PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Fakta-Fakta di Balik Natal, Paskah, dan ”Halloween”
    Sedarlah!—1993 | 8 November
    • Fakta-Fakta di Balik Natal, Paskah, dan ”Halloween”

      ALKITAB memperlihatkan bahwa Yesus berusia 33 1/2 tahun ketika ia dipakukan pada awal musim semi tahun 33 M, pada waktu Paskah Yahudi. Bila dihitung mundur, ini berarti ia dilahirkan pada awal musim gugur.

      Perayaan kafir Romawi yakni Saturnalia, hari ulang tahun dari matahari yang tak tertaklukkan, diadakan kira-kira tiga bulan kemudian. Bagaimana perayaan kelahiran Kristus bisa dimundurkan ke tanggal 25 Desember, untuk secara tidak patut membuatnya bertepatan dengan perayaan kafir yaitu hari ulang tahun matahari?

      Siang hari yang lebih pendek pada bulan Desember menimbulkan kepanikan yang didasarkan takhayul di antara para penyembah matahari, yang takut kalau-kalau dewa mereka akan mati. Mereka menyalakan lilin dan api unggun untuk membantu menghidupkan kembali dewa mereka yang sedang sekarat. Tampaknya ini berhasil. Setelah solstise musim dingin (musim dingin pada waktu matahari berada pada titik terjauh dari khatulistiwa) pada tanggal 21 Desember, dewa matahari tampaknya mendapatkan kembali kekuatannya seraya siang hari semakin bertambah panjang.

      ”Desember merupakan bulan utama dari perayaan kafir, dan 25 Des. merupakan titik puncak pesta pora musim dingin,” kata Church Christmas Tab menjelaskan. ”Beberapa orang percaya bahwa uskup Roma memilih 25 Des. sebagai tanggal kelahiran Kristus guna ’menyucikan’ perayaan kafir. Hasilnya adalah campuran aneh dari perayaan-perayaan kafir dan Kristen yang sekarang disebut oleh dunia sebagai Natal.” Artikel itu mengakui, ”Kata ’Natal’ tidak ada dalam Alkitab. Dan Alkitab tidak memberikan perintah untuk merayakan kelahiran Kristus.”

      Tidak mengherankan, teolog bernama Tertullian mengeluh, ”Oleh kami, yang adalah orang-orang yang tidak kenal akan Sabat, dan perayaan bulan baru serta perayaan Yahudi lainnya, yang pernah diperkenan Allah, Saturnalia [dan perayaan kafir lainnya] sekarang begitu umum, hadiah-hadiah dibawa ke sana kemari, . . . dan olahraga serta perjamuan makan dirayakan dengan riuh.”

      Paus Gregorius I melanjutkan kecenderungan yang najis ini. Menurut majalah Natural History, ”sebaliknya daripada berupaya melenyapkan kebiasaan dan kepercayaan orang-orang, instruksi paus adalah, menggunakan itu semua. Jika sekelompok orang menyembah sebatang pohon, jangan menebangnya, tetapi ubahlah pohon itu menjadi Kristus dan biarkan mereka meneruskan ibadat mereka”.

      Kebenaran Tidak Dapat Dicampur dengan Kepalsuan

      Apakah kebijakan kompromi ini mendapat perkenan ilahi? Perhatikan peringatan Allah kepada umat-Nya yang akan memasuki negeri Kanaan yang kafir, ”Hati-hatilah . . . supaya jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka? Akupun mau berlaku begitu. Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap [Yehuwa], Allahmu; sebab segala yang menjadi kekejian bagi [Yehuwa], apa yang dibenciNya, itulah yang dilakukan mereka bagi allah mereka.” (Ulangan 12:30, 31) Peringatan yang sama diulangi dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, ”Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial [catatan kaki NW, Setan]? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?”​—2 Korintus 6:14, 15.

      Apa yang merupakan penghinaan bagi Allah sehubungan dewa-dewa palsu dan ibadat kepada mereka? Saturnus adalah dewa matahari Romawi yang dihormati pada perayaan Saturnalia. Apakah ia berharga? Simon Schama, profesor sejarah di Universitas Harvard, menyebutnya ”pribadi yang gila-gilaan dalam hal makan, minum, dan berbagai macam kenakalan”. Majalah Lear menyebut hari raya itu sebagai ”pesta anggur gila-gilaan yang paling tersohor di dunia purba”.

      Ibadat bidah kepada dewa matahari, Mithra, menjangkau Asia. Menurut antropolog bernama Gabriel Seabrook, ia adalah ”dewa perang, yang melepaskan anak-anak panah yang membinasakan dan penyakit yang tak tersembuhkan kepada musuh-musuhnya di medan laga”.

      Ibadat kepada matahari di kalangan orang-orang Aztek khususnya berlumuran darah. Majalah Natural History menjelaskan bahwa ”jika korban-korban tidak dipersembahkan kepada dewa-dewa matahari, semua kehidupan​—termasuk kehidupan dewa-dewa itu​—akan musnah”.

      Setelah meninjau asal-usul perayaan ini (lihat kotak di bawah), mungkin Anda tidak terkejut bahwa penyihir dan penyembah Setan masih menghormati tanggal 25 Desember. San Francisco Chronicle tanggal 21 Desember 1991, mengutip kata-kata seorang penyihir dan penulis kekafiran yang terkenal yang mengatakan, ”Itu adalah salah satu hari raya kami yang paling melelahkan. Kami bergadang sepanjang malam.” Seorang anggota kelompok Perjanjian Dewi menyatakan, ”Kami melakukan upacara ritual. . . . Para anggota dari kaum pemimpin agama kami mempertunjukkan sandiwara misteri tentang kelahiran bayi matahari”.

      Apakah Allah atau Putra-Nya akan menerima penghormatan demikian, yang mencerminkan penyembahan kepada dewa-dewa palsu?

  • Fakta-Fakta di Balik Natal, Paskah, dan ”Halloween”
    Sedarlah!—1993 | 8 November
    • [Kotak di hlm. 12]

      Lambang-Lambang Natal

      Pohon Natal ”sangat sedikit hubungannya dengan perayaan Kristen dan banyak hubungannya dengan bertahannya upacara kafir selama ribuan tahun sehubungan cahaya musim dingin dan kelahiran kembali”. (The Boston Herald) ”Pohon-pohon dengan hiasan yang digantungkan padanya merupakan bagian perayaan kafir selama berabad-abad.”​—Church Christmas Tab.

      Holi (rangkaian sejenis daun-daunan dengan buah berwarna merah) populer di kalangan orang-orang Kelt ”untuk membuat jin penunggu rumah berperilaku baik pada waktu solstise musim dingin. . . . Holi dapat menangkal kejahatan, membantu menafsirkan mimpi-mimpi, melindungi rumah dari petir”.​—Beautiful British Columbia.

      Mistletoe (sejenis tanaman parasit berbuah putih) ”berasal dari imam-imam Druid di Inggris yang menggunakannya dalam ibadat yang aneh kepada hantu-hantu dan kekuatan ilmu sihir”.​—Church Christmas Tab.

      Pada tanggal 25 Desember ”para penyembah Mithra merayakan kelahiran Mithra . . . Sama sekali tidak ada wewenang berdasarkan Alkitab untuk menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal”.​—Isaac Asimov.

      Pemberian hadiah merupakan ciri khas perayaan Saturnalia. ”Pada perayaan ini Anda diharapkan memberikan hadiah kepada semua teman Anda.”​—Ancient Italy and Modern Religion.

      Bintang ”pada puncak pohon disembah di Timur, 5.000 tahun sebelum kelahiran Kristus, sebagai lambang kemurnian, kebaikan dan perdamaian”.​—United Church Herald.

      Lilin ”tidak berasal . . . dari ruang dekat altar dalam gereja Kristen. Kita mengambilnya dari altar yang jauh lebih awal, altar Druid dari pohon ek”.​—United Church Herald.

      Sinterklas dicuri ”dari mitologi Jerman purba: ’Thor adalah seorang pria lanjut usia, jenaka dan ramah, berbadan gemuk dan berjanggut panjang berwarna putih. Ia mengendarai kereta dan dikatakan hidup di Negeri Utara . . . Elemennya adalah api, warna kesukaannya adalah merah. Perapian pada setiap rumah adalah suci baginya, dan konon ia turun masuk ke rumah melalui cerobong asap”.​—United Church Herald.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan