PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 4/10 hlm. 13-15
  • Menjumpai Simpanse di Alam Bebas

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Menjumpai Simpanse di Alam Bebas
  • Sedarlah!—2010
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Karakteristik yang Sangat Menawan
  • Pengalaman yang Tak Terlupakan
  • Dalam Gambar Allah atau Binatang?
    Sedarlah!—1998
  • Sejengkal Firdaus
    Sedarlah!—2004
  • Daftar Isi
    Sedarlah!—2010
  • Binatang
    Sadarlah!—2015
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—2010
g 4/10 hlm. 13-15

Menjumpai Simpanse di Alam Bebas

SERAYA kami menyusuri jalan setapak yang sempit ke hutan tropis di daerah khatulistiwa Afrika, lambat laun mata kami menjadi terbiasa dengan cahaya yang berkelap-kelip dari sela-sela dedaunan dan cabang pohon yang lebat. Suara jangkrik yang tak henti-hentinya, pohon-pohon raksasa yang dililiti tanaman rambat​—beberapa menjulang lebih dari 55 meter​—meliputi kami dengan perasaan takjub dan waswas. Kami merasa bahwa di lingkungan yang remang-remang ini, kami harus tetap waspada dan melangkah dengan senyap. Tiba-tiba, terdengar suara huuu yang sangat keras, disertai suara tarikan napas yang memburu. Suara-suara ini semakin nyaring dan melengking hingga memekakkan telinga, lalu berhenti secara mendadak. Perjalanan kami yang melelahkan telah membawa kami ke saat mendebarkan yang dinanti-nantikan​—kami telah menemukan sekelompok simpanse.

Kegaduhan ini​—yang mencakup mengeluarkan suara-suara tadi, menjerit, dan kadang-kadang, memukul-mukul batang pohon seperti gendang​—adalah cara simpanse berkomunikasi, atau mengadakan kontak. Tampaknya, kelompok simpanse ini telah menemukan banyak buah ara yang sudah masak dan lezat sehingga mereka merasa perlu memanggil kawan-kawannya. Sewaktu melihat ke pucuk-pucuk pohon ara yang tinggi, kami dapat melihat cukup banyak binatang ini, mungkin 20 atau 30 ekor, sedang menyantap buah ara dengan tenang. Bulu mereka yang hitam legam berkilau dengan indah diterpa sinar matahari. Seekor simpanse mulai melempari kami dengan ranting-ranting, dan tak lama kemudian yang lain pun ikut menghujani kami dengan ranting​—isyarat yang jelas bahwa mereka tidak mau berbagi makanannya.

Waktu terbaik untuk menemukan simpanse adalah pada musim buah-buahan. Pada waktu-waktu lain, mereka lebih sulit ditemukan karena mungkin tersebar di semak belukar dalam kelompok kecil. Simpanse di alam bebas biasanya senang makan beberapa kali sepanjang hari seraya mereka berpindah-pindah dalam kawasan yang berkilo-kilometer luasnya. Selain buah, menu makanan mereka termasuk daun, biji, dan tunas pohon. Mereka juga menyantap semut, telur burung, dan rayap. Kadang-kadang, mereka juga memburu dan membunuh binatang-binatang kecil, termasuk monyet.

Karena sudah menjelang tengah hari, simpanse-simpanse itu merasakan pengaruh suhu udara yang makin panas. Salah seekor simpanse mulai turun dari pohon, dan tidak lama kemudian yang lain pun menyusul. Lalu, satu per satu, mereka masuk ke semak belukar yang lebat. Seekor simpanse jantan yang masih muda dan nakal memisahkan diri dengan berayun dari cabang ke cabang agar dapat melihat kami dari dekat. Tingkah simpanse muda yang jenaka dan ingin tahu ini membuat kami tersenyum geli.

Karakteristik yang Sangat Menawan

”Lihat di belakangmu,” teriak seorang rekan dalam kelompok kami sewaktu kami berjalan pulang. Kami menoleh, dan terlihat seekor simpanse mengintip dengan waswas dari balik batang pohon. Ia berdiri dengan kedua kakinya, dan tingginya sekitar satu meter. Saat kami melihatnya, ia menarik kepalanya ke balik pohon, tetapi beberapa saat kemudian ia mengintip lagi. Rasa ingin tahunya sungguh besar! Ya, simpanse dapat berdiri dengan kedua kakinya dan bahkan bisa berjalan seperti itu untuk jarak yang tidak jauh. Namun, biasanya ia menggunakan keempat tungkai untuk menahan berat badannya. Tulang belakang simpanse tidak mempunyai lekukan pada pinggul yang bisa membantunya berdiri tegak seperti halnya manusia. Selain itu, otot-otot di pantatnya agak lemah, ditambah lagi dengan lengannya yang lebih panjang dan lebih kuat daripada kaki, sehingga berjalan dengan keempat tungkai, atau memanjat dan berayun di pohon, lebih sesuai dengan rancangan tubuh simpanse.

Sewaktu simpanse hendak menggapai buah-buahan yang terdapat di ranting-ranting yang tidak cukup kuat untuk menahan berat badannya, lengan mereka yang panjang pun sangat berguna. Tangan dan kaki mereka dibentuk dengan sempurna sehingga dapat dengan kuat menjangkau dan mencengkeram cabang-cabang pohon. Ibu jari kakinya membengkok ke samping dan berfungsi seperti jempol untuk membantu binatang itu memanjat pohon atau bahkan menggenggam dan membawa benda-benda dengan kaki semudah dengan tangan. Kemampuan ini sangat membantu sewaktu membuat sarang di malam hari. Setelah beberapa menit saja menata dedaunan dan cabang pohon, simpanse pun mempunyai alas tidur yang empuk dan nyaman.

Sewaktu mengamati dan mempelajari simpanse di alam bebas, dengan banyak karakteristik yang menawan dan tampaknya mirip dengan manusia dalam hal anatomi dan perilaku, pastilah rasa ingin tahu kita tergugah. Namun, ada orang yang berminat kepada simpanse semata-mata untuk eksperimen demi mendukung anggapan bahwa manusia berevolusi dari mereka. Karena itu, pertanyaan seperti berikut bisa timbul: Apa yang sebenarnya membuat manusia begitu berbeda dari simpanse? Dalam hal apakah manusia, kontras dengan binatang, dibuat menurut ”gambar Allah”?​—Kejadian 1:27.

Pengalaman yang Tak Terlupakan

Di alam bebas, simpanse sangat sulit dijumpai, dan biasanya mereka menghilang dengan senyap begitu mereka terusik oleh kehadiran manusia. Namun, demi melindungi dan melestarikan mereka, beberapa kelompok simpanse telah dibuat terbiasa dengan kehadiran manusia.

Kunjungan singkat kami ke hutan habitat simpanse merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Paling tidak, kami memahami seperti apa simpanse sesungguhnya​—sangat berbeda dengan yang ada di taman margasatwa atau di laboratorium. Mereka sungguh menarik dan termasuk di antara ’binatang merayap dan binatang liar di bumi’ yang dinyatakan baik oleh Allah​—dirancang dengan sempurna untuk hidup di habitat mereka.​—Kejadian 1:24, 25.

[Kotak/​Gambar di hlm. 14]

SIMPANSE DAN MANUSIA

Dalam bukunya In the Shadow of Man, zoolog Dr. Jane Goodall menulis bahwa pengamatannya pada tahun 1960-an tentang simpanse ”yang bisa membuat alat” ”telah meyakinkan sejumlah ilmuwan bahwa kita perlu mendefinisikan ulang manusia dengan cara yang lebih kompleks daripada sebelumnya”. Kemampuan simpanse menggunakan dedaunan sebagai spons, menggunakan batu atau dahan pohon untuk memecahkan kacang, dan menggunduli daun dari ranting pohon sebelum mencocokkannya ke dalam gundukan tanah untuk memancing rayap merupakan temuan yang sungguh menakjubkan. Namun, baru-baru ini, telah ditemukan bahwa sejumlah binatang pun memperlihatkan keterampilan membuat-alat yang menakjubkan. Dr. T. X. Barber, pengarang buku The Human Nature of Birds​—A Scientific Discovery With Startling Implications, mengatakan, ”Semua binatang yang telah dipelajari dengan saksama, bukan hanya monyet dan lumba-lumba melainkan juga semut dan lebah, memperlihatkan kesadaran dasar yang sama sekali tak terduga dan kecerdasan yang praktis.”

Hal ini sama sekali tidak mengubah fakta bahwa manusia itu unik. Seperti yang ditulis oleh Profesor David Premack, ”tata bahasa atau tata kalimat dari bahasa manusia sungguh unik”. Ya, kerumitan bahasa manusia ditambah dengan keragaman budaya manusia, yang di dalamnya bahasa dan tutur kata sangat berperan, jelas-jelas memisahkan kita dari binatang.

Setelah bertahun-tahun mempelajari simpanse di alam bebas, Jane Goodall menulis, ”Saya tidak dapat membayangkan bahwa simpanse mampu mengembangkan emosi, di antara sesama mereka, yang dengan cara apa pun dapat dibandingkan dengan kelembutan, sifat protektif, toleransi, dan kepuasan rohani yang merupakan ciri khas kasih manusia dalam makna yang paling sejati dan paling dalam.” Ia juga menulis, ”Kesadaran manusia akan Dirinya mengungguli kesadaran primitif binatang akan tubuh fisiknya. Manusia menuntut penjelasan tentang misteri keberadaannya dan keajaiban dunia di sekelilingnya serta alam semesta di atasnya.”

Alkitab menjelaskan perbedaan antara binatang dan manusia dengan mengatakan bahwa manusia diciptakan ”menurut gambar Allah”. (Kejadian 1:27) Karena itu, tidak seperti binatang, manusia mencerminkan gambaran rohani dari Pembuatnya, memperlihatkan sifat-sifat-Nya, yang terutama di antaranya adalah kasih. Manusia juga sanggup menyerap sejumlah besar pengetahuan dan bertindak dengan kecerdasan yang mengungguli binatang mana pun. Manusia juga dibuat dengan kemampuan untuk bertindak atas kemauan sendiri, dan tidak semata-mata dikendalikan oleh naluri.

[Gambar di hlm. 15]

Simpanse adalah makhluk jenaka yang penuh rasa ingin tahu, dirancang dengan sempurna untuk lingkungannya

[Keterangan]

Chimpanzees, top right: Corbis/​Punchstock/​Getty Images; lower left and right: SuperStock RF/​SuperStock; Jane Goodall: © Martin Engelmann/​age fotostock

[Gambar di hlm. 13]

© Photononstop/​SuperStock

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan