PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Buddhisme—Pencarian akan Pencerahan tanpa Allah
    Pencarian Manusia akan Allah
    • Pencerahan Tanpa Allah?

      51. (a) Apa yang ditunjukkan oleh sebuah kisah tentang ajaran Buddha? (b) Hal penting apa yang tidak disebutkan dalam ajaran Buddha? (Bandingkan 2 Tawarikh 16:9; Mazmur 46:1; 145:18.)

      51 Menurut berbagai kisah hidup tentang kehidupan Buddha, pada suatu peristiwa ia dan para muridnya berada di sebuah hutan. Ia mengambil segenggam daun dan berkata kepada para muridnya, ”Apa yang telah saya ajarkan kepada kalian ibarat daun-daun dalam tangan saya, apa yang belum saya ajarkan ibarat jumlah daun yang ada di hutan.” Berarti, Buddha baru mengajarkan sebagian kecil dari apa yang ia ketahui. Akan tetapi, ada satu hal penting yang tidak disebutkan—Buddha Gautama tidak mengatakan apa-apa tentang Allah; ia pun tidak pernah mengaku sebagai Allah. Malah, ia konon berkata kepada para muridnya, ”Seandainya Allah itu ada, saya tidak dapat membayangkan bahwa Ia akan memedulikan hal ihwal saya sehari-hari” dan ”tidak ada dewa-dewi yang sanggup atau mau menolong manusia.”

      52. (a) Bagaimana pandangan Buddhisme tentang Allah? (b) Apa yang telah diabaikan oleh Buddhisme?

      52 Jika dilihat dari sudut tersebut, Buddhisme tidak banyak membantu dalam pencarian manusia akan Allah yang benar. The Encyclopedia of World Faiths mengemukakan bahwa ”Buddhisme masa awal tampaknya mengabaikan persoalan tentang Allah, dan pasti tidak mengajarkan atau mengharuskan orang mempercayai Allah”. Dalam ajarannya yang menandaskan agar setiap orang mengupayakan keselamatannya sendiri, dengan melihat ke dalam pikiran atau kesadarannya sendiri untuk mencapai pencerahan, Buddhisme sesungguhnya adalah agnostisis, atau malah ateistis. (Lihat kotak, halaman 145.) Dalam upaya mematahkan belenggu takhayul Hinduisme beserta dewa-dewinya yang begitu banyak, Buddhisme telah berayun ke ekstrem yang lain. Buddhisme mengabaikan konsep dasar tentang Pribadi Yang Tertinggi, yang melalui kehendak-Nyalah segala sesuatu ada dan bergerak.—Kisah 17:24, 25.

      53. Apa yang dapat dikatakan tentang pencarian akan pencerahan tanpa Allah? (Bandingkan Amsal 9:10; Yeremia 8:9.)

      53 Karena cara berpikir yang berpusat pada diri sendiri dan independen ini, muncullah banyak legenda, tradisi, doktrin yang rumit, serta tafsiran yang bagaikan benang kusut yang diciptakan oleh banyak aliran dan sekte selama berabad-abad. Apa yang semula dimaksudkan untuk menghasilkan solusi sederhana untuk berbagai masalah yang rumit dalam kehidupan telah berubah menjadi sistem keagamaan dan filosofis yang tidak dapat dimengerti oleh kebanyakan orang. Sebaliknya, para pengikut awam Buddhisme sibuk menyembah berhala dan relik, dewa-dewi dan hantu-hantu, roh dan leluhur, serta melakukan banyak ritus dan kebiasaan lain yang tidak ada kaitannya dengan ajaran Buddha Gautama. Jelaslah, pencarian akan pencerahan tanpa Allah tidak membawa hasil.

  • Buddhisme—Pencarian akan Pencerahan tanpa Allah
    Pencarian Manusia akan Allah
    • [Kotak di hlm. 145]

      Buddhisme dan Allah

      ”Buddhisme mengajarkan jalan menuju kebaikan dan kebijaksanaan yang sempurna tanpa suatu pribadi Allah; pengetahuan tertinggi tanpa ’wahyu’; . . . kemungkinan penebusan tanpa seorang penebus pengganti, keselamatan melalui diri sendiri sebagai juru selamat.”—The Message of Buddhism, karya Biksu Subhadra, sebagaimana dikutip dalam buku What Is Buddhism?

      Jadi, apakah umat Buddha itu ateis? Buku What Is Buddhism? yang diterbitkan oleh Buddhist Lodge, London, menjawab, ”Jika yang Anda maksudkan adalah seseorang yang menolak konsep tentang suatu pribadi Allah, kami memang demikian.” Selanjutnya, buku itu berkata, ”Pikiran yang berkembang dapat dengan mudah mencerna gagasan bahwa Jagat Raya dibimbing oleh Hukum yang tidak berubah, semudah mencerna konsep tentang suatu Pribadi yang jauh yang tak akan pernah dilihatnya, yang tinggal di tempat yang tidak diketahuinya, dan yang pada suatu waktu menciptakan dari ketiadaan suatu Jagat Raya yang dipenuhi permusuhan, ketidakadilan, tidak meratanya kesempatan, dan penderitaan serta perselisihan yang tiada henti-hentinya.”

      Jadi, dalam teori, Buddhisme tidak mengajarkan kepercayaan akan Allah atau Pencipta. Tetapi, candi dan stupa Buddhis dewasa ini terdapat hampir di setiap negeri yang ada umat Buddha-nya, dan patung serta relik Buddha dan bodhisatwa telah menjadi objek doa, persembahan, dan pemujaan oleh umat Buddha yang saleh. Buddha, yang tidak pernah mengaku sebagai Allah, telah menjadi suatu allah.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan