PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Mereka Menyambut Kasih Allah dengan Tidak Mementingkan Diri
    Menara Pengawal—1990 | 1 Desember
    • Mereka Menyambut Kasih Allah dengan Tidak Mementingkan Diri

      ”Biarlah mereka bersyukur kepada [Yehuwa] karena kasih setiaNya, karena perbuatan-perbuatanNya yang ajaib terhadap anak-anak manusia.”​—MAZMUR 107:8.

      1. Bagaimana rasul Yohanes menandaskan sifat kasih dalam suratnya yang pertama?

      ”ALLAH adalah kasih.” Kata-kata tersebut sangat dalam artinya! Maka tidak mengherankan bahwa rasul Yohanes merasa perlu mengulanginya dalam suratnya yang pertama. (1 Yohanes 4:​8, 16) Allah Yehuwa tidak saja kasih tetapi Ia adalah perwujudan, atau personifikasi, dari kasih.

      2. Dengan cara bagaimana saja Allah memperlihatkan kasih dalam menciptakan pria dan wanita dan menyediakan kebutuhan mereka?

      2 Pikirkan mengenai kasih yang Allah tunjukkan dalam cara Ia menciptakan kita. Kata-kata penghargaan Daud sangat cocok. Sebagai pemazmur yang terilham, ia berkata, ”Aku memujiMu karena aku telah diciptakan dengan cara yang menakjubkan dan dahsyat.” (Mazmur 139:​14, NW) Agar kita dapat hidup dengan sehat dan bahagia, Allah memungkinkan kita menikmati kesenangan yang tiada terhingga melalui pancaindera kita​—penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, dan peraba. Betapa luar biasa indah semua ciptaan yang kita lihat di sekeliling kita! Betapa menakjubkan begitu banyak dan aneka ragam tanaman serta binatang, belum lagi indahnya bentuk dan ciri-ciri manusia! Allah juga menyediakan bagi kita berbagai macam buah-buahan, sayur-sayuran, dan makanan lain yang paling lezat. (Mazmur 104:​13-16) Untuk alasan yang baik, rasul Paulus mengingatkan penduduk kota Listra kuno bahwa Allah ’berbuat kebajikan, dengan menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan’.​—Kisah 14:17.

      3. Berbagai kecakapan apa yang menakjubkan, yang Allah karuniakan kepada kita?

      3 Pikirkan pula semua berkat yang berhubungan dengan kehidupan keluarga yang bahagia. Lebih daripada itu, renungkan semua kesenangan yang dapat kita nikmati karena memiliki kecakapan mental dan emosi: daya khayal, nalar, ingatan, hati nurani, dan khususnya kemampuan untuk beribadat​—yang semuanya membuat kita jauh lebih luhur daripada hewan; kita juga hendaknya tidak mengabaikan kesenangan yang dapat diberikan oleh musik kepada kita. Hal-hal tersebut dan banyak pemberian lain merupakan pertunjukan dari kasih Allah bagi kita.

      4. Apa beberapa pernyataan dari kasih Allah yang dialami umat manusia sejak pelanggaran orang-tua mereka yang pertama?

      4 Tidak ada keraguan bahwa Adam dan Hawa menikmati bermacam-macam kesenangan dalam keadaan mereka yang sempurna di taman Eden. (Kejadian 2:​7-9, 22, 23) Akan tetapi, ketika mereka tidak memberikan sambutan yang tidak mementingkan diri atas semua bukti dari kasih ilahi yang mereka nikmati, apakah Allah mencampakkan umat manusia? Sama sekali tidak! Ia segera mengatur untuk memperbaiki semua hal buruk yang diakibatkan oleh pelanggaran orang-tua kita yang pertama. (Kejadian 3:15) Yehuwa juga menyatakan kasih dengan bersabar tanpa mengeluh terhadap keturunan Adam yang tidak sempurna. (Roma 5:12) Untuk berapa lama? Ya, selama kira-kira 6.000 tahun sampai sekarang! Allah terutama memperlihatkan kasih dalam berurusan dengan hamba-hamba-Nya. Kata-kata ini benar, ”[Yehuwa], [Yehuwa], Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya, yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa.”​—Keluaran 34:​6, 7.

      5. Bagaimana Yehuwa memperlihatkan kesabaran yang pengasih dalam berurusan dengan bangsa Israel?

      5 Ya, sungguh besar kesabaran yang Allah Yehuwa perlihatkan dalam berurusan dengan umat Israel sejak saat Ia membentuk mereka sebagai bangsa di kaki Gunung Sinai sampai kemurtadan mereka memaksa Dia untuk membuang mereka sama sekali. Seperti kita baca di 2 Tawarikh 36:​15, 16, ”[Yehuwa], Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusanNya, karena Ia sayang kepada umatNya dan tempat kediamanNya. Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firmanNya, dan mengejek nabi-nabiNya. Oleh sebab itu murka [Yehuwa] bangkit terhadap umatNya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan.” Akan tetapi, ada orang-orang yang benar-benar menyambut kasih Allah Yehuwa dengan tidak mementingkan diri. Untuk melihat bagaimana mereka berbuat demikian, marilah kita sekarang meneliti kehidupan beberapa di antara pribadi-pribadi tersebut. Ini akan membubuh dasar untuk memperlihatkan bagaimana kita sendiri dapat menyambut kasih Yehuwa dengan cara-cara sangat praktis.

      Bagaimana Musa Menyambut dengan Tidak Mementingkan Diri

      6. Dalam hal apa saja teladan Musa sangat bagus, dan dalam kedudukan apa saja ia mengalami kasih Allah?

      6 Musa adalah contoh yang sangat bagus mengenai seseorang yang menyambut kasih Allah dengan tidak mementingkan diri. Betapa luar biasa kesempatan yang ada di hadapan Musa sebagai anak angkat putri Firaun! Akan tetapi ia ”lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir”. (Ibrani 11:​25, 26) Pada suatu waktu, Musa ingin membebaskan saudara-saudaranya, umat Israel, dari belenggu Mesir. Akan tetapi, mereka tidak menghargai upayanya, dan ketika itu belum waktunya bagi Allah untuk membebaskan mereka. (Kisah 7:​23-29) Akan tetapi, berpuluh-puluh tahun kemudian, karena iman Musa dan keinginannya yang tidak mementingkan diri untuk membantu saudara-saudaranya, Yehuwa memberinya kuasa untuk melakukan banyak mukjizat dan melayani umat Israel selama 40 tahun sebagai nabi, hakim, pemberi hukum dan perantara-Nya. Dalam kedudukan tersebut, Musa banyak kali mengalami kasih Yehuwa bagi dia dan sesama orang Israel.

      7. Bagaimana Musa menyambut pernyataan kasih Allah?

      7 Bagaimana sambutan Musa terhadap kasih Allah dan karunia kemurahan-Nya? Apakah ia ’menerima kasih karunia Yehuwa dan mengabaikan tujuannya’? (2 Korintus 6:1, NW) Sama sekali tidak! Musa dengan tidak mementingkan diri menyambut pernyataan kasih Yehuwa atasnya dengan sepenuhnya berorientasi kepada Allah (terus memikirkan kepentingan Allah). Ia selalu berharap kepada Yehuwa dan mempunyai hubungan akrab dengan Penciptanya. Betapa Allah sangat memuji Musa ketika menegur Harun dan Miryam yang mengritik saudara laki-laki mereka! Ya, Yehuwa berbicara ”berhadap-hadapan” dengan Musa dan membiarkan dia memandang ”rupa [Yehuwa]”. (Bilangan 12:​6-8) Meskipun Musa memiliki banyak hak istimewa, dia tetap pria yang paling lembut hati dan melaksanakan perintah-perintah Yehuwa ”tepat seperti yang diperintahkan”.​—Keluaran 40:16; Bilangan 12:3.

      8. Bagaimana Musa memperlihatkan bahwa ia benar-benar berorientasi kepada Allah?

      8 Musa juga memperlihatkan bahwa ia dengan tidak mementingkan diri berorientasi kepada Allah melalui keprihatinan yang ia perlihatkan untuk nama, reputasi, dan ibadat yang murni dari Yehuwa. Jadi, pada dua peristiwa Musa memohon dengan sukses kepada Yehuwa agar mengulurkan belas kasihan kepada Israel karena nama Allah terlibat. (Keluaran 32:​11-14; Bilangan 14:​13-19) Ketika umat Israel terlibat dalam penyembahan berhala seekor lembu, Musa memperlihatkan gairah untuk ibadat yang murni dengan berseru, ”Siapa yang memihak kepada [Yehuwa] datanglah kepadaku!” Setelah itu, Musa dan mereka yang menyertai dia mengeksekusi 3.000 penyembah berhala. Kemudian, selama 40 tahun ia bersabar terhadap umat yang selalu mengeluh dan memberontak. Pasti tidak ada keraguan bahwa Musa menyambut pernyataan kasih Allah dengan tidak mementingkan diri, memberikan contoh yang baik kepada kita dewasa ini.​—Keluaran 32:​26-28; Ulangan 34:​7, 10-12.

      Sambutan Baik Daud

      9. (a) Bagaimana Daud menyambut kasih Allah Yehuwa? (b) Seperti Daud, bagaimana kita dapat menghormati Yehuwa dengan harta benda?

      9 Tokoh lain yang luar biasa dalam Alkitab yang memberikan contoh yang baik dalam menyambut kasih Allah dengan tidak mementingkan diri adalah pemazmur Daud, raja kedua dari Israel. Gairahnya untuk nama Yehuwa menggerakkan dia untuk berperang melawan Goliat, raksasa Filistin yang melancarkan penghinaan, dan Allah mengaruniakan kemenangan kepada Daud. (1 Samuel 17:​45-51) Gairah yang sama itu mendorong Daud untuk membawa tabut perjanjian ke Yerusalem. (2 Samuel 6:​12-19) Dan bukankah keinginan Daud untuk membangun sebuah bait bagi Yehuwa juga merupakan pernyataan dari gairah dan penghargaannya terhadap kasih dan kebaikan Allah? Tentu. Walaupun tidak diberi hak istimewa itu, ini tidak mencegah Daud untuk membuat persiapan bagi proyek tersebut dan menghormati Yehuwa dengan secara pribadi menyumbangkan emas, perak, dan batu-batu berharga yang sangat tinggi nilainya. (2 Samuel 7:​1-13; 1 Tawarikh 29:​2-5) Sambutan serupa yang tidak mementingkan diri atas kasih Allah hendaknya menggerakkan kita untuk ’memuliakan Yehuwa dengan harta kita’, menggunakannya untuk memajukan kepentingan Kerajaan.​—Amsal 3:​9, 10; Matius 6:33.

      10. Dalam hal apa haluan Daud layak ditiru?

      10 Walaupun Daud membuat kesalahan-kesalahan yang serius, sepanjang hidupnya ia terbukti sebagai ’seorang pria yang berkenan di hati Yehuwa’. (1 Samuel 13:14; Kisah 13:22) Mazmur-mazmurnya penuh dengan pernyataan penghargaan atas kasih Allah. Menurut The International Standard Bible Encyclopædia, Daud ”makin melimpah dengan perasaan syukur dibanding dengan orang lain manapun yang disebutkan dalam Alkitab”. Pemazmur Asaf berkata bahwa Allah ’memilih Daud, hamba-Nya dan mengambil dia dari antara kandang-kandang kambing domba untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri. Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya’. (Mazmur 78:​70-72) Sesungguhnya, haluan Daud patut kita tiru.

      Kristus Yesus, Teladan Kita yang Sempurna

      11, 12. Bagaimana Yesus memperlihatkan bahwa ia benar-benar berorientasi kepada Allah?

      11 Tentu, Kristus Yesus adalah teladan Alkitab yang paling baik mengenai seorang pria yang menyambut kasih Allah dengan tidak mementingkan diri. Hal ini menggerakkan Yesus untuk melakukan apa? Pertama-tama, ia didorong untuk memberikan pengabdian yang eksklusif kepada Yehuwa. Tidak ada keraguan bahwa Yesus berorientasi kepada Allah dalam segala hal. Penghargaan terhadap kasih dan kebaikan Bapak surgawinya menggerakkan dia untuk menjadi seorang pria yang benar-benar rohani. Ia mempunyai hubungan yang erat dan akrab dengan Allah. Yesus seorang pria yang suka berdoa, dan ia senang berbicara kepada Bapak surgawinya. Berulang kali kita membaca bahwa Kristus berdoa. Pada suatu kesempatan ia berdoa sepanjang malam. (Lukas 3:​21, 22; 6:12; 11:1; Yohanes 17:​1-26) Sebagai sambutan atas kasih Allah, Yesus hidup sesuai dengan kebenaran bahwa ’manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Yehuwa’. Sebenarnya, melakukan kehendak bapaknya adalah makanan baginya. (Matius 4:4; Yohanes 4:34) Tidakkah kita patut memberikan sambutan yang sama atas kasih Allah, dengan memberikan kepada-Nya pengabdian yang eksklusif?

      12 Menyambut kasih Allah dengan tidak mementingkan diri, Kristus Yesus selalu mengarahkan perhatian orang kepada Allah dan Bapaknya. Ketika seseorang menyapa Yesus sebagai ”Guru yang baik”, ia keberatan dan berkata, ”Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.” (Lukas 18:​18, 19) Yesus berulang kali menandaskan bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa atas prakarsanya sendiri. Ia tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengagungkan nama Bapaknya, dan dengan sangat tepat ia memulai contoh doanya dengan permohonan, ”Dikuduskanlah namaMu.” Ia berdoa, ”Bapa, muliakanlah namaMu!” Dan tidak lama sebelum kematiannya, Kristus berkata kepada Bapaknya, ”Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya.” (Matius 6:9; Yohanes 12:28; 17:4) Tentu, dalam menyambut kasih Allah, kita sepatutnya berupaya memuliakan Yehuwa, mendoakan pengudusan nama suci-Nya.

      13. Bagaimana kasih Allah mendorong Yesus untuk bertindak?

      13 Sekarang, perhatikan cara kedua bagaimana sambutan yang tidak mementingkan diri atas kasih Allah telah menggerakkan Yesus. Ini mendorong dia untuk mengasihi apa yang adil-benar dan membenci kejahatan, seperti dinubuatkan dalam Mazmur 45:8. (Ibrani 1:9) Ia ’saleh [”loyal”, NW], tanpa salah, tanpa noda, terpisah dari orang-orang berdosa’. (Ibrani 7:26) Yesus menantang para penentangnya yang jahat untuk membuktikan bahwa dia berbuat dosa, tetapi mereka tidak dapat melakukan itu. (Yohanes 8:46) Pada dua kesempatan, kebenciannya terhadap kejahatan mendorong dia untuk membersihkan bait dari orang-orang religius yang tamak. (Matius 21:​12, 13; Yohanes 2:​13-17) Dan betapa pedas Yesus mengecam para pemimpin agama yang munafik, bahkan mengatakan kepada mereka bahwa mereka berasal dari si Iblis!​—Matius 6:​2, 5, 16; 15:​7-9; 23:​13-32; Yohanes 8:44.

      14. Sebagai sambutan atas kasih Yehuwa, bagaimana cara Yesus berurusan dengan murid-muridnya?

      14 Cara lain lagi bagaimana kasih Yehuwa menggerakkan Yesus dapat terlihat dalam cara ia berurusan dengan rasul-rasulnya dan murid-murid lain. Betapa pengasih, tenang, dan panjang sabar ia terhadap mereka! Mereka pasti telah benar-benar menguji dia dengan persaingan di antara mereka, bertengkar bahkan sampai pada malam ia dikhianati mengenai masalah siapa yang terbesar di antara mereka. (Lukas 22:​24-27) Akan tetapi, Yesus selalu memperlihatkan diri lemah lembut dan rendah hati. (Matius 11:​28-30) Memang, Yudas mengkhianati Yesus, Petrus menyangkal dia tiga kali, dan rasul-rasul lain lari ketika suatu gerombolan datang untuk menangkap dia. Tetapi ia tidak pernah menjadi marah atau kesal. Bagaimana kita tahu? Nah, ketika bergabung kembali dengan rasul-rasul setelah kebangkitannya, Yesus tidak memberi mereka teguran yang tajam karena mereka telah menyerah kepada perasaan takut. Sebaliknya, ia menghibur dan menguatkan mereka untuk dinas Kerajaan lebih lanjut.​—Yohanes 20:​19-23.

      15. Bagaimana Yesus dengan tidak mementingkan diri melayani kebutuhan jasmani orang-orang?

      15 Mari kita mempertimbangkan cara lain lagi bagaimana Kristus Yesus menyambut kasih Allah dengan tidak mementingkan diri. Ia berbuat demikian dengan mengorbankan dirinya demi kepentingan orang lain, sampai kepada kematian yang memalukan dan menyakitkan di tiang siksaan. (Filipi 2:​5-8) Yesus melayani kebutuhan jasmani orang-orang dengan secara mukjizat memberi makan ribuan orang dan melakukan banyak penyembuhan. (Matius 14:​14-22; 15:​32-39) Ia selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Itulah sebabnya ia dapat berkata, ”Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.” (Matius 8:20) Yesus peka terhadap bekerjanya roh Allah seraya itu mengalir darinya untuk melakukan penyembuhan mukjizat. Tetapi ia tidak pernah mencoba menarik keuntungan materi dari penggunaan kuasa adikodrati demikian, seperti ketika seorang wanita yang mengalami pendarahan selama 12 tahun menyentuh jubah luarnya dengan iman dan disembuhkan. (Markus 5:​25-34) Selain itu, Yesus tidak pernah menggunakan kuasa adikodrati demi kepentingannya sendiri.​—Bandingkan Matius 4:​2-4.

      16. Dengan cara apa saja Kristus melayani kebutuhan rohani orang-orang?

      16 Walaupun Yesus dengan tidak mementingkan diri melayani kebutuhan jasmani orang-orang dengan menyembuhkan penyakit mereka dan memberi mereka makan secara mukjizat, motif utama dalam pelayanannya di bumi ialah memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah, mengajar, dan menjadikan murid. Meskipun semua penyembuhan mukjizat yang ia lakukan, ia tidak terkenal sebagai Tabib Agung atau Pembuat Mukjizat melainkan sebagai Guru yang Baik. (Matius 4:​23, 24; Markus 10:17) Yesus menyebut dirinya sebagai Guru, sama seperti yang dilakukan murid-muridnya dan bahkan musuh-musuhnya. (Matius 22:16; 26:18; Markus 9:38) Dan betapa bagus kebenaran yang ia ajarkan, seperti dalam Khotbah di Bukit! (Matius 5:1–7:29) Betapa cocok ilustrasi-ilustrasinya, dan betapa luar biasa perumpamaan-perumpamaan nubuatnya dan nubuat-nubuatnya yang lain! Tidak mengherankan bahwa para prajurit yang diutus untuk menangkap Yesus pada suatu kesempatan, tidak sampai hati menangkap dia!​—Yohanes 7:​45, 46.

      17. (a) Bagaimana Yesus memberi kita pola yang sempurna untuk kasih? (b) Apa yang akan dibahas dalam artikel berikut?

      17 Tiada sangsi lagi, Kristus Yesus memberi kita contoh yang sempurna mengenai menyambut pertunjukan kasih Allah kepada kita dengan tidak mementingkan diri. Bapak surgawinya diberi tempat pertama dalam kehidupan dan kasih sayangnya. Ia benar-benar mengasihi apa yang adil-benar, dengan penuh kasih berurusan dengan rasul-rasulnya dan murid-murid lain, dan menggunakan kehidupannya untuk melayani kebutuhan rohani dan materi orang-orang. Akhirnya, Yesus menyempurnakan pelayanannya dengan menyerahkan kehidupannya sebagai tebusan. (Matius 20:28) Nah, bagaimana dengan kita? Memang, kita tidak sempurna, seperti Musa dan Daud. Akan tetapi, seperti akan diperlihatkan dalam artikel berikut, ada cara-cara praktis kita dapat meniru Teladan kita dalam menyambut pertunjukan dari kasih Allah dengan tidak mementingkan diri.

  • Bagaimana Kita Dapat Menyambut Kasih Allah dengan Tidak Mementingkan Diri?
    Menara Pengawal—1990 | 1 Desember
    • Bagaimana Kita Dapat Menyambut Kasih Allah dengan Tidak Mementingkan Diri?

      ”Jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita [”kita wajib”, ”NW”] juga saling mengasihi.”​—1 YOHANES 4:11.

      1, 2. Apa yang dituntut dari kita untuk menyambut pertunjukan kasih Allah dengan tidak mementingkan diri?

      YEHUWA benar-benar personifikasi dari kasih. Sesungguhnya, dalam artikel sebelumnya, kita melihat betapa limpah pernyataan dari kasih-Nya. Kita juga melihat bagaimana Musa, Daud, dan Kristus Yesus menyambut pertunjukan kasih tersebut dengan tidak mementingkan diri. Tidakkah masing-masing dari Saksi-Saksi Yehuwa ingin melakukan hal yang sama? Tentu!

      2 Apa yang dituntut jika kita ingin menyambut pernyataan kasih Allah dengan tidak mementingkan diri? Antara lain, kita harus menaruh Dia di tempat pertama dalam kehidupan kita, mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan kita. (Markus 12:​29, 30) Itu berarti berorientasi kepada Allah, mempunyai hubungan pribadi yang hangat dengan Yehuwa. Apakah kita ingin sekali berbicara kepada Bapak surgawi kita dalam doa? Apakah kita berdoa tanpa henti dan bertekun dalam doa? Atau apakah kita berdoa dengan tergesa-gesa, kadang-kadang bahkan terlalu sibuk sehingga tidak ada waktu untuk berdoa? (Roma 12:12; 1 Tesalonika 5:17) Apakah kita mengarahkan perhatian kepada Yehuwa, memberi pujian kepada Dia dan organisasi-Nya atas apa yang mungkin telah kita capai? (1 Korintus 3:7; 4:7) Sesungguhnya, apakah kita merasakan hal yang sama seperti pemazmur? Mengenai Allah, ia berkata, ”Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau.”​—Mazmur 119:164.

      3. Pada waktu kita berkumpul untuk beramah tamah, bagaimana kita dapat memperlihatkan bahwa kita menyambut kasih Allah dengan tidak mementingkan diri?

      3 Apakah kita menyambut kasih Allah dengan tidak mementingkan diri atau tidak, akan tersingkap bila kita berkumpul bersama untuk beramah tamah. Apakah percakapan kita pada waktu itu berkisar pada hal-hal duniawi atau rohani? Tidak berarti bahwa kita harus mengadakan pelajaran Alkitab yang serius setiap kali kita berkumpul dengan rekan-rekan Kristiani. Tetapi pasti ada hal-hal menarik yang bersifat rohani yang dapat dimasukkan dalam percakapan kita. Bagaimana dengan menceritakan pengalaman dalam dinas, membahas ayat Alkitab yang kita sukai, menceritakan bagaimana kita mengenal kebenaran, atau menyebut bukti-bukti dari pemeliharaan Allah yang pengasih dan berkat-Nya?

      4. Bagaimana seharusnya pandangan kita jika kita merasa kecewa sehubungan dengan hak istimewa dinas tertentu?

      4 Keadaan lain yang dapat menyingkapkan tingkat penghargaan kita terhadap kasih Allah ialah bila kita diabaikan sehubungan dengan hak istimewa dinas tertentu dalam organisasi Yehuwa. Bagaimana reaksi kita? Jika kita terutama memikirkan untuk menghormati Yehuwa, kita akan setuju bahwa kemungkinan besar Allah akan dimuliakan sama besar oleh siapapun yang memegang hak istimewa dinas tersebut. (Bandingkan Lukas 9:48.) Namun jika kita terlalu memikirkan keuntungan atau nama kita sendiri, kita akan merasa sedih bahwa kita telah diabaikan, walaupun belum tentu demikian. Kita perlu ingat bahwa Yehuwa mengasihi kita dan mungkin bahkan mengetahui bahwa kita sekarang tidak dapat memikul beban tanggung jawab teokratis tertentu. Ia mungkin memberkati kita dengan limpah dalam hal-hal lain, dan pernyataan dari kasih-Nya tersebut hendaknya membantu kita memelihara keseimbangan rohani kita.​—Amsal 10:22.

      Mengasihi Keadilan, Membenci Kefasikan

      5. Pernyataan kasih Allah hendaknya memberikan dampak apa pada tingkah laku kita?

      5 Pernyataan kasih Allah terhadap kita hendaknya menggerakkan kita untuk meniru Kristus dalam mengasihi keadilan dan membenci kefasikan. (Ibrani 1:9) Memang, kita tidak dapat melakukan ini dengan sempurna, seperti yang Yesus lakukan. Akan tetapi, kita dapat membuat sebagai tujuan untuk sedapat mungkin kudus, jujur, dan menaati hukum dalam keadaan kita yang tidak sempurna. Untuk melakukan ini, kita tidak hanya harus memperkembangkan kasih akan keadilan dan hal-hal yang baik tetapi juga memupuk kebencian, perasaan jijik, muak, terhadap apa yang jahat. Sebagaimana rasul Paulus nyatakan, ”Hendaklah kamu merasa muak kepada apa yang jahat, berpautlah kepada apa yang baik.” (Roma 12:​9, NW) ”Merasa muak” adalah pernyataan yang sangat keras dan dalam bahasa Inggris kata ini [”to abhor”] berarti ”memandangnya dengan perasaan luar biasa jijik”.​—Webster’s New Collegiate Dictionary.

      6. Apa yang akan membantu kita waspada terhadap godaan yang diletakkan di hadapan kita oleh dunia, tubuh kita yang berdosa, dan si Iblis?

      6 Apa yang akan membantu kita waspada terhadap godaan yang dihadapkan kepada kita oleh dunia, tubuh kita sendiri yang berdosa, dan si Iblis? Loyalitas kepada Allah Yehuwa. Ia mengimbau kita, ”Anakku, hendaklah engkau bijak, sukakanlah hatiku, supaya aku dapat menjawab orang yang mencela aku.” (Amsal 27:11) Ya, loyalitas kepada Yehuwa akan menggerakkan kita untuk menempuh haluan yang bijaksana yaitu membenci apa yang Ia benci. Selanjutnya, tidak soal betapa menyenangkan atau menggairahkan kelihatannya pelanggaran atas salah satu dari hukum-hukum Allah, kita harus terus mengatakan kepada diri sendiri bahwa melakukan hal itu benar-benar merugikan. (Galatia 6:​7, 8) Hati manusia suka menipu, memperdayakan, licik, seperti telah diperingatkan dalam Yeremia 17:9. Hati seorang Kristiani menyukai hal-hal yang baik, indah, murni. Akan tetapi kadang-kadang kecenderungan yang berdosa membelokkannya untuk juga menginginkan apa yang buruk. Seperti hati orang-orang Israel yang menyembah Yehuwa namun tetap mempertahankan ”bukit-bukit pengorbanan” mereka untuk penyembahan berhala, demikian pula hati kita sendiri bisa jadi mementingkan diri dan penuh tipu daya. (1 Raja 22:43; Ulangan 12:2) Hati kita yang tidak sempurna mungkin berupaya mencari dalih, membiarkan diri terperangkap. Hati mungkin mencoba meremehkan seriusnya perbuatan salah yang menggoda kita. Atau hati kita mungkin berupaya meyakinkan kita bahwa hukuman apapun hanya bersifat sementara.

      7. Mengapa kita harus waspada agar tidak menginginkan apa yang buruk?

      7 Karena menghargai kasih Allah, kita harus waspada agar tidak menginginkan apa yang jahat, seperti cenderung kepada perbuatan seks yang amoral, tidak soal apakah kita lajang atau sudah menikah. Berulang kali, apa yang mula-mula kelihatannya hanya cumbu-rayu yang tidak berbahaya telah mengakibatkan dua orang Kristiani begitu terlibat secara emosi dengan satu sama lain sehingga mereka mempraktikkan dosa dan dipecat. Bahkan para penatua, yang seharusnya menjadi teladan yang tanpa cela bagi kawanan, ada yang gagal dalam hal-hal ini!​—Bandingkan 1 Raja 15:​4, 5.

      8. Contoh peringatan apa yang rasul Paulus berikan kepada kita, dan bagaimana problem demikian dapat digambarkan?

      8 Pertimbangkan rasul Paulus, yang diberkati dengan mendapat penglihatan adikodrati serta kuasa dan dengan karunia ilham ilahi. Agar berhasil dalam perjuangannya melawan kecenderungan yang berdosa, ia harus menggebuki​—ya, memukul dengan keras​—tubuhnya. Apakah kita berani berpuas diri dengan melakukan kurang daripada itu? (Roma 7:​15-25; 1 Korintus 9:27) Halnya seolah-olah kita berada dalam sebuah perahu kecil di sungai yang deras alirannya dan sedang ditarik menuju suatu jeram. Untuk menghindari malapetaka, kita harus mendayung sekuat tenaga menuju ke hulu melawan arus yang kuat. Kita mungkin kelihatannya tidak membuat banyak kemajuan, tetapi selama kita terus berjuang, kita tidak akan terseret ke dalam jeram kehancuran. Pasti, pernyataan kasih Allah Yehuwa kepada kita hendaknya mendorong kita agar berjuang keras untuk loyal kepada Dia dengan membenci kefasikan dan mengasihi keadilan.

      Perlihatkan Kasih Persaudaraan

      9. Nasihat apa yang diberikan oleh rasul Yohanes mengenai mengasihi saudara-saudara kita?

      9 Pernyataan kasih Allah hendaknya juga menggerakkan kita untuk mengasihi saudara-saudara kita seperti Kristus Yesus mengasihi murid-muridnya. (Yohanes 13:1) Dengan sangat tepat, rasul Yohanes menyatakan, ”Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita [”kita wajib”, NW] juga saling mengasihi.” (1 Yohanes 4:​10, 11) Sebenarnya, Yesus berkata bahwa cara mengenali pengikut-pengikutnya yang sejati ialah melalui kasih yang mereka miliki di antara satu sama lain.​—Yohanes 13:​34, 35.

      10, 11. Dengan cara apa saja kita dapat memperlihatkan kasih persaudaraan?

      10 Kita tahu bahwa umat Kristiani perlu memperlihatkan kasih persaudaraan. Akan tetapi tidak ada salahnya untuk mengingatkan diri sendiri akan berbagai cara kita dapat memperlihatkan kasih yang seperti Kristus ini terhadap satu sama lain. Kasih demikian akan membantu kita mengabaikan perbedaan dalam ras, kebangsaan, pendidikan, kebudayaan, dan tingkat ekonomi. Selain itu, kasih persaudaraan akan menggerakkan kita untuk berkumpul bersama dalam perhimpunan-perhimpunan. Jika kita benar-benar mengasihi saudara-saudara kita, kita tidak akan membiarkan cuaca buruk atau rasa sedikit kurang enak badan merampas sukacita yang akan kita dapatkan dari pergaulan dengan mereka dan ikut saling bertukar anjuran. (Roma 1:​11, 12) Lebih daripada itu, kasih persaudaraan akan mendorong kita membuat persiapan dengan baik untuk perhimpunan kita dan mengambil bagian yang aktif sehingga kita dapat mendorong satu sama lain kepada kasih dan pekerjaan baik.​—Ibrani 10:​23-25.

      11 Bagaimana dengan membantu saudara-saudara kita dalam dinas pengabaran? Menurut pengamatan, para penatua dan pelayan sidang sering melakukan pelayanan dari rumah ke rumah dengan sesama penatua atau pelayan sidang, atau sendirian, padahal mereka dapat, dengan sedikit perencanaan, mengajak penyiar-penyiar Kerajaan yang membutuhkan bantuan dalam pelayanan untuk menemani mereka. Memperlihatkan kasih dengan cara ini akan menghasilkan manfaat ganda bagi para penatua dan pelayan sidang dalam dinas pengabaran. Dan bagaimana dengan mengajak seorang penyiar baru ke pengajaran Alkitab di rumah?​—Roma 15:​1, 2.

      12. Bagaimana kita harus memahami 1 Yohanes 3:​16-18?

      12 Kasih juga akan mendorong kita untuk membantu saudara-saudara kita yang mungkin benar-benar kekurangan secara materi. Rasul Yohanes menulis, ”Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” (1 Yohanes 3:​16-18) Mungkin kita sekarang tidak diminta untuk menyerahkan nyawa kita demi kepentingan mereka, tetapi kadang-kadang ada kesempatan untuk menyatakan kasih terhadap mereka dengan cara-cara lain, tidak hanya dengan kata-kata atau lidah melainkan juga dengan perbuatan. Tidak ada salahnya kita mengasihi saudara-saudara kita dengan kata-kata, namun kita tidak ingin membatasi kasih kita dengan itu saja bila mereka membutuhkan perkara-perkara materi. Pernyataan Yesus bahwa ”lebih berbahagia memberi dari pada menerima” berlaku juga dalam hal menyediakan bantuan materi.​—Kisah 20:35.

      13. (a) Apa beberapa kebenaran dasar yang telah kita pelajari dengan bantuan organisasi Yehuwa yang kelihatan? (b) Pernyataan apa yang sangat tepat telah dibuat oleh Charles Taze Russell?

      13 Kita memiliki kesempatan untuk memperlihatkan kasih terhadap saudara-saudara kita yang mengambil pimpinan dalam sidang atau dalam hubungan dengan organisasi Yehuwa yang kelihatan di seluas dunia. Ini termasuk berlaku loyal terhadap ”hamba yang setia dan bijaksana”. (Matius 24:​45-47) Marilah kita menghadapi fakta bahwa tidak soal betapa banyak kita telah membaca Alkitab, kita tidak pernah akan dapat belajar kebenaran dengan upaya kita sendiri. Kita tidak akan mengetahui kebenaran tentang Yehuwa, maksud-tujuan dan sifat-sifat-Nya, arti dan pentingnya nama-Nya, Kerajaan, tebusan Yesus, perbedaan antara organisasi Allah dan organisasi Setan, ataupun alasan Allah mengizinkan kejahatan. Halnya tepat seperti ditulis oleh presiden pertama Lembaga Menara Pengawal, Charles Taze Russell, pada tahun 1914, ”Tidakkah kita beruntung, umat yang berbahagia? Tidakkah Allah kita setia? Jika ada seseorang yang mengetahui lebih baik, biarlah ia mengambilnya. Jika ada di antara kalian yang pernah menemukan sesuatu yang lebih baik, kami harap kalian akan memberi tahu kami. Kami tidak mengetahui apapun yang lebih baik atau hampir sebaik seperti yang kita temukan dalam Firman Allah. . . . Tidak ada lidah atau pena yang dapat menceritakan tentang damai sejahtera, sukacita dan berkat-berkat yang dihasilkan dalam hati dan kehidupan kita oleh pengetahuan yang jelas tentang Allah yang benar. Kisah tentang Hikmat, Keadilan, Kuasa, dan Kasih Allah sepenuhnya memuaskan keinginan hati maupun pikiran kita. Kita tidak mencari lebih jauh. Tidak ada sesuatu pun yang lebih diinginkan daripada agar Kisah yang menakjubkan ini lebih jelas dalam pikiran kita.” (The Watch Tower, 15 Desember 1914, halaman 377-8) Betapa benar kata-kata yang ditulis dengan tepat itu!

      Melayani Mereka yang di Luar

      14. Bagaimana pernyataan kasih Allah hendaknya menggerakkan kita untuk berbuat sesuatu bagi mereka yang di luar sidang?

      14 Pernyataan kasih Allah yang telah kita nikmati hendaknya menggerakkan kita untuk memperlihatkan kasih akan sesama kepada orang-orang di luar sidang. Bagaimana kita dapat melakukan ini? Keadaan mungkin menunjukkan bahwa kita dapat membantu sesama kita secara materi. Akan tetapi, yang jauh lebih penting, kita dapat memperlihatkan kasih dengan membawa kabar baik Kerajaan Allah kepada orang lain dan membantu para pencinta keadilan untuk menjadi murid-murid Kristus Yesus. Apakah kita dengan tetap tentu melakukan pelayanan umum ini, atau apakah kita mengabaikannya? Apakah ini telah menjadi sekedar rutin atau bentuk pelayanan asal saja? Atau apakah kita benar-benar digerakkan oleh kasih akan sesama? Apakah kita memperlihatkan empati? Apakah kita sabar, menunggu tanggapan orang-orang? Apakah kita menganjurkan penghuni rumah untuk menyatakan diri? Ya, sebaliknya daripada memborong percakapan, marilah kita membiarkan kasih akan sesama menggerakkan kita untuk mendengarkan dan mengadakan pembahasan Alkitab yang mendatangkan imbalan, dengan orang-orang yang kita jumpai dalam pelayanan.

      15. (a) Mengapa ”kesaksian tidak resmi” suatu istilah yang lebih baik daripada ”kesaksian kebetulan”? (b) Mengapa kita perlu memanfaatkan kesempatan untuk memberikan kesaksian tidak resmi?

      15 Apakah kita cukup waspada sehingga memanfaatkan kesempatan memberi kesaksian tidak resmi? Patut diperhatikan bahwa ini bukan hanya kesaksian kebetulan, kegiatan yang tidak direncanakan atau kurang penting. Kesaksian tidak resmi sangat penting, dan kasih terhadap sesama manusia akan mendorong kita untuk menciptakan kesempatan dan ambil bagian di dalamnya. Kesaksian demikian sering kali sangat produktif! Sebagai contoh, ketika menghadiri kebaktian Saksi-Saksi Yehuwa di Italia Utara, seorang saudara pergi ke bengkel untuk mengganti lampu mobilnya. Sementara menunggu, ia memberi kesaksian kepada mereka yang ada di sekitarnya dan memberi mereka selebaran undangan ke khotbah Alkitab untuk umum pada hari Minggu. Pada kebaktian internasional di Roma setahun kemudian, seorang saudara yang tidak ia kenal menyalami dia dengan hangat. Siapakah saudara ini? Nah, dia adalah salah seorang dari antara pria-pria kepada siapa ia memberikan selebaran di bengkel satu tahun sebelumnya! Pria tersebut pergi mendengarkan khotbah umum dan mendaftarkan namanya untuk mendapatkan pengajaran Alkitab. Sekarang dia dan istrinya adalah Saksi-Saksi yang berbakti dari Yehuwa. Tidak diragukan lagi, kesaksian informal benar-benar ada imbalannya!

      Teruslah Sambut Kasih Allah

      16. Pertanyaan-pertanyaan apa ada baiknya kita ajukan kepada diri sendiri?

      16 Yehuwa benar-benar limpah dalam memperlihatkan kasih terhadap makhluk-makhluk-Nya. Seperti telah kita lihat, Alkitab memberi kita contoh-contoh yang bagus tentang mereka yang telah menyambut pernyataan kasih Allah dengan tidak mementingkan diri. Dengan sangat tepat, pemazmur yang terilham berseru, ”Biarlah mereka bersyukur kepada [Yehuwa] karena kasih setiaNya, karena perbuatan-perbuatanNya yang ajaib terhadap anak-anak manusia.” (Mazmur 107:​8, 15, 21, 31) Beranikah kita menerima kasih karunia Allah dan mengabaikan tujuannya? Semoga hal itu tidak pernah terjadi! (2 Korintus 6:1, NW) Maka marilah kita masing-masing secara pribadi bertanya kepada diri sendiri: ’Apakah saya benar-benar menghargai pernyataan kasih Allah yang sudah saya nikmati dan harapkan dengan yakin untuk saya nikmati lebih jauh di masa depan? Apakah hal-hal itu menggerakkan saya untuk mengasihi Yehuwa dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan saya? Apakah saya benar-benar berorientasi kepada Allah? Apakah saya mengasihi keadilan dan membenci kefasikan? Apakah saya memperlihatkan kasih persaudaraan? Dan seberapa saksama saya berupaya berjalan menurut jejak kaki Yesus sehubungan dengan pelayanan saya?’

      17. Apa hasilnya jika kita menyambut pernyataan kasih Allah Yehuwa dengan tidak mementingkan diri?

      17 Sesungguhnya, ada banyak cara untuk memperlihatkan perasaan terima kasih kita yang tulus atas semua pernyataan kasih Allah yang telah kita alami. Dengan memanfaatkan sepenuhnya kesempatan-kesempatan untuk memperlihatkan penghargaan demikian, kita akan menyenangkan hati Bapak surgawi kita, menjadi berkat bagi orang lain, dan memperoleh sukacita, damai sejahtera, dan kepuasan bagi diri sendiri. Karena itu, semoga kita terus menyambut pernyataan kasih Allah dengan tidak mementingkan diri.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan