PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Apa Saja Tantangannya?
    Sedarlah!—2009 | September
    • Apa Saja Tantangannya?

      Bagaimana menurut Anda? Apakah tantangan yang dihadapi kaum muda generasi sekarang lebih sulit dibanding tantangan pada zaman dahulu? Jika Anda menjawab tidak, Anda mungkin merasa bahwa kaum remaja sekarang adalah kelompok yang paling beruntung dibanding kelompok orang muda mana pun dalam sejarah.

      Di banyak negeri, obat-obat mengatasi berbagai penyakit yang dulunya merampas kesehatan dan kehidupan anak muda. Berkat teknologi, muncullah alat-alat dan mainan elektronik yang hanya bisa dibayangkan oleh generasi-generasi sebelumnya. Dan, perkembangan ekonomi telah mengentaskan jutaan keluarga dari kemiskinan. Memang, banyak sekali orang tua yang bekerja keras supaya anak-anak mereka dapat menikmati kondisi hidup serta kesempatan pendidikan yang mereka sendiri dulu tidak nikmati.

      Tidak diragukan, kaum muda dewasa ini memiliki banyak keuntungan. Namun, mereka juga menghadapi berbagai tantangan yang tidak ada duanya. Salah satu alasannya adalah karena umat manusia sekarang hidup dalam periode waktu yang Alkitab sebut ”penutup sistem ini”. (Matius 24:3) Yesus Kristus secara akurat menubuatkan bahwa era ini akan ditandai dengan pergolakan sosial besar-besaran. (Matius 24:7, 8) Alkitab menyebut era yang sama ini ”hari-hari terakhir” dan menggambarkan bahwa keadaan sosial yang terdapat di mana-mana akan ”sulit dihadapi”. (2 Timotius 3:1) Perhatikan beberapa tantangan sulit yang dihadapi para remaja dewasa ini.

      Tantangan 1

      Semakin Terasing

      Di film, TV, dan majalah, kaum muda digambarkan selalu dikelilingi sekelompok teman yang bersahabat sejak masa sekolah sampai dewasa. Bagi sebagian besar remaja kenyataannya tidak seperti itu.

      Peneliti Barbara Schneider dan David Stevenson, yang menganalisis wawancara dengan ribuan anak muda di Amerika Serikat, mendapati bahwa ”relatif sedikit siswa yang secara konsisten memiliki sahabat karib yang sama atau sekelompok kecil sahabat seiring dengan berlalunya waktu”. Banyak anak muda ”tidak mempunyai hubungan dekat dengan orang lain dan tidak mempunyai banyak sahabat yang nyaman diajak bicara tentang berbagai masalah atau diajak berbagi ide”, kata Schneider dan Stevenson.

      Kalaupun punya sahabat, para remaja tampaknya tidak banyak waktu untuk digunakan bersama. Sebuah penelitian besar-besaran di Amerika Serikat mendapati bahwa kebanyakan remaja menggunakan kira-kira 10 persen dari waktu mereka untuk bertemu langsung dengan teman-teman, namun hingga 20 persen dari waktu mereka digunakan seorang diri​—lebih banyak dibanding waktu bersama keluarga atau teman. Mereka makan sendirian, bepergian sendirian, mencari hiburan sendirian.

      Tren mengasingkan diri ini bertambah parah seiring dengan maraknya peralatan elektronik. Misalnya, pada tahun 2006, majalah Time melaporkan bahwa anak-anak muda di Amerika antara usia 8 dan 18 tahun menggunakan, rata-rata, enam setengah jam sehari dengan mata terpaku pada TV, telinga disumbat earphone, atau tangan memegang joystick video-game atau papan ketik komputer.a

      Tentu saja, generasi ini bukan yang pertama menghabiskan waktu berjam-jam untuk menikmati musik atau bermain game. (Matius 11:16, 17) Namun, banyaknya jumlah waktu yang sekarang digunakan bersama peralatan elektronik ketimbang untuk berinteraksi dengan keluarga bisa merusak. Peneliti Schneider dan Stevenson mengatakan, ”Anak muda melaporkan bahwa mereka memiliki harga diri yang lebih rendah, lebih tidak bahagia, lebih sedikit menikmati apa yang sedang mereka lakukan, dan merasa kurang aktif sewaktu berada sendirian.”

      Tantangan 2

      Ditekan untuk Berhubungan Seks

      Kaum remaja dan bahkan praremaja mendapat tekanan berat untuk mencoba-coba seks. Nathan, seorang pemuda yang tinggal di Australia, mengatakan, ”Kebanyakan anak yang aku kenal di sekolah mulai berhubungan seks pada usia antara 12 dan 15 tahun.” Vinbay, seorang wanita muda yang tinggal di Meksiko, mengatakan bahwa seks bebas sangat umum di kalangan kaum muda di sekolahnya. ”Mereka yang tidak berhubungan seks dianggap aneh,” katanya. ”Seks bebas begitu umum di kalangan temanku sampai-sampai tidak cukup sekadar menolak satu kali,” kata Ana, gadis berusia 15 tahun yang tinggal di Brasil. ”Kita harus berulang kali menolak ajakan.”

      Para peneliti di Inggris menyurvei seribu anak muda yang usianya berkisar antara 12 dan 19 tahun dan yang berasal dari berbagai latar belakang. Mereka mendapati bahwa hampir 50 persen dari kaum muda sering terlibat salah satu bentuk kegiatan seksual. Lebih dari 20 persen di antaranya masih berusia 12 tahun! Dr. Dylan Griffiths, yang mengawasi riset itu, mengatakan, ”Pembatasan yang secara turun-temurun diberlakukan oleh keluarga, Gereja, dan lembaga-lembaga lain sudah lenyap, sehingga kaum mudalah yang menjadi korban.”

      Apakah anak muda yang mencoba-coba seks benar-benar menjadi ”korban”? Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2003, peneliti Rector, Noyes, dan Johnson melihat hubungan langsung antara kegiatan seksual remaja, depresi, dan meningkatnya kemungkinan upaya bunuh diri. Mereka menganalisis wawancara dengan 6.500 remaja dan mendapati bahwa ”anak perempuan yang berhubungan seks cenderung mengalami depresi tiga kali lipatnya anak perempuan yang tidak berhubungan seks”. Dan, anak lelaki ”yang berhubungan seks cenderung mengalami depresi dua kali lipatnya anak lelaki yang tidak berhubungan seks”.

      Tantangan 3

      Keluarga yang Berantakan

      Anak muda di Amerika Serikat telah mengalami pesatnya perubahan-perubahan struktur keluarga dan bergesernya nilai-nilai. ”Dalam beberapa dekade belakangan ini, ada beberapa perubahan demografi besar yang berpengaruh langsung atas kehidupan para remaja,” kata buku The Ambitious Generation​—America’s Teenagers, Motivated but Directionless. ”Keluarga Amerika rata-rata semakin kecil, maka para remaja kemungkinan besar mempunyai lebih sedikit kakak adik. Dengan terus meningkatnya angka perceraian, semakin banyak anak menghabiskan sebagian masa kanak-kanak mereka bersama orang tua tunggal. Dan, ada lebih banyak ibu dari anak-anak di bawah usia delapan belas tahun yang harus bekerja, sehingga lebih kecil kemungkinannya ada orang dewasa di rumah.”

      Tidak soal anak-anak tinggal bersama satu atau bersama dua orang tua, banyak anak tidak merasa dekat dengan orang tua justru pada saat-saat mereka paling membutuhkannya. Sebuah penelitian yang memantau 7.000 remaja selama jangka waktu bertahun-tahun mendapati bahwa kebanyakan remaja menganggap orang tua mereka pengasih dan berpengertian. Meskipun demikian, ”hanya sepertiganya mengatakan bahwa mereka menerima perhatian khusus serta bantuan sewaktu mereka memiliki problem”. Penelitian itu juga mendapati bahwa ”bagi kebanyakan remaja, saat mereka menghadapi problem, orang tua justru tidak turun tangan dan menawarkan bantuan”.

      Di Jepang, ikatan keluarga yang dulunya kuat kini dirongrong hasrat akan kesuksesan materi. Yuko Kawanishi, profesor sosiologi, mengatakan, ”Kebanyakan orang tua dari para remaja dewasa ini berasal dari generasi pascaperang dunia kedua, dan bertumbuh dewasa sambil dicekoki seperangkat nilai baru yang menandaskan kesuksesan ekonomi dan keuntungan materi.” Nilai-nilai apa yang diteruskan para orang tua demikian kepada anak-anak mereka? ”Banyak orang tua dewasa ini hanya peduli dengan kesuksesan akademis anak-anak mereka,” kata Kawanishi. ”Asalkan anak-anak mereka belajar,” lanjutnya, ”semua hal lain di rumah menjadi nomor dua, atau bahkan tidak penting.”

      Apa dampak penekanan yang tidak seimbang atas kesuksesan materi dan pencapaian akademis demikian atas kaum muda? Di Jepang, media sering berbicara tentang kireru​—istilah yang menggambarkan bagaimana anak muda secara mendadak lepas kendali sewaktu ditekan untuk tampil prima. ”Apabila anak-anak bertindak gila,” kata Kawanishi, ”hal itu mungkin karena mereka tidak merasa bahwa keluarga mereka mempunyai pengaruh yang mengekang atas perilaku mereka.”

      Alasan untuk Optimis

      Kita memang sedang hidup pada ”masa kritis yang sulit dihadapi”. (2 Timotius 3:1) Namun, ada jauh lebih banyak hal yang Alkitab katakan daripada hanya meramalkan bahwa orang-orang yang hidup pada jangka waktu ini akan mengalami semakin banyak kesukaran.

      Alkitab memberikan nasihat yang membangun mengenai caranya kaum muda dapat meningkatkan mutu kehidupan mereka. Allah Yehuwa, Pengarang Alkitab, sangat ingin mengajar anak-anak muda caranya menghadapi tantangan dengan sukses. (Amsal 2:1-6) Ia ingin agar mereka menikmati kehidupan yang menyenangkan. Firman-Nya dapat ”memberikan kecerdikan kepada orang-orang yang kurang berpengalaman, dan pengetahuan serta kesanggupan berpikir kepada orang muda”. (Amsal 1:4) Perhatikan bagaimana prinsip-prinsip Alkitab bisa membantu.

      [Catatan Kaki]

      a Anak-anak muda yang menyendiri di kamar mereka begitu umum di Jepang sehingga mereka dijuluki hikikomori. Menurut perkiraan beberapa orang, ada antara 500.000 dan 1.000.000 hikikomori di Jepang.

      [Kutipan di hlm. 5]

      Menurut sebuah penelitian, anak perempuan yang mencoba-coba seks cenderung mengalami depresi tiga kali lipatnya anak perempuan yang tidak melakukannya

      [Kotak/​Gambar di hlm. 6]

      Perilaku Merusak Diri

      Menurut sebuah laporan pemerintah tahun 2006, penggunaan kokain di kalangan anak-anak usia 11 hingga 15 tahun di Inggris berlipat ganda dalam tempo satu tahun. Sekitar 65.000 anak muda mengatakan bahwa mereka telah mencoba memakai kokain. Di Belanda, lebih dari 20 persen kaum muda berusia antara 16 dan 24 tahun dilaporkan memiliki ketergantungan alkohol hingga taraf tertentu atau mengidap penyakit yang berhubungan dengan alkohol.

      Banyak anak muda menyatakan tekanan batin mereka dengan cara yang lebih langsung. Mereka mengiris, menggigit, atau membakar tubuh mereka. ”Diperkirakan bahwa tiga juta orang Amerika punya kebiasaan mencederai diri, dan satu di antara setiap 200 remaja punya kebiasaan mencederai diri yang kronis,” kata periset Len Austin dan Julie Kortum.

      [Gambar di hlm. 3]

      Banyak anak muda tidak mempunyai teman akrab untuk berbagi rasa

  • Cara Anak Muda Bisa Mendapatkan Bantuan
    Sedarlah!—2009 | September
    • Cara Anak Muda Bisa Mendapatkan Bantuan

      Idealnya, semua orang tua akan menyediakan bimbingan serta pelatihan yang konsisten dan penuh kasih bagi anak-anak mereka. Orang tua akan berbicara kepada mereka, membacakan cerita untuk mereka, makan bersama mereka, memahami mereka. Namun, orang tua tidak sempurna. Alkitab dengan tepat menyatakan, ”Semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan Allah.”​—Roma 3:23.

      Sebagai anak muda, kamu mungkin merasa bahwa kehidupan di rumah tidak ideal​—dan bisa jadi memang benar. Meskipun begitu, ada banyak yang bisa kamu lakukan agar tidak terlalu khawatir dan merasa lebih bahagia. Kamu bisa terbantu dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab. Perhatikanlah beberapa cara berikut ini.

      Saran 1

      Bergaullah, Jangan Mengasingkan Diri

      ”Orang yang mengasingkan diri akan mencari keinginannya yang mementingkan diri; terhadap semua hikmat yang praktis ia akan meledak.” (Amsal 18:1) Beberapa anak muda merasa canggung berada di antara orang-orang lain dan lebih suka menonton TV atau bermain video game. Yang lain pemalu sekali, sehingga mereka suka mengasingkan diri. Seorang gadis bernama Elizabeth mengatakan bahwa ia menderita ”perasaan malu yang permanen”. Katanya, ”Perasaan tersebut sudah menjadi seperti rasa takut. Aku merasa sulit sekali menghampiri orang dan berbicara kepada mereka.”

      Bagaimana Elizabeth mengatasi sifat pemalunya ini? Ia seorang Saksi Yehuwa, dan sebagai bagian dari ibadatnya, ia secara teratur menghadiri pertemuan ibadat. Elizabeth mengatakan, ”Meskipun pemalu, aku membuat tujuan untuk berbicara kepada satu orang pada setiap pertemuan. Kalau tidak berhasil, aku berupaya untuk tidak merasa kecil hati. Sebaliknya, aku berfokus pada apa yang sudah aku capai. Ternyata, aku benar-benar mendapat banyak manfaat dengan mengenal orang-orang lain.”

      Coba tuliskan nama dua atau tiga orang yang ingin kamu kenal lebih dekat. Targetkan untuk mengetahui hal baru tentang salah seorang di antara mereka dalam waktu kira-kira satu minggu. Lalu, tuliskan satu perbuatan baik yang bisa kamu lakukan bagi mereka masing-masing selama satu bulan, dan lakukanlah itu.—Kisah 20:35.

      Apabila kamu menutup diri dari problem dan orang, kamu mau tidak mau akan sibuk dengan diri sendiri secara berlebihan. Sebaliknya, Alkitab menasihati kita agar ”menaruh perhatian, bukan dengan minat pribadi kepada persoalan [kita] sendiri saja, tetapi juga dengan minat pribadi kepada persoalan orang lain”. (Filipi 2:4) Apabila kamu menerapkan prinsip tersebut sewaktu berurusan dengan anggota keluarga dan dengan orang-orang lain, kamu akan memiliki pandangan yang seimbang terhadap problem kamu dan lebih sanggup mencari pemecahannya.

      Saran 2

      Larilah dari Amoralitas Seksual

      ”Larilah dari percabulan! Setiap dosa lain yang dibuat seseorang adalah di luar tubuhnya, tetapi ia yang mempraktekkan percabulan berbuat dosa terhadap tubuhnya sendiri.” (1 Korintus 6:18) Bagaimana agar kamu tidak sampai melakukan amoralitas seks meskipun anak muda yang lain umumnya melakukannya?

      Pertama-tama, kamu perlu memikirkan masalah ini matang-matang sebelum kamu menghadapi tekanan atau godaan. Menurut sebuah peribahasa, ”Orang yang bijak memperhatikan langkahnya.” (Amsal 14:15, Terjemahan Baru) Mbali, seorang wanita muda yang tinggal di Afrika Selatan, mengatakan, ”Waktu di SMA, ada teman sekelas yang terus-menerus mengajak aku kencan. Teman-teman perempuan mendesak untuk menerimanya karena ia begitu tampan—ia model dan anggota tim sepak bola sekolah. Aku pikir ia menarik, tetapi aku sudah memutuskan untuk tidak mengendurkan standar moralku. Teman-teman merasa bahwa seks bebas tidak salah. Tapi, aku bisa membedakan yang benar dari yang salah dan sudah memutuskan apa yang akan kulakukan jauh sebelum aku menghadapi keadaan seperti ini.”

      Kedua, berdoalah memohon bantuan Allah agar bisa berpaut pada standar moral-Nya. Maggie, anak muda yang tinggal di Inggris, mengatakan, ”Doa membantuku memiliki kekuatan yang aku butuhkan sewaktu ditekan untuk berhubungan seks. Aku tidak pernah berpikir bahwa aku bisa menangani situasinya sendiri. Aku juga berbicara kepada orang tuaku tentang masalah ini dan kadang-kadang membahas masalahnya dengan teman-teman lain yang matang.”

      Saran 3

      Bersikaplah Seperasaan dengan Orang Tuamu

      ”Hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.” (1 Petrus 3:8, TB) Kamu tidak bisa mengendalikan apakah orang tuamu berpisah atau tidak, kamu juga tidak bisa mengendalikan apakah kedua-duanya harus bekerja purnawaktu. Namun, hingga taraf tertentu kamu bisa mengendalikan apakah kamu membiarkan tantangan tersebut merusak hubunganmu dengan mereka. Satu cara kamu bisa mengurangi kecemasan dan meningkatkan kebahagiaan adalah dengan mengembangkan keibaan hati bagi orang tuamu, dengan mencoba mengerti tantangan yang mereka hadapi.

      Seorang anak muda bernama Amber telah menerapkan nasihat ini. Ia mengakui bahwa hubungannya dengan ibunya kadang-kadang diwarnai stres, kesalahpahaman, dan frustrasi. Meskipun demikian, ia mengatakan, ”Ibuku telah mengalami begitu banyak hal dalam hidupnya. Ia telah membesarkan kami berempat seorang diri. Ia selalu menyediakan bagi kami tempat tinggal, makanan, dan pakaian. Aku benar-benar mengagumi kekuatannya, dan aku berharap bisa memperlihatkan tekad yang sama sewaktu menghadapi kesukaran.”

      Jika kamu berupaya memahami situasi yang dihadapi orang tuamu dan merasakan emosi yang mereka rasakan, kamu akan terbantu untuk memiliki pandangan yang seimbang terhadap problemmu. Dengan melakukannya, kamu juga terbantu mengenali serta meniru sifat-sifat baik orang tuamu.

      Sumber Nasihat yang Andal

      Saran-saran di atas hanyalah contoh hikmat praktis yang terdapat dalam Firman Allah, Alkitab. Semakin banyak kamu mempelajari Alkitab, kamu akan menghargai nasihat andal di dalamnya.a

      Salah satu cara kamu bisa belajar lebih banyak tentang Alkitab adalah dengan bergaul bersama Saksi-Saksi Yehuwa dan belajar Alkitab bersama mereka. Di kalangan mereka, kamu akan mendapatkan teman-teman sejati yang akan mendukungmu melewati masa-masa yang sulit dan membantumu menerapkan nasihat Alkitab yang bijaksana dalam hidupmu. Hidup selaras dengan standar Alkitab memang tidak mudah. Namun, jika kamu memilih haluan hidup ini, kamu sendiri akan memperoleh manfaat yang langgeng.​—Yesaya 48:17, 18.

      [Catatan Kaki]

      a Buku Pertanyaan Kaum Muda​—Jawaban yang Praktis, Jilid 2, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, merupakan sumber yang bagus mengenai saran berdasarkan Alkitab sehubungan dengan cara anak muda dapat mengatasi tekanan yang dihadapi.

      [Kotak/​Gambar di hlm. 8]

      Yang Dibutuhkan para Remaja dari Orang Tua

      Waktu Bersama Orang Tua: Allah Yehuwa memberi tahu para orang tua di Israel bahwa mereka harus sering berbicara dengan anak-anak mereka—”apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan”. (Ulangan 6:6, 7) Ini berarti bahwa orang tua menggunakan waktu bersama anak-anak mereka. Yesus tampaknya merasa bahwa anak-anak pantas mendapatkan waktu dan perhatian darinya. Misalnya, sewaktu ”orang-orang mulai membawa anak-anak kecil kepadanya agar ia menyentuh anak-anak ini”, bagaimana tanggapan Yesus? ”Ia merangkul anak-anak itu serta memberkati mereka.” (Markus 10:13, 16) Sungguh contoh yang bagus bagi para orang tua!

      Komunikasi yang Jujur dan Terbuka: Alkitab mengatakan, ”Rencana-rencana gagal apabila tidak ada pembicaraan konfidensial.” (Amsal 15:22) Pembicaraan konfidensial dengan anak-anak Anda perlu sewaktu mereka masih kecil. Hal ini tentunya lebih penting lagi semasa mereka remaja, sewaktu anak muda menggunakan lebih sedikit waktu di rumah dan lebih banyak waktu bersama teman sekolah atau teman bergaul lainnya. Jika tidak ada pembicaraan konfidensial​—tidak adanya komunikasi yang jujur dan terbuka antara anak-anak dan orang tua—​para remaja bisa menjadi orang asing di rumah.

      Disiplin yang Tepat: Disiplin mengandung makna koreksi dan pelatihan​—meskipun kadang-kadang hukuman juga perlu. ”Orang bodoh tidak merespek disiplin bapaknya, tetapi siapa pun yang memperhatikan teguran adalah cerdik,” kata Amsal 15:5. Seorang remaja tidak bisa ”memperhatikan teguran” jika itu tidak diberikan. Tentu saja, sewaktu mendisiplin seorang remaja, orang tua perlu seimbang. Mereka tidak boleh begitu ketat sehingga membuat kecil hati anak mereka, mungkin bahkan merusak keyakinan dirinya. (Kolose 3:21) Namun, orang tua tentu tidak ingin bersikap serbaboleh dan tidak memberikan pelatihan yang penting kepada remaja mereka. Sikap serbaboleh bisa berbahaya.b

      [Catatan Kaki]

      b Untuk informasi lebih lanjut, lihat pasal 5 dan 6 buku Rahasia Kebahagiaan Keluarga, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan