PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Orang Tua—Latihlah Anak Kalian untuk Mengasihi Yehuwa
    Menara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2019 | Desember
    • HARGAI KEPUTUSAN SETIAP PASANGAN

      3. (a) Siapa yang harus memutuskan apakah sepasang suami istri akan punya anak? (b) Prinsip Alkitab apa saja yang perlu diingat oleh teman-teman dan keluarga pasangan itu?

      3 Di beberapa kebudayaan, suami istri yang baru menikah diharapkan untuk segera punya anak. Mereka mungkin ditekan oleh keluarga dan orang-orang lain untuk mengikuti kebiasaan itu. Jethro,b seorang saudara di Asia, berkata, ”Di sidang, beberapa orang yang punya anak mendesak pasangan yang tidak punya anak untuk segera punya anak.” Jefri, seorang saudara lain di Asia, berkata, ”Ada yang bilang ke pasangan yang tidak punya anak, ’Kalau kalian tidak punya anak, siapa yang akan mengurus kalian kalau kalian sudah tua?’” Tapi, setiap pasangan harus memutuskan sendiri apakah mereka akan punya anak. Itu adalah keputusan dan tanggung jawab mereka sendiri. (Gal. 6:5, catatan kaki) Memang, teman-teman dan keluarga pasti ingin agar pasangan yang baru menikah itu bahagia. Tapi, kita semua perlu ingat bahwa hanya pasangan itu yang berhak memutuskan apakah mereka akan punya anak.​—1 Tes. 4:11.

      4-5. (a) Dua hal apa yang perlu dibicarakan pasangan yang memutuskan untuk punya anak? (b) Kapan saat yang terbaik untuk membicarakan hal-hal itu? Jelaskan.

      4 Pasangan yang memutuskan untuk punya anak perlu membicarakan dua pertanyaan penting ini: Pertama, kapan mereka akan punya anak? Kedua, berapa anak yang ingin mereka miliki? Kapan saat terbaik untuk membicarakan hal itu? Dan mengapa kedua hal itu sangat penting?

      5 Kebanyakan pasangan perlu membahas kedua hal itu sebelum mereka menikah. Mengapa? Salah satu alasannya adalah karena mereka berdua harus punya pandangan yang sama tentang hal-hal itu. Mereka juga perlu memikirkan apakah mereka sudah siap memiliki tanggung jawab itu. Mengurus anak itu menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Jadi, beberapa pasangan memutuskan untuk menunda punya anak setidaknya satu atau dua tahun setelah menikah. Mereka merasa bahwa kalau mereka menundanya, mereka bisa membiasakan diri untuk hidup bersama sebagai suami istri dan bisa semakin akrab dengan satu sama lain.​—Ef. 5:33.

      6. Karena kita hidup di masa yang sangat sulit, apa yang diputuskan oleh beberapa pasangan?

      6 Pasangan Kristen yang lain memutuskan untuk meniru ketiga anak Nuh dan istri-istri mereka. Ketiga pasangan itu tidak segera punya anak setelah mereka menikah. (Kej. 6:18; 9:18, 19; 10:1; 2 Ptr. 2:5) Yesus menyamakan masa hidup kita dengan ”zaman Nuh”. Dan kita sudah melihat dengan jelas bahwa kita memang hidup di masa yang ”sulit dihadapi dan berbahaya”. (Mat. 24:37; 2 Tim. 3:1) Karena itu, beberapa pasangan memutuskan untuk tidak punya anak dulu supaya mereka bisa menggunakan lebih banyak waktu untuk melayani Yehuwa.

      Seorang pria dan wanita berdiskusi untuk memutuskan apakah mereka akan punya anak. Mereka membayangkan diri mereka saat menjadi orang tua: mereka menggendong bayi mereka dengan senang, sang ibu merasa stres saat anaknya menangis, dan sang ayah menyapa anaknya sepulang kerja

      Sebelum pasangan Kristen memutuskan apakah mereka akan punya anak dan berapa anak yang akan mereka punya, mereka perlu ”menghitung biayanya” terlebih dulu (Lihat paragraf 7)d

      7. Bagaimana prinsip di Lukas 14:28, 29 dan Amsal 21:5 bisa membantu pasangan Kristen?

      7 Sebelum pasangan Kristen memutuskan apakah mereka akan punya anak dan berapa anak yang akan mereka punya, mereka perlu ”menghitung biayanya” terlebih dulu. (Baca Lukas 14:28, 29.) Para orang tua yang berpengalaman tahu bahwa membesarkan anak itu membutuhkan banyak biaya, waktu, dan tenaga. Jadi, setiap pasangan perlu memikirkan pertanyaan seperti ini: ’Apakah kami berdua nantinya perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga kami? Apakah kami berdua sependapat tentang apa yang termasuk kebutuhan pokok? Kalau kami berdua harus bekerja, siapa yang akan menjaga anak kami? Kami ingin cara berpikir dan tindakan anak kami dipengaruhi oleh siapa?’ Kalau pasangan Kristen membahas pertanyaan-pertanyaan ini, mereka menjalankan nasihat di Amsal 21:5.​—Baca.

      Seorang ibu duduk dengan anak laki-lakinya di perhimpunan dan bisa memberikan komentar, sementara suaminya menggendong bayi perempuan mereka di bagian belakang ruangan

      Seorang suami yang pengasih akan berbuat sebisanya untuk mendukung istrinya (Lihat paragraf 8)

      8. Kesulitan apa yang bisa jadi dihadapi pasangan Kristen, dan bagaimana suami yang pengasih bisa membantu?

      8 Orang tua perlu menggunakan banyak waktu dan tenaga untuk anak mereka. Mengapa? Karena seorang anak membutuhkan perhatian orang tuanya, dan memang sudah sepantasnya dia mendapatkan perhatian itu. Jadi, kalau sepasang suami istri memutuskan untuk memiliki beberapa anak yang usianya berdekatan, mereka mungkin merasa sulit memberikan perhatian yang dibutuhkan setiap anak. Beberapa pasangan yang memiliki anak-anak yang masih kecil mengakui bahwa mereka merasa kewalahan. Seorang ibu mungkin terus merasa stres dan kelelahan. Itu bisa membuat dia tidak lagi rutin belajar, berdoa, dan berdinas. Selain itu, dia mungkin sulit berfokus sewaktu berhimpun sehingga tidak mendapat manfaat sepenuhnya dari perhimpunan. Tentu saja, seorang suami yang pengasih akan berbuat sebisa-bisanya untuk mendukung istrinya ketika anak mereka membutuhkan perhatian, baik itu di rumah atau di perhimpunan. Misalnya, seorang suami bisa membantu istrinya mengurus pekerjaan rumah tangga. Dia juga akan berusaha untuk melakukan Ibadah Keluarga secara rutin agar semua anggota keluarganya mendapat manfaat sepenuhnya. Dan, seorang ayah Kristen akan mengabar bersama keluarganya secara rutin.

  • Orang Tua—Latihlah Anak Kalian untuk Mengasihi Yehuwa
    Menara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2019 | Desember
    • HARGAI KEPUTUSAN SETIAP PASANGAN

      3. (a) Siapa yang harus memutuskan apakah sepasang suami istri akan punya anak? (b) Prinsip Alkitab apa saja yang perlu diingat oleh teman-teman dan keluarga pasangan itu?

      3 Di beberapa kebudayaan, suami istri yang baru menikah diharapkan untuk segera punya anak. Mereka mungkin ditekan oleh keluarga dan orang-orang lain untuk mengikuti kebiasaan itu. Jethro,b seorang saudara di Asia, berkata, ”Di sidang, beberapa orang yang punya anak mendesak pasangan yang tidak punya anak untuk segera punya anak.” Jefri, seorang saudara lain di Asia, berkata, ”Ada yang bilang ke pasangan yang tidak punya anak, ’Kalau kalian tidak punya anak, siapa yang akan mengurus kalian kalau kalian sudah tua?’” Tapi, setiap pasangan harus memutuskan sendiri apakah mereka akan punya anak. Itu adalah keputusan dan tanggung jawab mereka sendiri. (Gal. 6:5, catatan kaki) Memang, teman-teman dan keluarga pasti ingin agar pasangan yang baru menikah itu bahagia. Tapi, kita semua perlu ingat bahwa hanya pasangan itu yang berhak memutuskan apakah mereka akan punya anak.​—1 Tes. 4:11.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan