-
Bagian 2: 2369-1943 S.M.—Seorang Pemburu, Sebuah Menara, dan Anda!Sedarlah!—1989 (No. 29) | Sedarlah!—1989 (No. 29)
-
-
Akibatnya Sampai pada Anda
Nimrod, orang pertama yang menggabungkan agama dengan politik, menetapkan pola bagi semua persekutuan yang sama setelah itu. Apakah ini mendapat perkenan ilahi? Prinsip yang kemudian ditetapkan dalam Alkitab bahwa ”tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik”, perlu diterapkan.—Matius 7:18.
Pada mulanya, semua penduduk bumi berbicara satu bahasa.a Tetapi sewaktu Nimrod dan para pendukungnya mulai membangun menara di Babel, Allah menyatakan perasaan tidak senang-Nya. Kita membaca, ”Demikianlah mereka diserakkan [Yehuwa] dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel [dari ba-lal, yang berarti ”mengacaukan”], karena di situlah dikacaubalaukan [Yehuwa] bahasa seluruh bumi.” (Kejadian 11:1, 5, 7-9) Betapa frustrasinya orang-orang yang membangun karena tiba-tiba mereka tidak dapat membicarakan apa yang telah terjadi, apalagi mencapai mufakat bersama mengenai mengapa itu terjadi! Pasti banyak teori diajukan, perbedaan mereka diperbesar karena kelompok-kelompok bahasa tidak dapat berkomunikasi.
Sewaktu kelompok-kelompok ini berpencaran ke berbagai bagian di bumi, tentu mereka membawa serta teori-teori agama mereka. Seraya waktu berjalan, gagasan-gagasan ini, walaupun pada dasarnya sama, dibumbui dengan tradisi dan kejadian-kejadian setempat. Dari ’hanya satu agama’ segera timbul ’seratus versi dari agama itu’. Jelas, pengalaman pertama dalam kegiatan agama-politik ini telah berakibat buruk.
Akibatnya terus terentang selama berabad-abad sampai kepada anda, suatu kenyataan yang dapat disadari seandainya anda pernah berupaya membahas agama dengan seseorang yang berlainan kepercayaan. Bahkan kata-kata agama yang umum seperti ”Allah”, ”dosa”, ”jiwa”, dan ”maut” mempunyai arti yang berbeda bagi masing-masing orang. Cocok sekali kata-kata dari sarjana Inggris John Selden, yang 300 tahun lalu berkata, ”Jika masalah itu diteliti dengan baik, anda jarang akan menemukan tiga [pribadi] di mana saja dengan persepsi agama yang sama dalam semua pokok.” Inilah warisan umat manusia, semua karena pemburu yang gagah perkasa pada zaman dulu itu, tidak mendapat restu sang Pencipta, dan gagal menyelesaikan menara itu.
Peninggalan Babel pada Zaman Modern
”Dari agama-agama yang kita kenal, tidak ada yang dapat mengajukan begitu banyak dewa seperti agama Sumer-Asyur-Babel,” kata penulis wanita Petra Eisele. Ia menyebutkan tentang 500 dewa, dan mengatakan bahwa beberapa daftar yang lebih ekstensif menyebut sampai 2.500 nama. Akhirnya, dengan berlalunya waktu, ”para teolog yang resmi dari Babel menetapkan hirarki dewa-dewa tersebut kurang lebih dengan pasti, dengan membagi mereka ke dalam kelompok-kelompok tiga serangkai”, kata New Larousse Encyclopedia of Mythology. Salah satu dewa tiga serangkai yang terkemuka terdiri dari Anu, Enlil dan Ea. Yang lain terdiri dari dewa-dewa perbintangan Sin, Samas, dan Istar, yang juga dikenal sebagai Astarte, dewi bunda, istri Tamuz.
Marduk, dewa Babel yang paling penting, yang belakangan disebut Enlil atau Bel, adalah dewa peperangan. Paths of Faith mengatakan bahwa ini ”merupakan suatu pengakuan agama akan fakta sejarah bahwa peperangan telah menjadi suatu hal yang makin mengasyikkan bagi orang-orang Babel, hamba-hamba dari dewa-dewa tersebut”. Seorang pemburu yang gagah perkasa seperti Nimrod, yang memburu manusia maupun binatang, secara logis akan menyembah dewa peperangan, dan bukan ”Allah, sumber kasih dan damai sejahtera” yang disebut dalam Alkitab.—2 Korintus 13:11.
Dewa-dewa Babel dan Asyur, mengherankan sekali, sangat ”manusiawi”, memiliki kebutuhan dan nafsu yang sama seperti makhluk-makhluk yang fana. Inilah awal berkembangnya upacara-upacara dan praktik-praktik agama, seperti pelacuran di kuil, yang tidak mungkin berasal dari Allah.
Ilmu sihir, mantera untuk mengusir setan, dan astrologi juga merupakan bagian dari agama Babel. Petra Eisele menyatakan bahwa ”kemungkinan obsesi akan ilmu sihir di negeri-negeri Barat. . . . berasal dari Kaldea”. Dan orang Babel membuat kemajuan yang menakjubkan dalam mempelajari astronomi sambil berupaya meramalkan masa depan melalui bintang-bintang.
Orang-orang Mesopotamia juga percaya pada kekekalan jiwa manusia. Ini mereka perlihatkan dengan mengubur benda-benda bersama dengan orang mati untuk digunakan dalam kehidupan di alam baka.
Nah, pertimbangkan sejenak beberapa dari agama-agama utama zaman sekarang. Tahukah anda tentang agama yang mengajarkan bahwa jiwa manusia itu kekal, yang mengajarkan bahwa Allah merupakan trinitas dari tiga allah dalam satu, yang mengizinkan imoralitas di antara anggotanya tanpa hukuman, yang turut campur dalam politik, atau memiliki anggota yang lebih bersedia mengorbankan kehidupan mereka kepada dewa peperangan daripada kepada Allah yang damai? Jika demikian, maka anda telah mengenali organisasi-organisasi modern yang seperti keturunan dari organisasi Babel, yang masih mempromosikan peninggalan agama dari zaman menara Nimrod. Dengan tepat, nama ”Babel” digunakan dalam Alkitab untuk menunjukkan seluruh imperium agama palsu sedunia. —Lihat Wahyu, pasal 17 dan 18.
-
-
Bagian 2: 2369-1943 S.M.—Seorang Pemburu, Sebuah Menara, dan Anda!Sedarlah!—1989 (No. 29) | Sedarlah!—1989 (No. 29)
-
-
[Kotak di hlm. 27]
Apakah Salib Berasal dari Babel?
”Babel”, ”Kaldea”, dan ”Mesopotamia” semua memaksudkan daerah yang sama dari apa yang sekarang disebut Irak. Julien Ries dari Université Catholique de Louvain-la-Neuve di Belgia menulis, ’Salib sudah ada pada zaman kebudayaan kuno Asia, Eropa, Afrika Utara, dan Amerika [termasuk] di Mesopotamia [di mana] salib dengan empat tangan yang sama merupakan tanda untuk langit dan dewa Anu.’ ”Expository Dictionary of New Testament Words” lebih spesifik, dengan mengatakan bahwa salib ”berasal dari Kaldea kuno, dan digunakan sebagai lambang dewa Tamuz (karena berbentuk Tau yang mistik, huruf awal dari namanya)”. Maka salib jelas berasal dari zaman pra-Kekristenan. Beberapa orang menyatakan bahwa Tamuz, yang juga disebut Dumuzi, mulanya adalah seorang raja dan dipuja setelah kematiannya. Misalnya, O. R. Gurney menulis dalam ”Journal of Semitic Studies”, ”Dumuzi pada mulanya seorang manusia, seorang raja dari Erekh”. Mungkinkah ini memaksudkan Nimrod, yang dikatakan Alkitab, ”Mula-mula kerajaannya terdiri dari Babel, Erekh”? (Kejadian 10:10) Saat ini belum ada cara untuk mengetahui dengan pasti.
-