PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Penindasan​—Problem Global
    Sedarlah!—2003 | 22 Agustus
    • Penindasan​—Problem Global

      ”Kalau besok kamu datang ke sekolah, kami akan membunuhmu.”​—Seorang siswi di Kanada bernama Kristen menerima ancaman telepon itu dari gadis tak dikenal.a

      ”Saya bukan seorang yang emosional, tetapi saya sampai-sampai tidak mau pergi ke sekolah. Perut saya sakit, dan setiap pagi sehabis sarapan, saya muntah.”​—Hiromi, siswi remaja di Jepang, sewaktu mengingat pengalamannya ditindas.

      PERNAHKAH Anda berurusan dengan seorang penindas? Kebanyakan dari kita suatu waktu pernah mengalaminya. Hal itu bisa terjadi di sekolah atau di tempat kerja, atau bahkan di rumah​—tempat penyalahgunaan kekuasaan diperlihatkan dengan kekerapan yang mengkhawatirkan akhir-akhir ini. Sebuah sumber di Inggris, misalnya, memperkirakan bahwa 53 persen orang dewasa mengalami penindasan verbal oleh pasangan atau teman hidupnya. Para penindas dan korbannya bisa pria atau wanita dan memiliki latar belakang sosial apa pun di setiap pelosok dunia.

      Apa sebenarnya penindasan (Inggris, bullying) itu? Penindasan tidak persis sama dengan pelecehan atau penyerangan fisik. Hal itu cenderung melibatkan banyak insiden kecil yang kian meningkat seraya waktu berlalu dan bukannya insiden tunggal atau beberapa insiden saja. Psikolog Dan Olweus, seorang pelopor dalam penelitian sistematis tentang penindasan, mengidentifikasi unsur-unsur umum perilaku ini, seperti keagresifan yang disengaja dan ketidakseimbangan yang mencolok dalam soal kekuatan.

      Mungkin tidak ada definisi tunggal yang merangkum semua aspek penindasan, tetapi penindasan telah disebut sebagai ”suatu hasrat yang disengaja dan disadari untuk menyakiti seseorang dan membuatnya mengalami tekanan”. Tekanan itu diciptakan bukan hanya melalui apa yang benar-benar terjadi melainkan juga melalui rasa takut akan apa yang bisa terjadi. Taktik yang dipakai bisa mencakup ejekan kasar, kritikan tanpa henti, penghinaan, gosip, dan tuntutan yang tidak masuk akal.​—Lihat kotak di halaman 4.

      Kristen, remaja yang disebutkan di awal, menjadi sasaran para penindas selama sebagian besar tahun-tahun sekolahnya. Sewaktu di SD, para penindas menempelkan permen karet di rambutnya, mengejek penampilannya, dan mengancam akan memukulnya. Sewaktu di SMU, keadaannya bahkan lebih buruk​—hingga taraf ia menerima ancaman pembunuhan melalui telepon. Sekarang pada usia 18 tahun, ia mengeluh, ”Sekolah seharusnya adalah tempat Anda belajar, bukannya menerima ancaman pembunuhan atau intimidasi.”

      Seorang pakar kesehatan mental berkomentar, ”Hal itu merupakan aspek yang menyedihkan tetapi umum dalam dinamika manusia. Beberapa orang merasa lebih baik dengan meremehkan orang lain.” Apabila perilaku semacam itu semakin menjadi-jadi, hal itu bisa mengarah ke pembalasan dendam yang penuh kekerasan dan bahkan tragedi. Contohnya, seorang karyawan angkutan yang memiliki cacat wicara diejek dan ditindas sedemikian rupa sehingga akhirnya ia membunuh empat rekan sekerjanya, lantas menembak diri sendiri.

      Penindasan Bersifat Global

      Penindasan di kalangan anak usia sekolah terjadi di seluruh dunia. Sebuah survei yang diterbitkan dalam Pediatrics in Review menyingkapkan bahwa di Norwegia, 14 persen anak adalah penindas atau korbannya. Di Jepang, 15 persen siswa SD mengatakan bahwa mereka ditindas, sedangkan di Australia dan Spanyol, problem itu terjadi di antara 17 persen siswa. Di Inggris, seorang pakar menghitung bahwa 1,3 juta anak terlibat dalam penindasan.

      Profesor Amos Rolider dari Emek Yizre’el College menyurvei 2.972 pelajar di 21 sekolah. Menurut The Jerusalem Post, sang profesor mendapati bahwa ”65% mengeluh karena ditampar, ditendang, didorong atau dianiaya oleh sesama pelajar”.

      Sebuah perkembangan baru yang berbahaya adalah penindasan digital​—pengiriman pesan tertulis berisi ancaman melalui ponsel dan komputer. Kaum remaja juga membuat halaman Web yang dipenuhi kebencian tentang korban, termasuk informasi pribadinya. Menurut Dr. Wendy Craig dari Queen’s University di Kanada, bentuk penindasan ini ”luar biasa merugikan bagi sang anak yang menjadi korbannya”.

      Tempat Kerja

      Penindasan di tempat kerja adalah salah satu penyebab keluhan yang paling cepat meningkat sehubungan dengan kekerasan di tempat kerja. Sebenarnya, beberapa negeri melaporkan bahwa hal itu lebih umum daripada diskriminasi ras atau pelecehan seksual. Setiap tahun, sekitar 1 dari 5 orang dalam angkatan kerja di AS menghadapi penindasan.

      Di Inggris, sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2000 oleh University of Manchester Institute of Science and Technology mengatakan bahwa dari 5.300 karyawan di 70 organisasi, 47 persen melaporkan bahwa mereka telah menyaksikan insiden penindasan dalam lima tahun terakhir. Sebuah survei pada tahun 1996 di Uni Eropa yang didasarkan pada 15.800 wawancara di 15 negara anggotanya memperlihatkan bahwa 8 persen​—sekitar 12 juta pekerja​—telah mengalami intimidasi atau penindasan.

      Entah di sekolah entah di tempat kerja, semua penindasan tampaknya memiliki ciri yang sama​—penggunaan kekuatan untuk menyakiti atau merendahkan orang lain. Namun, mengapa beberapa orang menindas orang lain? Apa saja pengaruhnya? Dan, bagaimana menghadapinya?

      [Catatan Kaki]

      a Beberapa nama telah diubah.

      [Kotak di hlm. 4]

      Jenis Penindasan

      ◼ Penindasan Fisik: Jenis ini paling mudah diidentifikasi. Para penindas mengekspresikan kemarahannya dengan memukul, mendorong, atau menendang sasaran yang dipilihnya​—atau dengan merusak properti korbannya.

      ◼ Penindasan Verbal: Para penindas menggunakan kata-kata untuk menyakiti dan merendahkan sasarannya, melalui julukan, penghinaan, atau ejekan kasar yang tak henti-hentinya.

      ◼ Penindasan lewat Pergaulan: Para penindas menyebarkan desas-desus yang kejam mengenai sasarannya. Perilaku ini pada umumnya digunakan oleh wanita penindas.

      ◼ Korban yang Reaktif: Ini adalah para korban penindasan yang berubah menjadi penindas. Tentu saja, tingkah laku mereka tidak dapat dibenarkan hanya karena mereka sendiri telah menjadi korban penindasan; hal itu hanya turut menjelaskan mengapa mereka menjadi penindas.

      [Keterangan]

      Sumber: Take Action Against Bullying, karya Gesele Lajoie, Alyson McLellan, dan Cindi Seddon.

  • Penindasan​—Beberapa Penyebab dan Dampaknya
    Sedarlah!—2003 | 22 Agustus
    • Penindasan​—Beberapa Penyebab dan Dampaknya

      APA yang menyebabkan seorang anak mulai menindas anak lain? Jika Anda pernah menjadi korban penindasan, Anda mungkin cenderung mengatakan, ”Saya tidak mau tahu penyebabnya! Perilaku semacam itu sama sekali tidak dapat dibenarkan.” Dan, Anda mungkin benar. Tetapi, ada perbedaan besar antara penyebab dan pembenaran diri. Penyebab mengapa seorang anak menjadi penindas tidak membenarkan perilaku salah itu, tetapi hal itu dapat membantu kita memahami hal itu. Dan, pemahaman semacam itu dapat sangat bermanfaat. Bagaimana?

      Sebuah peribahasa zaman dahulu mengatakan, ”Pemahaman seseorang pasti memperlambat kemarahannya.” (Amsal 19:11) Kemarahan terhadap ulah penindas dapat membutakan penilaian kita, sehingga diri kita dipenuhi rasa frustrasi dan bahkan kebencian. Tetapi, pemahaman akan perilakunya dapat turut menenangkan kemarahan kita. Selanjutnya, hal itu dapat memungkinkan kita berpikir dengan lebih jernih seraya kita mencari solusi. Maka, marilah kita pertimbangkan beberapa faktor penyebab timbulnya perilaku yang tidak berterima ini.

      Apa Penyebab Timbulnya Penindasan?

      Dalam banyak kasus, tahun-tahun perkembangan si penindas dirusak oleh contoh buruk orang tua atau sama sekali diabaikan orang tua. Banyak penindas berasal dari rumah tangga yang orang tuanya dingin, atau masa bodoh, atau, pada dasarnya, mengajar anak-anak mereka untuk menggunakan amarah dan kekerasan guna mengatasi problem. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan seperti itu mungkin tidak menganggap serangan verbal atau agresi fisik mereka sebagai penindasan; mereka mungkin malah mengira bahwa perilaku mereka normal dan berterima.

      Seorang gadis berusia 16 tahun yang telah ditindas di rumah oleh ayah tirinya dan di sekolah oleh sesama siswa mengatakan bahwa dia menjadi seorang penindas sewaktu di SMP kelas 1. Ia mengakui, ”Pada dasarnya, ada begitu banyak rasa marah yang tertimbun dalam diri saya; saya menindas setiap orang dan siapa saja. Perasaan sakit memiliki dampak yang besar. Sekali Anda merasakan sakit itu, Anda ingin melampiaskannya kepada orang lain.” Meskipun agresi fisik mungkin bukan ciri khas gadis penganiaya, tetapi kemarahan di balik tindakannya tetap merupakan ciri khasnya.a

      Banyak sekolah memiliki sejumlah besar siswa dari berbagai latar belakang, yang telah dibesarkan dengan cara yang sangat bervariasi. Sungguh menyedihkan, beberapa anak bersikap agresif karena mereka telah diajar di rumah bahwa mengintimidasi dan mengumpat orang lain adalah cara terbaik untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

      Sayangnya, metode semacam itu sering kali berhasil. Shelley Hymel, anggota dekan pendidikan di University of British Columbia, Kanada, telah meneliti perilaku anak selama dua dekade. Ia mengatakan, ”Ada anak-anak yang mencari tahu cara mendapatkan apa yang mereka inginkan dan sayangnya, penindasan ternyata efektif. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan​—⁠mereka mendapat kekuasaan, status, dan perhatian.”

      Faktor lain yang turut menyebarluaskan penindasan ialah kurangnya pengawasan. Banyak korban merasa bahwa mereka tidak punya tempat untuk meminta pertolongan​—⁠dan tragisnya, dalam kebanyakan kasus, begitulah keadaannya. Debra Pepler, direktur Pusat Riset LaMarsh atas Kekerasan dan Penuntasan Konflik di York University, Toronto, meneliti para siswa dalam suasana halaman sekolah dan mendapati bahwa hanya sekitar 4 persen insiden penindasan yang dideteksi dan dihentikan para guru.

      Namun, Dr. Pepler yakin bahwa intervensi adalah tindakan yang krusial. Ia mengatakan, ”Anak-anak tidak sanggup mengatasi problem karena ini adalah soal kekuasaan, dan setiap kali seorang penindas mengganggu seseorang, kekuasaan si penindas pun bertambah.”

      Kalau begitu, mengapa tidak terlalu banyak kasus penindasan yang dilaporkan? Karena para korban penindasan yakin bahwa jika mereka melaporkannya, problem itu hanya akan memburuk. Oleh karena itu, hingga taraf tertentu, banyak kaum muda menghabiskan masa sekolah mereka dalam keadaan yang selalu resah dan tidak aman. Apa saja dampak menjalani kehidupan semacam itu?

      Dampak Fisik dan Emosi

      Sebuah laporan dari Asosiasi Nasional Psikolog Sekolah di Amerika Serikat mengatakan bahwa setiap hari lebih dari 160.000 anak bolos sekolah karena mereka takut ditindas. Para korban penindasan mungkin tidak lagi membicarakan sekolah atau mata pelajaran atau kegiatan tertentu di sekolah. Mereka mungkin mencoba pergi terlambat ke sekolah setiap hari atau bolos mata pelajaran atau bahkan membuat dalih untuk bolos sekolah sama sekali.

      Bagaimana anak-anak yang sedang ditindas dapat diidentifikasi? Nah, mereka mungkin menjadi murung, lekas marah, frustrasi, atau bertingkah lesu dan tertutup. Mereka dapat menjadi agresif dengan orang-orang di rumah atau dengan teman sebaya dan sahabat. Orang tidak bersalah yang menyaksikan aksi penindasan juga menderita konsekuensinya. Situasi itu menyebabkan rasa takut yang cukup besar dalam diri mereka, sehingga mengurangi kesanggupan mereka untuk belajar.

      Akan tetapi, jurnal Pediatrics in Review mengatakan, ”Konsekuensi paling ekstrem dari penindasan bagi para korban dan masyarakat ialah tindak kekerasan, termasuk bunuh diri dan pembunuhan. Rasa tidak berdaya yang dialami anak-anak yang menjadi korban dapat teramat dalam sehingga beberapa anak bereaksi dengan tindakan yang merusak diri atau pembalasan dendam yang memautkan.”

      Dr. Ed Adlaf, seorang ilmuwan peneliti sains dan profesor kesehatan umum di University of Toronto, menyatakan kerisauan bahwa ”orang-orang yang terlibat dalam penindasan lebih besar kemungkinan mengalami kesulitan emosi sekarang dan di masa depan”. Selama tahun ajaran 2001, lebih dari 225.000 siswa di Ontario disurvei, dan antara seperempat dan sepertiga dari mereka terlibat dalam suatu bentuk penindasan, entah sebagai sasaran entah sebagai pelaku. Dalam kelompok yang sama, 1 dari 10 orang telah dengan serius memikirkan untuk bunuh diri.

      Penindasan yang terus-menerus dapat mengikis kepercayaan diri seorang korban, menyebabkan problem kesehatan yang serius, dan bahkan merusak karier. Para korban penindasan dapat mengalami sakit kepala, tidak bisa tidur, khawatir, dan depresi. Ada yang mengalami gangguan stres pascatrauma. Meskipun serangan fisik dapat membuat sang korban dilimpahi dukungan yang simpatik, serangan emosi mungkin tidak membangkitkan respons yang sama. Kerusakannya sangat tidak kelihatan. Jadi, bukannya bersimpati, teman-teman dan keluarga mungkin bosan mendengar keluhan sang korban.

      Penindasan juga berdampak buruk atas para penindas itu sendiri. Jika tidak dihentikan semasa kecil, kemungkinan besar sewaktu dewasa, mereka menindas orang lain di tempat kerja. Malah, beberapa penelitian menyingkapkan bahwa orang-orang yang pernah menjadi penindas semasa anak-anak mengembangkan pola perilaku yang bertahan hingga dewasa. Mereka juga lebih besar kemungkinannya memiliki catatan kriminal daripada orang-orang yang bukan penindas.

      Dampaknya atas Keluarga

      Penindasan di tempat kerja mempengaruhi stabilitas dan ketenteraman dalam rumah tangga. Hal itu dapat memicu dorongan yang tidak dapat dimengerti dalam diri sang korban untuk menyakiti orang-orang yang disayanginya di rumah. Selain itu, hal tersebut dapat mendorong teman hidup atau anggota keluarga untuk mendukung sang korban dengan cara menyerang si penindas. Di pihak lain, teman hidup mungkin mempersalahkan pasangannya yang menjadi korban sebagai penyebab masalah itu. Apabila kasus penindasan semacam itu dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian, bahkan teman hidup yang tadinya memberikan dukungan moral dan emosi bisa kehilangan kesabarannya. Seraya tahun-tahun berlalu, keluarga itu kemungkinan besar akan berantakan.

      Dalam beberapa contoh, penindasan mengakibatkan hilangnya karier dan mata pencaharian, perpisahan dan perceraian, atau bahkan bunuh diri. Antara setengah dan dua pertiga orang Australia yang menjadi korban penindasan di tempat kerja melaporkan pengaruh buruk atas hubungan dekat mereka, seperti dengan rekan kumpul kebo, teman hidup, atau keluarga mereka.

      Mahalnya Biaya Penindasan

      Penindasan di tempat kerja juga merugikan para majikan. Penindas di tempat kerja bisa jadi seorang bos berlidah tajam atau rekan sekerja yang licik dan bisa seorang wanita maupun pria. Orang-orang semacam itu sok berkuasa, mengurus segala sesuatu sampai ke tetek bengeknya, dan meremehkan orang lain dengan komentar yang negatif dan kritik yang tak henti-hentinya, sering kali merendahkan sasaran mereka di hadapan orang lain. Para penindas jarang menyadari ketidaksopanan mereka atau meminta maaf atas perilaku mereka. Mereka sering kali menindas para pekerja yang cakap, loyal, dan yang sangat disukai oleh sesama karyawan.

      Para pekerja yang mengalami penindasan cenderung kurang efisien dalam bekerja. Produktivitas rekan sekerja yang menyaksikan penindasan juga terpengaruh. Penindasan dapat mendorong para pekerja untuk merasa kurang loyal kepada majikan mereka dan kurang memiliki komitmen pada pekerjaan mereka. Sebuah laporan menyatakan bahwa gara-gara para penindas, industri di Kerajaan Inggris mengalami kerugian hingga tiga miliar dolar AS setiap tahun. Dan, konon, perilaku semacam itu bertanggung jawab atas lebih dari 30 persen penyakit yang berkaitan dengan stres.

      Jelaslah, penindasan memiliki dampak terhadap masyarakat di seluruh dunia. Pertanyaannya ialah: Apakah ada yang dapat dilakukan untuk menekan problem ini dan melenyapkannya?

      [Catatan Kaki]

      a Wanita penindas lebih sering menggunakan taktik seperti pengucilan sosial dan penyebaran desas-desus. Akan tetapi, semakin banyak wanita yang tampaknya mengarah ke kekerasan fisik juga.

      [Gambar di hlm. 7]

      Penindasan di tempat kerja sudah sangat umum

      [Gambar di hlm. 7]

      Para korban yang terus ditindas dapat menjadi murung dan terasing

  • Membebaskan Diri dari Penindasan
    Sedarlah!—2003 | 22 Agustus
    • Membebaskan Diri dari Penindasan

      ’Penindasan adalah perilaku yang dipelajari, dan segala sesuatu yang dipelajari dapat dilupakan.’​—Dr. C. Sally Murphy.

      BAIK si penindas maupun korban penindasan butuh bantuan. Si penindas perlu belajar berinteraksi dengan orang lain tanpa menyalahgunakan kekuatan. Dan, korban penindasan butuh beberapa sarana praktis untuk menanggulangi problem itu.

      Sering kali, si penindas tidak tahu caranya berinteraksi dengan orang lain dan tidak mampu memahami perasaan orang-orang yang ia intimidasi. Ia perlu dipantau dan diajar untuk berkomunikasi dengan patut. Buku Take Action Against Bullying mengatakan, ”Sebelum perilaku baru dipelajari dan diterima, para penindas akan terus menindas sepanjang hidup mereka. Mereka menindas pasangan mereka, anak-anak mereka, dan mungkin bawahan mereka di tempat bisnis.”

      Bantuan agar Tidak Menindas

      Melatih anak-anak sejak dini untuk berempati dapat turut mencegah mereka menjadi penindas. Para pendidik di beberapa negeri sedang menggunakan pendidikan gaya baru yang disebut pelatihan empati. Tujuannya ialah mengajar para siswa yang baru berusia lima tahun untuk memahami perasaan orang lain dan memperlakukan orang dengan baik hati. Kendati data statistik tentang dampak jangka panjangnya masih sedikit, hasil awal memperlihatkan bahwa anak-anak yang telah menjalani pelatihan itu tidak seagresif mereka yang tidak menjalaninya.

      Sebagai orang tua, Anda hendaknya tidak sepenuhnya mengandalkan program sekolah untuk memberikan pelatihan semacam itu. Jika Anda tidak mau anak Anda menjadi penindas, Anda perlu mengajarnya dengan kata-kata dan dengan teladan caranya memperlakukan orang lain dengan respek dan bermartabat. Apa yang dapat membantu Anda? Kemungkinan besar, dalam hal ini Anda mempunyai sumber pelatihan yang sangat bagus dan mudah diperoleh namun kurang dihargai​—Firman Allah, Alkitab. Bagaimana Alkitab dapat membantu?

      Antara lain, Alkitab mengajar dengan jelas bagaimana perasaan Allah mengenai penindasan. Ia memandang hina hal itu! Alkitab mengatakan tentang Allah, ”Jiwa-Nya pasti membenci siapa pun yang mengasihi kekerasan.” (Mazmur 11:5) Selain itu, Allah bukannya menutup mata atas apa yang sedang terjadi. Alkitab mencatat rasa sesal-Nya, atau dukacita, sehubungan dengan bangsa Israel sewaktu mereka menderita ”oleh karena para penindas mereka dan orang-orang yang mendorong mereka ke sana kemari”. (Hakim 2:​18) Pada banyak peristiwa, Allah menghukum orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaan mereka dan menindas yang lemah dan yang tak berdaya.​—Keluaran 22:​22-​24.

      Alkitab juga memuat apa yang mungkin merupakan instruksi paling terkenal yang pernah diberikan mengenai caranya memperlihatkan empati. Yesus menyatakan, ”Karena itu, segala sesuatu yang kamu ingin orang lakukan kepadamu, demikian juga harus kamu lakukan kepada mereka.” (Matius 7:​12) Mengajar anak-anak untuk menerima Aturan Emas ini​—mengasihinya dan menjalaninya​—bukan perkara mudah; dibutuhkan teladan, kegigihan, dan kerja keras, khususnya karena anak-anak kecil secara alami hanya berminat pada diri sendiri. Tetapi, semua upaya semacam itu tidak sia-sia. Jika anak-anak Anda belajar untuk menjadi baik hati dan berempati, mereka akan sangat jijik terhadap penindasan.

      Bantuan bagi para Korban

      Para korban penindasan, khususnya yang muda, menghadapi tantangan yang sulit​—yakni mempertahankan keseimbangan di bawah tekanan. Apabila seseorang menindas Anda, kemungkinan ia sangat ingin membuat Anda kehilangan keseimbangan emosi. Ia berharap Anda akan menjadi marah secara ekstrem atau memperlihatkan kegentaran. Jika Anda sampai marah-marah, atau menangis tersedu-sedu dan mengekspresikan rasa sakit atau takut, si penindas mendapatkan apa yang ia inginkan. Jadi, ia mungkin mencoba untuk terus-menerus membangkitkan reaksi yang sama.

      Apa yang dapat Anda lakukan? Pertimbangkanlah saran berikut ini. Saran-saran ini ditulis khususnya untuk orang muda, tetapi prinsipnya dapat juga berlaku bagi orang dewasa sewaktu menghadapi para penindas.

      ◼ Tetaplah tenang. Jangan sampai murka. Alkitab dengan bijaksana memperingatkan, ”Jauhilah kemarahan dan tinggalkan kemurkaan.” (Mazmur 37:8) Apabila emosi Anda sampai tak terkendali, Anda membiarkan si penindas menguasai Anda, dan Anda cenderung melakukan hal-hal yang nantinya akan Anda sesali.​—Amsal 25:28.

      ◼ Cobalah singkirkan niat membalas dendam dari pikiran Anda. Pembalasan dendam sering kali menjadi senjata makan tuan. Bagaimanapun juga, pembalasan dendam tidak benar-benar memuaskan. Seorang gadis, yang pernah dipukuli oleh lima remaja sewaktu ia berusia 16 tahun, mengingat kembali, ”Saya memutuskan dalam hati saya, ’Akan saya balas perlakuan mereka.’ Maka, saya mendapat bantuan dari kawan-kawan saya dan membalas dendam kepada dua dari penyerang saya.” Hasilnya? ”Yang saya rasakan setelah itu hanyalah perasaan hampa,” katanya. Lalu, tingkah lakunya sendiri semakin buruk. Ingatlah kata-kata Alkitab yang bijaksana, ”Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan kepada siapa pun.”​—Roma 12:17.

      ◼ Apabila persoalannya tampak memanas, cepatlah pergi. Alkitab mengatakan, ”Pergilah sebelum perselisihan meledak.” (Amsal 17:14) Secara umum, cobalah untuk menjauhi orang-orang yang cenderung menindas. Amsal 22:3 mengatakan, ”Cerdiklah orang yang melihat malapetaka kemudian menyembunyikan diri, tetapi orang yang kurang berpengalaman berjalan terus dan pasti menderita hukuman.”

      ◼ Jika penindasan terus terjadi, mungkin Anda perlu berani berbicara dengan terus terang. Pilihlah saat ketika Anda tenang, tataplah mata si penindas, dan berbicaralah dengan suara tenang dan teguh. Katakan padanya bahwa Anda tidak menyukai apa yang ia lakukan​—bahwa itu tidak lucu dan bahwa itu menyakitkan. Jangan melontarkan penghinaan atau tantangan.​—Amsal 15:1.

      ◼ Bicarakanlah kepada orang dewasa yang peduli dan tepercaya mengenai penindasan itu. Hendaknya spesifik sewaktu mengutarakan problem itu, dan mintalah bantuan untuk menanganinya. Lakukan hal yang sama dalam doa Anda kepada Allah, dan hal ini dapat menjadi sumber pertolongan dan penghiburan yang menakjubkan.​—1 Tesalonika 5:​17.

      ◼ Ingatlah bahwa Anda punya harga diri. Si penindas mungkin menginginkan agar Anda berpikir bahwa Anda tidak berharga, bahwa Anda pantas diperlakukan dengan buruk. Tetapi, dia bukan hakim Anda. Allah-lah sang hakim, dan Ia mencari kebaikan dalam diri kita masing-masing. Si penindaslah yang menjadi kurang terhormat dengan membuat ulah semacam itu.

      Orang Tua​—Lindungilah Anak Anda

      Orang tua juga dapat mulai mempersiapkan anak-anak mereka sejak dini untuk menghadapi para penindas secara bijaksana. Contohnya, mereka dapat mengadakan peragaan bersama anak-anak mereka untuk mempertunjukkan caranya memperlihatkan rasa percaya diri.

      Bahkan postur fisik​—berdiri tegak​—dapat memberikan pesan halus yang menghentikan beberapa penindas. Mengadakan kontak mata, menjaga tangan dan lengan tetap dalam keadaan relaks, dan berbicara dengan suara tenang serta mantap juga dapat membantu. Para orang tua didesak untuk mengajar anak-anak mereka menjauhi, menghindari para penindas, dan meminta bantuan orang dewasa yang dapat dipercaya, seperti guru sekolah.

      Melenyapkan perilaku menindas dimulai dengan mendidik keluarga. Para orang tua yang menyediakan diri untuk anak-anak mereka, mendengarkan kerisauan mereka dengan sabar dan berempati, menanamkan dalam diri mereka perasaan bahwa mereka diinginkan, didukung, dan dikasihi. Banyak pakar dalam bidang problem pengasuhan dan pengawasan anak mendesak para orang tua untuk membantu anak-anak mereka memiliki pandangan yang positif tentang diri mereka. Sudut pandangan yang sehat tersebut mengurangi daya tarik mereka sebagai sasaran di mata para penindas.

      Tetapi, dibutuhkan lebih dari sekadar berbicara. Setiap anggota keluarga perlu belajar memperlakukan orang lain dengan respek serta bermartabat dan memupuk empati. Jadi, jangan mentoleransi perilaku menindas apa pun dalam keluarga Anda. Jadikanlah rumah Anda tempat berlabuh yang aman, yang di dalamnya respek dan kasih terus ada.

      Akhir Penindasan

      ”Manusia menguasai manusia sehingga ia celaka.” (Pengkhotbah 8:9) Begitulah caranya Alkitab menyimpulkan sejarah manusia. Sesungguhnya, penindasan telah merongrong umat manusia selama ribuan tahun. Seorang penulis Alkitab mengatakan, ”Aku kembali untuk melihat semua penindasan yang dilakukan di bawah matahari, dan, lihat! air mata dari orang-orang yang tertindas, tetapi mereka tidak mempunyai penghibur; dan di pihak para penindas mereka ada kekuasaan, sehingga mereka tidak mempunyai penghibur.”​—Pengkhotbah 4:1.

      Akan tetapi, Allah pasti melihat semua penindasan yang sedang terjadi di dunia, dan Ia beriba hati terhadap orang-orang yang sedang tertindas. Tetapi, apakah Ia akan bertindak? Ya, tentu! Perhatikan janji-Nya yang terdapat di Mikha 4:​4, ”Mereka akan duduk, masing-masing di bawah tanaman anggurnya dan di bawah pohon aranya, dan tidak akan ada orang yang membuat mereka gemetar; karena mulut Yehuwa yang berbala tentara telah mengatakannya.”

      Bayangkan seperti apa dunia ini kelak manakala janji itu digenapi. Tidak ada seorang pun yang membuat orang lain gemetar dalam ketakutan​—tidak ada para penindas! Bukankah hal itu terdengar menarik? Tetapi, Allah tidak sekadar menjanjikan masa depan semacam itu. Sekarang ini juga, sebuah program pendidikan Alkitab yang sangat efektif sedang berlangsung secara global. Program ini menuai hasil-hasil yang positif. Orang-orang yang mengambil bagian di dalamnya diajar untuk mengubah perangai kepribadian mereka yang agresif, untuk terus saling berdamai, dan untuk memperlakukan orang lain dengan respek dan bermartabat. (Efesus 4:​22-​24) Tak lama lagi, pengaruh instruksi yang terunggul ini akan memenuhi bumi, dan problem penindasan tidak akan ada lagi. Janji-janji Allah yang dicatat dalam Alkitab akan menjadi kenyataan. Setiap orang yang hidup pada waktu itu akan menikmati suatu dunia tanpa para penindas!

      [Gambar di hlm. 8]

      Tidak ada alasan untuk malu apabila menyingkir dari seorang penindas

      [Gambar di hlm. 9]

      Dalam suasana keluarga yang sehat, anak-anak diajar untuk menghadapi semua jenis penindasan

      [Gambar di hlm. 10]

      Ajarlah anak-anak Anda untuk berani berbicara dengan terus terang dan tegas tetapi bijaksana

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan