PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Pandangan Ilahi tentang Kebersihan Moral
    Menara Pengawal—2000 | 1 November
    • Pandangan Ilahi tentang Kebersihan Moral

      ”Aku, Yehuwa, adalah Allahmu, Pribadi yang mengajarkan hal-hal yang bermanfaat bagimu, Pribadi yang membuat engkau melangkah di jalan yang harus kautempuh.”​—⁠YESAYA 48:17.

      1, 2. (a) Bagaimana orang-orang pada umumnya memandang moralitas seksual? (b) Bagaimana orang-orang Kristen memandang moralitas seksual?

      DEWASA ini, di banyak bagian bumi, semakin banyak orang menganggap tingkah laku moral sebagai persoalan pribadi. Orang-orang menganggap hubungan seks sebagai ungkapan kasih sayang secara alami yang boleh dinikmati setiap saat, bukan sebagai sesuatu yang dibatasi oleh perkawinan. Mereka merasa bahwa jika tidak ada yang dirugikan, tidak ada salahnya memutuskan sendiri cara berperilaku. Dalam pandangan mereka, orang-orang hendaknya tidak dihakimi dalam soal moralitas, khususnya bila menyangkut soal seks.

      2 Orang-orang yang mengenal Yehuwa memiliki pandangan yang berbeda. Dengan senang hati, mereka mengikuti pedoman Alkitab karena mereka mengasihi Yehuwa dan ingin menyenangkan Dia. Mereka sadar bahwa Yehuwa mengasihi mereka dan memberikan petunjuk demi kebaikan mereka, petunjuk yang benar-benar membahagiakan dan bermanfaat bagi mereka. (Yesaya 48:17) Karena Allah adalah Sumber kehidupan, masuk akal jika mereka berpaling kepada-Nya meminta petunjuk mengenai cara menggunakan tubuh mereka, khususnya dalam hal ini, yang sedemikian erat kaitannya dengan soal pewarisan kehidupan.

      Karunia dari Pencipta yang Pengasih

      3. Apa yang diajarkan Susunan Kristen kepada banyak orang mengenai hubungan seks, dan apa bedanya dengan apa yang Alkitab ajarkan?

      3 Kontras dengan dunia sekuler dewasa ini, sebagian dari Susunan Kristen telah mengajarkan bahwa hubungan seks adalah sesuatu yang memalukan dan berdosa, dan bahwa ”dosa yang semula” di Taman Eden adalah godaan seksual Hawa terhadap Adam. Pandangan semacam itu bertentangan dengan kata-kata Alkitab yang terilham. Catatan Alkitab menyebut pasangan manusia pertama sebagai ”manusia itu dan istrinya”. (Kejadian 2:25) Allah menyuruh mereka untuk menghasilkan anak-anak, dengan mengatakan, ”Beranakcuculah dan bertambah banyak dan penuhilah bumi.” (Kejadian 1:28) Tidaklah masuk akal bila Allah memerintahkan Adam dan Hawa untuk menghasilkan anak-anak, kemudian menghukum mereka karena menjalankan petunjuk itu.​—⁠Mazmur 19:8.

      4. Mengapa Allah memberikan kesanggupan seksual kepada manusia?

      4 Dalam perintah yang diberikan kepada orang-tua pertama kita, dan yang diulangi kepada Nuh dan putra-putranya, kita melihat tujuan utama dari hubungan seks: untuk menghasilkan anak-anak. (Kejadian 9:1) Akan tetapi, Firman Allah memperlihatkan bahwa hamba-hamba-Nya yang menikah tidak diwajibkan untuk membatasi hubungan seks semata-mata guna menghasilkan anak-anak. Hubungan seks dapat memenuhi kebutuhan emosi dan jasmani dengan sepatutnya, serta menjadi sumber kesenangan bagi pasangan suami-istri. Ini adalah salah satu cara mereka dapat menyatakan kasih sayang yang dalam terhadap satu sama lain.​—⁠Kejadian 26:8, 9; Amsal 5:​18, 19; 1 Korintus 7:3-5.

      Batasan Ilahi

      5. Larangan apa saja yang telah Allah tetapkan terhadap kegiatan seksual manusia?

      5 Meskipun seksualitas adalah karunia dari Allah, bukan berarti ini dapat dinyatakan tanpa batasan. Prinsip ini berlaku bahkan di dalam penyelenggaraan perkawinan. (Efesus 5:​28-30; 1 Petrus 3:​1, 7) Di luar perkawinan, hubungan seks tidak diperbolehkan. Alkitab cukup spesifik dalam perkara ini. Hukum yang Allah berikan kepada bangsa Israel menyatakan, ”Jangan berzina.” (Keluaran 20:14) Belakangan, Yesus menyebut ”percabulan” dan ”perzinaan” sebagai ”pertimbangan yang merugikan” yang berasal dari hati dan yang mencemarkan seseorang. (Markus 7:​21, 22) Rasul Paulus diilhami untuk memperingatkan orang-orang Kristen di Korintus, ”Larilah dari percabulan.” (1 Korintus 6:​18) Dan, dalam suratnya kepada orang-orang Ibrani, Paulus menulis, ”Hendaklah pernikahan terhormat di antara kamu semua, dan tempat tidur pernikahan tanpa kecemaran, karena Allah akan menghakimi orang yang melakukan percabulan dan pezina.”​—⁠Ibrani 13:⁠4.

      6. Di Alkitab, apa yang tercakup dalam kata ”percabulan”?

      6 Apa arti kata ”percabulan”? Ini berasal dari kata Yunani por·neiʹa, yang adakalanya digunakan untuk memaksudkan hubungan seks antara orang-orang yang belum menikah. (1 Korintus 6:9) Di ayat-ayat lain, seperti Matius 5:32 dan Matius 19:9, istilah itu lebih luas maknanya dan mencakup juga perzinaan, inses, dan hubungan kelamin dengan binatang. Praktek seks lain antara orang-orang yang tidak saling terikat dalam perkawinan, seperti hubungan seks dengan mulut dan anus, serta merangsang alat kelamin orang lain demi kepuasan seks, dapat juga digolongkan sebagai por·neiʹa. Semua praktek semacam itu dikutuk​—⁠baik secara tegas maupun tersirat​—⁠dalam Firman Allah.​—⁠Imamat 20:10, 13, 15, 16; Roma 1:24, 26, 27, 32.a

      Memperoleh Manfaat dari Hukum Moral Allah

      7. Bagaimana kita memperoleh manfaat dengan menjaga diri bersih secara moral?

      7 Manusia yang tidak sempurna mungkin merasa sangat sulit untuk menaati petunjuk Yehuwa tentang perilaku seksual. Maimonides, filsuf Yahudi yang terkenal pada abad ke-12 menulis, ”Dalam seluruh Taurat [Hukum Musa], tidak ada yang sesulit larangan mengadakan hubungan seks sedarah dan yang tidak sah.” Namun, jika kita menaati petunjuk Allah, manfaatnya sangat besar bagi kita. (Yesaya 48:18) Misalnya, ketaatan dalam perkara ini turut melindungi kita dari penyakit lewat hubungan seks, yang beberapa dari antaranya memautkan dan tidak tersembuhkan.b Kita terlindung dari kehamilan di luar nikah. Menerapkan hikmat ilahi turut menghasilkan hati nurani yang bersih. Dengan melakukannya, kita memupuk respek terhadap diri sendiri dan memperoleh respek dari orang lain, termasuk sanak saudara, teman hidup, anak-anak, dan saudara-saudari Kristen kita. Sikap positif yang sehat terhadap seks pun terpupuk dalam diri kita, yang akan menyumbang kepada kebahagiaan dalam perkawinan. Seorang wanita Kristen menulis, ”Kebenaran Firman Allah adalah perlindungan terbaik. Saya menunggu-nunggu saatnya menikah, dan pada saat itu, saya akan dengan bangga memberi tahu pria Kristen yang saya nikahi bahwa saya telah menjaga diri tetap murni.”

      8. Dengan cara apa saja tingkah laku kita yang murni dapat menjunjung ibadat murni?

      8 Dengan senantiasa bertingkah laku murni, kita juga turut memiliki andil besar dalam menjernihkan kesalahpahaman tentang ibadat sejati dan menarik orang-orang kepada Allah yang kita sembah. Rasul Petrus menulis, ”Pertahankan tingkah lakumu tetap baik di antara bangsa-bangsa, supaya apabila mereka mencela kamu sebagai pelaku kejahatan, mereka akan memuliakan Allah pada waktu ia mengadakan pemeriksaan, karena mereka telah menjadi saksi mata dari perbuatanmu yang baik.” (1 Petrus 2:12) Bahkan, seandainya orang-orang yang tidak melayani Yehuwa tidak menghargai atau menyetujui tingkah laku kita yang murni, kita dapat merasa yakin bahwa Bapak surgawi kita melihat, memperkenan, dan bahkan bersukacita atas upaya kita untuk mengikuti petunjuk-Nya.​—⁠Amsal 27:11; Ibrani 4:13.

      9. Mengapa kita hendaknya menaruh kepercayaan akan pengarahan Allah, meskipun kita mungkin tidak sepenuhnya memahami alasannya? Ilustrasikan.

      9 Iman akan Allah mencakup kepercayaan bahwa Ia tahu apa yang terbaik bagi kita, sekalipun kita tidak sepenuhnya memahami semua alasan di balik cara Ia menuntun kita. Perhatikan sebuah contoh dari Hukum Musa. Dalam salah satu peraturan mengenai perkemahan militer, tinja harus dikubur di luar perkemahan. (Ulangan 23:​13, 14) Barangkali orang Israel bertanya-tanya apa alasan di balik petunjuk tersebut; ada yang mungkin merasa bahwa itu tidak perlu. Akan tetapi, seraya waktu berlalu, ilmu kedokteran mengakui bahwa hukum ini turut menjaga sumber-sumber air tetap bersih dari pencemaran dan menjadi perlindungan terhadap banyak penyakit yang ditularkan melalui serangga. Demikian pula, ada alasan rohani, sosial, emosi, jasmani, dan psikologi mengapa Allah membatasi hubungan seks dalam ikatan perkawinan. Marilah kita perhatikan teladan beberapa tokoh Alkitab yang mempertahankan kebersihan moral.

      Yusuf​—⁠Diberkati karena Tingkah Laku Moralnya

      10. Siapa yang mencoba menggoda Yusuf, dan bagaimana ia menjawabnya?

      10 Kemungkinan besar, saudara kenal baik teladan Alkitab, Yusuf, putra Yakub. Pada usia 17 tahun, ia menjadi budak milik Potifar, kepala pasukan pengawal Firaun di Mesir. Yehuwa memberkati Yusuf, dan belakangan, ia dilantik menjadi pengawas atas seluruh rumah tangga Potifar. Sewaktu mencapai usia 20-an, Yusuf telah menjadi ”pria yang indah perawakannya dan elok parasnya”. Istri Potifar tertarik kepadanya dan mencoba menggodanya. Yusuf memperjelas kedudukannya dan menerangkan bahwa jika ia melakukannya, ia bukan hanya mengkhianati sang majikan, melainkan juga ”berdosa terhadap Allah”. Mengapa Yusuf bernalar seperti itu?​—⁠Kejadian 39:1-9.

      11, 12. Meskipun belum ada hukum tertulis dari Allah yang melarang percabulan dan perzinaan, mengapa Yusuf sampai bernalar seperti itu?

      11 Pastilah, keputusan Yusuf bukan didasarkan atas rasa takut tertangkap basah oleh manusia. Keluarga Yusuf tinggal jauh sekali, dan ayahnya mengira ia sudah mati. Jika Yusuf melakukan perbuatan seks yang amoral, keluarganya tidak akan pernah mengetahuinya. Dosa tersebut mungkin juga dapat disembunyikan dari Potifar dan hamba-hamba lelakinya, karena ada saat-saatnya mereka tidak berada di rumah. (Kejadian 39:11) Namun, Yusuf tahu bahwa tingkah laku tersebut tidak dapat disembunyikan dari Allah.

      12 Pastilah Yusuf bernalar berdasarkan apa yang diketahuinya tentang Yehuwa. Tidak diragukan, ia tahu apa yang telah Yehuwa nyatakan di Taman Eden, ”Itulah sebabnya seorang pria akan meninggalkan bapaknya dan ibunya dan ia harus berpaut pada istrinya dan mereka harus menjadi satu daging.” (Kejadian 2:​24) Selain itu, kemungkinan besar Yusuf mengetahui apa yang Yehuwa katakan kepada seorang raja Filistin yang berhasrat menggoda nenek-buyut Yusuf, Sara. Yehuwa memberi tahu raja itu, ”Lihat, engkau sama seperti sudah mati oleh karena wanita yang kauambil itu, sebab seorang pemilik lain sudah memiliki dia sebagai istrinya. . . . Dan aku juga menahan engkau agar tidak berdosa terhadapku. Itulah sebabnya aku tidak membiarkan engkau menyentuh dia.” (Kejadian 20:3, 6) Jadi, meskipun Yehuwa belum menyediakan hukum tertulis, Yusuf sudah memiliki gambaran yang jelas tentang perkawinan. Perasaan moral Yusuf, serta hasrat untuk menyenangkan Yehuwa, membuatnya menolak perbuatan amoral.

      13. Kemungkinan besar, mengapa Yusuf tidak dapat menghindari istri Potifar?

      13 Akan tetapi, istri Potifar pantang menyerah, mendesak Yusuf ”dari hari ke hari” untuk tidur dengannya. Mengapa Yusuf tidak menghindar saja darinya? Nah, sebagai budak, ia memiliki tugas yang harus dilaksanakan dan ia tidak dapat mengubah situasinya. Bukti arkeologi memperlihatkan bahwa rancangan rumah-rumah di Mesir mengharuskan seseorang melewati bagian utama rumah untuk sampai ke gudang. Jadi, kemungkinan besar, mustahil bagi Yusuf untuk menghindari istri Potifar.​—⁠Kejadian 39:10.

      14. (a) Apa yang menimpa Yusuf setelah ia lari dari istri Potifar? (b) Bagaimana Yehuwa memberkati Yusuf atas kesetiaannya?

      14 Tibalah hari manakala tinggal mereka berdua saja di dalam rumah. Istri Potifar merangkul Yusuf dan berseru, ”Tidurlah dengan aku!” Yusuf lari. Karena sakit hati terhadap penolakan itu, ia menuduh Yusuf mencoba memperkosanya. Apa akibatnya? Apakah Yehuwa langsung memberi Yusuf imbalan atas haluan integritasnya? Tidak. Yusuf dijebloskan ke dalam penjara dan dibelenggu. (Kejadian 39:​12-​20; Mazmur 105:18) Yehuwa melihat ketidakadilan itu dan akhirnya meninggikan Yusuf dari penjara ke istana. Ia menjadi orang kedua yang paling berkuasa di Mesir dan diberkati dengan seorang istri dan anak-anak. (Kejadian 41:14, 15, 39-45, 50-52) Selain itu, kisah integritas Yusuf dicatat 3.500 tahun yang lalu untuk diperhatikan oleh hamba-hamba Allah sejak itu. Sungguh luar biasa berkat karena berpaut pada hukum Allah yang adil-benar! Demikian pula, dewasa ini kita mungkin tidak selalu melihat manfaat langsung dari mempertahankan integritas moral, tetapi kita dapat merasa yakin bahwa Yehuwa melihatnya dan akan memberkati kita pada waktunya.​—⁠2 Tawarikh 16:9.

      ’Perjanjian Ayub dengan Matanya’

      15. Apa ’perjanjian Ayub dengan matanya’?

      15 Pemelihara integritas lainnya adalah Ayub. Selama cobaan yang didatangkan ke atasnya oleh si Iblis, Ayub meninjau kehidupannya dan menyatakan diri rela menjalani hukuman yang berat seandainya ia telah, antara lain, melanggar prinsip Yehuwa sehubungan dengan moralitas seksual. Ayub mengatakan, ”Suatu perjanjian telah kuadakan dengan mataku. Maka bagaimana mungkin aku memperhatikan seorang perawan?” (Ayub 31:1) Ayub memaksudkan bahwa sebagai wujud tekadnya untuk memelihara integritas kepada Yehuwa, ia telah memutuskan untuk menghindari bahkan menatap seorang wanita dengan penuh nafsu. Tentu saja, ia melihat wanita dalam kehidupan sehari-hari dan kemungkinan membantu mereka jika dibutuhkan. Tetapi, ia tidak membiarkan dirinya memberikan perhatian dengan niat menjalin hubungan yang romantis. Sebelum dicobai, ia adalah pria yang sangat kaya, ”yang terbesar dari antara semua orang Timur”. (Ayub 1:3) Akan tetapi, ia tidak memanfaatkan kekayaannya untuk menarik perhatian banyak wanita. Jelaslah, ia tidak pernah menggoda wanita yang lebih muda dengan harapan mengadakan hubungan seks yang tidak sah.

      16. (a) Mengapa Ayub adalah teladan yang bagus bagi orang-orang Kristen yang sudah menikah? (b) Bagaimana perilaku pria-pria pada zaman Maleakhi sangat berbeda dengan perilaku Ayub, dan bagaimana dengan dewasa ini?

      16 Jadi, dalam masa senang maupun sulit, Ayub memperlihatkan integritas moral. Yehuwa mengamati hal ini dan memberkatinya dengan limpah. (Ayub 1:10; 42:12) Sungguh bagus teladan Ayub bagi orang-orang Kristen yang sudah menikah, pria maupun wanita! Tidak heran, Yehuwa sangat mengasihi dia! Kontrasnya, perilaku banyak orang sekarang lebih mirip dengan apa yang terjadi pada zaman Maleakhi. Nabi itu mengutuk banyak suami yang meninggalkan pasangan hidupnya, sering kali untuk mengawini wanita yang lebih muda. Mezbah Yehuwa tertutup air mata istri-istri yang ditinggalkan, dan Allah mengutuk orang-orang yang dengan cara demikian ’telah mengkhianati’ pasangannya.​—⁠Maleakhi 2:​13-​16.

      Seorang Wanita Muda yang Murni

      17. Mengapa gadis Syulamit disamakan dengan ”kebun yang dipalangi”?

      17 Pemelihara integritas yang ketiga adalah gadis Syulamit. Karena muda dan cantik, bukan hanya seorang gembala yang menjadi sayang kepadanya, melainkan juga Salomo, raja Israel yang kaya. Sepanjang kisah indah yang dituturkan dalam Kidung Agung, sang gadis Syulamit tetap murni, sehingga memperoleh respek dari orang-orang di sekitarnya. Salomo, meskipun ditolak olehnya, diilhami untuk mencatat kisahnya. Sang gembala yang dicintainya juga merespek tingkah lakunya yang murni. Ia menyimpulkan bahwa gadis Syulamit itu bagaikan ”kebun yang dipalangi”. (Kidung Agung 4:12) Di Israel zaman dahulu, kebun-kebun yang indah memiliki beragam sayuran yang menyenangkan, bunga yang harum, dan pohon yang megah. Kebun semacam itu biasanya ditutupi pagar atau tembok dan hanya dapat dimasuki melalui gerbang yang terkunci. (Yesaya 5:5) Bagi sang gembala, kemurnian moral dan kecantikan gadis Syulamit bagaikan suatu kebun dengan keindahan yang langka. Ia benar-benar murni. Kasih sayangnya yang lembut hanya ia berikan kepada suaminya kelak.

      18. Kisah Yusuf, Ayub, dan gadis Syulamit mengingatkan kita akan apa?

      18 Dalam soal integritas moral, sang gadis Syulamit menetapkan teladan yang sangat bagus bagi wanita-wanita Kristen sekarang. Yehuwa melihat dan menghargai kebajikan sang gadis Syulamit dan memberkatinya, sebagaimana Ia memberkati Yusuf dan Ayub. Tindakan mereka yang berintegritas dicatat dalam Firman Allah sebagai pembimbing bagi kita. Meskipun upaya kita dewasa ini untuk memelihara integritas tidak dicatat dalam Alkitab, Yehuwa memiliki ”buku peringatan” bagi orang-orang yang berupaya melakukan kehendak-Nya. Semoga kita tidak pernah lupa bahwa Yehuwa ”memperhatikan” dan bersukacita seraya kita dengan loyal berjuang untuk tetap bersih secara moral.​—⁠Maleakhi 3:​16.

      19. (a) Bagaimana kita hendaknya memandang kebersihan moral? (b) Apa yang akan dibahas dalam artikel berikut?

      19 Meskipun orang-orang yang tidak beriman mungkin mencemooh, kita bersukacita karena menaati Pencipta kita yang pengasih. Kita memiliki moralitas yang lebih unggul, moralitas yang saleh. Ini adalah hal yang patut dibanggakan, suatu harta. Dengan mempertahankan kedudukan moral yang bersih, kita dapat menikmati kesenangan dari berkat Yehuwa dan senantiasa memiliki harapan yang cemerlang akan berkat di masa depan yang tiada akhirnya. Namun, dalam kegiatan sehari-hari, apa yang dapat kita lakukan untuk tetap bersih secara moral? Artikel berikut akan membahas pertanyaan yang penting ini.

      [Catatan Kaki]

      a Lihat Menara Pengawal No. 56, halaman 3-5 (The Watchtower, 15 Maret 1983, halaman 29-​31).

      b Sungguh menyedihkan, seorang Kristen yang tidak bersalah bisa jadi terjangkit penyakit lewat hubungan seks dari pasangan hidup yang tidak seiman dan tidak mengikuti petunjuk Allah.

  • Saudara Dapat Tetap Bersih Secara Moral
    Menara Pengawal—2000 | 1 November
    • Saudara Dapat Tetap Bersih Secara Moral

      ”Inilah arti kasih akan Allah, yaitu bahwa kita menjalankan perintah-perintahnya.”​—⁠1 YOHANES 5:⁠3.

      1. Tingkah laku kontras apa yang terlihat pada orang-orang sekarang?

      LAMA berselang, nabi Maleakhi diilhami untuk menubuatkan masa manakala tingkah laku umat Allah akan tampak sangat kontras dengan tingkah laku orang-orang yang tidak melayani Allah. Sang nabi menulis, ”Kamu sekalian akan melihat lagi perbedaan antara orang yang adil-benar dan orang yang fasik, antara orang yang melayani Allah dan orang yang tidak melayani dia.” (Maleakhi 3:​18) Nubuat itu sedang digenapi dewasa ini. Memelihara perintah Allah, termasuk yang menuntut kebersihan moral, adalah haluan hidup yang berhikmat dan pantas. Namun, haluan ini tidak selalu mudah. Sungguh tepat, Yesus mengatakan bahwa orang-orang Kristen harus mengerahkan diri sekuat tenaga untuk memperoleh keselamatan.​—⁠Lukas 13:​23, 24.

      2. Tekanan apa saja dari luar yang menyulitkan beberapa orang untuk tetap murni secara moral?

      2 Mengapa sulit untuk tetap murni secara moral? Antara lain karena adanya tekanan dari luar. Industri hiburan menggambarkan hubungan seks yang tidak sah sebagai sesuatu yang glamor, menyenangkan, dan dewasa, seraya menyepelekan konsekuensinya yang negatif. (Efesus 4:​17-​19) Kebanyakan hubungan intim yang ditayangkan adalah antara pasangan yang tidak saling terikat dalam perkawinan. Sering kali, film dan acara televisi menampilkan hubungan seks dalam konteks hubungan tanpa komitmen yang terjadi secara kebetulan. Pada umumnya, tidak ada kehangatan dan respek timbal balik. Banyak orang disuguhi pesan-pesan semacam itu sejak kecil. Selain itu, ada tekanan yang kuat dari teman-teman untuk menyelaraskan diri dengan iklim moral yang serbaboleh dewasa ini, dan orang-orang yang tidak melakukannya sering dicemooh atau bahkan dicerca.—1 Petrus 4:⁠4.

      3. Alasan apa saja yang menyebabkan banyak orang di dunia terlibat perbuatan amoral?

      3 Tekanan dari dalam juga menyulitkan kita untuk tetap murni secara moral. Manusia diciptakan Yehuwa memiliki keinginan seksual, dan keinginan itu bisa timbul dengan kuat. Keinginan banyak berhubungan dengan apa yang kita pikirkan, dan perbuatan amoral dikaitkan dengan cara berpikir yang tidak selaras dengan pikiran Yehuwa. (Yakobus 1:​14, 15) Misalnya, menurut sebuah survei yang belum lama ini diterbitkan dalam British Medical Journal, banyak orang yang mengadakan hubungan seks untuk pertama kalinya sebenarnya hanya ingin tahu seperti apa seks itu. Ada juga yang percaya bahwa kebanyakan orang seusia mereka sudah berhubungan seks secara aktif, jadi mereka pun ingin menghilangkan keperjakaan atau keperawanan mereka. Namun, ada lagi yang mengatakan bahwa mereka terlena atau ”sedang agak mabuk”. Jika kita ingin menyenangkan Allah, kita harus memiliki penalaran yang berbeda. Cara berpikir macam apa yang akan membantu kita mempertahankan kebersihan moral?

      Binalah Keyakinan yang Kuat

      4. Untuk tetap murni secara moral, apa yang harus kita lakukan?

      4 Untuk tetap murni secara moral, kita harus menyadari bahwa menempuh gaya hidup demikian tidaklah sia-sia. Hal ini selaras dengan apa yang ditulis rasul Paulus kepada orang-orang Kristen di Roma agar mereka ”menyimpulkan kehendak Allah yang baik dan diperkenan dan sempurna”. (Roma 12:⁠2) Menyadari bahwa kemurnian moral itu tidak sia-sia mencakup lebih dari sekadar tahu bahwa perbuatan amoral dikutuk dalam Firman Allah. Hal ini mencakup memahami alasan mengapa perbuatan amoral dikutuk dan bagaimana kita memperoleh manfaat dengan menjauhinya. Beberapa alasan ini dibahas dalam artikel sebelumnya.

      5. Apa alasan utama orang-orang Kristen ingin tetap murni secara moral?

      5 Namun, sebenarnya bagi orang Kristen, alasan yang paling kuat untuk menghindari perbuatan seks yang amoral didasarkan atas hubungan kita dengan Allah. Kita telah belajar bahwa Ia mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Kasih kita kepada-Nya akan membantu kita membenci apa yang jahat. (Mazmur 97:10) Allah adalah Pemberi ”setiap pemberian yang baik dan setiap hadiah yang sempurna”. (Yakobus 1:​17) Ia mengasihi kita. Melalui ketaatan kepada-Nya, kita memperlihatkan bahwa kita mengasihi Dia dan menghargai semua hal yang telah Ia lakukan bagi kita. (1 Yohanes 5:⁠3) Kita tidak pernah ingin membuat Yehuwa kecewa dan sakit hati dengan melanggar perintah-Nya yang adil-benar. (Mazmur 78:41) Kita tidak ingin bertindak dengan cara yang mengakibatkan jalan ibadat-Nya yang kudus dan adil-benar dicaci. (Titus 2:5; 2 Petrus 2:⁠2) Dengan tetap murni secara moral, kita membuat Pribadi Yang Mahatinggi bersukacita.​—⁠Amsal 27:⁠11.

      6. Mengapa kita hendaknya menyatakan standar moral kita kepada orang lain?

      6 Setelah kita memutuskan untuk tetap murni secara moral, perlindungan selanjutnya adalah menyatakan keyakinan itu kepada orang lain. Biarkan orang-orang mengetahui bahwa saudara adalah hamba Allah Yehuwa dan bahwa saudara bertekad untuk mempertahankan standar-standar-Nya yang luhur. Ini adalah soal kehidupan dan tubuh saudara, jadi pilihannya pun di tangan saudara. Apa yang dipertaruhkan? Hubungan yang berharga dengan Bapak surgawi saudara. Jadi, perjelaslah bahwa integritas moral saudara tidak dapat ditawar-tawar. Saudara hendaknya bangga menjadi wakil Allah dengan menjunjung prinsip-prinsip-Nya. (Mazmur 64:10) Jangan pernah merasa malu membahas keyakinan moral saudara dengan orang lain. Dengan membicarakannya secara terus terang, saudara akan dibentengi, dilindungi, dan menganjurkan orang lain untuk mengikuti teladan saudara.​—⁠1 Timotius 4:​12.

      7. Bagaimana kita dapat mempertahankan tekad kita untuk tetap murni secara moral?

      7 Kemudian, setelah bertekad untuk mempertahankan standar moral yang luhur dan menyatakan kedudukan kita, kita harus mengambil langkah-langkah guna berpaut pada tekad kita. Salah satu caranya adalah dengan berhati-hati sewaktu memilih teman. ”Ia yang berjalan dengan orang-orang berhikmat akan menjadi berhikmat,” kata Alkitab. Bergaullah dengan orang-orang yang sama nilai moralnya dengan saudara; mereka akan menguatkan saudara. Ayat ini juga mengatakan, ”Tetapi ia yang berurusan dengan orang-orang bebal akan mengalami kemalangan.” (Amsal 13:20) Sebisa mungkin, hindarilah orang-orang yang dapat melemahkan keputusan saudara.​—⁠1 Korintus 15:⁠33.

      8. (a) Mengapa kita hendaknya mengisi pikiran kita dengan perkara-perkara yang sehat? (b) Apa yang hendaknya kita hindari?

      8 Selain itu, kita perlu mengisi pikiran kita dengan perkara-perkara yang benar, serius, adil-benar, murni, membangkitkan perasaan kasih, patut dibicarakan, bajik, dan patut dipuji. (Filipi 4:⁠8) Kita melakukannya dengan bersikap selektif terhadap apa yang kita tonton dan baca, serta musik yang kita dengarkan. Mengatakan bahwa bacaan amoral tidak berdampak merusak sama dengan mengatakan bahwa bacaan bermoral tidak ada pengaruh positifnya. Ingatlah, manusia yang tidak sempurna dapat dengan mudah jatuh ke dalam perbuatan amoral. Jadi, buku, majalah, film, dan musik yang menganjurkan perasaan seksual akan menimbulkan keinginan yang salah, dan pada akhirnya mengarah kepada dosa. Untuk mempertahankan kebersihan moral, kita harus mengisi pikiran kita dengan hikmat ilahi.​—⁠Yakobus 3:​17.

      Langkah-Langkah Menuju Perbuatan Amoral

      9-11. Sebagaimana diceritakan Salomo, langkah apa saja yang secara progresif menuntun seorang pria muda menuju perbuatan amoral?

      9 Sering kali, ada langkah-langkah menuju perbuatan amoral yang dapat dikenali. Semakin jauh seseorang melangkah, semakin sulit baginya untuk kembali. Perhatikan bagaimana ini dilukiskan di Amsal 7:​6-​23. Salomo mengamati ”seorang pria muda yang tidak berakal budi”, atau tidak memiliki motif yang baik. Pria muda tersebut sedang ”lewat di dekat sudut jalan wanita [pelacur] itu, dan di jalan menuju rumahnya dia melangkah, pada waktu senja, ketika hari sudah gelap”. Inilah kesalahannya yang pertama. Pada waktu senja, ’akal budinya’ telah menuntun dia, bukan ke sembarang jalan, tetapi ke jalan yang diketahuinya sebagai tempat para pelacur biasa dapat dijumpai.

      10 Selanjutnya kita membaca, ”Lihat! ada seorang wanita menemui dia, dengan pakaian pelacur dan hati yang licik.” Nah, pria itu sudah melihatnya! Bisa saja ia berbalik dan pulang, tetapi ini lebih sulit daripada sebelumnya, apalagi karena ia lemah secara moral. Si pelacur memegangnya dan menciumnya. Setelah dicium, pria itu mendengarkan bujukannya yang meyakinkan, ”Korban persekutuan diwajibkan atasku,” katanya. ”Hari ini aku telah membayar ikrarku.” Korban persekutuan mencakup daging, tepung, minyak, dan anggur. (Imamat 19:​5, 6; 22:21; Bilangan 15:​8-​10) Dengan menyebutkan hal itu, si pelacur mungkin menyiratkan bahwa ia seorang yang rohani dan sekaligus, mungkin membiarkan pria itu mengetahui bahwa ada banyak makanan dan minuman lezat di rumahnya. ”Datanglah,” bujuknya, ”mari kita meminum cinta sepuas-puasnya hingga pagi; marilah kita menyenangkan satu sama lain dengan pernyataan-pernyataan cinta.”

      11 Tidak sulit meramalkan hasilnya. ”Dengan bibirnya yang licin ia membujuk dia.” Ia mengikuti pelacur itu ke rumahnya ”seperti lembu jantan yang datang ke pembantaian” dan ”sama seperti burung yang bergegas ke dalam perangkap”. Salomo menutup dengan kata-kata yang syahdu, ”Dia tidak tahu bahwa hal itu melibatkan jiwanya sendiri.” Jiwa, atau kehidupannya, terlibat karena ”Allah akan menghakimi orang yang melakukan percabulan dan pezina”. (Ibrani 13:⁠4) Sungguh pelajaran yang ampuh bagi pria maupun wanita! Kita hendaknya menghindari bahkan langkah-langkah awal di sepanjang jalan menuju hilangnya perkenan Allah.

      12. (a) Apa artinya ungkapan ”tidak berakal budi”? (b) Bagaimana kita dapat membangun kekuatan moral?

      12 Perhatikan bahwa pria muda dalam kisah tersebut ”tidak berakal budi”. Ungkapan ini memberi tahu kita bahwa pikiran, keinginan, kasih sayang, emosi, dan tujuan hidupnya tidak selaras dengan apa yang Allah perkenan. Kelemahan moralnya mengarah ke konsekuensi yang tragis. Pada ”hari-hari terakhir” yang kritis ini, dibutuhkan upaya untuk membangun kekuatan moral. (2 Timotius 3:⁠1) Allah memberikan persediaan untuk membantu kita. Ia menyediakan perhimpunan dalam sidang Kristen untuk menganjurkan kita di sepanjang jalan yang benar dan untuk memungkinkan kita bergaul dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan kita. (Ibrani 10:​24, 25) Ada penatua sidang yang menggembalakan dan mengajar kita jalan-jalan keadilbenaran. (Efesus 4:​11, 12) Kita memiliki Firman Allah, Alkitab, untuk mengarahkan dan menuntun kita. (2 Timotius 3:​16) Dan, setiap saat, kita memiliki kesempatan untuk berdoa memohonkan bantuan roh Allah.​—⁠Matius 26:⁠41.

      Belajar dari Dosa-Dosa Daud

      13, 14. Bagaimana Raja Daud sampai terlibat dalam dosa besar?

      13 Namun, sungguh menyedihkan, bahkan hamba-hamba Allah yang menonjol telah terlibat dalam perbuatan seks yang amoral. Salah satunya adalah Raja Daud, yang telah puluhan tahun melayani Yehuwa dengan setia. Tidak diragukan, ia sangat mengasihi Allah. Namun, ia terjerumus ke dalam haluan dosa. Seperti pria muda yang Salomo ceritakan, ada langkah-langkah yang menyebabkan Daud berdosa dan kemudian memperparahnya.

      14 Peristiwanya terjadi sewaktu Daud berusia setengah baya, barangkali pada usia 50-an. Dari atap, ia melihat Bat-syeba yang cantik sedang mandi. Daud mencari tahu siapa dia. Ternyata suaminya, Uria, sedang mengepung Raba, sebuah kota orang Ammon. Daud membawa Bat-syeba ke istana dan mengadakan hubungan dengannya. Belakangan, situasinya menjadi rumit​—⁠Bat-syeba ternyata hamil akibat hubungan itu. Sambil berharap agar Uria bermalam dengan istrinya, Daud memanggilnya pulang dari perang. Dengan cara itu, akan tampak seolah-olah Uria-lah ayah dari anak Bat-syeba. Tetapi, Uria tidak pulang ke rumahnya. Demi menutupi dosanya, Daud dengan putus asa mengirim Uria kembali ke Raba, sambil membawa sepucuk surat kepada kepala pasukan berisi perintah agar Uria ditempatkan pada posisi yang dapat membuatnya terbunuh. Dengan demikian, Uria kehilangan nyawanya, dan Daud mengawini sang janda sebelum khalayak tahu bahwa ia hamil.​—⁠2 Samuel 11:​1-​27.

      15. (a) Bagaimana dosa Daud dibeberkan? (b) Bagaimana Daud bereaksi terhadap teguran Natan yang disampaikan dengan terampil?

      15 Tampaknya, rancangan Daud untuk menutupi dosanya berhasil. Bulan demi bulan berlalu. Anak itu​—⁠seorang putra​—⁠pun lahir. Seandainya Mazmur 32 digubah Daud sambil mengenang insiden itu, maka jelaslah bahwa hati nuraninya menyiksa dia. (Mazmur 32:​3-5) Namun, dosa itu tidak tersembunyi dari Allah. Alkitab mengatakan, ”Perkara yang telah Daud lakukan kelihatan buruk di mata Yehuwa.” (2 Samuel 11:27) Yehuwa mengutus nabi Natan, yang dengan terampil membeberkan perbuatan Daud. Daud langsung mengaku dan memohon pengampunan Yehuwa. Pertobatannya yang tulus merukunkan kembali dirinya dengan Allah. (2 Samuel 12:​1-13) Daud tidak kesal karena teguran itu. Sebaliknya, ia memperlihatkan sikap yang dilukiskan di Mazmur 141:​5, ”Bila orang adil-benar memukul aku, itu adalah kebaikan hati yang penuh kasih; dan bila ia menegur aku, itu adalah minyak untuk kepala, yang tidak akan ditolak oleh kepalaku.”

      16. Peringatan dan nasihat apa yang Salomo berikan berkenaan dengan pelanggaran?

      16 Salomo, putra kedua Daud dan Bat-syeba, mungkin telah merenungkan insiden gelap dalam kehidupan ayahnya ini. Belakangan ia menulis, ”Ia yang menutupi pelanggaran-pelanggarannya tidak akan berhasil, tetapi ia yang mengakui dan meninggalkannya akan mendapat belas kasihan.” (Amsal 28:13) Jika kita jatuh ke dalam dosa serius, kita hendaknya menaati nasihat terilham ini, yang merupakan peringatan sekaligus kata-kata nasihat. Kita hendaknya mengaku kepada Yehuwa dan mendekati para penatua di sidang untuk meminta bantuan. Salah satu tanggung jawab penting para penatua adalah membantu menyesuaikan kembali orang-orang yang telah jatuh ke dalam perbuatan salah.​—⁠Yakobus 5:​14, 15.

      Menanggung Konsekuensi Dosa

      17. Meskipun Yehuwa mengampuni dosa-dosa, Ia tidak melindungi kita dari apa?

      17 Yehuwa mengampuni Daud. Mengapa? Karena Daud adalah pria yang berintegritas, karena ia berbelaskasihan terhadap orang lain, dan karena pertobatannya tulus. Meskipun demikian, Daud tidak dilindungi dari konsekuensi tragis yang menyusul. (2 Samuel 12:​9-​14) Halnya sama dewasa ini. Meskipun Yehuwa tidak mendatangkan hal buruk ke atas orang-orang yang bertobat, Ia tidak meluputkan mereka dari konsekuensi alami tindakan salah mereka. (Galatia 6:⁠7) Akibat perbuatan seks yang amoral mungkin berupa perceraian, kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit lewat hubungan seks, serta kehilangan kepercayaan dan respek.

      18. (a) Bagaimana Paulus menyuruh sidang Korintus untuk menghadapi sebuah kasus perbuatan seksual yang bejat dan tercela? (b) Bagaimana Yehuwa memperlihatkan kasih dan belas kasihan terhadap para pedosa?

      18 Jika kita secara pribadi telah melakukan perbuatan salah yang serius, kita mudah merasa kecil hati sewaktu menderita konsekuensi dari kekeliruan yang kita buat. Meskipun demikian, kita hendaknya tidak membiarkan apa pun menahan kita dari bertobat dan dirukunkan kembali dengan Allah. Pada abad pertama, Paulus menulis kepada orang-orang Korintus bahwa mereka hendaknya menyingkirkan dari sidang seorang pria yang mempraktekkan percabulan berupa inses. (1 Korintus 5:​1, 13) Setelah pria itu dengan tulus bertobat, Paulus menginstruksikan sidang tersebut, ”Kamu harus dengan baik hati mengampuni dan menghibur dia [dan] meneguhkan kasihmu kepadanya.” (2 Korintus 2:​5-8) Dalam nasihat terilham ini, kita melihat kasih dan belas kasihan Yehuwa terhadap para pedosa yang bertobat. Para malaikat di surga bersukacita sewaktu seorang pedosa bertobat.​—⁠Lukas 15:⁠10.

      19. Apa saja manfaat memiliki perasaan sedih yang sepatutnya terhadap suatu haluan yang salah?

      19 Meskipun sedih karena haluan yang salah, penyesalan yang kita rasakan dapat membantu kita untuk ’menjaga diri agar kita tidak berpaling lagi kepada apa yang mencelakakan’. (Ayub 36:21) Sebenarnya, konsekuensi dosa yang pahit hendaknya mencegah kita agar tidak mengulangi suatu perbuatan salah. Selain itu, Daud menggunakan pengalaman menyedihkan dari tingkah lakunya yang berdosa untuk menasihati orang lain. Ia mengatakan, ”Aku akan mengajarkan jalan-jalanmu kepada para pelanggar, agar orang-orang berdosa itu sendiri langsung berbalik kepadamu.”​—⁠Mazmur 51:⁠13.

      Berbahagia karena Melayani Yehuwa

      20. Apa saja manfaat menaati tuntutan Allah yang adil-benar?

      20 ”Berbahagialah mereka yang mendengar firman Allah dan memeliharanya!” kata Yesus. (Lukas 11:28) Ketaatan kepada tuntutan Allah yang adil-benar mendatangkan kebahagiaan pada masa sekarang dan hingga masa depan yang tiada akhirnya. Jika kita tetap bersih secara moral, semoga kita terus menempuh haluan itu dengan memanfaatkan semua persediaan yang telah Yehuwa berikan guna membantu kita. Seandainya kita telah jatuh ke dalam perbuatan amoral, semoga kita berbesar hati dengan mengetahui bahwa Yehuwa siap mengampuni orang yang benar-benar bertobat, dan marilah kita bertekad untuk tidak pernah mengulangi dosa tersebut.​—⁠Yesaya 55:7.

      21. Dengan menerapkan pengingat apa dari rasul Petrus kita dapat dibantu untuk tetap bersih secara moral?

      21 Dunia yang tidak adil-benar ini akan segera berlalu, bersama semua sikap dan prakteknya yang amoral. Dengan memelihara kemurnian moral, kita akan memperoleh manfaat sekarang dan selama-lamanya. Rasul Petrus menulis, ”Saudara-saudara yang kukasihi, mengingat kamu sedang menantikan perkara-perkara ini, upayakanlah sebisa-bisanya agar pada akhirnya kamu didapati olehnya tidak bernoda dan tidak bercacat dan dalam damai. . . . Karena kamu telah mengetahui ini sebelumnya, waspadalah agar kamu tidak terbawa oleh mereka, melalui kesalahan orang-orang yang menentang hukum dan jatuh dari keadaanmu yang kokoh.”​—⁠2 Petrus 3:​14, 17.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan