PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g99 8/8 hlm. 28-29
  • Mengamati Dunia

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengamati Dunia
  • Sedarlah!—1999
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Masalah Seputar Memelihara Perdamaian
  • Kredo Baru Memasukkan Unsur Kekerasan dalam Olahraga
  • Merpati Pos Masih Berguna
  • Anak-Anak Kurang Mengenyam Pendidikan
  • Asia yang Rawan Bencana
  • Mengapa Anda Tidak Dapat Menggelitik Diri Sendiri
  • Pengganti Kode Morse
  • Problem Kesehatan yang Berkaitan dengan Sepatu
  • Penerbitan Alkitab di Cina
  • Bantuan bagi Kaki yang Sakit
    Sedarlah!—1997
  • Apakah Sepatu Anda Benar-Benar Nyaman Dipakai?
    Sedarlah!—2003
  • Burung Dara
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Upaya untuk Menjaga Perdamaian Dunia—Bisakah Berhasil?
    Topik Menarik Lainnya
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1999
g99 8/8 hlm. 28-29

Mengamati Dunia

Masalah Seputar Memelihara Perdamaian

”Satu dekade yang lalu, misi-misi perdamaian PBB sedemikian dihargai sampai-sampai mereka secara kelompok menerima Hadiah Nobel Perdamaian,” kata surat kabar Toronto, The Globe and Mail. ”Kini, para anggota misi pemelihara perdamaian​—sipil, polisi, dan prajurit​—menerima kata-kata penghinaan sekaligus ucapan selamat.” Mengapa keadaannya berubah? ”Problem kuncinya adalah sifat dari konflik modern. Banyak perang sekarang ini tidak dipertarungkan oleh pasukan yang terorganisasi dengan baik, dengan tujuan dan doktrin yang jelas, tetapi oleh faksi dan panglima perang yang mempekerjakan prajurit remaja sebagai tentara bayaran. Mereka berperang untuk meraih kendali atas suatu negara, bukan antar negara,” kata Globe. Alhasil, tambah surat kabar tersebut, ”sebaliknya dari memonitor gencatan senjata antar negara”, pasukan pemelihara perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa ”malah harus menengahi faksi-faksi bertikai yang tujuannya​—kadang-kadang bahkan struktur kepemimpinannya​—tidak jelas, dan yang hasratnya untuk perdamaian diragukan”.

Kredo Baru Memasukkan Unsur Kekerasan dalam Olahraga

Menurut majalah L’Express dari Prancis, kalangan berwenang persepakbolaan Prancis menangani hingga 20.825 tindakan disiplin selama musim kompetisi 1997/98, dan insiden-insiden kekerasan juga meningkat tajam dalam olahraga lain. Mengapa ada begitu banyak kekerasan? Menurut peneliti, Richard Pfister, salah satu alasan adalah ”kebutuhan untuk menang. Bila uang dianggap lebih penting daripada prestise, bila hasil lebih ditekankan daripada kenikmatan bermain, implikasinya adalah segala cara dihalalkan”. Pfister mengatakan bahwa tindakan semacam itu, yang ditunjukkan oleh tidak dikenakannya sanksi terhadap orang-orang yang sering dianggap sebagai anutan, tampaknya memberi orang muda alasan untuk melakukan tindak kekerasan dan menganjurkan mereka untuk menirunya.

Merpati Pos Masih Berguna

Departemen kepolisian di negara bagian Orissa, India, memiliki jaringan komunikasi yang canggih, namun masih tetap menggunakan jasa merpati, yakni sekawanan merpati berjumlah 800 ekor, lapor The Indian Express. Menurut Tn. B. B. Panda, direktur jenderal kepolisian Orissa, selama 50 tahun terakhir ini, merpati-merpati itu menjadi alat komunikasi penyelamat di kala terjadi banjir dan puting beliung serta masih praktis sewaktu komunikasi tanpa kabel mengalami kerusakan. Ketika banjir meluluhlantakkan kota Banki pada tahun 1982, misalnya, merpati-lah yang menjadi satu-satunya penghubung antara kota itu dan kantor-kantor pusat distrik di Cuttack. Unit merpati Orissa yang pertama dimulai tahun 1946, dengan jenis Belgia yang disebut homer, sanggup terbang sejauh 800 kilometer tanpa berhenti dengan kecepatan 80-90 kilometer per jam. Burung-burung itu, yang jangka hidupnya 15 hingga 20 tahun, sekarang ini dipelihara di tiga tempat di bawah perawatan 34 petugas keamanan. Tn. Panda menyatakan, ”Merpati-merpati itu boleh jadi tampak kuno di era telepon seluler namun mereka tetap berjasa besar bagi negara.”

Anak-Anak Kurang Mengenyam Pendidikan

Deklarasi Universal Tentang Hak Asasi Manusia, yang diterima oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada tahun 1948, mencanangkan hak fundamental untuk mengenyam pendidikan. Meskipun telah dilakukan banyak upaya yang patut dipuji, masih panjang jalan menuju tercapainya tujuan ini. ”Lima puluh tahun setelah diterimanya Deklarasi Universal Tentang Hak Asasi Manusia, masih ada lebih dari 130 juta anak usia sekolah dasar yang tidak mengenyam pendidikan,” lapor surat kabar Jerman, Allgemeine Zeitung Mainz. ”Ini berarti bahwa 20 persen dari semua anak di dunia tidak mendapatkan pendidikan dasar.” Menurut Reinhard Schlagintweit, kepala Dana Anak-Anak Internasional PBB, Jerman, dibutuhkan sekitar 7 miliar dolar AS untuk memasukkan anak-anak sedunia ke sekolah dasar. Ini jauh lebih sedikit daripada uang yang dikeluarkan di Eropa setiap tahun untuk membeli es krim atau jumlah yang digunakan setiap tahun di Amerika Serikat untuk kosmetik, dan hanya sebagian kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan di dunia untuk membeli senjata.

Asia yang Rawan Bencana

”Enam dari 10 bencana utama di dunia pada tahun lalu terjadi di Asia, menewaskan 27.000 jiwa dan menelan biaya 38 miliar dolar AS,” kata South China Morning Post. Ini termasuk banjir yang menghancurkan di Bangladesh dan Cina serta kebakaran hutan di Indonesia yang menyebarkan asap ke negara-negara tetangga. ”Lebih banyak bencana alam menimpa Asia daripada bagian lain di dunia,” kata Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Asia dan Pasifik. ”Di Asia khususnya, pengurangan risiko akan menjadi salah satu tantangan utama abad ke-21.”

Mengapa Anda Tidak Dapat Menggelitik Diri Sendiri

”Gelitikan yang tepat dapat membuat orang yang sudah dewasa pun benar-benar tak berdaya. Akan tetapi, paling tidak, korban yang paling sensitif pun dapat merasa lega mengetahui bahwa ia tidak dapat menggelitik dirinya sendiri,” kata The Economist. Mengapa tidak? Menurut penelitian terbaru, jawabannya terletak pada serebelum, bagian otak yang mengatur kegiatan motorik. Para peneliti percaya bahwa serebelum tidak hanya mengkoordinasi aksi, tetapi juga terlibat dalam memprediksi konsekuensi sensoris dari aksi tersebut. Jadi, sewaktu seseorang mencoba menggelitik diri sendiri, serebelum mengantisipasi sensasi itu dan mengabaikannya. Bila digelitik orang lain, serebelum tidak dapat memperkirakan rangsangan tersebut, sehingga sensasi itu tidak dapat diabaikan. The New York Times, dalam artikel serupa, menyimpulkannya sebagai berikut, ”Otak dapat mengenali sensasi mana yang disebabkan oleh aksi orang itu sendiri dan memberinya prioritas rendah, sehingga ia dapat lebih menanggapi sensasi dari sumber luar yang mungkin lebih urgen.”

Pengganti Kode Morse

Kode Morse yang dirancang pada tahun 1832, ”telah memainkan bagian yang tak terhitung besarnya dalam perkembangan perdagangan dan sejarah”, demikian diakui Roger Cohn, dari lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengatur sistem perkapalan dunia. Morse telah menjadi standar internasional yang digunakan oleh kapal-kapal dalam situasi yang sulit sejak tahun 1912, tahun ketika kapal Titanic mengirimkan sinyal SOS​—tiga titik, tiga garis, tiga titik​—kata The Toronto Star. Tetapi, mulai tanggal 1 Februari 1999, sebuah sistem satelit yang baru, yang diperkenalkan oleh Organisasi Maritim Internasional (IMO), akan mengirimkan sekumpulan data secara otomatis ke ”jaringan dari pusat-pusat koordinasi penyelamatan di seluruh dunia” apabila sebuah ”tombol kunci” pada terminal satelit di sebuah kapal ditekan. Selain nomor identitas kapal yang terdiri dari sembilan digit, data lain yang dikirim ”dapat termasuk waktu, posisi kapal, dan jenis kesulitan​—tanpa diperinci, atau berdasarkan salah satu dari 12 kategori yang berkisar dari kebakaran hingga banjir serta kapal oleng hingga pembajakan”, kata Star. Surat kabar tersebut menambahkan, sambil bernostalgia, ”Dahulu, Morse digunakan untuk menyampaikan kepada dunia beberapa berita terbaik dalam sejarah: Itu digunakan untuk mewartakan gencatan senjata pada kedua Perang Dunia.”

Problem Kesehatan yang Berkaitan dengan Sepatu

”Menurut opini kalangan medis, satu dari enam orang memiliki problem serius pada kaki, sering kali dapat dikaitkan dengan sepatu,” lapor The Toronto Star. Nyeri pada lutut, pegal pada pinggul, nyeri pada punggung bawah, dan sakit kepala dapat juga menjadi petunjuk untuk memeriksa sepatu yang Anda kenakan. ”Hal paling penting untuk diingat adalah bahwa sepatu tidak mengikuti bentuk kaki, kakilah yang menyesuaikan bentuk dengan sepatu,” kata Star. ”Jangan membeli sepatu dengan harapan itu akan menyesuaikan bentuk dengan kaki Anda. Jika Anda tidak merasa nyaman sewaktu mencobanya di toko, jangan beli.” Belilah sepatu pada siang hari, karena ”kaki biasanya sedikit membengkak setelah siang”, dan ”ukurlah sepatu menurut bagian terlebar pada telapak kaki sebaliknya dari mengepasnya pada tumit”. Menurut statistik, wanita memiliki tingkat problem dan deformitas kaki yang lebih tinggi. Diperkirakan bahwa ini disebabkan 90 persen dari antara mereka ”memakai sepatu yang terlalu kecil dan terlalu tinggi untuk kaki mereka” dan ”sepatu bertumit tinggi sering menjadi penyebab dari banyak problem deformitas kaki yang paling parah”. Surat kabar tersebut menambahkan, ”Yang perlu diingat juga adalah bahwa rasa nyeri timbul setelah terjadi kerusakan.”

Penerbitan Alkitab di Cina

”Cina telah menerbitkan lebih dari 20 juta eksemplar Alkitab dalam dua dekade terakhir dan Alkitab [telah] menjadi salah satu buku terpopuler di negara tersebut sejak awal tahun 1990-an,” kata Kantor Berita Xinhua. Menurut Profesor Feng Jinyuan, dari Lembaga Agama Dunia di bawah Akademi Ilmu Sosial Cina, orang Kristen di Cina berhak membeli dua Alkitab. Lebih dari 20 edisi yang berbeda telah diterbitkan, ”termasuk edisi Inggris dengan terjemahan dalam bahasa Cina, edisi-edisi Cina dalam huruf tradisional dan huruf yang disederhanakan, edisi dalam bahasa etnik minoritas, dan dalam format yang mudah dibawa serta seukuran mimbar”. Selain itu, sejumlah buku berisi kisah-kisah Alkitab telah diterbitkan dan diyakini akan melampaui penjualan Alkitab. ”Alkitab berada di peringkat ke-32 dalam daftar buku-buku paling berpengaruh di negara itu sejak awal tahun 1990-an,” kata artikel tersebut, tetapi, ”secara umum, pengaruh agama terhadap orang Cina lebih kecil daripada pengaruhnya terhadap orang-orang di negeri Barat.”

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan