PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w89 15/1 hlm. 24-26
  • Barisan yang Panjang Dari Kuasa-Kuasa Dunia Mendekati Akhirnya

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Barisan yang Panjang Dari Kuasa-Kuasa Dunia Mendekati Akhirnya
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Kegagalan Liga Itu
  • Ia Kembali!
  • Harapan-Harapan Tinggi Tidak Terpenuhi
  • Pemerintahan yang Kekal
  • Rahasia yang Mengerikan Tersingkap
    Wahyu—Klimaksnya yang Menakjubkan Sudah Dekat!
  • Mengapa Timbul Kebutuhan akan Suatu Liga
    Sedarlah!—1991
  • Binatang-Binatang dari Wahyu​—Apa Artinya?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-21)
  • Akhir Sebuah Impian
    Sedarlah!—1985 (No. 14)
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
w89 15/1 hlm. 24-26

Barisan yang Panjang Dari Kuasa-Kuasa Dunia Mendekati Akhirnya

Alkitab menceritakan tentang tujuh kuasa dunia yang termasyhur—kerajaan-kerajaan yang megah yang silih-berganti sepanjang ribuan tahun sejarah dunia. Artikel-artikel sebelumnya dalam seri ini telah memperlihatkan bahwa kita sedang hidup pada jaman kuasa dunia yang terakhir dari antara barisan ini—Kuasa Dunia Anglo-Amerika dari jaman kita.a—Wahyu 17:9, 10.

Kuasa Dunia Anglo-Amerika yang sama ini digambarkan sebelumnya dalam buku Wahyu sebagai seekor binatang ”bertanduk dua.” Kuasa dunia yang terdiri dari dua bagian ini ”menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung” untuk menghormati binatang politik yang melambangkan seluruh tujuh kuasa dunia.—Wahyu 13:11, 14.

Bagaimana nubuat-nubuat ini digenapi, dan apa artinya itu bagi kita dewasa ini? Jawabannya yang menarik merupakan pokok pembahasan artikel ini.

KETIKA empat tahun kengerian dari Perang Dunia I mendekati akhirnya, presiden Amerika Woodrow Wilson dan perdana menteri Inggris David Lloyd George mengusulkan suatu Liga Bangsa Bangsa. Tujuannya adalah untuk ”mencapai perdamaian dan keamanan internasional” dan dengan demikian mencegah agar hal-hal mengerikan dari perang semacam itu tidak akan pernah terulang lagi.

Menarik untuk memperhatikan siapa yang mengambil prakarsa ini. Kedua pemimpin itu adalah kepala dari dua bagian Kuasa Dunia Anglo-Amerika yang berbahasa Inggris, kuasa dunia ketujuh dalam sejarah Alkitab. Ini dan fakta-fakta lain mengenai organisasi internasional untuk perdamaian dan keamanan itu cocok, secara mengagumkan, dengan apa yang telah dikatakan oleh buku Wahyu dalam Alkitab mengenai ”raja kedelapan” yang pendek umurnya yang akan bangkit dan juga jatuh pada jaman kita. Apa antara lain persamaan yang menarik tersebut?—Wahyu 17:11.

Nubuat dalam buku Wahyu menyingkapkan bahwa seekor ”binatang” ”bertanduk dua sama seperti anak domba” akan mengatakan kepada ”mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung” dari binatang buas, yang diprakarsai oleh tujuh kuasa dunia yang termasyhur dari sejarah Alkitab.

Inilah yang persis dilakukan oleh Kuasa Dunia Anglo-Amerika. Ia mendesak ”mereka yang diam di bumi” untuk menciptakan suatu Liga yang tampak dan bertindak seperti yang dilakukan oleh pemerintahan-pemerintahan yang besar. Tetapi sebenarnya ini hanya ”patung untuk menghormati binatang [buas, NW].” Ia sendiri tidak mempunyai kekuasaan, melainkan hanya kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh bangsa-bangsa anggotanya. Ia tidak digambarkan mendapat kekuasaan melalui penaklukan militer yang hebat, seperti yang telah dilakukan oleh kuasa-kuasa dunia umumnya. Melainkan, ia muncul atau datang dari ketujuh kuasa dunia itu. Ia berhutang kehidupan bukan hanya kepada yang ketujuh dari mereka tetapi juga kepada bangsa-bangsa anggota lain yang mencakup sisa dari enam kuasa dunia sebelumnya. Apakah patung politik ini akan berhasil mencapai cita-cita tinggi yang didambakan para pendirinya?—Wahyu 13:11, 14; 17:11, 14.

Kegagalan Liga Itu

Liga Bangsa Bangsa berhasil mencapai banyak hal dalam bidang-bidang sosial. Tetapi, tujuannya yang sesungguhnya, seperti yang dinyatakan dalam ”Perjanjian Liga Bangsa Bangsa” yang resmi, ialah ”untuk menganjurkan kerja sama internasional dan mencapai perdamaian dan keamanan internasional.” Dalam bidang ini ia telah gagal.

Liga itu tidak berhasil mencegah Jepang memasuki Mancuria pada tahun 1931. Ia tidak dapat mencegah Bolivia dan Paraguay menuju medan perang pada tahun 1933. Ia gagal untuk mencegah Mussolini menaklukkan Etiopia pada tahun 1936. Tetapi, pukulan maut atas Liga itu jatuh pada tanggal 1 September 1939, dengan pecahnya Perang Dunia II—suatu ledakan keras dari jenis kehancuran dan penderitaan masal yang seharusnya dicegah oleh Liga tersebut karena untuk tujuan itulah ia didirikan. Korban dari peperangan tersebut? Nyawa 16 juta prajurit dan 39 juta penduduk sipil, suatu jumlah total 55 juta orang yang mati, atau hampir empat kali jumlah korban kematian dari Perang Dunia I!

Tetapi, pada tahun 1919 sebelum Perjanjian Liga itu mulai berlaku, Saksi-Saksi Yehuwa (pada waktu itu dikenal sebagai Siswa-Siswa Alkitab) menyatakan di hadapan umum bahwa Liga itu pasti akan gagal, karena perdamaian tidak mungkin akan datang melalui upaya manusia demikian. Kemudian, di kebaktian mereka pada tahun 1926 di London, Inggris, dinyatakan bahwa menurut Wahyu 17, ”raja kedelapan” muncul sebagai yang terakhir dari barisan kuasa dunia. Seperti dinyatakan oleh pembicara, ”Tuhan telah menubuatkan kelahirannya, kehidupannya yang singkat, dan kebinasaannya yang kekal.”

Ia Kembali!

Mengenai raja kedelapan, nubuat yang terilham berbunyi, ”Binatang itu dahulu pernah hidup, tetapi sekarang tidak hidup lagi. Ia sebentar lagi akan keluar dari jurang maut dan akan pergi menuju kebinasaan.”—Wahyu 17:8, BIS.

Sejak pertengahan masa perang pada tahun 1942, Saksi-Saksi Yehuwa menyadari bahwa organisasi perdamaian dan keamanan yang pada waktu itu sedang tidur akan keluar dari jurang maut ketidakaktifannya. Pada tahun itu presiden Lembaga Menara Pengawal mengatakan kepada hadirin di 52 kota, ”Walaupun empat puluh anggota masih mengaku setia kepada Liga itu, Liga itu sebenarnya dalam keadaan mati suri . . . Ia ’sekarang tidak hidup lagi’.” Namun apakah ia ”akan keluar dari jurang maut”? Dengan mendasarkan kata-katanya pada nubuat Alkitab ini, ia menyatakan, ”Persekutuan dari bangsa-bangsa dunia itu akan muncul lagi.”

Seperti dinyatakan oleh nubuat, raja kedelapan ini ”dahulu pernah hidup” dari tahun 1920 sampai 1939. Ia ”tidak hidup lagi” dari tahun 1939 sampai Perang Dunia II berakhir pada tahun 1945. Kemudian ia keluar ”dari jurang maut,” diaktifkan kembali sebagai pengganti Liga, yaitu Perserikatan Bangsa Bangsa.

Harapan-Harapan Tinggi Tidak Terpenuhi

Para utusan dari 50 bangsa menandatangani Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa di San Fransisco pada tanggal 26 Juni 1945. Mukadimahnya berbunyi, ”Kami bangsa-bangsa dari Perserikatan Bangsa Bangsa bertekad untuk menyelamatkan generasi-generasi berikut dari tulah perang, yang telah dua kali dalam jangka hidup kami mendatangkan kesedihan yang tidak terlukiskan kepada umat manusia . . . ”

Harapan yang dibangun untuk PBB jauh melebihi semua kenyataan. Mantan sekretaris negara A.S. Cordell Hull mengatakan bahwa badan itu memegang kunci ”kelangsungan hidup dari peradaban kita.” Presiden A.S. Harry Truman menyebutnya ”kesempatan tertinggi untuk . . . menciptakan perdamaian yang tahan lama di bawah bimbingan Allah.” Piagam PBB disebut ”mungkin dokumen yang paling penting yang pernah dihasilkan oleh manusia” dan ”suatu titik balik dalam sejarah peradaban.” Empat puluh tahun kemudian Gregory J. Newell dari Departemen Negara A.S. mengatakan, ”Tujuannya terlalu diobral: kekecewaan tidak dapat dihindari.”

Seperti Liga itu, PBB telah melaksanakan banyak hal dalam bidang-bidang sosial. Namun ia tidak menjamin perdamaian ataupun menghentikan peperangan. Mantan perdana menteri Inggris Harold Macmillan mengatakan kepada Perwakilan Rakyat Inggris pada tahun 1962 bahwa ”seluruh fondasi yang di atasnya Perserikatan Bangsa Bangsa telah dibangun sudah dirusak.”

Pada mulanya banyak orang memandang organisasi ini hampir dengan semangat keagamaan. Mereka percaya bahwa ”patung” ini akan melaksanakan apa yang Alkitab katakan hanya akan dilaksanakan oleh Kerajaan Allah: menciptakan perdamaian yang tahan lama, keadilan, dan suatu dunia yang benar-benar bersatu-padu. Mereka sangat tidak setuju dengan nubuat-nubuat Alkitab yang menunjukkan bahwa upaya manusia tidak mungkin menjadi sumber perdamaian sejati. Tetapi, ketika PBB mencapai usia 40 tahun, sejarawan Thomas M. Franck mengatakan bahwa ”badan ini . . . sangat kurang efektif daripada yang telah kita harapkan pada tahun 1945.” Seperti komentar Sekretaris Negara A.S. George P. Shultz, ”Kelahiran Perserikatan Bangsa Bangsa sudah jelas tidak mengubah dunia menjadi suatu firdaus.”

PBB tidak berhasil karena pemerintahan-pemerintahan manusia tidak menyingkirkan penghalang yang sesungguhnya dari perdamaian: nasionalisme, ketamakan, kemiskinan, rasialisme, kelaliman, dan pengaruh Setan atas dunia. Manusia berpaut kepada pemerintahan-pemerintahan tersebut, bukan karena harapannya cerah melainkan karena mereka tidak mempunyai harapan yang lebih baik.—Wahyu 12:12.

Keberadaan Perserikatan Bangsa Bangsa, dan upaya yang telah dikerahkan oleh begitu banyak orang di dalamnya, memperlihatkan betapa orang-orang di bumi benar-benar menyadari perlunya suatu perubahan. Perubahan itu akan datang namun dengan cara yang berbeda dan lebih jitu. Cara mana?

Pemerintahan yang Kekal

Ingat, Alkitab mengatakan bahwa hanya akan ada tujuh ”raja,” atau kuasa dunia secara berurutan. Tidak ada kuasa dunia besar yang disebutkan setelah itu. Alkitab bahkan mengatakan bahwa ”raja kedelapan” yang hanya sementara itu akan ”menuju kepada kebinasaan.”—Wahyu 17:10, 11.

Tetapi Alkitab juga mengatakan bahwa ada harapan yang lebih baik. Buku itu menjanjikan bahwa suatu hal lain akan mendatangkan perdamaian, keadilan, dan dunia yang bersatu-padu yang secara mati-matian dicari orang. Dikatakan, ”Pada zaman raja-raja, Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya. . . . kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan [manusia yang serba kekurangan] dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya.”—Daniel 2:44.

Inilah pemerintahan yang dibicarakan oleh Yesus, dan untuk itulah para pengikutnya berdoa ketika mereka mengatakan, ”Datanglah Kerajaanmu.” (Matius 6:10) Kerajaan ini bukan sekedar suatu pengaruh ke arah yang baik dalam hati manusia. Sebaliknya, ini suatu pemerintahan surgawi yang sungguh-sungguh, pemerintahan atas dunia dari alam roh. Ini akan mengubah cara hidup kita di bumi.—Wahyu 21:1-4.

Apa yang Alkitab katakan mengenai pemerintahan baru yang menggembirakan itu, bagaimana itu akan bekerja, dan perdamaian, keadilan, serta dunia yang bersatu-padu yang akan dihasilkannya adalah pokok dari artikel yang sudah dibahas dalam Pelajaran Alkitab Seri 49.

[Catatan Kaki]

a Kuasa-kuasa dunia ini telah dibahas dalam terbitan-terbitan sebelumnya dari brosur ini: (1) Mesir, wIN-s45; (2) Asyur, wIN-s46; (3) Babel, wIN-s48; (4) Media-Persia, wIN-s49; (5) Yunani, wIN-s50; (6) Roma, wIN-s51; (7) Kuasa Dunia Anglo-Amerika, wIN-s52.

[Kotak di hlm. 26]

Besarnya Peperangan Tersebut

Perang Dunia II, yang menandai kematian Liga Bangsa Bangsa, meminta korban jiwa yang mengejutkan. Encyclopædia Britannica (edisi 1954) menggambarkan besarnya korban kematian dengan memberikan angka perbandingan dari jumlah tentara yang tewas selama perang itu dengan penduduk berbagai negeri pada tahun 1940. Di antara angka-angka tersebut terdapat: Amerika Serikat kehilangan dalam pertempuran satu orang serdadunya per tiap 500 warga penduduknya pada tahun 1940: Cina, satu dari 200; Inggris, satu dari 150; Perancis, satu dari 200; Jepang, satu dari 46; Jerman, satu dari 25; dan Uni Soviet, satu dari tiap 22. Bila kita mempertimbangkan bahwa korban sipil sering jauh melebihi jumlah prajurit yang tewas, kita langsung dapat melihat betapa benar-benar gagal upaya manusia untuk mendatangkan perdamaian dan keamanan sejati.

[Gambar di hlm. 25]

’Sejak PBB didirikan, dibentuk, dua puluh juta orang telah tewas dalam peperangan-peperangan, suatu kenyataan yang menyedihkan yang membuktikan akibat kegagalan tersebut.’—”Nation Against Nation,” oleh Thomas M. Franck

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan