PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Mengapa Bank Pailit
    Sedarlah!—1987 (No. 20) | Sedarlah!—1987 (No. 20)
    • Mengapa Bank Pailit

      PADA tahun 1970 ketika Bank Hawaii membuka cabang di pulau Yap di Mikronesia, ada suatu problem: bagaimana meyakinkan orang-orang Yap untuk menyimpan uang mereka di bank. ”Kami mengadakan rapat-rapat desa dan mulai dari dasar,” pejabat bank Dominic B. Griffin III menjelaskan. ”Dalam perekonomian sederhana, apapun bisa menjadi uang. Maka kami harus menjelaskan bahwa babi bukan uang, tetapi tanda tangan di atas secarik kertas adalah uang.”

      Problem tersebut menekankan pokok dasar: Perbankan modern didasarkan atas kepercayaan. Bisnis itu didirikan atas kepercayaan orang-orang—individu-individu dan juga perusahaan-perusahaan dagang—terhadap bank yang berurusan dengan mereka dan terhadap perwakilan-perwakilan yang mendukungnya.

      Yap sebenarnya sudah memiliki sebuah bank-bank uang batu. Selama berabad-abad kebudayaannya menggunakan roda batu yang besar sebagai mata uang. Begitu besarnya uang batu itu sehingga ruangan besi tidak diperlukan untuk menyimpan atau melindunginya. Malahan, batu itu disandarkan pada tembok-tembok dan pohon-pohon sepanjang jalan di luar Kolonia. Penggaliannya dilakukan di Kepulauan Belau, bagian barat daya Pulau Yap, dan nilainya ditentukan oleh seberapa sulit batu itu didapat dan diangkut ke Pulau Yap dengan kapal-kapal kecil. Uang batu tidak pernah dipindahkan. Semua orang mengenal setiap potong uang dan sejarahnya. Hak milik berpindah dari satu keluarga ke lain keluarga sewaktu membeli tanah atau barang.

      Jadi, Yap, sama sekali harus dibawa dari ”jaman batu” ke jaman bisnis bank elektronik yang modern, harus diperkenalkan kepada rekening cek dan rekening deposito, penukaran mata uang asing, surat obligasi simpanan, setoran uang dengan telegraf. Mereka harus belajar tentang nilai kertas yang tercetak dan menaruh kepercayaan kepada bank yang akan mengurus uang yang tidak dapat mereka lihat.

      Itulah yang terjadi di seluruh dunia sekarang. Tidak seorang pun benar-benar meminta sebuah bank untuk memperlihatkan kepadanya uang mereka. Malahan, kebanyakan transaksi terjadi secara elektronik atau melalui sebuah cek. Orang percaya bahwa bank akan memberikan dana yang dijanjikan bila diminta atau sewaktu rekening deposito jatuh tempo. Tetapi sebenarnya bank menyimpan dalam lemari besinya hanya jumlah uang yang diperlukan untuk pengambilan rutin setiap hari. Mereka tahu dari pengalaman seberapa banyak uang tunai yang diperlukan pada waktu atau masa tertentu. Lalu, di manakah semua uang lainnya?

      Bisnis Bank

      Bank adalah usaha bisnis. Seperti perusahaan untuk diri sendiri, para pemegang saham, dan para deposan, juga untuk menutupi biaya operasinya. Tetapi bank juga menciptakan uang. Bagaimana caranya?

      Dennis Turner menjelaskan dalam bukunya When Your Bank Fails (Bila Bank Anda Pailit), ”[Sistem cadangan Fed[eral] meminta supaya bank-bank menyimpan hanya sejumlah kecil dari deposito mereka. Karena kebutuhan cadangan berbeda bergantung pada besarnya bank dan jenis deposito, persentasenya sekarang [1983] rata-rata 8%. Jika seorang deposan menyetor uang $100 ke dalam rekeningnya, bank boleh meminjamkan $92 dari jumlah itu. Peminjam, apakah ia membelanjakan atau menyimpan uang tersebut ke dalam rekening bank yang lain, akan menciptakan $92 dalam deposito yang baru. Dari deposito ini $84,64 dapat dipinjamkan ke luar, sementara $7,36 disimpan untuk cadangan. Proses piramid ini berlangsung terus, sehingga dengan persyaratan cadangan 8%, deposito $100 dapat menghasilkan uang sejumlah $1.200.”

      Biasanya bank meminjamkan sampai ke batas penuh yang diijinkan. Tetapi jika tersebar desas-desus bahwa bank sedang dalam kesulitan, para deposan tidak lagi percaya kepada bank tersebut dan ramai-ramai menarik uang. Bank tidak sanggup membayar uang semua deposan yang menuntut dan mungkin akan pailit—kecuali diselamatkan oleh pemerintah atau bergabung dengan bank yang lebih kuat. Bahkan bank-bank yang cukup kuat telah pailit dengan cara ini.

      Alasan-Alasan Lain Terjadinya Kepailitan

      Sering kali justru pinjaman itu yang menyulitkan sebuah bank, terutama jika dibuat untuk jangka panjang dengan bunga yang kecil. Biasanya tidak ada problem jika ekonomi tetap stabil dan suku bunga yang dibayarkan bank kepada deposan atau sumber-sumber lain lebih kecil dari pada suku bunga pinjaman. Tetapi jika suku bunga yang dibayarkan naik, seperti yang terjadi akhir-akhir ini, bank berada dalam posisi membayar lebih banyak dari pada yang diterima.

      Bahkan lebih buruk lagi apabila orang yang meminjam tidak dapat membayar kembali. Inilah yang terjadi sekarang atas banyak petani di Amerika Serikat. Kelalaian sedemikian telah menyebabkan banyak bank kecil setempat pailit. ”Tepatnya setengah dari bank-bank pada daftar pailit tahun 1985 disebutkan sebagai bank-bank pertanian, artinya, paling sedikit 25% dari pinjamannya menyangkut usaha pertanian,” kata surat kabar bidang keuangan American Banker (Bankir Amerika).

      Penipuan dan penggelapan besar-besaran merupakan alasan lain terjadinya kepailitan bank. Abad transfer elektronik telah memungkinkan pencurian uang yang begitu rupa sehingga perampokan bank jaman dulu kelihatan belum apa-apa. ”Ekonomi Amerika menderita kerugian 500 juta dollar lebih setiap tahun dengan cara ini,” kata surat kabar harian Paris Le Figaro. ”Di Eropa, bank-bank yang besar lebih berhati-hati dengan angka-angka, karena tidak ingin mengungkapkan problem mereka. Namun mereka mengakui kehilangan lebih banyak uang karena penipuan lewat komputer dari pada perampokan atau pencurian biasa. Penipuan lewat komputer telah menjadi momok ekonomi modern kita. . . . Begitu langkah penangkis ditemukan oleh ahli-ahli komputer, lubang-lubang baru muncul dan dengan cepat dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk kepentingan mereka sendiri.”

      Sebagaimana pada setiap usaha, manajemen yang salah dan praktek bisnis yang buruk dapat juga menyebabkan kepailitan. Sebenarnya, manajemen yang salah dikatakan memainkan peranan yang sangat penting dalam banyak kepailitan bank. Mungkin para direktur bank membuat pinjaman tanpa jaminan kepada teman-teman atau keluarga mereka. Atau mungkin mereka terlalu berlebih-lebihan dalam masa-masa yang lebih makmur. Atau ketamakan serta usaha untuk mendapatkan hasil yang luar biasa atau untuk ingin cepat kaya menyebabkan beberapa investasi yang ceroboh.

      Kadang-kadang, persaingan yang kuat telah membuat bank-bank mengambil risiko yang luar biasa. Beberapa terjerat ke dalam kebijaksanaan mereka sendiri dengan terlalu agresif memberi pinjaman. Guna menutupi sewaktu terjadi problem dan untuk memperbaiki cadangan dan arus uang tunai, beberapa bank berusaha memikat para deposan dengan menawarkan bunga yang tinggi atau bahkan membuat investasi lebih jauh dalam usaha-usaha yang berbahaya.

      Asuransi pemerintah untuk deposito-deposito—yang menjamin bahwa, apapun yang terjadi, uang para deposan akan dibayar kembali—juga telah menyebabkan beberapa bank benar-benar tidak ambil pusing. Tetapi masa depan tidak dapat diramalkan. Beberapa bank yang membuat investasi dalam bidang minyak atau bidang-bidang energi lain sewaktu hal-hal tersebut sedang sukses dan harganya tinggi, misalnya, menjadi bangkrut sewaktu harganya jatuh atau usaha gagal. Atau jika mata uang naik nilainya, hal itu dapat membawa malapetaka bagi orang-orang yang berharap membayar kembali uang yang dipinjam dengan mata uang yang nilainya lebih rendah karena inflasi.

      Problem-problem yang dapat mengakibatkan kepailitan bank ini dialami bukan hanya oleh bank-bank yang kecil. Beberapa lembaga keuangan terbesar di dunia juga mengalami kesulitan. Banyak yang telah meminjamkan berjuta-juta, bahkan bermilyar-milyar dollar kepada negara-negara Dunia Ketiga yang sekarang tidak dapat membayar kembali bunga, apalagi pokok hutangnya. Banyaknya kepailitan bank tahun-tahun belakangan ini telah dipermasalahkan di seluas dunia. Apakah kepercayaan kita salah tempat? Seberapa amankah bank sebenarnya?

      [Daftar/Gambar di hlm. 18]

      Kejatuhan Bank A.S.a

      1977 - 6

      1978 - 7

      1979 - 10

      1980 - 10

      1981 - 10

      1982 - 42

      1983 - 48

      1984 - 79

      1985 - 120

      [Catatan Kaki]

      a Bank-bank yang diasuransikan oleh FDIC (Federal Deposit Insurance Corporation atau Perusahaan Asuransi Deposito Federal). Ini tidak mencakup kepailitan dari lembaga-lembaga bank tabungan lainnya. Tambahan 1.196 bank tercantum dalam catatan problem FDIC pada tanggal 11 Maret 1986.

      [Gambar di hlm. 17]

      Uang batu Yap terlihat di luar rumah ini

  • Seberapa Amankah Bank?
    Sedarlah!—1987 (No. 20) | Sedarlah!—1987 (No. 20)
    • Seberapa Amankah Bank?

      ”Menurut pendapat kami itu hanya soal waktu-waktu yang relatif singkat—sebelum terjadinya penarikan uang beramai-ramai pada bank-bank seluruh dunia, dan akhirnya semua bank ditutup.”—When Your Bank Fails, (Bila Bank Anda Pailit), oleh Dennis Turner.

      ”Sistem bank benar-benar aman. Kita memiliki mekanisme yang tepat untuk menyelesaikan segala problem, besar atau kecil, yang mungkin timbul.”—William Isaac, bekas ketua Federal Deposit Insurance Corporation (Perusahaan Asuransi Deposito Federal), dikutip dalam U.S.News & World Report.

      HANYA sedikit orang yang menyimpan uang di bawah kasur tempat tidur. Selain bahaya kehilangan karena api atau pencuri, uang yang disimpan akan mati. Uang tersebut tidak akan bertambah malah boleh jadi berkurang nilainya karena inflasi atau devaluasi mata uang.

      Untuk menambah simpanan seseorang, uang harus digunakan. Sarana yang paling banyak diterima dan digunakan—baik untuk penyimpanan yang aman maupun untuk keuntungan—adalah bank. Tetapi seberapa amankah bank-bank tersebut? Seperti yang ditunjukkan oleh kutipan di atas, ada pandangan-pandangan yang satu sama lain sangat berbeda.

      Adakah Alasan untuk Kuatir?

      ”Sistem perbankan di seluruh dunia sangat berhubungan satu sama lain,” kata David Rockefeller, presiden Bank Chase Manhattan yang sudah pensiun. ”Bank-bank memang perlu mengadakan banyak hubungan bisnis satu sama lain, sehingga ada saling ketergantungan yang amat besar.” Akibatnya tidak ada bank atau bangsa yang benar-benar berdiri sendiri. Maka bila suatu bank pailit, ada kekuatiran bahwa hal itu akan menjatuhkan bank-bank lain atau mengurangi kepercayaan yang begitu penting bagi industri bank tersebut. Kemudian ada kemungkinan bahwa para deposan di mana-mana akan berbondong-bondong mengambil uang mereka sehingga menyebabkan jatuhnya bank-bank lain dengan pengaruh beruntun yang tidak terkendali.

      Apakah kegagalan sebuah bank di suatu tempat dapat meruntuhkan sistem bank internasional? ”Para pengatur di A.S. maupun negara-negara lain harus mengambil langkah-langkah yang pasti untuk mencegah setiap kepailitan besar yang sudah di ambang pintu,” kata Rockefeller. ”Saya kira hal itu sama sekali tidak mungkin terjadi.”

      Sejauh ini, walaupun ada beberapa problem serius dan kejatuhan bank di seluruh dunia tahun-tahun belakangan ini, pemerintah telah campur tangan untuk membantu lembaga-lembaga keuangan yang berada dalam kesulitan. ”Para menteri keuangan dan bankir-bankir lebih kuatir terhadap momok tahun 1929, dan mereka bersedia melakukan apapun juga untuk dapat menghindari terulangnya malapetaka keuangan tersebut yang terjadi lima puluh tahun lalu—dengan harapan yang sedikit banyak disadari agar dapat menghindari pengaruhnya yang nampaknya tidak dapat dielakkan, perang dunia,” mingguan Prancis L’Express menjelaskan. Namun, ada alasan untuk kuatir.

      Problem Hutang

      Bank memang merupakan bisnis yang mengandung risiko. Mereka menangani banyak sekali uang yang bagian terbesarnya bukan milik mereka sendiri. Lagi pula, mereka menciptakan uang dan meminjamkan melebihi nilai bersihnya. Walaupun mereka telah sangat berhati-hati, bank tahu bahwa ada beberapa pinjaman yang tidak akan terbayar. Maka sejumlah uang tertentu disisihkan sebagai cadangan pinjaman untuk menutupi pinjaman yang tidak tertagih. Tetapi jika jumlah pinjaman yang memburuk menjadi luar biasa, cadangan-cadangan tersebut tidak akan cukup untuk menutupi kerugian pinjaman yang banyak, atau penarikan uang di bank secara beramai-ramai. ”Semakin banyak kekayaan bersih dipertaruhkan akibat pinjaman yang buruk, semakin lemah keuangan bank,” kata majalah New York. ”Kebangkrutan (atau kepailitan) terjadi bila semua kekayaan bersih bank tersebut terpakai.”

      Lebih banyak bank sekarang mengalami hal sedemikian—banyak sekali pinjaman mereka yang menjadi buruk, dan tidak ada cukup modal untuk menutupinya. Ada banyak alasan yang diberikan: krisis minyak, pembatasan dan defisit perdagangan, kejatuhan ekonomi, suku bunga yang tidak stabil, larinya modal ke luar negeri, inflasi, disinflasi, resesi, kebijaksanaan meminjamkan yang terlalu agresif, kebangkrutan badan hukum, persaingan yang hebat, deregulasi atau penghapusan peraturan—bahkan ketidaktahuan atau kebodohan.

      Tetapi ada cara-cara untuk menyelamatkan diri—di atas kertas. Menjadwalkan kembali pinjaman-pinjaman, memperpanjang hutang untuk jangka waktu yang lebih lama, adalah cara yang terus digunakan. Cara yang lain adalah untuk mendaftarkan semua nilai pinjaman, walaupun hanya sedikit harapan untuk kembalinya seluruh pokok hutang. Taktik yang sering digunakan adalah meminjamkan lebih banyak uang kepada peminjam sehingga mereka dapat membayar bunga pinjaman mereka.

      Semua metode ini sedang digunakan oleh bank-bank sehubungan dengan hutang negara-negara Dunia Ketiga, yang dianggap oleh banyak orang sebagai ancaman terbesar bagi kestabilan sistem bank internasional. Menurut penyelidikan Bank Dunia, lebih dari seratus negara-negara berkembang mempunyai hutang luar negeri sejumlah total kira-kira $950 milyar pada akhir tahun 1985, kenaikan 4,6 persen dari tahun sebelumnya. Walaupun jumlahnya sudah terlalu banyak, diperkirakan pinjaman akan mencapai $1.01 trilyun pada akhir tahun 1986. Apa sebabnya? Karena banyak negara tersebut sama sekali tidak dapat membayar kembali dan minta diberi lebih banyak waktu dan uang. Mengingat besarnya pinjaman mereka, bank-bank memenuhinya. Seperti dikatakan seseorang, ”Jika saya berhutang kepada anda satu dollar, saya di bawah kuasa anda; tetapi jika saya berhutang kepada anda satu juta dollar, anda berada di bawah kuasa saya.”

      Bayangan yang selalu muncul adalah kemungkinan jika karena jemu dengan kesulitan-kesulitan akibat program-program yang ketat, beberapa negara yang sudah dililit hutang bisa saja memutuskan tidak mau membayar sama sekali. Bank-bank tidak dapat memaksa negara-negara yang merdeka untuk membayar. ”Bagi bank-bank tersebut, arti krisis hutang sedunia sudah jelas,” kata majalah Savvy. ”Mereka memperoleh sebagian besar keuntungan dengan memberikan pinjaman, dan jika negara-negara tidak membayar hutang yang besar, keuntungan bank, pokok modal, dan harga saham akan jatuh dengan cepat. . . . Kelalaian membayar hutang yang besar oleh negara-negara Dunia Ketiga dapat membebani sehingga sampai mematahkan sistem keuangan, yang mungkin mengakibatkan jatuhnya bank-bank yang besar.”

      Kelalaian membayar hutang oleh empat negara saja—Meksiko, Brasilia, Argentina, dan Venezuela—dapat mengakibatkan jatuhnya sembilan bank A.S. yang terbesar, para ahli memperingatkan. ”Bahwa kelalaian membayar hutang tersebut belum benar-benar terjadi sungguh menakjubkan,” kata The New York Times Magazine. ”Memang, seseorang dapat mempertalikannya dengan ilmu bahasa yang menyangkut makna kata-kata (semantik). Sebagaimana peperangan tidak lagi ’diumumkan’, tidak seorang pun sekarang diumumkan lalai melaksanakan kewajibannya ’secara hukum’.”

      ”Apakah Bank Saya Aman?”

      Dapatkah seseorang mengetahui apakah sebuah bank kuat dan sanggup membayar hutangnya? ”Bagi kebanyakan deposan sulit atau tidak mungkin mengetahui bagaimana keadaan sebuah bank,” kata majalah Changing Times. The New York Times menambahkan, ”Pengalaman akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sangat sulit bagi orang-orang luar mengetahui kekuatan sebuah bank. Praktis setiap bank besar yang jatuh atau hampir jatuh belakangan ini, tadinya sangat dipuji oleh para analis saham bank. . . . Bahkan para pengatur dan para pemeriksa pembukuan bank tidak sanggup mengetahui kesulitan yang serius sebelum hal itu berlangsung lama.”

      Umumnya, sebanyak-banyaknya yang dilakukan seorang nasabah adalah memeriksa bank tersebut dari luar: jenis jasa yang ditawarkan, keramahan dan kecepatan pelayanannya. Sebenarnya, sewaktu bank diiklankan, biasanya hal-hal itulah yang mereka tekankan—bankir yang ramah, pinjaman yang cepat, rekening atau pelayanan yang istimewa, kemudahan. Kadang-kadang hadiah ditawarkan untuk memikat deposan-deposan baru. Tetapi sedikit yang dikatakan tentang kekuatan keuangan bank tersebut. Tentu saja, pelayanan bank penting. Yang perlu diingat juga adalah bunga yang diberikan dan bagaimana bunga majemuknya, karena hasilnya berbeda-beda. Namun yang paling penting bagi deposan tersebut adalah jaminan uangnya.

      Jawaban untuk hal ini adalah asuransi deposito. ”Karena adanya asuransi deposito, kecuali sistem bank jatuh total, hal ini adalah problem para bankir dan para pemilik saham bank, bukan problem para deposan,” kata The Atlantic Monthly. ”Kepailitan bank sekarang sangat tidak mungkin membawa kerugian bagi individu seperti pada tahun tiga puluhan.”

      Jadi sebaiknya memeriksa apakah rekening tersebut diasuransikan dan oleh siapa. Asuransi pemerintah, tentu, adalah yang terbaik. Misalnya, Perusahaan Asuransi Deposito Federal di Amerika Serikat. Beberapa orang diberitahukan bahwa rekening mereka telah diasuransikan. Belakangan ternyata bahwa itu diasuransikan pada agen-agen pribadi yang tidak memiliki cukup uang untuk membayar kembali semua deposan sewaktu bank-bank tersebut pailit. Periksa juga jumlah yang diasuransikan. Jika rekening anda melebihi batas itu, pertimbangkan untuk membuka rekening di bank lain sehingga semua uang anda akan terlindung.

      Apa yang Akan Terjadi?

      Kepailitan bank-bank diramalkan akan berlangsung terus dan mungkin jumlahnya bahkan bertambah. Namun, yang terpenting bagi sistem bank adalah untuk mempertahankan kepercayaan kepadanya. ”Suatu krisis akan terjadi hanya jika para deposan menafsirkan kegoncangan-kegoncangan keuangan yang tiba-tiba sebagai alasan untuk mengambil uang mereka dari bank-bank yang kena akibatnya,” kata majalah Fortune. Maka, segala usaha dibuat untuk memperkuat sistem tersebut agar kepercayaan itu tetap teguh.

      Rencana-rencana juga dijalankan untuk mengurangi hutang negara-negara Dunia Ketiga sampai tingkat-tingkat yang dapat diatasi dan membantu mereka untuk memenuhi kewajiban mereka. ”Pada akhirnya, kekurangan uang yang sangat banyak akan diserap oleh para pembayar pajak seluas dunia,” kata Albin Chalandon, bekas Menteri Perencanaan Industri Prancis.

      Kalau begitu, seberapa amankah, bank-bank tersebut? Seorang pejabat bank menyatakannya demikian, ”Bank-bank sama amannya seperti pemerintah-pemerintah yang mendukungnya.” Walaupun pernyataan itu nampaknya meyakinkan sekarang, justru hal itu menjadi alasan bagi orang-orang yang menggunakan pikiran untuk ragu-ragu. Mengapa? Karena Alkitab menubuatkan kehancuran total dari semua pemerintahan bumi dan digantikan dengan Kerajaan Allah yang kekal. (Daniel 2:44) Dan ditunjukkan bahwa kejadian-kejadian di abad ke-20 ini justru menandakan akhir susunan perkara sekarang.—Matius 24:3, 6, 7, 21, 22.

      Alkitab menceritakan bahwa pada waktu itu orang-orang membuang bahkan emas dan perak mereka ke jalan karena tidak ada nilainya untuk menyelamatkan mereka. (Yehezkiel 7:19; Zefanya 1:18) Mengingat hal itu akan terjadi pada benda-benda yang lebih berharga ini, apakah kita dapat menaruh kepercayaan pada mata uang suatu negara atau pada lembaga keuangan yang bergantung padanya? Pemerintahan yang mendukungnya akan berakhir!

      Maka Yesus dengan tepat memperingatkan, ”Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. . . . Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (”kekayaan”, NW).”—Matius 6:19-21, 24.

      [Kotak di hlm. 21]

      Situasi Bank—Apa Kata Orang-Orang Lain

      ● ”Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa pemerintah berlusin-lusin negara yang dililit hutang, Dana Moneter Internasional, the Federal Reserve Board (Dewan Cadangan Federal), dan beratus-ratus bank Amerika dan bank-bank asing sama-sama menghadapi krisis keuangan yang paling parah dan paling luas sejak tahun 1930-an.”—Majalah New York.

      ● ”Kebijaksanaan sekarang hanya memberikan perlindungan yang sangat tidak menentu. Keamanan keuangan dunia seperti telur di ujung tanduk. Krisis hutang tidak hanya mengancam perkembangan di negara-negara berkembang tetapi juga kestabilan sistem bank negara-negara industri.”—Laporan oleh sebuah kelompok ahli Persemakmuran, The Guardian dari London.

      ● ”Hutang negara-negara berkembang yang sangat banyak kepada bank-bank Amerika Serikat membahayakan seperti tanah longsor yang akan menimpa sistem bank Amerika.”—The New York Times Magazine.

      ● ”Total pinjaman sedunia begitu besar sehingga telah menjadi dasar yang dipersiapkan bagi krisis hutang kelas satu dalam sistem bank internasional.” ”Ironi krisis hutang terbesar sedunia adalah bahwa bank-bank telah terperosok begitu jauh sehingga tidak dapat keluar tanpa menjatuhkan seluruh bangunan yang lemah tersebut.”—Majalah Savvy.

      ● ”Keadaan sekarang lebih kritis dan lebih berbahaya dari pada keadaan pada tahun 1930-an.”—Ahli Ekonomi Jerman Barat Kurt Richebächer, U.S.News & World Report.

      [Tabel di hlm. 22]

      Tujuh Belas Negara Berkembang yang Dililit Hutang

      Negara Hutang Luar Negeri Persentase Pinjaman

      (dalam milyaran $ A.S.) dari Sumber-Sumber

      Pribadia

      Argentina 50.8 86.8

      Bolivia 4.0 39.3

      Brasilia 107.3 84.2

      Chili 21.0 87.2

      Colombia 11.3 57.5

      Costa Rica 4.2 59.7

      Ecuador 8.5 73.8

      Pantai Gading 8.0 64.1

      Jamaica 3.4 24.0

      Meksiko 99.0 89.1

      Maroko 14.0 39.1

      Nigeria 19.3 88.2

      Peru 13.4 60.7

      Filipina 24.8 67.8

      Uruguay 3.6 82.1

      Venezuela 33.6 99.5

      Yugoslavia 19.6 64.0

      Total 445.9 80.8

      [Catatan Kaki]

      a Kebanyakan bank-bank komersial

      Sumber, World Debt Tables (Daftar Hutang Dunia), edisi 1985-86, diterbitkan oleh Bank Dunia, Washington, D.C.

      [Gambar di hlm. 20]

      Jika banyak bank besar pailit, pengaruh beruntun akan menyebabkan jatuhnya seluruh sistem bank

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan