PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • ”Hakim Segenap Bumi” Selalu Bertindak Adil
    Menara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2017 | April
    • Abraham yakin bahwa Yehuwa akan menghakimi penduduk Sodom dan Gomora dengan adil

      ”Hakim Segenap Bumi” Selalu Bertindak Adil

      ”Gunung Batu, sempurna kegiatannya, sebab segala jalannya adil.”—UL. 32:4.

      NYANYIAN: 112, 89

      BAGAIMANA AYAT-AYAT BERIKUT BISA MEMBANTU KETIKA KITA MENGALAMI KETIDAKADILAN?

      • Mikha 7:7

      • Amsal 19:3

      • Matius 18:15

      1. Bagaimana Abraham menunjukkan bahwa dia yakin akan keadilan Yehuwa? (Lihat gambar di awal artikel.)

      ”APAKAH Hakim segenap bumi tidak akan melakukan apa yang benar?” (Kej. 18:25) Abraham mengajukan pertanyaan ini bukan karena dia ragu. Sebaliknya, pertanyaan itu menunjukkan keyakinannya bahwa Yehuwa akan menghakimi kota Sodom dan Gomora dengan sangat adil. Dia percaya bahwa Yehuwa tidak akan pernah ”membunuh orang adil-benar bersama orang fasik”. Menurut Abraham, hal itu ”mustahil”. Belakangan, Yehuwa menjelaskan tentang diri-Nya sendiri dengan kata-kata, ”Gunung Batu, sempurna kegiatannya, sebab segala jalannya adil. Allah yang setia, padanya tidak ada ketidakadilan; Dia adil-benar dan lurus hati.”—Ul. 31:19; 32:4.

      2. Mengapa Yehuwa akan selalu adil?

      2 Mengapa Abraham begitu yakin bahwa Yehuwa akan selalu bertindak adil? Karena Yehuwa adalah teladan utama dalam hal keadilan dan keadilbenaran. Bahkan, kata ”keadilan” dan ”keadilbenaran” sering digunakan bersamaan dalam Kitab-Kitab Ibrani karena keduanya memiliki makna yang serupa. Jadi, karena standar Yehuwa selalu benar, Dia akan selalu menghakimi dengan adil. Alkitab mengatakan, ”Ia adalah pencinta keadilbenaran dan keadilan.”—Mz. 33:5.

      3. Berikan contoh ketidakadilan yang ada di dunia ini.

      3 Kita pasti senang karena tahu bahwa Yehuwa akan selalu bertindak adil. Tapi, kita hidup di dunia yang penuh dengan ketidakadilan. Misalnya, ada orang yang dinyatakan bersalah lalu dipenjarakan, padahal sebenarnya dia tidak melakukan kejahatan. Kemudian, karena ada tes DNA, akhirnya terbukti bahwa orang tersebut tidak bersalah. Tapi, dia sudah dipenjarakan selama bertahun-tahun. Ketidakadilan seperti ini bisa membuat seseorang merasa sangat marah dan tidak berdaya. Namun, ada suatu jenis ketidakadilan lain yang bisa jadi lebih sulit dihadapi. Apakah itu?

      KETIDAKADILAN DALAM SIDANG

      4. Apa yang bisa menguji iman seorang Kristen?

      4 Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa kita akan mengalami ketidakadilan di dunia ini. Tapi, jika kita melihat atau mengalami sendiri kejadian yang sepertinya tidak adil dalam sidang, hal itu bisa menguji iman kita. Jika itu terjadi, apa reaksi Saudara? Apakah Saudara akan tersandung?

      5. Mengapa ketidakadilan bisa terjadi dalam sidang?

      5 Kita semua tidak sempurna dan bisa berbuat salah. Jadi, seseorang bisa bertindak tidak adil terhadap kita atau kita sendiri bisa bertindak tidak adil terhadap orang lain di sidang. (1 Yoh. 1:8) Memang, hal ini jarang terjadi. Tapi, orang Kristen yang matang tahu bahwa ketidakadilan bisa terjadi di sidang, dan dia tidak akan tersandung. Yehuwa telah memberi kita nasihat dari Alkitab yang bisa membantu kita tetap setia jika kita diperlakukan tidak adil oleh saudara-saudari kita.—Mz. 55:12-14.

      6, 7. Ketidakadilan apa yang dialami seorang saudara di sidang, dan apa yang membantunya?

      6 Coba perhatikan pengalaman Willi Diehl. Pada 1931, Saudara Diehl mulai melayani di Betel Swiss di kota Bern. Pada 1946, dia mengikuti Sekolah Gilead kelas kedelapan di New York, AS. Setelah lulus, dia ditugaskan untuk melakukan pekerjaan keliling di Swiss. Dalam kisah hidupnya, Saudara Diehl menceritakan bahwa pada Mei 1949, dia memberi tahu kantor cabang Swiss bahwa dia berencana untuk menikah. Lalu, saudara-saudara yang bertanggung jawab di sana mengatakan bahwa semua hak istimewanya akan dicabut. Dia hanya diizinkan untuk merintis. Saudara Diehl berkata, ”Saya tidak diizinkan untuk menyampaikan khotbah . . . Banyak saudara yang tidak lagi menyapa kami, memperlakukan kami seperti orang-orang yang dipecat.”

      7 Apa reaksi Saudara Diehl? Dia berkata, ”Akan tetapi, kami tahu bahwa menikah bukanlah tidak berdasarkan Alkitab, maka kami meminta perlindungan dalam doa dan menaruh kepercayaan kepada Yehuwa.” Memang, beberapa saudara pada waktu itu tidak mengerti pandangan Yehuwa tentang perkawinan. Tapi pada akhirnya, pemahaman mereka disesuaikan, dan Saudara Diehl mendapatkan lagi hak istimewanya. Ini semua adalah hadiah dari Yehuwa karena dia setia.a Jadi, coba kita pikirkan: ’Jika saya mengalami ketidakadilan seperti itu, apakah saya akan tetap sabar dan menunggu Yehuwa menegakkan keadilan? Atau, apakah saya akan mengandalkan diri sendiri dan meluruskan ketidakadilan ini?’—Ams. 11:2; baca Mikha 7:7.

      8. Mengapa kita sebaiknya tidak cepat menyimpulkan bahwa kita atau orang lain mengalami ketidakadilan?

      8 Jika Saudara merasa bahwa di sidang ada ketidakadilan, ingatlah bahwa Saudara mungkin salah. Mengapa? Itu karena kita tidak sempurna, dan kita bisa salah paham. Kemungkinan, kita juga tidak tahu semua faktanya. Tapi, meskipun kita mengerti masalahnya, kita tetap harus berdoa kepada Yehuwa tentang masalah itu, mengandalkan Dia, dan tetap setia. Dengan begitu, kita tidak akan menjadi ”murka terhadap Yehuwa”.—Baca Amsal 19:3.

      9. Contoh siapa saja yang akan kita bahas di artikel ini dan selanjutnya?

      9 Sekarang, kita akan menarik pelajaran dari tiga contoh dalam Alkitab tentang ketidakadilan yang dialami oleh umat Yehuwa. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang cicit Abraham, yaitu Yusuf, dan apa yang dia alami karena kakak-kakaknya. Dalam artikel selanjutnya, kita akan membahas cara Yehuwa berurusan dengan Raja Ahab dan juga pengalaman Rasul Petrus di Antiokhia Siria. Saat membahas ketiga contoh ini, coba pikirkan bagaimana Saudara bisa tetap berfokus kepada Yehuwa dan menjaga persahabatan Saudara dengan-Nya, terutama saat Saudara merasa diperlakukan tidak adil.

      YUSUF ADALAH KORBAN KETIDAKADILAN

      10, 11. (a) Ketidakadilan apa yang dialami Yusuf? (b) Kesempatan apa yang Yusuf dapatkan di penjara?

      10 Yusuf adalah hamba Yehuwa yang setia, yang mengalami banyak ketidakadilan. Tapi, yang paling menyakitkan adalah ketidakadilan yang dia alami dari kakak-kakaknya sendiri. Sewaktu Yusuf berusia 17 tahun, kakak-kakaknya menculik dia dan menjualnya sebagai budak. Lalu, dia dibawa ke Mesir. (Kej. 37:23-28; 42:21) Belakangan, di negeri asing itu, Yusuf dituduh mencoba memerkosa seorang wanita. Dia dipenjarakan tanpa diadili. (Kej. 39:17-20) Dia menderita selama 13 tahun sebagai seorang budak dan tahanan. Apa yang bisa kita pelajari dari Yusuf jika kita diperlakukan tidak adil oleh saudara-saudari kita?

      11 Ketika di penjara, Yusuf bertemu dengan juru minuman raja yang juga dijebloskan ke penjara. Pada suatu malam, sang juru minuman bermimpi, dan mimpi itu dijelaskan oleh Yusuf dengan bantuan Yehuwa. Yusuf menjelaskan bahwa sang juru minuman akan dibebaskan dari penjara dan akan melayani Firaun lagi. Lalu, Yusuf menggunakan kesempatan tersebut untuk menjelaskan keadaannya kepada pria itu. Kita bisa belajar banyak hal dari kata-kata Yusuf dan juga dari apa yang tidak dia katakan.—Kej. 40:5-13.

      12, 13. (a) Apa buktinya bahwa Yusuf tidak pasrah dengan keadaannya? (b) Apa yang tidak Yusuf katakan kepada sang juru minuman?

      12 Baca Kejadian 40:14, 15. Di ayat ini, Yusuf mengatakan bahwa dia telah ”diculik”. Jelaslah, dia adalah korban ketidakadilan. Yusuf juga menjelaskan bahwa tuduhan atasnya tidak benar dan bahwa dia tidak bersalah. Itulah alasannya dia meminta sang juru minuman untuk menceritakan tentang dia kepada Firaun. Apa tujuannya? Agar dia ’keluar dari rumah ini’.

      13 Apakah Yusuf pasrah saja dengan keadaannya? Tidak. Yusuf tahu bahwa dia adalah korban dari banyak ketidakadilan. Itulah sebabnya dia menjelaskan keadaannya kepada sang juru minuman agar dibantu olehnya. Tapi, tidak ada catatan Alkitab yang menunjukkan bahwa Yusuf menceritakan kepada siapa pun, bahkan kepada Firaun, bahwa yang menculiknya adalah kakak-kakaknya sendiri. Buktinya, saat kakak-kakaknya datang ke Mesir dan berdamai dengan dia, Firaun menyambut mereka dan mengundang mereka untuk tinggal di Mesir dan menikmati ”hal-hal baik dari seluruh tanah Mesir”.—Kej. 45:16-20.

      Seorang pria bergosip tentang suatu masalah sehingga masalahnya malah bertambah buruk

      Gosip bisa membuat masalah menjadi lebih buruk (Lihat paragraf 14)

      14. Jika kita mengalami ketidakadilan di sidang, apa yang bisa membantu kita agar tidak bergosip?

      14 Jika kita merasa bahwa kita telah mengalami ketidakadilan di sidang, kita harus sangat berhati-hati agar tidak bergosip tentang masalah itu. Memang, kita perlu meminta bantuan para penatua dan menjelaskan kepada mereka jika seorang saudara melakukan dosa serius. (Im. 5:1) Tapi, ketidakadilan yang terjadi di sidang biasanya tidak menyangkut dosa serius. Dan kemungkinan, kita bisa berdamai dengan saudara kita tanpa menceritakan masalah itu kepada siapa pun, bahkan kepada para penatua. (Baca Matius 5:23, 24; 18:15.) Jadi, dalam keadaan seperti ini, kita perlu setia dan menerapkan prinsip Alkitab. Kadang, kita menyadari bahwa sebenarnya kitalah yang salah paham, dan ternyata kita bukan korban ketidakadilan. Jika itu yang terjadi, kita pasti lega karena tidak memperkeruh situasi dengan mengatakan hal-hal buruk tentang saudara itu kepada orang-orang lain. Tapi, tidak soal siapa yang benar atau salah, mengatakan hal yang buruk tentang orang lain tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik. Jika kita setia kepada Yehuwa dan saudara-saudari kita, kita tidak akan bergosip. Sang pemazmur mengatakan bahwa orang ”yang berjalan tanpa cela . . . tidak memfitnah dengan lidahnya. Kepada temannya ia tidak berbuat jahat, dan tidak ada celaan yang ia ucapkan terhadap kenalan akrabnya”.—Mz. 15:2, 3; Yak. 3:5.

      JANGAN LUPAKAN PERSAHABATAN SAUDARA YANG PALING BERHARGA

      15. Bagi Yusuf, apa manfaat persahabatannya dengan Yehuwa?

      15 Ada pelajaran penting lain dari kisah Yusuf. Selama 13 tahun penderitaannya, Yusuf menunjukkan bahwa dia bisa memandang masalahnya dengan cara Yehuwa. (Kej. 45:5-8) Dia tidak pernah menyalahkan Yehuwa atas keadaan yang terjadi. Memang, Yusuf tahu bahwa dia mengalami ketidakadilan, tapi dia tidak menjadi putus asa. Yang terpenting, ketidaksempurnaan dan kesalahan orang lain tidak menjauhkan Yusuf dari Yehuwa. Karena setia, Yusuf bisa melihat cara Yehuwa menegakkan keadilan dan memberkati dia serta keluarganya.

      16. Mengapa kita harus terus mendekat kepada Yehuwa saat mengalami ketidakadilan di sidang?

      16 Kita juga harus menghargai dan melindungi persahabatan kita dengan Yehuwa. Jangan sampai ketidaksempurnaan saudara kita memisahkan kita dari Allah yang kita sayangi dan kita layani. (Rm. 8:38, 39) Sebaliknya, jika kita mengalami ketidakadilan di sidang, ikutilah teladan Yusuf dan teruslah mendekat kepada Yehuwa. Berusahalah untuk memandang situasinya dari sudut pandang Yehuwa. Setelah melakukan segala sesuatu untuk menyelesaikan masalahnya berdasarkan prinsip Alkitab, kita perlu menyerahkannya ke tangan Yehuwa. Kita bisa yakin bahwa Dia akan meluruskan permasalahannya pada waktu dan cara yang tepat menurut-Nya.

      PERCAYALAH KEPADA ”HAKIM SEGENAP BUMI”

      17. Bagaimana kita bisa menunjukkan bahwa kita percaya kepada ”Hakim segenap bumi”?

      17 Selama kita hidup di dunia yang jahat ini, kita pasti akan mengalami ketidakadilan. Dan sesekali, kita atau orang yang kita kenal mungkin mengalami atau melihat sesuatu yang tampaknya tidak adil di sidang. Jika ini terjadi, janganlah tersandung. (Mz. 119:165) Sebaliknya, tetaplah setia kepada Allah, berdoalah meminta bantuan-Nya, dan andalkanlah Dia. Ingatlah, karena tidak sempurna, Saudara bisa salah paham. Dan, Saudara mungkin tidak tahu semua faktanya. Jadi, tirulah Yusuf dan hindarilah gosip yang bisa memperkeruh keadaan. Dan terakhir, daripada mengandalkan diri sendiri, teruslah bertekad untuk setia kepada Yehuwa dan menunggu Dia untuk meluruskan masalahnya. Dengan begitu, Yehuwa akan senang kepada Saudara, seperti Dia senang kepada Yusuf. Saudara bisa yakin bahwa ”Hakim segenap bumi” akan selalu melakukan hal yang benar, ”sebab segala jalannya adil”.—Kej. 18:25; Ul. 32:4.

      18. Apa yang akan kita pelajari di artikel berikutnya?

      18 Di artikel berikutnya, kita akan membahas dua contoh ketidakadilan lain yang terjadi atas umat Yehuwa pada zaman Alkitab. Kita akan belajar untuk meniru pandangan Yehuwa tentang keadilan dengan bersikap rendah hati dan suka mengampuni.

      a Kisah hidup Willi Diehl yang berjudul ”Yehuwa Allahku yang Kupercayai” ada di Menara Pengawal 1 November 1991.

  • Apakah Cara Saudara Memandang Keadilan Sama Seperti Cara Yehuwa?
    Menara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2017 | April
    • Di Antiokhia, Rasul Petrus makan bersama orang Kristen Yahudi dan bukan bersama orang Kristen non-Yahudi

      Apakah Cara Saudara Memandang Keadilan Sama Seperti Cara Yehuwa?

      ”Aku akan menyatakan nama Yehuwa . . . , Allah yang setia, padanya tidak ada ketidakadilan.”—UL. 32:3, 4.

      NYANYIAN: 110, 2

      BAGAIMANA AYAT-AYAT BERIKUT BISA MEMBANTU KETIKA KITA MENGALAMI KETIDAKADILAN?

      • Ulangan 32:4

      • 1 Petrus 5:5

      • Matius 6:14

      1, 2. (a) Ketidakadilan apa yang dialami Nabot dan putra-putranya? (b) Dua sifat apa yang akan kita bahas dalam artikel ini?

      DUA pria jahat menuduh seorang pria melakukan kesalahan yang sangat serius. Tuduhan mereka itu tidak benar. Tapi, pria itu tetap dianggap bersalah dan dihukum mati. Bayangkan perasaan orang-orang yang mencintai keadilan saat menyaksikan pria yang tidak bersalah itu dan putra-putranya dilempari batu sampai mati! Ini bukan sekadar cerita. Peristiwa ini benar-benar menimpa Nabot, hamba Allah yang setia yang hidup pada masa pemerintahan Raja Ahab di Israel.—1 Raj. 21:11-13; 2 Raj. 9:26.

      2 Dalam artikel ini, kita akan membahas apa yang terjadi atas Nabot. Kita juga akan membahas kesalahan serius yang dilakukan oleh penatua yang setia di salah satu sidang Kristen abad pertama. Dari dua contoh ini, kita akan belajar pentingnya sifat rendah hati dan suka mengampuni jika kita mau meniru cara pandang Yehuwa tentang keadilan.

      KETIDAKADILAN YANG TRAGIS

      3, 4. Orang seperti apakah Nabot, dan mengapa dia menolak untuk menjual kebun anggurnya kepada Raja Ahab?

      3 Nabot tetap setia kepada Yehuwa meski kebanyakan orang Israel pada waktu itu mengikuti contoh buruk Raja Ahab dan istrinya, Ratu Izebel yang jahat. Mereka menyembah dewa Baal dan tidak menghormati Yehuwa ataupun hukum-Nya. Tapi, Nabot menganggap hubungannya dengan Yehuwa itu berharga, bahkan lebih berharga daripada nyawanya sendiri.

      4 Baca 1 Raja-Raja 21:1-3. Sewaktu Ahab berniat membeli kebun anggur Nabot atau menukarkannya dengan kebun anggur yang lebih baik, Nabot menolak. Mengapa? Dia dengan sopan menjelaskan, ”Dari sudut pandangan Yehuwa, mustahil aku memberikan milik pusaka bapak-bapak leluhurku kepadamu.” Nabot menolak tawaran Raja Ahab karena hukum Yehuwa melarang orang Israel menjual milik pusaka keluarga secara permanen. (Im. 25:23; Bil. 36:7) Jelaslah, Nabot taat kepada Yehuwa.

      5. Apa yang Izebel lakukan demi mendapatkan kebun anggur Nabot?

      5 Karena Nabot tidak mau menjual kebun anggurnya, Raja Ahab dan istrinya melakukan hal yang kejam. Demi mendapatkan kebun anggur itu, Ratu Izebel menyuruh dua pria menuduh Nabot melakukan kejahatan yang tidak dia perbuat. Akibatnya, Nabot dan putra-putranya dibunuh. Apa yang Yehuwa lakukan atas ketidakadilan ini?

      KEADILAN ALLAH

      6, 7. (a) Apa yang Yehuwa lakukan untuk menunjukkan bahwa Dia mencintai keadilan? (b) Mengapa tindakan Yehuwa ini menghibur keluarga dan teman-teman Nabot?

      6 Yehuwa langsung mengirim Elia untuk berbicara kepada Ahab dan menegurnya. Elia menyatakan bahwa Ahab adalah pembunuh dan pencuri. Hukuman apa yang Yehuwa berikan? Ahab, istrinya, dan putra-putranya akan dibunuh, seperti yang terjadi atas Nabot dan putra-putranya.—1 Raj. 21:17-25.

      7 Keluarga dan teman-teman Nabot terpukul dengan tindakan Ahab yang kejam. Tapi, Yehuwa melihat ketidakadilan itu, dan Dia segera bertindak. Pastilah ini menghibur mereka. Namun, kerendahan hati dan iman mereka kepada Yehuwa kemungkinan besar akan diuji dengan apa yang terjadi setelahnya.

      8. Apa reaksi Ahab sewaktu dia mendengar hukuman dari Yehuwa, dan apa hasilnya?

      8 Saat Ahab mendengar hukuman Yehuwa, ”ia mengoyak pakaiannya dan mengenakan kain goni pada tubuhnya; dan ia berpuasa dan terus berbaring dengan mengenakan kain goni dan berjalan dengan putus harapan”. Ahab merendahkan dirinya! Apa hasilnya? Yehuwa berkata kepada Elia, ”Sebab ia telah merendahkan diri oleh karena aku, aku tidak akan mendatangkan malapetaka pada zamannya. Pada zaman putranya aku akan mendatangkan malapetaka ke atas keluarganya.” (1 Raj. 21:27-29; 2 Raj. 10:10, 11, 17) Yehuwa berbelaskasihan kepada Ahab karena sebagai ”pemeriksa hati”, Dia mengetahui isi hati manusia yang sebenarnya.—Ams. 17:3.

      PENTINGNYA KERENDAHAN HATI

      9. Mengapa keluarga dan teman-teman Nabot perlu menunjukkan kerendahan hati?

      9 Ketika keluarga dan teman-teman Nabot mendengar bahwa hukuman atas keluarga Ahab akan berlaku setelah Ahab mati, iman mereka mungkin diuji. Tapi, kerendahan hati bisa melindungi iman mereka. Mengapa? Jika rendah hati, mereka akan tetap menyembah Yehuwa karena percaya bahwa Allah pasti bersikap adil. (Baca Ulangan 32:3, 4.) Di masa depan, Nabot dan keluarganya akan memperoleh keadilan yang sempurna saat Yehuwa membangkitkan orang-orang yang setia. (Ayb. 14:14, 15; Yoh. 5:28, 29) Orang yang rendah hati tahu bahwa ”Allah yang benar akan membawa segala perbuatan kepada penghakiman sehubungan dengan segala sesuatu yang tersembunyi, apakah itu baik atau buruk”. (Pkh. 12:14) Yehuwa mengetahui fakta yang tidak kita ketahui. Jadi, jika kita rendah hati, kita bisa tetap beriman kepada Yehuwa.

      10, 11. (a) Situasi apa yang mungkin bisa menguji iman kita? (b) Apa manfaat kerendahan hati?

      10 Apa reaksi Saudara jika para penatua membuat keputusan yang tidak Saudara pahami atau setujui? Misalnya, apa tindakan Saudara jika Saudara atau orang yang Saudara sayangi kehilangan hak istimewa? Bagaimana jika pasangan hidup, anak, atau sahabat Saudara dipecat, dan Saudara tidak setuju dengan keputusan para penatua? Apa reaksi Saudara jika para penatua berbelaskasihan kepada orang yang berdosa, tapi Saudara merasa keputusan itu salah? Situasi seperti ini bisa menguji iman kita akan Yehuwa dan cara Dia mengatur sidang pada zaman sekarang. Jika Saudara mengalami salah satu dari situasi ini, bagaimana kerendahan hati bisa membantu? Mari kita bahas dua manfaatnya.

      Seorang saudara tidak senang dengan keputusan para penatua yang diumumkan di sidang

      Apa reaksi Saudara jika para penatua mengumumkan keputusan yang tidak Saudara setujui? (Lihat paragraf 10, 11)

      11 Pertama, jika rendah hati, kita akan mengakui bahwa kita tidak mengetahui semua faktanya. Bahkan jika kita berpikir bahwa kita mengetahui semua faktanya, ingatlah bahwa hanya Yehuwa yang mengetahui isi hati seseorang. (1 Sam. 16:7) Dengan begitu, kita akan dengan rendah hati mengakui bahwa kita punya keterbatasan dan bahwa cara berpikir kita perlu disesuaikan. Kedua, jika rendah hati, kita akan tetap taat dan sabar sambil menunggu Yehuwa memperbaiki keadaannya. Alkitab berkata, ”Orang-orang yang takut akan Allah yang benar akan memperoleh kebaikan.” Alkitab juga mencatat, ”Tetapi orang fasik sama sekali tidak akan memperoleh kebaikan, ia juga tidak akan memperpanjang hari-harinya.” (Pkh. 8:12, 13) Jika kita tetap rendah hati, kita dan orang lain akan mendapatkan manfaatnya.—Baca 1 Petrus 5:5.

      KEMUNAFIKAN DALAM SIDANG ABAD PERTAMA

      12. Situasi apa yang akan kita bahas, dan apa tujuannya?

      12 Orang Kristen abad pertama di Antiokhia Siria mengalami situasi yang menguji kerelaan mengampuni dan kerendahan hati mereka. Kita akan membahas situasi itu untuk memeriksa apakah kita suka mengampuni dan untuk mengerti mengapa Yehuwa bisa menggunakan orang yang tidak sempurna tanpa menurunkan standar-Nya.

      13, 14. (a) Tugas apa yang dipercayakan kepada Rasul Petrus? (b) Bagaimana dia menunjukkan keberaniannya?

      13 Rasul Petrus adalah penatua yang dikenal banyak orang Kristen pada abad pertama. Dia adalah sahabat Yesus dan dipercayakan tugas yang penting. (Mat. 16:19) Misalnya, pada 36 M, Petrus ditugaskan untuk memberitakan kabar baik kepada Kornelius dan semua orang yang ada di rumahnya. Mengapa ini istimewa? Karena Kornelius bukan orang Yahudi dan tidak bersunat. Ketika Kornelius dan mereka yang ada di rumahnya menerima roh kudus, Petrus menyadari bahwa mereka bisa dibaptis sebagai orang Kristen. Petrus berkata, ”Dapatkah seseorang melarang air sehingga orang-orang ini tidak dibaptis, yaitu mereka yang telah menerima roh kudus sama seperti kita?”—Kis. 10:47.

      14 Pada 49 M, para rasul dan penatua di Yerusalem berkumpul untuk memutuskan apakah orang Kristen non-Yahudi perlu disunat. Pada pertemuan itu, Petrus dengan berani mengingatkan saudara-saudara itu bahwa dia menyaksikan sendiri orang non-Yahudi yang tidak bersunat menerima roh kudus. Pengalaman Petrus itu berpengaruh besar terhadap keputusan yang dibuat badan pimpinan. (Kis. 15:6-11, 13, 14, 28, 29) Orang Yahudi dan non-Yahudi pasti bersyukur karena Petrus berani menceritakan pengalamannya. Pastilah orang Kristen abad pertama sangat percaya dengan pria yang setia dan matang ini!—Ibr. 13:7.

      15. Kesalahan apa yang Petrus lakukan di Antiokhia Siria? (Lihat gambar di awal artikel.)

      15 Segera setelah pertemuan di Yerusalem, Petrus mengunjungi Antiokhia Siria. Sewaktu di sana, dia bergaul dengan orang Kristen non-Yahudi. Bayangkan betapa senangnya mereka karena bisa belajar dari pengetahuan dan pengalaman Petrus! Tapi, mereka pasti terkejut dan sakit hati ketika tiba-tiba Petrus tidak lagi makan bersama mereka. Orang Kristen Yahudi lainnya, termasuk Barnabas, juga terpengaruh untuk melakukan hal yang sama. Mengapa penatua Kristen yang matang ini bisa sampai membuat kesalahan serius seperti ini, yang bisa memecah belah sidang? Tapi yang lebih penting, apa yang bisa kita pelajari dari situasi itu seandainya kita tersinggung dengan kata-kata atau tindakan seorang penatua?

      16. Bagaimana Petrus dikoreksi, dan pertanyaan apa yang muncul?

      16 Baca Galatia 2:11-14. Petrus menjadi takut akan manusia. (Ams. 29:25) Petrus tahu perasaan Yehuwa terhadap orang non-Yahudi. Tapi, dia takut dipandang rendah oleh orang Kristen Yahudi yang bersunat karena bergaul dengan orang non-Yahudi yang tidak bersunat. Rasul Paulus menegur Petrus yang bersikap munafik. Mengapa? Karena Paulus melihat sendiri bagaimana Petrus membela orang non-Yahudi pada pertemuan di Yerusalem pada 49 M. (Kis. 15:12; Gal. 2:13) Apa reaksi orang Kristen non-Yahudi yang perasaannya dilukai oleh Petrus? Apakah mereka akan tersinggung? Apakah Petrus akan kehilangan hak istimewa karena kesalahannya ini?

      RELA MENGAMPUNI

      17. Manfaat apa yang Petrus dapatkan karena diampuni Yehuwa?

      17 Petrus rendah hati dan menerima koreksi dari Paulus. Alkitab tidak mengatakan bahwa Petrus kehilangan hak istimewanya. Malah, dia belakangan diilhami untuk menulis dua surat yang menjadi bagian dari Alkitab. Dalam surat keduanya, dia bahkan menyebut Paulus sebagai ”saudara yang kita kasihi”. (2 Ptr. 3:15) Kesalahan Petrus pasti menyakiti perasaan orang Kristen non-Yahudi. Tapi, Yesus sebagai kepala sidang tetap menggunakan dia. (Ef. 1:22) Jadi, saudara-saudari di sidang itu juga bisa meniru Yesus dan Bapaknya dengan mengampuni Petrus. Maka, semoga kita tidak tersinggung dengan kesalahan orang yang tidak sempurna.

      18. Kapan khususnya kita perlu meniru cara Yehuwa memandang keadilan?

      18 Seperti di sidang Kristen pada abad pertama, tidak ada penatua yang sempurna di sidang pada zaman sekarang. Alkitab mengatakan, ”Kita semua sering kali tersandung.” (Yak. 3:2) Kita semua tahu fakta ini. Tapi, jika kita sendiri yang disakiti atau diperlakukan tidak adil, apa reaksi kita? Apakah kita akan meniru cara Yehuwa memandang keadilan? Misalnya, apa reaksi Saudara jika seorang penatua melontarkan pendapat yang kelihatannya berprasangka? Apakah Saudara akan tersinggung atau sakit hati jika seorang penatua mengatakan sesuatu tanpa dipikir? Daripada langsung merasa bahwa saudara itu tidak pantas menjadi penatua, apakah Saudara dengan sabar menunggu Yesus, sebagai kepala sidang, bertindak? Daripada berfokus pada kesalahan orang itu, bisakah Saudara mengingat pelayanannya yang setia selama bertahun-tahun? Jika orang yang berbuat salah terhadap Saudara tetap melayani sebagai penatua atau bahkan dipercayakan lebih banyak tanggung jawab, apakah Saudara akan ikut senang? Jika Saudara rela mengampuninya, itu berarti Saudara meniru cara Yehuwa memandang keadilan.—Baca Matius 6:14, 15.

      19. Apa tekad kita?

      19 Kita pasti senang melihat keadilan. Kita sangat menantikan saat Yehuwa menghapus semua ketidakadilan yang disebabkan Setan dan dunianya yang jahat. (Yes. 65:17) Sebelum itu terjadi, mari kita tiru cara Yehuwa memandang keadilan, yaitu dengan rendah hati mengakui bahwa kita mungkin tidak tahu semua faktanya dan rela mengampuni orang yang bersalah kepada kita.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan