PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Mencapai ”Semua Orang” di Belgia
    Menara Pengawal—1992 | 15 Desember
    • Di sebuah halte bis, seorang Saksi memulai percakapan dengan seorang wanita Afrika hanya dengan senyuman yang hangat. Wanita itu segera mengungkapkan sukacitanya sewaktu mendengar tentang Kerajaan Allah, dan ia ingin mengetahui lebih banyak tentang Alkitab. Ia menerima majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! dan memberikan alamatnya kepada Saksi tersebut. Ketika Saksi itu mengatakan bahwa ia akan segera mengunjunginya, wanita itu keberatan. ”Tidak! Tidak! Mari kita membuat janji yang pasti sehingga saya akan berada di rumah apabila Anda datang.”

      Tiga hari kemudian, sewaktu Saksi tersebut akan mengadakan kunjungan, ia kehilangan alamat wanita tadi. Namun dengan mengingat nama jalannya, ia pergi dan memeriksa setiap rumah untuk melihat apakah ia dapat menemukan nama seorang Afrika. Ia sampai ke ujung jalan tanpa mendapatkan apa yang ia cari. Sungguh mengecewakan! Sewaktu ia siap untuk pergi, tiba-tiba, muncul entah dari mana, berdiri di hadapannya wanita yang ia sedang cari, dan waktunya tepat seperti yang telah mereka setujui untuk bertemu! Suatu pengajaran Alkitab di rumah dimulai.

      Bagaimana dengan adat, kepercayaan dan tradisi yang berbeda-beda? Misalnya, bagaimana dengan kepercayaan Hindu? Nah, seorang perintis mengingat apa yang telah dibacanya dalam buku Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab. Buku itu mengatakan, ”Daripada berusaha membahas rumitnya filsafat Hindu, persembahkan kebenaran-kebenaran yang memuaskan yang terdapat dalam Alkitab. . . . Kebenaran-kebenaran yang jelas dalam firman-Nya akan mencapai hati orang-orang yang lapar dan haus akan kebenaran.”

      Itulah tepatnya yang dilakukan perintis tersebut sewaktu ia bertemu Kashi, seorang wanita dari India yang menerima pengajaran Alkitab. Kashi membuat kemajuan yang mantap, dan segera ia berbicara dengan semua temannya mengenai apa yang sedang ia pelajari. Suatu hari perintis tersebut bertemu seorang istri duta besar, yang bertanya, ”Apakah Anda yang mengajarkan Alkitab kepada Kashi?” Alangkah terkejutnya perintis itu ketika wanita tadi berkata, ”Sungguh, ia guru yang hebat! Ia dapat meyakinkan saya tentang banyak pokok. Bayangkan, ia, seorang Hindu, mengajarkan Alkitab kepada saya yang beragama Katolik!”

      Jika saudara bertemu orang-orang Filipina, dengan segera saudara menyadari bahwa kebanyakan dari mereka mengasihi Alkitab. Mereka ramah dan bersikap terbuka, dan sangat mudah memulai percakapan dengan mereka. Seorang wanita Filipina segera menerima dua majalah, namun karena beragama Katolik, ia membuangnya. Beberapa minggu kemudian ia kembali menerima dua majalah, yang ia tinggalkan dalam tasnya. Suatu malam ia merasa ingin membaca. Setelah mencari-cari bacaan yang menarik, ia menemukan majalah-majalah tadi. Dengan ragu-ragu, ia mulai membaca, kemudian minatnya bertumbuh. Segera setelah itu, seorang Saksi mengunjungi rumahnya, dan wanita itu mengajukan banyak pertanyaan. Inilah pertama kalinya ia membandingkan kepercayaan Katolik dengan apa yang dikatakan Alkitab. Persembahan ayat-ayat Alkitab yang logis meyakinkannya bahwa akhirnya ia mendapatkan kebenaran.

      ”Lemparkanlah Rotimu”

      Banyak dari antara penduduk asing berada di Belgia untuk alasan bisnis atau bekerja pada salah satu dari 150 kedutaan besar yang diakui atau Komisi Masyarakat Eropa (European Community Commission). Kebanyakan dari mereka tinggal hanya untuk beberapa tahun. Pada mulanya, memberi kesaksian dan memberi pengajaran Alkitab kepada mereka tampaknya mungkin tidak membuahkan hasil. Tetapi Alkitab mengingatkan kita, ”Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu.” (Pengkhotbah 11:1) Hasilnya sering kali mendapat imbalan di luar dugaan.

      Inilah yang terjadi dengan seorang wanita Amerika yang secara tetap tentu menerima majalah dari seorang Saksi. Pada waktunya, Saksi itu menunjukkan manfaat dari mempelajari Alkitab dengan tetap tentu, dan ia menawarkan pengajaran kepadanya. Wanita tersebut menerima tawaran itu dan membuat kemajuan pesat. Segera ia melihat perbedaan antara agama yang benar dan yang palsu. Karena itu ia membuang semua patung agama dari rumahnya. Kemudian tibalah waktunya ia harus kembali ke Amerika Serikat. Apakah itu berarti akhir dari kemajuan rohaninya? Bayangkan sukacita dan terkejutnya Saksi tadi sewaktu menerima telepon dari seorang saudari Saksi di Amerika Serikat yang mengatakan bahwa wanita tersebut telah melanjutkan pelajarannya, telah membaktikan kehidupannya kepada Allah Yehuwa, dan telah dibaptis! Malahan, ia sudah melayani sebagai perintis ekstra.

      Hal yang sama nyata berkenaan Kashi, wanita India itu, dan berkenaan wanita Filipina yang disebutkan sebelumnya. Ketika Kashi kembali ke India, ia dan suaminya melanjutkan pengajaran Alkitab mereka. Akhirnya, mereka berdua membaktikan diri kepada Yehuwa dan mengambil bagian dalam pekerjaan pengabaran. Karena mereka tinggal di suatu daerah yang tidak ada Saksi-Saksi lain, mereka menawarkan rumah mereka untuk pembahasan Pelajaran Buku Sidang. Kashi melayani sebagai perintis ekstra sejauh kesehatannya mengizinkan, dan ia memimpin enam pengajaran Alkitab di rumah, yang mencakup sejumlah 31 orang. Dengan cara serupa, pada waktunya wanita Filipina tersebut pindah ke Amerika Serikat, maju ke arah pembaktian dan pembaptisan, dan menjadi perintis biasa. Antara lain itulah hasil-hasil yang membahagiakan yang dinikmati para penyiar Kerajaan di Belgia seraya mereka terus mengabar kepada orang-orang di daerah mereka.

  • Mencapai ”Semua Orang” di Belgia
    Menara Pengawal—1992 | 15 Desember
    • Mereka yang bekerja di kalangan penduduk Arab mendapati bahwa mereka sering kali dapat membangkitkan minat pada Alkitab dengan menonjolkan nilai praktisnya. Seorang penyiar Kerajaan mengadakan percakapan yang menarik dengan seorang profesor berkebangsaan Arab, kemudian selama tiga tahun sesudahnya ia tidak dapat menemui profesor itu lagi. Karena tidak mudah patah semangat, ia memutuskan untuk meninggalkan catatan beserta pertanyaan-pertanyaan tentang Alkitab untuk profesor itu. Catatan ini begitu menggugahnya sehingga ia bersedia memeriksa Alkitab secara objektif. Ia begitu takjub dengan apa yang ia temukan sehingga ia dan istrinya, keduanya Muslim, menyisihkan malam-malam tertentu untuk membaca Alkitab bersama.

      Mereka yang berupaya membantu penduduk Cina yang banyak berada di kota-kota besar memiliki kendala lain yang harus diatasi selain hambatan bahasa. Kebanyakan orang Cina tidak mempercayai Allah sebagai Pencipta atau Alkitab sebagai Firman Allah. Akan tetapi, mereka penasaran dan ingin tahu tentang semua itu. Mereka juga gemar membaca. Bukan hal yang luar biasa bagi mereka untuk menyelesaikan membaca lektur Alkitab apa pun yang ada pada mereka, atau bahkan membaca banyak ayat Alkitab, hanya dalam beberapa hari saja. Jika hati mereka benar, mereka digerakkan oleh kuasa Firman Allah.

      Seorang wanita Cina merasa sulit menerima gagasan tentang Pencipta. Namun selama pengajaran yang kedua kali, air matanya menetes sewaktu ia berkata, ”Sekarang saya percaya kepada Allah Yehuwa, karena jika Alkitab ditulis selama masa 1.600 tahun oleh 40 pria yang berlainan namun benar-benar selaras dengan satu tema, maka pasti bahwa Allah Yehuwa yang memimpin penulisannya. Itu begitu masuk akal!”

      Wanita Cina lain didekati oleh seorang Saksi di sebuah trem. ”Apakah Anda seorang Kristen?” tanyanya kepada Saksi itu. Lalu ia berkata bahwa ia sangat kecewa melihat begitu banyak kontradiksi di antara mereka yang mengaku sebagai orang-orang Kristen. Saksi tersebut menyetujui apa yang dikatakan wanita itu namun menjelaskan bahwa isi Alkitab tidak saling bertentangan. Tidak lama kemudian, wanita itu harus turun dari trem. Ia memberikan alamatnya kepada Saksi tersebut, dan ketika Saksi itu mengunjunginya, wanita itu berseru, ”Kalau saja saya tahu, saya akan naik trem setahun sebelumnya!” Ketika ditanya apa yang dimaksudkannya, wanita itu menjelaskan, ”Itu pertama kalinya saya pergi ke universitas menggunakan trem. Dapatkah Anda bayangkan? Saya membuang-buang waktu selama setahun!” Ia begitu bahagia karena dapat mempelajari Alkitab meskipun hanya untuk beberapa bulan sebelum kembali ke negerinya.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan