-
Mengapa Saudara Harus Mengetahui Kebenaran tentang AbrahamMenara Pengawal—1989 | 1 Juli
-
-
Mengapa Saudara Harus Mengetahui Kebenaran tentang Abraham
ABRAHAM—seorang pahlawan dalam dongeng atau seorang nabi sejati? Betapa pentingkah jawaban untuk pertanyaan itu? Menurut kronologi Alkitab, Abraham hidup kira-kira 4.000 tahun yang lalu. Karena itu ada yang mungkin berpikir, ’Apakah menjadi soal bahwa ia benar-benar pernah hidup atau tidak?’
Nah, separuh dari penduduk dunia menganut agama-agama yang mengakui keberadaan Abraham. Buku 1988 Britannica Book of the Year menyebutkan bahwa 32,9 persen dari penduduk dunia beragama Kristen, 17,2 persen beragama Islam, dan 0,4 persen beragama Yahudi, dan Abraham adalah seorang tokoh yang terkemuka dalam ketiga agama tersebut. Orang-orang beriman yang tulus dari agama-agama tersebut tentu ingin memastikan bahwa apa yang telah diajarkan kepada mereka mengenai Abraham adalah kebenaran. Bahkan mereka yang menganut agama-agama lain atau mereka yang mengaku sama sekali tidak beragama patut berminat. Mengapa?
Karena Alkitab mengatakan bahwa Abraham adalah seorang nabi. (Kejadian 20:7) Itu adalah sebuah kata dalam Alkitab yang digunakan untuk menggambarkan seorang juru bicara dari Allah yang membawa berita bagi orang-orang lain. Jika Abraham seorang nabi sejati, semua orang dapat memperoleh manfaat. Mengapa? Karena berita yang ia terima berisi kabar baik bagi seluruh umat manusia. (Galatia 3:8) Menurut Alkitab, Allah berjanji kepada Abraham: ”Semua kaum di muka bumi pasti akan memberkati diri mereka sendiri melalui engkau.”—Kejadian 12:3, NW.
Ini suatu janji yang menggetarkan dan Abraham mendengarnya disampaikan pada sedikitnya dua peristiwa lain. (Kejadian 18:18, NW; 22:18, NW) Agar itu digenapi, Allah bahkan akan menghidupkan kembali wakil-wakil dari ”semua kaum” yang sudah meninggal. Kehidupan bagi orang-orang yang dibangkitkan tersebut akan benar-benar menjadi suatu berkat, karena kebanyakan dari mereka akan kembali kepada suatu keadaan di bumi yang mirip dengan Firdaus yang semula telah dihilangkan manusia. Setelah itu, mereka akan diajar caranya mendapatkan berkat kehidupan kekal.—Kejadian 2:8, 9, 15-17; 3:17-23.
Sebaliknya, jika Abraham hanya seorang tokoh dalam dongeng, tidak akan ada dasar untuk mempercayai janji menakjubkan yang ia terima. Selain itu, jika janji-janji Alkitab tidak dapat dipercayai, ada yang mungkin akan menganjurkan untuk memuaskan diri sepenuhnya dengan kesenangan dari kehidupan sekarang ini. Seperti ditulis oleh salah seorang Kristen yang mula-mula: ”Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ’marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.’”—1 Korintus 15:32.
Jadi, saudara mempunyai alasan yang kuat untuk memeriksa pertanyaan, Apakah Abraham hanya seorang pahlawan dalam dongeng atau apakah ia seorang nabi sejati? Bisa jadi saudara akan terkejut mengetahui apa yang dikatakan oleh pendeta-pendeta terkemuka dari abad ke-19 mengenai hal ini. Sementara itu, para ahli arkeologi telah menemukan hal-hal menakjubkan yang menentang pandangan kaum pendeta tersebut.
-
-
Abraham—Nabi dan Sahabat AllahMenara Pengawal—1989 | 1 Juli
-
-
Abraham—Nabi dan Sahabat Allah
PASUKAN gabungan dari empat raja dari negeri-negeri Timur menyeberangi Sungai Efrat. Mereka berbaris sepanjang Jalan Raya Raja menuju sebelah timur lembah Sungai Yordan. Dalam perjalanan mereka menaklukkan bani Refaim, Zuzim, Emim, dan Hori. Kemudian, para penakluk ini berbalik dan mengalahkan seluruh penduduk Negeb sebelah selatan.
Apa tujuan kampanye militer ini? Di antara daerah-daerah Transyordan dan Negeb yang ditaklukkan terdapat sesuatu yang sangat berharga yang menjadi sasaran. Ini adalah lembah yang diinginkan banyak orang yang disebut Distrik Yordan. (Kejadian 13:10) Di sini, penduduk dari lima kota, Sodom, Gomora, Adma, Zeboim, dan Bela, hidup bersenang-senang tanpa khawatir akan kekurangan secara materi. (Yehezkiel 16:49, 50) Dulu mereka menjadi jajahan dari pemimpin pasukan gabungan itu, Kedorlaomer, raja dari Elam. Tetapi mereka memberontak melawan dia. Sekarang, tanpa dukungan negara-negara tetangga, mereka menghadapi perhitungan. Kedorlaomer dan sekutu-sekutunya memenangkan pertempuran dan mulai menempuh perjalanan yang jauh kembali ke negeri mereka dengan banyak harta jarahan.
Di antara para tawanan terdapat seorang yang benar, Lot. Ia adalah kemenakan Abraham, yang berkemah di Pegunungan Hebron tidak jauh dari situ. Ketika Abraham mendengar kabar buruk itu, ia segera mengerahkan 318 dari anak buahnya. Dengan berani, dan dengan bantuan beberapa tetangganya, mereka mengejar keempat raja itu dan dengan tiba-tiba menyerang pasukan mereka pada malam hari. Para penakluk tersebut melarikan diri. Lot dan keluarganya dibebaskan bersama tawanan-tawanan lain dan barang-barang.
Apa alasan kita mempercayai catatan ini yang terdapat dalam pasal ke-14 dari buku Kejadian? Apakah kisah ini dibuat-buat untuk mengangkat datuk dari sejumlah bangsa termasuk orang-orang Yahudi, menjadi pahlawan nasional? Bagaimana dengan kejadian-kejadian lain dalam kehidupan Abraham?
Apa yang Dikatakan Kaum Pendeta
Pada awal abad ke-19, teolog Lutheran Peter von Bohlen menyatakan bahwa Abraham adalah seorang tokoh dalam dongeng dan bahwa kisah tentang penyerbuan Kedorlaomer tidak mempunyai dasar sejarah. Yang lain, Profesor Julius Wellhausen, menyatakan: ”Kita tidak mendapat pengetahuan sejarah apapun dari para datuk.” Ia menyarankan: ”[Abraham] mungkin lebih pantas dianggap sebagai kreasi dari seni yang tidak disengaja.”
Para teolog Inggris mengikuti contoh rekan-rekan Jerman mereka. ”Kisah-kisah para datuk yang bagus dalam buku Kejadian adalah prasejarah, dari segi sejarah tidak mengandung kebenaran, sama seperti kisah-kisah tentang . . . Raja Arthur,” tulis pendeta Stopford Brooke dalam bukunya The Old Testament and Modern Life (Perjanjian Lama dan Kehidupan Modern). ”Dari . . . buku Kejadian . . . kita hanya mendapat pandangan yang tidak utuh dan menyimpang tentang kehidupan dan sifat para datuk,” tulis John Colenso, uskup Anglikan dari Natal, bekas jajahan Inggris. Ia menambahkan: ’Kita tidak mungkin menaruh keyakinan atas catatan apapun darinya.’
Kritikan tersebut menyebar seperti penyakit kanker. (2 Timotius 2:17) Dewasa ini, jutaan pengunjung gereja tidak lagi menghargai kehidupan para datuk. Namun, memalukan sekali bagi para teolog Susunan Kristen, orang-orang ateis sekarang menyatakan bahwa kritikan terhadap Alkitab sudah keterlaluan. Sebagai contoh, Bol’shaia Sovetskaia Entsiklopediia (Ensiklopedi Besar dari Soviet) menyatakan: ”Pada tahun-tahun belakangan ini, suatu seri pernyataan kritikan terhadap Alkitab diperiksa kembali dengan mempertimbangkan riset yang baru, terutama berdasarkan data dari apa yang disebut arkeologi Alkitab. Beberapa tradisi Alkitab yang dianggap sebagai dongeng . . . tampaknya mempunyai nilai sejarah.” Pertimbangkan bagaimana arkeologi telah memberikan penerangan yang jelas mengenai catatan tentang Abraham.
Ur-Kasdim
Menurut Alkitab, Abraham dibesarkan di ”Ur-Kasdim.” (Kejadian 11:27-31; 15:7) Selama berabad-abad, lokasi Ur merupakan misteri. Para kritikus menganggap bahwa jika tempat itu benar-benar pernah ada, ia adalah tempat yang tidak penting dan terbelakang. Kemudian, dengan perasaan malu mereka mendapati bahwa ternyata puing-puing yang terdapat antara Babel dan Teluk Persia dinyatakan secara pasti sebagai puing-puing kota Ur. Ribuan lempengan tanah liat yang digali di tempat itu menyingkapkan bahwa Ur adalah pusat perdagangan dunia, dengan jumlah penduduk internasional yang besar. Pada zaman Abraham, kota itu bahkan mempunyai sekolah-sekolah tempat anak laki-laki diajar menulis dan berhitung.
Selanjutnya, penggalian-penggalian di Ur menyingkapkan bahwa para arsiteknya menggunakan tiang, lengkungan, dan berbagai macam kubah. Para pengrajin dari Ur membuat perhiasan-perhiasan yang sangat indah, kecapi-kecapi dengan ukir-ukiran yang halus, dan pisau-pisau belati dengan mata pisau dari emas murni. Di beberapa rumah, para arkeolog menggali pipa-pipa pembuangan yang terbuat dari tanah liat yang dibakar, yang turun ke bawah menuju lubang-lubang pembuangan besar sedalam 12 meter.
Penemuan-penemuan ini memberikan pandangan yang baru kepada banyak sarjana mengenai Abraham. ”Kita sudah terbiasa menganggap Abraham sebagai pribadi yang sederhana dalam tenda-tenda, dan mendapati bahwa dia kemungkinan besar diam di sebuah rumah batu yang modern di suatu kota,” tulis Sir Leonard Woolley dalam bukunya Digging Up the Past (Menggali Masa Lampau). ”Abraham,” kata arkeolog Alan Millard dalam bukunya Treasures From Bible Times (Harta Dari Zaman Alkitab), ”meninggalkan kota yang modern, dengan semua keamanan dan kenyamanannya, untuk menjadi salah seorang pengembara yang dipandang rendah!”
Penyerbuan Kedorlaomer
Bagaimana dengan kemenangan Abraham atas Kedorlaomer, raja dari Elam? Pada awal abad ke-19, tidak banyak yang diketahui tentang orang-orang Elam. Para kritikus Alkitab menolak gagasan bahwa bani Elam pernah berpengaruh atas Babel, apalagi Palestina. Sekarang, bani Elam dipandang lain. Arkeologi menyingkapkan bahwa mereka adalah suatu bangsa yang kuat dan suka berperang. Funk & Wagnalls Standard Reference Encyclopedia menyatakan: ”Orang-orang Elam menghancurkan kota Ur kira-kira tahun 1950 S.M. . . . Setelah itu pengaruh mereka atas para penguasa Babel sangat besar.”
Selanjutnya, nama raja-raja dari Elam telah ditemukan pada prasasti-prasasti arkeologi. Beberapa di antaranya mulai dengan ungkapan ”Kudur,” yang serupa dengan ”Kedor.” Dewi yang penting dari orang Elam adalah Lagamar, yang serupa dengan ”laomer.” Jadi, Kedorlaomer sekarang telah diterima oleh beberapa sumber duniawi sebagai seorang penguasa dalam sejarah, yang namanya kemungkinan berarti ”Hamba dari Lagamar.” Satu set prasasti Babel memuat nama-nama yang serupa dengan tiga raja yang menyerbu—Tudhula (Tideal), Eri-aku (Ariokh), dan Kudur-lahmil (Kedorlaomer). (Kejadian 14:1) Dalam buku Hidden Things of God’s Revelation (Hal-Hal yang Tersembunyi dari Wahyu Allah), Dr. A. Custance menambahkan: ”Selain nama-nama tersebut terdapat rincian yang tampaknya menunjuk kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi di Babel ketika bani Elam menetapkan kedaulatan mereka atas negeri itu. . . . Lempengan-lempengan tanah liat ini begitu meneguhkan catatan Alkitab sehingga para kritikus Alkitab marah atas hal itu dan melakukan apapun sekuat tenaga mereka untuk menutupi arti penting dari hal tersebut.”
Bagaimana dengan penyerbuan oleh keempat raja itu? Apakah ada bukti arkeologi di Transyordan dan Negeb yang mendukung hal ini? Ya. Dalam bukunya The Archaeology of the Land of Israel (Arkeologi Negeri Israel), Profesor Yohanan Aharoni menyebutkan tentang lenyapnya peradaban pra-Israel yang mempunyai pemukiman-pemukiman yang ”mengesankan” di Transyordan dan Negeb, ”sekitar tahun 2000 S.M.” Arkeolog-arkeolog lain mengatakan ini terjadi kira-kira tahun 1900 S.M. ”Barang-barang pecah-belah dari Negeb maupun Transyordan untuk jangka waktu ini persis sama dan juga memperlihatkan akhir suatu peradaban secara tiba-tiba dalam suatu bencana besar,” kata Dr. Harold Stigers dalam Commentary on Genesis (Komentar tentang Buku Kejadian). Bahkan para kritikus Alkitab, seperti John Van Seters, mengakui bukti untuk hal ini. ”Satu masalah yang tidak terpecahkan ialah ke mana orang-orang ini pergi, kalaupun mereka pergi, pada akhir periode itu,” katanya dalam bukunya Abraham in History and Tradition (Abraham dalam Sejarah dan Tradisi).
Kejadian pasal 14 memberikan pemecahan yang masuk akal untuk masalah itu. Menurut kronologi Alkitab, Abraham tiba di Kanaan pada tahun 1943 S.M. Penyerbuan dan penghancuran yang dilakukan oleh Kedorlaomer pasti terjadi tidak lama setelah itu. Belakangan, pada abad yang sama, Allah mendatangkan kehancuran yang menghanguskan ke atas kota-kota Sodom dan Gomora yang imoral. Hal ini seterusnya mengubah ekologi dari Lembah Yordan bagian bawah yang dulunya sangat subur. (Kejadian 13:10-13; 19:24, 25) Daerah itu tidak lagi menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi para penyerbu asing.
Terdapat banyak contoh lain bagaimana arkeologi selaras dengan Alkitab dalam memberikan penerangan mengenai kejadian-kejadian dalam kehidupan Abraham. Namun arkeologi mempunyai keterbatasan. Bukti yang diberikannya sering bersifat tidak langsung dan dipengaruhi oleh tafsiran manusia yang tidak sempurna.
Kesaksian yang Paling Dapat Dipercaya
Bukti yang paling kuat bahwa Abraham benar-benar pernah hidup adalah kesaksian dari Pencipta manusia, Allah Yehuwa. Dalam Mazmur 105:9-15, Allah memuji Abraham, Ishak, serta Yakub, dan menyebut mereka sebagai ’nabi-nabi’-Nya. Lebih dari seribu tahun setelah kematian Abraham, Allah Yehuwa menyebut Abraham melalui mulut dari sedikitnya tiga nabi, bahkan menyebutnya sebagai ’sahabat’-Nya. (Yesaya 41:8, BIS; 51:2; Yeremia 33:26; Yehezkiel 33:24) Demikian pula, Yesus Kristus mengakui Abraham sebagai teladan. Di surga, sebelum menjadi manusia, Putra Allah secara pribadi menyaksikan bagaimana Bapanya berurusan dengan datuk ini. Jadi, ia dapat mengatakan kepada orang-orang Yahudi:
”’Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hariKu dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.’ Maka kata orang-orang Yahudi itu kepadaNya: ’UmurMu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?’ Kata Yesus kepada mereka: ’Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’”—Yohanes 8:39, 40, 56-58.
Dengan kesaksian dan anjuran dari dua Pribadi terbesar di alam semesta, kita mempunyai alasan yang paling baik untuk mempercayai segala sesuatu yang Alkitab katakan tentang Abraham. (Yohanes 17:5, 17) Walaupun Alkitab menyatakan Abraham sebagai teladan, Alkitab tidak meninggikan dia sebagai pahlawan nasional. Hal ini dapat terlihat dengan memeriksa kisah kemenangannya atas keempat raja yang bersekutu. Ketika Abraham kembali dari pertempuran, ia disambut oleh Melkisedek, raja dari Salem, yang mengatakan: ”Terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.” Yehuwalah yang ia puji untuk pembebasan itu.—Kejadian 14:18-20.
Namun suatu kemenangan yang jauh lebih besar sudah dekat! Tidak lama lagi, Allah yang sama dan mulia tersebut akan mengalahkan ”raja-raja di seluruh dunia” pada perang seluas dunia yang disebut Armagedon. (Wahyu 16:14, 16) Maka, janji Allah kepada Abraham, nabi dan sahabat-Nya, akan digenapi secara lengkap: ”Melalui benihmu semua bangsa di bumi pasti akan memberkati diri mereka sendiri.” Jutaan orang sekarang sudah mencicipi berkat-berkat tersebut. Saudara dapat termasuk di antara mereka, seperti akan ditunjukkan dalam artikel-artikel yang terdapat pada halaman 18-28 dalam brosur ini.—Kejadian 22:18, NW.
[Peta/Gambar di hlm. 7]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Laut Tengah
NEGEB
Damsyik
Haran
Sungai Efrat
Sungai Tigris
Ur
ELAM
Teluk Persia
[Peta]
Damsyik
Dan
REFAIM
ZUZIM
Sikhem
Betel
Distrik Yordan
Laut Mati
Hebron
NEGEB
Jalan Raya Raja
EMIM
Gomora
Sodom
BANGSA HORI
[Gambar]
Abraham taat, dengan pindah dari Ur, sebuah kota yang sangat makmur
Benda-benda buatan manusia dari puing-puing Ur:
1. Alat-alat dari emas
2. Kotak musik yang berukir
3. Kotak dengan musik kecapi (kepala lembu emas)
4. Anting-anting dan hiasan kalung
5. Ikat kepala dengan batu-batu permata
[Keterangan]
Photos: Courtesy of the British Museum
-