PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Apakah Kejahatan Sudah di Luar Kendali?
    Sedarlah!—2008 | Februari
    • Apakah Kejahatan Sudah di Luar Kendali?

      ◼ Seorang siswa sakit mental, dengan persenjataan lengkap, membantai sesama siswa dan para guru di sekolahnya.

      ◼ Seorang gadis cilik diculik, membuat orang tuanya amat menderita.

      ◼ Seorang remaja mengaku telah membunuh seseorang hanya untuk merasakan sensasinya dan mengaku telah memperlihatkan mayat itu kepada teman-temannya yang tutup mulut selama berminggu-minggu.

      ◼ Melalui internet, seorang pemangsa seksual bertukar kiat dengan para pedofilia lainnya tentang cara memikat anak-anak.

      INI hanyalah beberapa tindak kriminal mengejutkan yang menjadi berita sekarang ini. Apakah Anda merasa aman di lingkungan tempat tinggal Anda, khususnya pada malam hari? Pernahkah Anda atau keluarga Anda terkena dampak kejahatan? Jutaan orang di seluruh dunia​—bahkan di negara-negara yang dulunya dianggap relatif aman—​mengaku dihantui ketakutan akan kejahatan dan kekerasan. Perhatikan laporan singkat berikut dari berbagai negeri.

      JEPANG: Asia Times melaporkan, ”Dahulu, Jepang termasuk di antara negara teraman di dunia . . . Namun kini, rasa aman pribadi yang dahulu dijunjung tinggi tampaknya sudah langka, dan rasa aman nasional telah digantikan oleh kekhawatiran yang hebat akan kejahatan dan terorisme global.”

      AMERIKA LATIN: Tokoh-tokoh terkemuka di Brasil meramalkan perang gerilya urban di São Paulo, kata sebuah laporan berita tahun 2006. Karena tindak kekerasan sporadis selama berminggu-minggu, presiden negara itu mendesak agar tentara segera dikerahkan ke jalan-jalan kota. Di Amerika Tengah dan Meksiko, ”sedikitnya 50.000 remaja yang terlibat dalam geng membuat kalangan berwenang di kawasan tersebut bersiaga”, kata sebuah laporan di surat kabar Tiempos del Mundo. ”Pada tahun 2005 saja,” imbuh surat kabar tersebut, ”kira-kira 15.000 orang tewas di tangan geng-geng remaja di El Salvador, Honduras, dan Guatemala.”

      KANADA: ”Para kriminolog cemas karena meningkatnya jumlah geng,” kata USA Today pada tahun 2006. ”Polisi . . . mengidentifikasi 73 geng jalanan yang beroperasi di Toronto.” Menurut sumber yang sama, kepala polisi Toronto mengakui bahwa tidak ada solusi sederhana untuk mengatasi bertumbuhnya budaya geng di kota.

      AFRIKA SELATAN: Patrick Burton, seorang periset kriminalitas, menyatakan di Financial Mail, ”Takut akan kejahatan merasuk ke dalam setiap aspek kehidupan kaum muda Afrika Selatan.” Ini mencakup ”kejahatan yang penuh kekerasan seperti perampokan bersenjata, pembajakan dan perampokan bank”, kata surat kabar tersebut.

      PRANCIS: Banyak orang yang tinggal di kawasan permukiman murah, setiap hari diteror sewaktu ”mereka menaiki tangga yang telah dirusak, memasuki area parkir yang telah menjadi daerah rawan, dan menggunakan transportasi umum yang berbahaya setelah hari gelap”.—Guardian Weekly.

      AMERIKA SERIKAT: Geng-geng yang terorganisasi menambah gelombang kejahatan. Menurut laporan dalam The New York Times, di sebuah negara bagian, suatu survei polisi melaporkan bahwa hampir 17.000 remaja, pria dan wanita, adalah anggota geng dari satu di antara kira-kira 700 geng yang ada. Ini adalah peningkatan kira-kira 10.000 anggota dalam empat tahun saja.

      INGGRIS: Mengenai laporan UNICEF tentang dampak kejahatan terhadap anak-anak, The Times dari London berkomentar, ”Semakin banyak anak muda Inggris yang tewas tertembak. . . . Para korban dan pelaku kejahatan bersenjata usianya semakin muda.” Populasi penjara di Inggris dan Wales telah membeludak menjadi hampir 80.000 orang.

      KENYA: Seorang ibu dan anak perempuan yang kurang cepat keluar dari kendaraan mereka ditembak oleh para pembajak mobil di tepi jalan raya yang ramai, kata sebuah laporan berita. Ibu kota Kenya, Nairobi, memiliki reputasi buruk untuk segala jenis kejahatan, termasuk pembajakan mobil, penyerangan, dan penggarongan dengan tindak kekerasan.

      Apakah meningkatnya kejahatan sama sekali sudah di luar kendali? Apa akar penyebab kejahatan? Dan, adakah dasar untuk harapan bahwa suatu hari kelak orang bisa hidup dalam kedamaian dan keamanan yang sesungguhnya? Artikel-artikel berikut akan menyelidiki berbagai pertanyaan ini.

  • Dapatkah Problem Kejahatan Diatasi?
    Sedarlah!—2008 | Februari
    • Dapatkah Problem Kejahatan Diatasi?

      ”Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang melakukan lebih dari satu kejahatan bahkan setelah dipenjarakan akan terus melakukan kejahatan melawan masyarakat, dan biayanya, termasuk yang tidak dapat dinilai dengan uang, akan terus bertambah besar.”​—Inside the Criminal Mind, oleh Dr. Stanton E. Samenow.

      TIDAK soal di mana Anda tinggal di dunia ini, setiap hari tampaknya ada saja tindak kriminal yang mengerikan. Karena itu, masuk akal untuk bertanya: Apakah sarana pembuat jera yang ada sekarang ini​—hukuman keras, masa tahanan, dan sebagainya—​efektif? Apakah penjara merehabilitasi para penjahat? Yang lebih penting, apakah masyarakat berupaya memahami akar penyebab kejahatan?

      Mengenai sarana pembuat jera yang ada sekarang ini, Dr. Stanton E. Samenow menulis, ”Setelah merasakan tinggal di penjara, [si penjahat] mungkin menjadi lebih cerdik dan lebih berhati-hati, tetapi ia terus menjalani kehidupan yang merugikan orang lain dan melakukan kejahatan. Statistik residivis [penjahat kambuhan] pun kurang memadai karena hanya mendata penjahat ceroboh yang tertangkap [lagi].” Maka, penjara biasanya justru menjadi semacam sekolah pengembangan kepribadian bagi para penjahat, yang tanpa sadar membantu menggembleng kepribadian antisosial mereka.​—Lihat kotak ”’Sekolah Kejahatan’?” di halaman 7.

      Selain itu, banyak pelaku kejahatan tidak dihukum, sehingga para penjahat menganggap kejahatan itu menguntungkan. Anggapan ini bisa membuat mereka lebih berani dan lebih berkeras pada haluan mereka. Seorang penguasa yang bijaksana pernah menulis, ”Karena hukuman atas perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, itulah sebabnya hati putra-putra manusia berkeras sepenuhnya untuk melakukan yang buruk.”​—Pengkhotbah 8:11.

      Penjahat​—Terpaksa atau Pilihan?

      Apakah kejahatan adalah satu-satunya pilihan bagi beberapa orang supaya bisa bertahan hidup? ”Saya melihat kejahatan sebagai suatu reaksi yang hampir-hampir normal, jika bukan dalih, atas kemiskinan yang parah, ketidakstabilan, dan keputusasaan yang melingkupi kehidupan [para penjahat],” Samenow mengakui. Akan tetapi, setelah riset yang ekstensif, pandangannya berubah. ”Para penjahat memilih untuk melakukan kejahatan,” ia menyimpulkan. ”Kejahatan . . . ’disebabkan’ oleh cara berpikir [seseorang], bukan oleh lingkungannya.” Samenow menambahkan, ”Umumnya, perilaku adalah hasil dari cara berpikir. Segala sesuatu yang kita lakukan didahului, dibarengi, dan diikuti oleh cara berpikir.” Jadi, sebaliknya daripada memandang para penjahat sebagai korban, ia akhirnya menyimpulkan bahwa ”mereka adalah para pemangsa yang atas kehendak sendiri memilih jalan hidup mereka”.a

      Kata kuncinya adalah ”memilih”. Malah, tajuk berita sebuah surat kabar di Inggris belum lama ini menyatakan, ”Kejahatan Adalah Karier Pilihan para Pemuda Kota yang Mendambakan Hal-Hal yang Lebih Baik.” Manusia mempunyai kebebasan memilih dan bisa menentukan haluan yang mereka inginkan, sekalipun di bawah keadaan yang sulit. Yang pasti, jutaan orang berjuang setiap hari melawan ketidakadilan sosial dan kemiskinan, atau mereka boleh jadi tinggal dalam keluarga yang berantakan; tetapi mereka tidak menjadi penjahat. ”Para penjahat-lah penyebab kejahatan,” kata Samenow, ”bukan lingkungan yang buruk, orang tua yang tidak becus, . . . atau pengangguran. Kejahatan mendekam dalam pikiran manusia dan bukan disebabkan oleh kondisi sosial.”

      Kejahatan Dimulai dari Dalam Hati

      Alkitab menyorot manusia batiniah seseorang, bukan keadaannya. Yakobus 1:14, 15 berkata, ”Masing-masing dicobai dengan ditarik dan dipikat oleh keinginannya sendiri. Kemudian apabila keinginan itu telah menjadi subur, ia akan melahirkan dosa.” Sewaktu seseorang memikirkan hal-hal yang buruk, ia memperkembangkan keinginan yang salah. Hal ini, selanjutnya, bisa mengarah ke tindakan yang mencelakakan. Misalnya, sesekali tertarik pada pornografi bisa berkembang menjadi obsesi akan seks yang mendorong seseorang bertindak menurut fantasinya, barangkali dengan cara yang melanggar hukum.

      Faktor lain yang patut dipertimbangkan adalah kiblat dunia ini pada diri sendiri, uang, kesenangan, dan pemuasan seketika. Mengenai zaman kita Alkitab menubuatkan, ”Pada hari-hari terakhir . . . , orang-orang akan menjadi pencinta diri sendiri, pencinta uang, . . . garang, tidak mengasihi kebaikan, [dan] mencintai kesenangan sebaliknya daripada mengasihi Allah.” (2 Timotius 3:1-5) Sungguh menyedihkan, melalui film, video game, literatur, dan tokoh anutan yang buruk, dunia mempromosikan berbagai perangai seperti itu, yang justru menganjurkan lebih banyak kejahatan.b Namun, secara individu, orang tidak harus menyerah pada pengaruh demikian. Malah, ada yang pernah menyerah tetapi berubah sepenuhnya dalam sudut pandang dan jalan hidup mereka.

      Orang Bisa Berubah!

      Sekali menjadi penjahat tidak berarti tetap menjadi penjahat. Buku Inside the Criminal Mind menyatakan bahwa sama seperti seseorang yang mungkin memilih kehidupan yang penuh kejahatan, ia pun ”bisa memilih arah yang baru dan belajar untuk menempuh kehidupan yang bertanggung jawab”.

      Pengalaman telah menunjukkan bahwa orang dengan beragam latar belakang bisa berubah.c Yang diperlukan adalah kerelaan untuk menyesuaikan sikap, motivasi, dan pola berpikir agar selaras dengan standar yang stabil dari Pencipta kita, bukan norma manusia yang berubah-ubah. Bagaimanapun juga, siapa yang lebih tahu tentang diri kita selain Dia? Lagi pula, bukankah Allah yang berhak memutuskan bagi keluarga manusia apa yang baik dan yang jahat? Untuk itu, Ia mengilhami kira-kira 40 manusia yang takut akan Allah untuk menulis apa yang dewasa ini kita kenal sebagai Alkitab​—buku yang luar biasa yang dapat dengan tepat disebut buku panduan bagi umat manusia untuk kehidupan yang bahagia dan bertujuan pasti.​—2 Timotius 3:16, 17.

      Boleh jadi, tidak mudah membuat perubahan yang diperlukan untuk menyenangkan Allah, karena kita harus melawan kecenderungan untuk berdosa. Malah, seorang penulis Alkitab menggambarkan konflik batinnya sebagai ’perang’! (Roma 7:21-25) Ia keluar sebagai pemenang karena ia tidak mengandalkan kekuatannya sendiri tetapi kekuatan dari Allah melalui Firman terilham-Nya yang ”hidup dan mengerahkan kuasa”.​—Ibrani 4:12.

      Khasiat ”Menu Makanan” yang Sehat

      Agar tubuh sehat, kita perlu makanan yang bergizi. Makanan itu pun mesti dikunyah dengan baik dan dicerna, yang membutuhkan waktu serta upaya. Demikian pula, agar sehat secara rohani, kita perlu ”mencerna” ucapan Allah sehingga bisa diserap ke dalam pikiran dan hati kita. (Matius 4:4) Alkitab mengatakan, ”Perkara apa pun yang benar, perkara apa pun yang serius, perkara apa pun yang adil-benar, perkara apa pun yang murni, perkara apa pun yang membangkitkan perasaan kasih, perkara apa pun yang patut dibicarakan, apa pun yang bajik dan perkara apa pun yang patut dipuji, teruslah pikirkan semuanya ini . . . , dan Allah kedamaian akan menyertai kamu.”​—Filipi 4:8, 9.

      Perhatikan, kita harus ’terus memikirkan’ pikiran Allah jika kita ingin perangai kepribadian lama kita digantikan dengan yang baru. Kita perlu sabar, karena pertumbuhan rohani tidak terjadi dalam semalam.​—Kolose 1:9, 10; 3:8-10.

      Pertimbangkan contoh seorang wanita yang sewaktu kecil dianiaya secara seksual; ia mulai memakai narkoba, minum minuman beralkohol, dan menggunakan tembakau; dan kini dipenjarakan seumur hidup karena sejumlah kejahatan. Dalam penjara, ia mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa dan mencamkan kebenaran yang ia pelajari. Hasilnya? Lambat laun, kepribadian lamanya digantikan dengan kepribadian baru seperti Kristus. Sekarang, ia tidak lagi menjadi budak dari cara berpikir dan berbagai kebiasaan bejat yang merusak. Salah satu ayat kesukaannya ialah 2 Korintus 3:17, yang menyatakan, ”Yehuwa adalah Roh; dan di mana roh Yehuwa berada, di situ ada kemerdekaan.” Ya, meski terkurung, ia menikmati kemerdekaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

      Allah Berbelaskasihan

      Di mata Allah Yehuwa, mustahil orang tidak bisa berubah.d Putra Allah, Yesus Kristus, berkata, ”Aku datang untuk memanggil, bukan orang adil-benar, melainkan orang berdosa agar bertobat.” (Lukas 5:32) Memang, menyesuaikan diri untuk hidup menurut standar Alkitab boleh jadi sulit. Tetapi, orang bisa berhasil karena sabar dan memanfaatkan bantuan yang Allah sediakan, termasuk dukungan pengasih dari orang-orang Kristen yang berpikiran rohani. (Lukas 11:9-13; Galatia 5:22, 23) Untuk itu, Saksi-Saksi Yehuwa rutin mengunjungi berbagai penjara di seluruh dunia guna mengadakan pelajaran Alkitab cuma-cuma dengan pria dan wanita yang tulus yang pernah melakukan segala jenis kejahatan.e Di sejumlah penjara, Saksi-Saksi juga menyelenggarakan pertemuan ibadat setiap minggu.​—Ibrani 10:24, 25.

      Meskipun beberapa bekas pelaku kejahatan telah meninggalkan kebiasaan mereka dan menjadi orang Kristen sejati, Alkitab secara terus terang mengatakan mengenai ”bertambahnya pelanggaran hukum”. (Matius 24:12) Seperti yang akan kita lihat di artikel berikut, ramalan tersebut merupakan bagian dari nubuat yang lebih besar yang mengandung suatu berita yang sangat baik.

      [Catatan Kaki]

      a Penyakit mental mungkin merupakan penyebab beberapa kejahatan, khususnya di negeri yang membiarkan penderita gangguan mental berkeliaran di jalan dan mudah mendapatkan senjata. Namun, artikel ini tidak menyoroti topik yang pelik ini.

      b Untuk keterangan tambahan mengenai topik kejahatan, lihat Sedarlah! 22 Februari 1998, halaman 3-9, ”Suatu Dunia Tanpa Kejahatan​—Kapan?” dan Awake! 8 Agustus 1985, halaman 3-12, di bawah judul ”Will Our Streets Ever Be Free of Crime?”

      c Majalah ini dan rekannya, Menara Pengawal, sering melaporkan tentang orang-orang yang karena tergerak oleh kebenaran Alkitab meninggalkan kehidupan yang penuh kejahatan. Lihat Sedarlah! Juli 2006, halaman 11-13, dan 8 Oktober 2005, halaman 20-1, juga Menara Pengawal 1 Januari 2000, halaman 4-5; 15 Oktober 1998, halaman 27-9; dan 15 Februari 1997, halaman 21-4.

      d Lihat artikel ”Pandangan Alkitab: Apakah Allah Mengampuni Dosa Serius?” di halaman 10.

      e Lihat kotak ”Bantuan Rohani bagi para Narapidana”, di halaman 9.

      [Blurb di hlm. 5]

      Jutaan orang yang menderita kemiskinan tidak mencari jalan keluar melalui kejahatan

      [Kotak/​Gambar di hlm. 6, 7]

      ”KEMBALI KE PENJARA DALAM WAKTU DUA TAHUN”

      Di bawah tajuk berita tersebut, surat kabar The Times dari London, Inggris, melaporkan bahwa di Inggris, lebih dari 70 persen orang-orang yang divonis karena penggarongan dan pencurian kembali dihukum dalam waktu dua tahun. Banyak kejahatan dilakukan oleh para pecandu narkoba yang sangat butuh uang untuk membayar kebiasaan mereka yang mahal dan merusak diri.

      [Kotak di hlm. 7]

      ”SEKOLAH KEJAHATAN”?

      ”Penjara adalah sekolah kejahatan,” tulis Profesor John Braithwaite dalam UCLA Law Review. Dalam bukunya Inside the Criminal Mind, Dr. Stanton E. Samenow mengatakan bahwa ”kebanyakan penjahat belajar dari pengalaman”, tetapi bukan seperti apa yang masyarakat inginkan. ”Dalam penjara,” ia menulis, ”seseorang punya banyak waktu dan kesempatan untuk belajar caranya menjadi penjahat yang lebih sukses. . . . Malah, ada yang memang menjadi penjahat yang lebih berhasil, terjerumus semakin jauh dalam kejahatan tetapi cukup lihai sehingga tidak tertangkap.”

      Dalam pasal berikutnya, Samenow menyatakan, ”Pemenjaraan tidak mengubah sifat dasar seorang penjahat. Entah di jalanan atau di dalam penjara, ia menjalin berbagai koneksi, belajar teknik-teknik baru, dan membagikan sejumlah kiat kepada penjahat lainnya.” Seorang penjahat muda berkata, ”Pemenjaraan telah memberi saya surat kepercayaan untuk menjadi guru kejahatan.”

  • Segera Kejahatan ”Tidak Akan Ada Lagi”
    Sedarlah!—2008 | Februari
    • Segera Kejahatan ”Tidak Akan Ada Lagi”

      ”Hanya sedikit waktu lagi, orang fasik tidak akan ada lagi.”​—MAZMUR 37:10.

      PENCIPTA kita, Allah Yehuwa, sangat berminat kepada manusia ciptaan-Nya; Ia tidak bersikap masa bodoh, sebagaimana dipercayai beberapa orang. (Mazmur 11:4, 5) Selain itu, Dia melihat setiap kejahatan dan setiap ketidakadilan, termasuk yang luput dari perhatian manusia. ”Mata Yehuwa ada di segala tempat, terus memperhatikan orang jahat dan orang baik.” (Amsal 15:3) Maka yakinlah, orang fasik benar-benar berada ”di tanah yang licin”.​—Mazmur 73:12, 18.

      Namun, orang yang tak bercela dan yang bermoral lurus, meskipun mereka mungkin miskin secara materi dan bahkan tertindas, memiliki prospek yang menakjubkan. ”Perhatikanlah orang yang tidak bercela dan lihatlah orang yang lurus hati,” tulis sang pemazmur Daud, ”karena masa depan orang itu akan penuh damai.” (Mazmur 37:37) Kata-kata tersebut bisa sangat menghibur kita dewasa ini, karena kita memiliki harapan untuk melihat kata-kata itu tergenap di seluruh dunia tak lama lagi.

      Kita Hidup pada Hari-Hari Terakhir

      Kira-kira 2000 tahun yang lalu, murid-murid Yesus Kristus mengajukan pertanyaan yang luas jangkauannya. ”Beri tahu kami,” kata mereka, ”apa yang akan menjadi tanda . . . penutup sistem ini?” (Matius 24:3) Jawaban Yesus diuraikan secara terperinci dalam Alkitab di Matius pasal 24, Markus pasal 13, dan Lukas pasal 21. Catatan-catatan Injil yang saling melengkapi tersebut menggambarkan hari-hari terakhir dunia sekarang ini yang bercirikan peperangan, bala kelaparan, penyakit, berbagai gempa bumi besar, dan meningkatnya pelanggaran hukum yang mencolok.

      Keadaan kritis yang Yesus nubuatkan dimulai pada tahun 1914. Sebagaimana dinyatakan sejarawan Eric Hobsbawm dalam bukunya Age of Extremes, abad ke-20 ini ”tak diragukan adalah abad yang paling bersimbah darah dalam sejarah”.

      Mengenai maraknya kejahatan sekarang ini, Alkitab menyatakan, ”Apabila orang-orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan dan semua orang yang suka mencelakakan berkembang, itu hanyalah supaya mereka dimusnahkan selama-lamanya.” (Mazmur 92:7) Ya, buktinya jelas: Merajalelanya pelanggaran hukum dewasa ini​—bak tumbuhan pada musim bertunas—​justru merupakan petunjuk bahwa pemusnahan orang fasik sudah sangat dekat! Bukankah itu merupakan kabar baik?​—2 Petrus 3:7.

      ”Orang-Orang Adil-Benar . . . Akan Memiliki Bumi”

      ”Orang-orang adil-benar akan memiliki bumi, dan mereka akan mendiaminya selama-lamanya,” kata Mazmur 37:29. Segala bentuk kejahatan dan ketidakadilan akan berlalu. Maka, semua yang berkaitan dengan kejahatan tidak akan ada lagi: alarm keamanan, gembok, pengadilan, pengacara, polisi, dan penjara. ”Hal-hal yang dahulu,” janji Alkitab, ”tidak akan diingat lagi, ataupun timbul lagi di dalam hati.”​—Yesaya 65:17.

      Ya, bumi ini dan masyarakat manusia bakal mengalami perubahan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. (Yesaya 11:9; 2 Petrus 3:13) Itulah harapan yang masuk akal yang Saksi-Saksi Yehuwa miliki, dan mereka mengundang Anda untuk memeriksa sendiri bahwa hal itu akan segera menjadi kenyataan. Ingatlah, Pribadi yang mengilhami Alkitab ”tidak dapat berdusta”.—Titus 1:2.

      [Kotak/​Gambar di hlm. 9]

      BANTUAN ROHANI BAGI PARA NARAPIDANA

      Selama bertahun-tahun, Saksi-Saksi Yehuwa di Amerika Serikat telah menerima surat dari para narapidana di 4.169 lembaga pemasyarakatan, rumah sakit penjara dan fasilitas rehabilitasi pecandu narkoba. Ada narapidana yang meminta lektur Alkitab; yang lainnya meminta pelajaran Alkitab cuma-cuma. Saksi-Saksi yang memenuhi syarat menindaklanjuti permintaan ini. Malah, di seluruh dunia, Saksi-Saksi rutin mengunjungi berbagai penjara untuk mengadakan pelajaran Alkitab dengan para narapidana, pria dan wanita, yang meminta bantuan rohani. Banyak narapidana telah membuat perubahan yang luar biasa dalam kepribadian mereka, dibaptis sebagai orang Kristen, dan terus menjalani kehidupan sebagai orang yang taat hukum.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan