PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • AIDS—Unik dalam Sejarah Dunia!
    Sedarlah!—1986 (No. 18) | Sedarlah!—1986 (No. 18)
    • AIDS—Unik dalam Sejarah Dunia!

      HINGGA tahun 1981 penyakit AIDS (Sindroma Hilang Kekebalan Tubuh) belum dikenal secara umum. Sekarang penyakit itu telah tersebar ke hampir setiap benua, dan dunia menjadi panik.

      AIDS menyerang sistem kekebalan tubuh manusia—mekanisme tubuh untuk melawan penyakit. AIDS membuat korbannya tidak berdaya menghadapi penyakit kanker yang jarang serta penyakit-penyakit fatal lain. Ada satu juta orang Amerika, dan beratus-ratus ribu orang di negara-negara lain mungkin telah dijangkiti penyakit yang menakutkan ini.

      Kembali pada tahun 1980-81, dokter-dokter di Los Angeles dan New York mulai menghadapi kasus-kasus radang paru-paru aneh yang disebut Pneumocystis carinii dan kanker biasa yang berkembang dengan lambat yang dikenal sebagai sarkoma Kaposi. Yang jadi korban adalah laki-laki muda yang homoseksual atau pecandu-pecandu narkotika. Para dokter menyebut gejala-gejala tersebut ”akibat imunologi dari proses-proses yang tak dikenal”.

      Dr. Ward Cates, dari U.S. Centers for Disease Control (CDC) atau Pusat Pengendalian Penyakit di A.S., kemudian mengatakan bahwa penyakit ini memiliki pengaruh yang ”lebih buruk dari apapun yang pernah dilihat umat manusia”. Ahli dalam penyakit menular Dr. John Seale mengatakan hal yang sama. Musim panas yang lalu, dalam Journal of Royal Society of Medicine dari Inggris, ia berkata bahwa AIDS bisa membawa ”pandemi yang memautkan di seluruh kota yang padat penduduknya dan desa-desa dari Negara-Negara Berkembang yang besarnya tidak ada duanya dalam sejarah manusia”.

      Melanda Dunia

      AIDS pertama dikenal di Amerika Serikat pada tahun 1981. Dari awal yang kecil itu, jumlah korban dalam satu negara ini berkembang menjadi 10.000 pada bulan April 1985 dan menjadi lebih dari 16.500 pada bulan Januari tahun ini. Sudah lebih 8.400 yang mati, dan tidak ada harapan bagi yang lain karena AIDS dianggap sudah pasti fatal.

      Akhir-akhir ini, jumlah korban dilaporkan naik dua kali lipat setiap sembilan bulan. Jika pertambahan ini berlangsung terus, pada akhir sepuluh tahun kira-kira setengah juta orang Amerika akan diserang AIDS, hampir sama banyak dengan orang yang mati dalam epidemi flu Spanyol yang besar pada tahun 1918-19. Tidaklah heran AIDS disebut ”salah satu penyakit menular yang paling menakutkan dari segala abad”!

      Walaupun korban-korban pertama yang diketahui berada di Amerika Serikat, AIDS segera melanda dunia. The New York Times melaporkan, ”Meluasnya AIDS di Jenewa dan Paris sekarang menyaingi yang di Los Angeles, memperlihatkan ledakan kasus-kasus di luar Amerika Serikat.” Dan majalah Times tanggal 28 Oktober, 1985, mengatakan, ”Di Jerman Barat, yang mempunyai 300 kasus, Institut Robert Koch memperkirakan ada 100.000 orang pembawa virus HTLV-III.”

      Menurut sebuah laporan musim semi lalu, dari pasien-pasien yang didiagnosa di Eropah, 61 persen telah meninggal dalam satu tahun—83 persen dalam tiga tahun.

      Mengenali Penyebabnya

      Pada awal tahun 1984 dua regu penyelidik yang berbeda, di benua yang berbeda, mengumumkan bahwa mereka telah mengisolasikan virus AIDS. Profesor Luc Montagnier dari Institut Pasteur di Paris dan Dr. Robert Gallo dari Institut Kanker Nasional di Amerika Serikat masing-masing melaporkan telah mengisolasikan virus yang mungkin menjadi penyebab AIDS. Virus ini menyerang bagian dari sel darah putih yang disebut T-4 lymphocytes. Jadi, orang Prancis menyebutnya lymphadenopathy-associated virus (LAV), sedangkan orang Amerika menyebutnya human T-cell lymphotropic virus-III (HTLV-III).

      Dari mana asal penyakit yang bersifat internasional ini? Bagaimana penyakit itu tersebar begitu cepat? Dan tindakan pencegahan apa sebaiknya diambil? Pertanyaan-pertanyaan penting ini dibahas dalam artikel-artikel berikut.

      [Gambar di hlm. 3]

      Virus AIDS mencuat dari sel-sel darah putih

      [Keterangan]

      Centers for Disease Control, Atlanta, Ga.

  • Siapa yang Berada dalam Bahaya?
    Sedarlah!—1986 (No. 18) | Sedarlah!—1986 (No. 18)
    • Siapa yang Berada dalam Bahaya?

      DARI mana asal virus AIDS? Pendapat umum dari lingkungan kedokteran di Eropa dan Amerika mengatakan virus itu berasal dari Afrika Tengah. Kera hijau Afrika mempunyai virus yang sama, dan menurut anggapan virus ditularkan kepada manusia melalui kontak dekat mereka dengan kera-kera yang dijangkiti virus.

      Tetapi korban-korban AIDS pertama ditemukan di Amerika Serikat. Bagaimana virus tersebut dapat sampai kepada mereka? Melalui Haiti, menurut pendapat umum. Ada banyak orang Haiti pergi mengunjungi Afrika selama program pertukaran kebudayaan pada pertengahan tahun 1970-an. Kemudian, dikatakan, para homoseksual, dijangkiti virus sewaktu berlibur ke Haiti, membawa AIDS ke New York

      Namun, teori-teori sedemikian, sangat ditentang oleh orang-orang Afrika, yang menyebutnya ”kampanye propaganda”. Dr. V. A. Orinda, redaktur dari publikasi kedokteran Afrika mengatakan bahwa turis-turis dari seluruh dunia yang membawa AIDS ke Afrika. Tak dapat disangkal, tidak seorang pun tahu dengan pasti dari mana asalnya virus AIDS.

      Bagaimanapun juga, penyakit pembawa maut ini bersembunyi di Amerika Serikat selama beberapa tahun, tenang, memautkan, berkembang biak dengan subur. Setelah akhirnya diketahui beberapa tahun yang lalu, penyakit tersebut dengan cepat menjadi malapetaka bagi kesehatan dunia.

      Orang-Orang yang Ada dalam Bahaya

      AIDS ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh, terutama darah dan air mani (sperma). Maka siapa saja yang melakukan hubungan seks dengan orang yang dijangkiti virus AIDS berada dalam bahaya. Jenis perbuatan seks dari pelaku-pelaku homoseks membuat mereka lebih mudah ketularan. Memang, lebih 70 persen korban AIDS di Amerika Serikat adalah para homoseks laki-laki, sehingga beberapa menyebut AIDS penyakit kaum waria.

      Kemudian, pada tahun 1982, ada korban AIDS yang bukan homoseksual. Ia pecandu narkotika dengan suntikan. Dengan menggunakan suntikan yang tidak steril bersama-sama, para pecandu narkotika menyuntikkan diri tidak hanya dengan narkotika tetapi juga dengan virus AIDS dari darah teman-teman mereka. Orang-orang yang biasa menyuntikkan obat bius segera menjadi kelompok kedua yang mudah ketularan penyakit AIDS.

      Apakah ini berarti bahwa orang yang digigit nyamuk pembawa darah seorang penderita AIDS ada dalam bahaya? Tidak ada bukti bahwa AIDS ditularkan melalui cara ini. ”Orang-orang yang bekerja dalam perawatan kesehatan dengan jarum yang kena infeksi mendapat lebih banyak darah dari pada yang dapat diangkut seekor nyamuk,” kata Dr. Harold Jaffe, pemimpin dalam riset AIDS. ”Tetapi,” ia menambahkan, ”saya rasa itu bukan berarti mustahil terjadi.”

      Selain para homoseksual dan pecandu narkotika, kelompok lain yang mulai dijangkiti AIDS adalah penderita hemofilia—orang yang gampang kehilangan darah. Mereka umumnya dirawat dengan cairan yang dikenal sebagai Faktor VIII, terbuat dari plasma darah yang dikumpulkan dari lebih 5.000 donor yang berbeda-beda. Majalah kedokteran Inggris The Lancet mengatakan bahwa ”di negara-negara yang menggunakan cairan Faktor VIII dari AS, timbulnya penyakit kemungkinan lebih banyak”. Maka, dikatakan, persentase penderita hemofilia Jerman yang dilaporkan memiliki antibodi terhadap virus AIDS berkembang dari nol pada tahun 1980 menjadi 53 persen pada tahun 1984!

      Tetapi virus AIDS juga telah ditemukan dalam air seni, ludah dan air mata. Dapatkah penyakit tersebut ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh tersebut? Belum ada bukti bahwa ada orang kena AIDS melalui cara ini, dan pendapat kedokteran yang umum adalah bahwa penularan melalui cairan tubuh tidak mungkin terjadi. Namun ahli saraf di Washington D.C., Dr. Richard Restak mengatakan, ”Jika virus ada dalam cairan tubuh, lebih baik kita menganggap ada kemungkinan itu dapat juga ditularkan melalui cara-cara ini.”

      National Catholic Reporter bulan Nopember lalu mengatakan bahwa meratanya penyakit AIDS telah membuat orang kuatir menggunakan piala anggur yang sama dalam Misa. Sewaktu pertanyaan tentang hal ini diajukan kepada Pusat Pengendalian Penyakit A.S. di Atlanta, Georgia, pejabat direktur Dr. Donald R. Hopkins mengatakan tidak ada bukti bahwa AIDS dapat ditularkan melalui cara ini. Namun, ia menambahkan bahwa kurangnya bukti ”seharusnya tidak mengartikan bahwa tidak ada bahaya”.

      Karena AIDS bisa ditularkan melalui kontak dekat dengan penderita AIDS, tidak heran bila orang-orang menjadi kuatir. Walaupun demikian, para orangtua sering diberikan jaminan bahwa anak-anak mereka tidak akan ketularan AIDS dari teman-teman di sekolah. Sebagai bukti, kata orang, korban-korban AIDS tidak menularkan penyakit itu kepada anggota-anggota keluarga meskipun mereka berciuman, menggunakan piring makan yang sama, dan menggunakan kamar kecil yang sama. Namun, seorang penulis di New York William F. Buckley Jr., yang ikut merasakan kekuatiran para orangtua berkata:

      ”Ketika Rock Hudson [korban AIDS yang terkenal] keluar dari rumah sakit, semua perawat yang menjaga dia—dan ini di rumah sakit yang modern, bukan dalam gubuk seorang dukun—harus membakar pakaian mereka. Pasien tersebut diberi makan menggunakan piring kertas atau plastik, dengan garpu dan sendok plastik—yang dimusnahkan setelah dipakai.” Mengapa tindakan pencegahan sedemikian dijalankan kalau personil rumah sakit tidak percaya adanya bahaya ketularan?

      Bahaya-Bahaya Transfusi Darah

      Di lain pihak, tak dapat disangkal AIDS dapat ditularkan melalui darah yang diterima dari orang yang mengidap penyakit itu. Bahkan donor darah yang mempunyai virus AIDS, namun masih belum nampak gejala-gejala itu pada dirinya, dapat menularkan AIDS kepada orang-orang lain.

      Dr. Arthur Ammann melaporkan bahwa seorang bayi di San Francisco yang beberapa kali mendapat transfusi darah langsung setelah lahir, belakangan dijangkiti AIDS. Salah seorang donor, yang pada waktu itu masih sehat, belum menjadi penderita AIDS sampai tujuh bulan setelah ia menyumbangkan darah. Penyumbang darah dan bayi yang menerima darah, kedua-duanya meninggal.

      Empat bayi prematur [bayi yang lahir terlalu dini] ketularan AIDS setelah menerima transfusi dari donor biasa yang kemudian diketahui mempunyai antibodi AIDS. Tiga dari empat bayi tersebut mati dalam waktu tujuh bulan.

      Seorang anak laki-laki di negara bagian Georgia, Amerika Serikat, meninggal karena AIDS lima setengah tahun setelah menerima transfusi darah hanya satu kali dari seorang homoseksual yang tidak nampak gejala-gejala tetapi ternyata setelah dites, darahnya positif mengandung antibodi AIDS. Menyedihkan, dokter-dokter di Medical College dari Georgia melaporkan, ”Darah dari donor tersebut telah diberikan kepada banyak penerima darah setelah transfusi kepada pasien kita tersebut.”—The New England Journal of Medicine, 9 May 1985, halaman 1256.

      Sebuah penelitian melaporkan bahwa hampir 40 persen dari pasien ”AIDS yang berkaitan dengan transfusi . . . berumur 60 tahun atau lebih” dan ”paling sering menerima transfusi untuk prosedur-prosedur operasi, acap kali operasi coronary-bypass.”—The New England Journal of Medicine, 12 January 1984.

      Hal ini menimbulkan pertanyaan penting, Apakah ada cara-cara yang pasti untuk menghindari virus AIDS dari transfusi darah?

      Tes Darah yang Dapat Diandalkan?

      Dengan mengisolasikan virus yang menyebabkan AIDS, maka ada kemungkinan untuk mentes darah setidak-tidaknya agar dapat mengetahui apakah seseorang pernah kena AIDS dan telah membentuk antibodi. Dengan demikian, program penyaringan darah donor yang lebih ketat menjadi mungkin.

      Pers dan banyak orang dari kalangan kedokteran seolah-olah merasa bahwa problem tersebut berhasil diatasi. Misalnya, Newsweek tanggal 12 Agustus 1985, mengatakan tes tersebut ”sudah terjamin, dalam pandangan para ahli, AIDS tidak akan lagi disebarkan melalui persediaan darah nasional”.

      Tetapi Pelayanan Kesehatan Masyarakat di A.S. meninjau kembali pedoman-pedoman yang diberikan kepada orang-orang yang tergolong kategori ”resiko besar” tidak setuju dengan pernyataan itu. Malahan, mereka mengatakan, ”Tes tersebut tidak dapat mendeteksi semua orang yang menjadi pembawa-pembawa virus karena tidak setiap orang yang terkena virus memiliki antibodi. . . . Ada kemungkinan antibodi untuk virus tersebut tidak dapat dideteksi sewaktu darah dites walaupun anda mungkin sudah ketularan. Jika itu terjadi, darah itu akan digunakan untuk mengobati pasien-pasien yang akan membuat mereka mudah ketularan HTLV-III dan AIDS.”

      Majalah Administrasi Makanan dan Obat-Obatan A.S. FDA Consumer untuk bulan Mei 1985 mengatakan bahwa ”hasil tes antibodi negatif tidak menjamin orang tersebut bebas dari virus. . . . Ini karena antibodi mungkin belum lagi terbentuk jika baru saja terjadi kontak dengan virus”.

      Pernyataan Dr. Myron Essex, ketua departemen biologi kanker di Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard, dikutip oleh The New York Times, ”Mustahil tes tersebut dapat mengetahui lebih 90 persen [dari darah yang ketularan], dan menurut perkiraan saya paling-paling 75 sampai 80 persen, tidak mungkin lebih dari itu.”

      Tes tersebut tidak saja gagal menemukan semua darah yang tercemar tetapi, seperti yang dikomentari majalah Time, ”Tes darah terlalu mahal bagi kebanyakan negara untuk dijalankan dalam jangkauan lebih luas.”

      Pengumpulan pendapat umum oleh Newsweek melaporkan bahwa 21 persen dari orang-orang yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka atau orang yang mereka kenal menolak operasi kalau itu harus menggunakan darah. Mungkin lebih banyak orang sekarang akan mencari dokter-dokter yang telah mengembangkan metode yang lebih cermat yang digunakan para ahli dalam bidang operasi tanpa darah yang semakin maju.

  • AIDS dan Moral
    Sedarlah!—1986 (No. 18) | Sedarlah!—1986 (No. 18)
    • AIDS dan Moral

      APA yang terjadi pada tahun 1960-an dan 1970-an yang membawa pada ledakan AIDS sedemikian pada tahun 1980-an? Ini disebabkan karena diterimanya ”moralitas baru” berupa kebebasan seks yang serba boleh. Mengomentari hal ini, Ray Kerrison, kolumnis New York menulis:

      ”Peledakan AIDS yang mendadak bisa juga mendorong masyarakat untuk meneliti kembali nilai-nilai moral, yang telah merosot lebih cepat dari pada kereta api kilat yang melaju.

      ”Selama bertahun-tahun, politikus dan pengadilan telah menyebarkan buah pikiran keliru yang menggemparkan bahwa tindakan pribadi dari setiap warga negara bukanlah urusan orang lain, tetapi urusan mereka masing-masing.

      ”Undang-undang kemanusiaan ini secara bebas dapat diistilahkan sebagai azas persetujuan bersama. Dikatakan, sebenarnya, bahwa dua orang atau lebih bisa melakukan apa yang mereka inginkan asalkan tidak mengganggu hak orang lain.

      ”Maka, satu demi satu pembatasan moral telah dibuang, melepaskan kendali dari luapan tingkah laku yang serba boleh serta penerimaan standar yang tidak pernah dapat dibayangkan 30 tahun yang lalu.

      ”Sekarang kita menghadapi akibatnya yang pahit.”

      Khususnya kaum homoseks yang paling menderita, dan ini karena mereka melakukan hubungan seks dengan siapa saja secara ekstensif dan karena jenis praktek yang umum dilakukan di antara mereka. Science Digest mengatakan, ”Satu penyelidikan CDC [Center for Disease Control atau Pusat Pengendalian Penyakit] mengatakan bahwa kira-kira 1.100 partner seks dari penderita AIDS selama hidupnya diteliti.”

      Tetapi orang-orang homoseksual bukan satu-satunya orang yang berlaku cabul—masyarakat pada umumnya telah menganut moral yang serba boleh. Sebagai akibatnya, Harvey V. Fineberg, dekan dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard, mengatakan bahwa AIDS menyebar ”perlahan-lahan namun pasti ke dalam masyarakat heteroseksual”.

      Khususnya di Afrika, penyakit tersebut menimpa seluruh penduduk. Bulan Nopember yang lalu, Lawrence K. Altman, wartawan kedokteran untuk The New York Times, menulis, ”AIDS nampaknya menular melalui hubungan seks yang biasa di antara kaum heteroseksual di Afrika dan menyerang wanita hampir sama sering seperti laki-laki, menurut para peneliti di sini.”

      Jika seorang wanita ditulari AIDS dari partner laki-lakinya, bisa jadi kedua-duanya tidak sadar bahwa mereka mengidap penyakit itu. Yang menyedihkan, bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu pembawa virus AIDS kadang-kadang menjadi korban yang tidak bersalah. Dan laki-laki heteroseksual yang melakukan hubungan seks dengan pelacur bisa ketularan penyakit tersebut.

      Di mana-mana orang menjadi takut. Apa yang akan terjadi?

      Perubahan dalam Moral?

      ”Hal itu pasti akan mengakhiri revolusi seks,” Dr. Donald Francis dari CDC di Amerika Serikat meramalkan. Sebagaimana ia katakan, ”Anda bisa main-main dengan herpes dan hepatitis B, tetapi anda tidak bisa main-main dengan penyakit ini.”

      Dr. Walter R. Dowdle dari CDC menambahkan, ”Harus kita sadari bahwa jalan hidup kita semua harus diubah.” Menurut Dowdle, ”ini bukan masalah moralitas. Itu hanyalah suatu kenyataan biologis”.

      Namun, itu bukan sekedar suatu kenyataan biologis—moralitas memang tersangkut. Standar moral yang seharusnya diikuti masyarakat tidak berasal dari manusia. Suatu Pribadi yang jauh lebih cerdas telah mencatatnya lama berselang. Dengan mengakui Dia sebagai Raja, kita dibantu untuk mengubah standar-standar moral kita.

      Tetapi standar-standar atau peraturan-peraturan tingkah laku apa yang telah Ia sediakan? Dan bagaimana ketaatan pada hal-hal tersebut melindungi kita?

      [Kotak di hlm. 8]

      Menahan Penyebaran AIDS

      June Brown, menulis dalam The Detroit News, dan menjelaskan bagaimana ini mungkin dilakukan, ”Jelas jalan penyelesaian untuk memperlambat secara drastis lajunya penyebaran AIDS adalah mengubah kebiasaan seluruh bangsa dalam hal seks. Jika setiap orang memilih partner seks yang sehat dan tetap setia sampai mati, AIDS bisa lenyap. Ini mungkin kedengarannya seperti ajaran Alkitab. Tetapi karena penyakit-penyakit baru yang ditularkan melalui hubungan seks terus muncul, yang baru lebih berbahaya dari pada yang sebelumnya, ajaran agama yang paling sering diabaikan tentang kesetiaan dalam hal seks tiba-tiba menjadi masuk akal dari sudut pandangan kesehatan modern.”

  • Bagaimana Melindungi Diri Anda Sendiri dari AIDS
    Sedarlah!—1986 (No. 18) | Sedarlah!—1986 (No. 18)
    • Bagaimana Melindungi Diri Anda Sendiri dari AIDS

      PERTAMA-TAMA, hindari sumber-sumber yang membawa pencemaran. Bagaimana anda melakukan hal itu? Hidup selaras dengan standar-standar tingkah laku yang diberikan Allah yang Mahakuasa. Pertimbangkan bagaimana hal ini sebenarnya dapat menyelamatkan ribuan orang sekarat sekarang akibat AIDS.

      Kelompok yang Paling Mudah Kena

      Kelompok ini adalah para homoseks yang aktif berhubungan seks, teristimewa mereka yang terus-menerus mencari pasangan baru. Alkitab berkata:

      ”Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.”—Imamat 18:22.

      ”Suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.”—Roma 1:27.

      ”Jangan tertipu! Orang-orang yang berbuat cabul, orang-orang yang menyembah berhala, yang berzina, yang melakukan perbuatan yang memalukan terhadap sesama jenisnya . . . tidak akan menjadi anggota umat Allah.”—1 Korintus 6:9, 10, BIS.

      Siapa Lagi yang Mudah Kena?

      Orang-orang yang melakukan hubungan seks dengan siapapun yang memiliki virus AIDS, baik laki-laki maupun perempuan. Alkitab mengatakan tentang hal ini:

      ”Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.”—Ibrani 13:4.

      ”Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, . . . semuanya itu mendatangkan murka Allah.”—Kolose 3:5, 6.

      Orang Lain yang Berada dalam Bahaya Besar

      Pecandu-pecandu narkotika yang mengotori tubuh mereka dengan obat-obat bius, menyuntik diri sendiri dengan jarum-jarum yang kotor. Alkitab mengutuk pemabukan dan juga penyalahgunaan obat-obat modern yang membuat orang terbius atau dapat mengubah jalan pikirannya seperti yang dapat diakibatkan oleh alkohol.

      ”Marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.”—2 Korintus 7:1.

      ”Janganlah sesat! Orang cabul . . . Pemabuk . . . tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”—1 Korintus 6:9, 10.

      Kelompok Lain yang Berada dalam Bahaya Besar

      Orang-orang yang menerima darah kotor melalui transfusi. Dengan jelas, Alkitab melarang orang makan darah. Dikatakan:

      ”Darah makhluk apapun janganlah kamu makan, karena darah itulah nyawa segala makhluk, setiap orang yang memakannya haruslah dilenyapkan.”—Imamat 17:14.

      ”Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri . . . dari darah.”—Kisah 15:28, 29.

      Tidak semua orang mau menerapkan prinsip-prinsip Alkitab sehubungan dengan perkara-perkara ini dan menerima kenyataan bahwa Allah berhak memberitahukan kita apa yang harus dilakukan. Tetapi orang-orang yang telah melakukan hal itu merasa bahagia karena telah berbuat demikian.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan