alkitab, memastikan apakah ’hal-hal yang dikatakan Paulus itu benar demikian’. Perhatikan juga bahwa orang Berea maupun Tesalonika yang dengan saksama membuat penyelidikan menjadi orang percaya. (Kisah 17:4, 12) Mereka tidak menyerah dan menyimpulkan bahwa kebenaran tidak dapat ditemukan. Mereka mengenali agama yang benar.

      Pengaruh Kebenaran atas Orang-Orang

      Jika seseorang menemukan kebenaran, seperti orang Berea, ia tergerak untuk menceritakannya dengan antusias. Orang lain boleh jadi tidak menyukai hal itu, karena beranggapan bahwa lebih rendah hati untuk mengakui bahwa agama lain juga ada benarnya. Namun, begitu seseorang menemukan kebenaran Alkitab, hal itu akan menanamkan keyakinan dalam dirinya. Ia tidak dibiarkan dalam keragu-raguan apakah kebenaran dapat diperoleh atau bahwa semua agama menuju ke keselamatan. Tetapi, untuk menemukan kebenaran, seseorang harus mulai dengan penyelidikan yang sungguh-sungguh, yang memang menuntut kerendahan hati.

      Saksi-Saksi Yehuwa telah melakukan penyelidikan demikian. Itulah sebabnya mereka percaya bahwa mereka telah menemukan agama yang benar. Dan, mereka mengundang Anda untuk memeriksa Alkitab agar dapat mengenali siapa yang mempraktekkan agama yang benar dewasa ini. Meskipun ada lebih banyak yang tersangkut daripada sekadar suatu daftar periksa sederhana untuk dipertimbangkan, bahan dalam kotak di halaman ini dapat membantu Anda untuk mulai memeriksanya.

      Dengan belajar Alkitab di rumah bersama Saksi-Saksi Yehuwa tanpa pungutan biaya, Anda dapat mengadakan penyelidikan yang mendalam tentang apa yang sebenarnya Alkitab ajarkan. Hal ini akan memungkinkan Anda mengenali agama yang benar.

      [Kotak di hlm. 9]

      Fitur-Fitur Agama yang Benar

      Perhatikan praktek dan ajaran orang Kristen abad pertama:

      ◼ Mereka bersandar pada Firman Allah sebagai pedoman mereka.​—2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:21.

      ◼ Mereka mengajarkan bahwa Yesus adalah Putra Allah, berbeda dengan Allah sendiri dan tunduk kepada-Nya.​—1 Korintus 11:3; 1 Petrus 1:3.

      ◼ Mereka mengajarkan bahwa orang mati akan hidup kembali melalui kebangkitan di masa depan.​—Kisah 24:15.

      ◼ Mereka pada umumnya dikenal karena saling mengasihi.​—Yohanes 13:34, 35.

      ◼ Mereka tidak beribadat hanya secara perorangan melainkan diorganisasi dalam sidang-sidang jemaat dan dipersatukan di bawah para pengawas dan badan penatua pusat yang mengakui Yesus sebagai Kepala.​—Kisah 14:21-23; 15:1-31; Efesus 1:22; 1 Timotius 3:1-13.

      ◼ Mereka adalah orang-orang yang bersemangat memberitakan Kerajaan Allah sebagai satu-satunya harapan umat manusia.​—Matius 24:14; 28:19, 20; Kisah 1:8.

      [Gambar di hlm. 7]

      Bagaimana orang-orang dapat mengetahui bahwa Yeremia adalah nabi yang sejati, sementara nabi-nabi lain mengatakan hal yang bertolak belakang?

      [Gambar di hlm. 8, 9]

      Orang Berea pada abad pertama mendengarkan Paulus tetapi memeriksa Alkitab untuk memastikan bahwa apa yang dikatakannya benar

      [Gambar di hlm. 8, 9]

      Pelajaran Alkitab yang saksama dapat membantu Anda mengenali kebenaran agama

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan