PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g90_No32 hlm. 12-14
  • Bagaimana Caranya agar Masa Pacaran Saya Sukses?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bagaimana Caranya agar Masa Pacaran Saya Sukses?
  • Sedarlah!—1990 (No. 32)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Sebelum Berkencan
  • Kencan Awal
  • ”Manusia Batiniah yang Tersembunyi”
  • Lihatlah Dia Bertindak!
  • Bagaimana agar Saya Sukses Berpacaran?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
  • Masa Berpacaran yang Sukses—Seberapa Pentingkah?
    Sedarlah!—1989 (No. 30)
  • Berkencan dan Berpacaran
    Masa Remaja—Manfaatkanlah Sebaik-baiknya
  • Mempersiapkan Perkawinan yang Sukses
    Rahasia Kebahagiaan Keluarga
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1990 (No. 32)
g90_No32 hlm. 12-14

Kaum Remaja Bertanya . . .

Bagaimana Caranya agar Masa Pacaran Saya Sukses?

”KESALAHAN saya yang paling besar adalah terlalu dini melibatkan perasaan saya terhadap Andy sebelum saya mengenal pribadinya yang sebenarnya,” demikian ingat Louise, yang perkawinannya berantakan karena perceraian. ”Pada waktu pacaran kami terus berduaan saja. Saya tidak pernah melihat bagaimana reaksinya di luar situasi-situasi yang ’ideal’ tersebut.”

Sekalipun perkawinan Louise bertahan selama tujuh tahun yang penuh derita, problem-problem yang serius sudah mulai timbul pada minggu-minggu awal setelah hari perkawinan. Bagaimana anda dapat menghindari kesalahan seperti itu dan menggunakan masa pacaran sebagai persiapan untuk perkawinan yang bahagia?

Sebelum Berkencan

”Orang yang bijak,” kata Alkitab, ”memperhatikan langkahnya.” (Amsal 14:15) Jika anda terlibat secara emosi dengan seseorang yang kurang anda kenal, bisa jadi kelak anda akan menikah dengan seseorang yang perasaan dan tujuan-tujuannya sangat berbeda dari anda. Maka pertama-tama, perhatikan dia dalam kelompok, mungkin sambil menikmati rekreasi bersama.

”Saya tahu bahwa kalau saya sudah terlalu akrab sejak semula, maka pertimbangan saya akan dipengaruhi oleh perasaan saya,” demikian kata Dave, yang sudah menikmati sepuluh tahun perkawinan yang bahagia. ”Jadi saya memperhatikan Rose dari jauh tanpa ia mengetahui bahwa saya menaruh perhatian kepadanya. Saya dapat melihat bagaimana ia memperlakukan orang lain dan bahwa ia tidak genit. Dalam percakapan santai, saya mencari tahu tentang keadaan dia dan tujuan-tujuannya.” Juga bijaksana untuk berbicara dengan seseorang yang mengenal orang tersebut dengan baik untuk mencari tahu bagaimana reputasinya.—Bandingkan Amsal 31:31.

Kencan Awal

Pertama-tama, anda harus mempertimbangkan apakah anda (dan calon pasangan anda) sudah cukup umur untuk menikah dan sudah sanggup memenuhi tanggung jawab perkawinan. Setelah memutuskan mengenai pribadi yang mungkin akan menjadi pasangan anda, anda dapat mendekati orang tersebut dan menyatakan keinginan untuk mengenal dia lebih akrab.a Jika anda mendapat tanggapan yang positif, kencan anda yang pertama tidak usah terlalu rumit. Makan siang bersama, atau pergi bersama orang lain dalam kelompok, akan membuka kesempatan bagi anda untuk mengenalnya lebih baik sehingga anda dapat memutuskan apakah anda akan melanjutkan hubungan ini. Dengan tidak berlaku terlalu formal, kegugupan yang dirasakan kedua belah pihak pada mulanya akan dapat disingkirkan. Dan dengan menghindari pernyataan-pernyataan yang bersifat mengikat sebelum waktunya, anda dapat mengurangi perasaan ditolak—atau perasaan malu—jika salah satu pihak mengundurkan diri.

Tidak soal kencan yang direncanakan, datanglah tepat pada waktunya, berpakaianlah dengan rapi dan sopan. Tunjukkan ketrampilan membawakan diri dalam percakapan. Jadilah pendengar yang aktif.b Pihak pria sebaiknya mengikuti tata krama yang dianggap baik oleh masyarakat setempat. Ini mungkin termasuk membukakan pintu bagi si wanita atau dengan sopan membantu dia duduk. Si wanita, sekalipun tidak mengharapkan untuk diperlakukan seperti putri raja, hendaknya dengan bersahaja menyambut upaya pasangannya. Meskipun tidak ada peraturan khusus mengenai hal-hal seperti ini, pihak pria dapat menetapkan pola respek untuk di kemudian hari, karena suami diperintahkan untuk ’memperlakukan istrinya dengan hormat sebagai kaum yang lemah’.—1 Petrus 3:7, BIS.

Apakah berpegangan tangan, berciuman, atau berpelukan itu pantas, dan jikalau demikian, kapan hal-hal tersebut boleh dilakukan? Jika dilakukan sebagai pernyataan kasih sayang yang sejati—bukan nafsu yang mementingkan diri—perbuatan demikian dapat dipandang bersih di mata Allah. Buku Kidung Agung yang diilhami Allah menunjukkan bahwa ada pertukaran pernyataan sayang yang patut antara gadis Sulam dan gembala kekasihnya yang akan segera menikahinya. (Kidung Agung 1:2; 2:6; 8:5) Namun sebagaimana halnya dengan pasangan yang bersih tadi, suatu pasangan hendaknya menjaga lebih lanjut agar pernyataan kasih sayang tidak menjadi tidak senonoh atau mengarah kepada perbuatan amoral. (Galatia 5:19, 21) Pernyataan-pernyataan kasih sayang hanya boleh dilakukan jika hubungan sudah mencapai tahap adanya ikatan dan pernikahan sudah di ambang pintu. Dengan demikian, anda tidak akan disimpangkan dari maksud yang mula-mula dari masa pacaran yang berhasil—yaitu untuk benar-benar saling mengenal.

”Manusia Batiniah yang Tersembunyi”

Setelah menilai apa yang menghasilkan hubungan yang kokoh di antara 231 pasangan yang berpacaran, suatu tim riset melaporkan dalam Journal of Marriage and the Family (Jurnal Perkawinan dan Keluarga) (Mei 1980), ”Rupanya perkawinan akan lebih dapat bertahan dan berhasil jika kedua pihak memasukinya dengan pengetahuan yang relatif lengkap mengenai apa yang terdapat dalam lubuk hati satu sama lain.” Ya, mengenal ”manusia batiniah yang tersembunyi” dari pasangan anda sangatlah penting.—1 Petrus 3:4.

Namun, untuk ’menimba’ maksud hati orang lain dibutuhkan upaya keras. (Amsal 20:5) Rencanakanlah kegiatan-kegiatan yang akan membantu anda melihat perasaan yang paling dalam dari pasangan anda. Meskipun pergi menonton film atau melihat konser mungkin baik pada mulanya, melakukan aktivitas-aktivitas yang memberi kesempatan untuk bercakap-cakap (seperti sepatu roda, boling, mengunjungi kebun binatang dan museum) akan mempermudah anda untuk lebih saling mengenal.

Untuk dapat melihat sekilas perasaan pasangan anda, gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka, seperti, ”Bagaimana kamu melewatkan waktu senggangmu?” ”Kalau kamu punya uang apa yang kamu ingin lakukan?” ”Corak ibadat kita yang mana yang paling kamu sukai? Mengapa?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini membutuhkan jawaban dari hati sehingga anda dapat belajar apa yang paling dihargai oleh pasangan anda.

Seraya hubungan terus bertumbuh dan perkawinan makin dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh, perlu diadakan pembicaraan yang serius mengenai hal-hal yang penting, seperti di mana dan bagaimana anda akan tinggal, soal keuangan, apakah kedua belah pihak akan bekerja duniawi, konsep mengenai peranan masing-masing dalam perkawinan, anak-anak, KB, dan rencana jangka pendek dan jangka panjang dan bagaimana rencana anda untuk mencapai hal-hal ini. Ini adalah waktu yang baik untuk menyingkapkan banyak hal, mungkin mengenai masa lampau, yang boleh jadi ada pengaruhnya atas pernikahan, termasuk hutang-hutang atau kewajiban yang besar. Masalah kesehatan, seperti penyakit yang serius, juga perlu dibicarakan.

Dalam pembicaraan seperti itu, ikutilah teladan Elihu, yang mengatakan, ”Perkataanku keluar dari hati yang jujur.” (Ayub 33:3) Ketika menerangkan bagaimana masa pacarannya telah mempersiapkan dia untuk perkawinan yang bahagia yang sekarang sudah berjalan sepuluh tahun, Esther berkata, ”Saya tidak pernah mencoba berpura-pura atau mengatakan setuju dengan Jaye jika memang tidak demikian. Sekarang hal itu masih berlaku. Saya berusaha untuk selalu berlaku jujur.”

Jangan menghindari topik-topik yang sensitif atau menutupi hal-hal tersebut karena takut memojokkan pasangan anda. Beth membuat kesalahan ini pada masa pacarannya dengan John. Beth berkata bahwa ia suka menabung untuk masa depan dan tidak memboroskan uang. John berkata bahwa dia setuju. Beth tidak menanyakan apa-apa lagi, mengira bahwa mereka telah bersikap jujur satu sama lain. Namun ternyata pandangan John mengenai menabung untuk masa depan berarti menabung untuk membeli mobil sport baru! Setelah menikah mereka terus bertengkar mengenai uang.

Salah pengertian seperti itu dapat dihindari. Louise, yang disebutkan sebelumnya, mengakui, ”Saya seharusnya mengajukan lebih banyak pertanyaan, seperti ’Bagaimana jika saya hamil dan kamu tidak menghendaki bayi itu?’ Atau, ’Kalau kita mempunyai hutang tetapi saya ingin tinggal di rumah untuk mengurus anak-anak, apa yang akan kamu lakukan?’ Saya akan dapat memperhatikan reaksinya dengan saksama.” Pembicaraan seperti ini dapat menyingkapkan sifat-sifat dari hati yang harus diketahui sebelum perkawinan.

Lihatlah Dia Bertindak!

”Kalau hanya berduaan orang bisa bersikap baik sekali,” demikian penjelasan Esther. ”Tetapi kalau ada orang lain, ia mungkin berada pada suatu situasi yang tidak diharapkan. Salah seorang teman mungkin mengatakan sesuatu yang tidak disukai oleh pasangan anda. Maka anda dapat melihat bagaimana reaksinya di bawah tekanan. Apakah ia akan memaki orang tersebut atau berlaku kasar?” Jadi, ia menyimpulkan, ”Berada di antara teman-teman dan keluarga masing-masing semasa pacaran banyak sekali manfaatnya.”

Selain berekreasi, gunakan waktu untuk bekerja bersama. Lakukan kegiatan Kristen bersama, termasuk belajar Firman Allah dan melakukan pelayanan Kristen. Juga, lakukan tugas-tugas rutin yang setelah perkawinan akan menjadi kegiatan kehidupan sehari-hari—berbelanja, mempersiapkan makanan, mencuci piring, dan membersihkan rumah. Dengan berada bersama-sama dalam situasi kehidupan yang nyata—pada waktu pasangan anda mungkin bahkan dalam keadaan yang paling buruk—anda dapat melihat siapa dia sebenarnya.

Pemuda gembala dalam Kidung Agung melihat bagaimana kekasihnya bertindak ketika dikecewakan atau pada waktu bekerja keras di bawah terik matahari—berkeringat dan lelah. (Kidung Agung 1:5, 6; 2:15) Setelah menyaksikan bahwa si gadis dengan loyal menolak godaan Raja Salomo yang kaya raya, ia berkata, ”Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu.” (Kidung Agung 4:7) Tentu saja ia tidak memaksudkan bahwa kekasihnya sempurna, melainkan kecantikannya secara jasmani ditingkatkan oleh kekuatan moralnya. Ia tidak memiliki cacat atau cela yang mendasar secara moral. Dalam pikiran sang gembala, kekuatan kekasihnya melebihi segala kelemahan yang ada.

Dengan menggunakan masa pacaran secara efektif, anda akan dapat membuat penilaian yang sama. Dengan kesadaran penuh, anda dapat memasuki perkawinan dilengkapi dengan kecakapan untuk menyelesaikan perselisihan. Masa pacaran yang berhasil sudah akan mempersiapkan anda berdua untuk pernikahan yang memuaskan dan bahagia.

[Catatan Kaki]

a Ini berlaku di negeri-negeri yang berkencan dipandang sebagai hal yang patut bagi umat Kristiani. Biasanya pria yang mengambil inisiatif, sekalipun tidak ada alasan Alkitab untuk melarang pihak wanita menyatakan perasaannya dengan sopan jika si pria tampaknya merasa malu atau ragu-ragu.—Bandingkan Kidung Agung 8:6.

b Lihat ”’But What Do I Say?’—Developing the Art of Conversation” dalam Awake! terbitan 22 Januari 1982.

[Gambar di hlm. 13]

Dengan memperhatikan calon teman hidup dalam situasi kehidupan yang nyata, anda akan benar-benar mengenal pribadinya

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan