-
Terus Melakukan Kebajikan di Dunia yang Sarat dengan KebejatanMenara Pengawal—1997 | 15 Juli
-
-
Terus Melakukan Kebajikan di Dunia yang Sarat dengan Kebejatan
”Teruslah lakukan segala sesuatu tanpa menggerutu dan berargumen, supaya kamu tidak dapat dipersalahkan dan polos, anak-anak Allah tanpa cacat di antara generasi yang bengkok dan berbelat-belit.”—FILIPI 2:14, 15.
1, 2. Mengapa Allah menuntut penumpasan orang-orang Kanaan?
PERINTAH Yehuwa tidak membuka peluang untuk berkompromi. Bangsa Israel hampir memasuki Tanah Perjanjian sewaktu nabi Musa memberi tahu mereka, ’Engkau harus menumpas sama sekali orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.’—Ulangan 7:2; 20:17.
2 Mengingat Yehuwa adalah Allah yang berbelaskasihan, mengapa Ia menuntut penumpasan penduduk Kanaan? (Keluaran 34:6) Salah satu alasannya adalah ’supaya orang-orang Kanaan jangan mengajar bangsa Israel berbuat sesuai dengan segala kekejian, yang dilakukan mereka bagi allah mereka, sehingga berbuat dosa kepada Allah Yehuwa’. (Ulangan 20:18) Musa juga mengatakan, ”Karena kefasikan bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu.” (Ulangan 9:4) Orang-orang Kanaan benar-benar merupakan wujud nyata dari kebejatan. Kebobrokan seksual dan penyembahan berhala merupakan ciri khas ibadat mereka. (Keluaran 23:24; 34:12, 13; Bilangan 33:52; Ulangan 7:5) Inses, sodomi, dan hubungan kelamin dengan binatang merupakan ’perbuatan orang di tanah Kanaan’. (Imamat 18:3-25) Anak-anak yang polos dengan kejam dikorbankan bagi dewa-dewa palsu. (Ulangan 18:9-12) Tidak mengherankan Yehuwa memandang keberadaan bangsa-bangsa ini sebagai ancaman bagi kesejahteraan fisik, moral, dan rohani umat-Nya!—Keluaran 34:14-16.
3. Apa akibat dari kegagalan bangsa Israel untuk melaksanakan dengan tuntas perintah Allah sehubungan dengan penduduk Kanaan?
3 Karena perintah-perintah Allah tidak dilaksanakan dengan tuntas, banyak penduduk Kanaan yang tetap hidup sewaktu bangsa Israel menaklukkan Tanah Perjanjian. (Hakim 1:19-21) Belakangan, pengaruh yang semakin kuat dari orang-orang Kanaan mulai terasa, sehingga dapat dikatakan, ”Mereka [bangsa Israel] menolak ketetapan [Yehuwa] dan perjanjian-Nya, yang telah diadakan dengan nenek moyang mereka, juga peraturan-peraturan-Nya yang telah diperingatkan-Nya kepada mereka; mereka mengikuti dewa kesia-siaan, sehingga mereka mengikuti bangsa-bangsa yang di sekeliling mereka, walaupun TUHAN telah memerintahkan kepada mereka: janganlah berbuat seperti mereka itu.” (2 Raja 17:15) Ya, selama bertahun-tahun banyak orang Israel mempraktekkan kebejatan yang justru menyebabkan Allah memerintahkan pemusnahan orang-orang Kanaan—penyembahan berhala, perbuatan seksual yang kelewat batas, dan bahkan pengorbanan anak-anak!—Hakim 10:6; 2 Raja 17:17; Yeremia 13:27.
4, 5. (a) Apa yang terjadi atas Israel dan Yehuda yang tidak setia? (b) Desakan apa yang diberikan di Filipi 2:14, 15, dan pertanyaan-pertanyaan apa yang timbul?
4 Oleh karena itu, nabi Hosea mengumumkan, ”Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN mempunyai perkara dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini. Hanya mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah. Sebab itu negeri ini akan berkabung, dan seluruh penduduknya akan merana; juga binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara, bahkan ikan-ikan di laut akan mati lenyap.” (Hosea 4:1-3) Pada tahun 740 SM, kerajaan utara Israel yang bejat ditaklukkan oleh Asiria. Kira-kira satu abad kemudian, kerajaan selatan Yehuda yang tidak setia ditaklukkan oleh Babilon.
5 Peristiwa-peristiwa ini menggambarkan betapa berbahaya jadinya apabila kita membiarkan diri ditelan oleh kebejatan. Allah memandang hina ketidakadilbenaran dan tidak akan mentoleransinya di kalangan umat Allah. (1 Petrus 1:14-16) Memang, kita hidup dalam ”sistem perkara fasik yang ada sekarang”, di suatu dunia yang semakin bejat. (Galatia 1:4; 2 Timotius 3:13) Meskipun demikian, Firman Allah mendesak semua orang Kristen untuk terus bertindak sedemikian rupa sehingga mereka ”tidak dapat dipersalahkan dan polos, anak-anak Allah tanpa cacat di antara generasi yang bengkok dan berbelat-belit, yang di antaranya [mereka] bersinar sebagai penerang dalam dunia”. (Filipi 2:14, 15) Tetapi, bagaimana kita dapat terus melakukan kebajikan di dunia yang sarat dengan kebejatan ini? Apakah hal itu sebenarnya mungkin?
Dunia Romawi yang Sarat dengan Kebejatan
6. Mengapa orang-orang Kristen abad pertama menghadapi tantangan untuk terus melakukan kebajikan?
6 Orang-orang Kristen abad pertama menghadapi tantangan untuk terus melakukan kebajikan, mengingat kebejatan merambah ke setiap aspek kehidupan masyarakat Romawi. Filsuf Romawi bernama Seneca mengatakan tentang orang-orang sezamannya, ”Manusia berjuang dalam suatu pertarungan hebat melawan kefasikan. Setiap hari hasrat akan perbuatan salah kian besar, takut akan perbuatan salah kian minim.” Ia menyetarakan masyarakat Romawi dengan ”suatu komunitas binatang buas”. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa untuk mendapat hiburan, orang-orang Romawi menonton pertandingan gladiator yang sadis dan pertunjukan teater yang cabul.
7. Bagaimana Paulus menggambarkan kebejatan yang lazim di kalangan banyak orang pada abad pertama M?
7 Rasul Paulus boleh jadi mengingat perilaku yang bobrok dari masyarakat abad pertama ketika ia menulis, ”Allah menyerahkan mereka kepada nafsu seksual yang mendatangkan aib, karena juga perempuan-perempuan mereka mengubah penggunaan yang alami dari diri mereka menjadi sesuatu yang berlawanan dengan alam; dan demikian pula bahkan para laki-laki meninggalkan penggunaan yang alami dari perempuan dan dikobarkan dengan hebat dalam hawa nafsu mereka terhadap satu sama lain, laki-laki dengan laki-laki, mengerjakan apa yang cabul dan menerima dalam diri mereka balasan yang penuh, yang patut untuk kesalahan mereka.” (Roma 1:26, 27) Karena berkeinginan keras untuk mengumbar hawa nafsu daging yang najis, masyarakat Romawi tenggelam dalam kebejatan.
8. Bagaimana anak-anak sering dieksploitasi dalam masyarakat Yunani dan Romawi?
8 Sejarah tidak menjelaskan seberapa luas praktek homoseksual pada saat itu di antara orang-orang Romawi. Namun, tidak diragukan bahwa mereka terpengaruh oleh para pendahulu mereka, orang-orang Yunani, yang sudah lazim mempraktekkan homoseksual. Sudah merupakan hal yang biasa bagi pria-pria yang lebih tua untuk mencabuli anak-anak lelaki, dengan berlindung di balik hubungan murid-guru yang sering kali menggiring anak-anak muda kepada perilaku seksual yang menyimpang. Tidak diragukan, Setan dan hantu-hantunya berada di balik kebejatan dan penganiayaan demikian atas anak-anak.—Yoel 3:3; Yudas 6, 7.
9, 10. (a) Bagaimana 1 Korintus 6:9, 10 mengutuk berbagai macam kebejatan? (b) Apa latar belakang beberapa orang di sidang Korintus, dan perubahan apa yang terjadi pada diri mereka?
9 Ketika menulis di bawah ilham ilahi, Paulus memberi tahu orang-orang Kristen di Korintus, ”Apa! Tidak tahukah kamu bahwa orang yang tidak adil-benar tidak akan mewarisi kerajaan Allah? Jangan disesatkan. Orang yang melakukan percabulan, ataupun penyembah berhala, ataupun pezina, ataupun pria yang dipelihara untuk tujuan yang tidak alami, ataupun pria yang berbaring dengan pria, ataupun pencuri, ataupun orang yang tamak, ataupun pemabuk, ataupun pencerca, ataupun pemeras, tidak akan mewarisi kerajaan Allah. Namun, demikianlah beberapa dari kamu dahulu. Tetapi kamu telah dicuci bersih, tetapi kamu telah disucikan, tetapi kamu telah dinyatakan adil-benar dalam nama Tuan kita Yesus Kristus dan dengan roh Allah kita.”—1 Korintus 6:9-11.
10 Surat Paulus yang terilham dengan demikian mengutuk perbuatan seksual yang amoral, dengan mengatakan bahwa ”orang yang melakukan percabulan” tidak akan ”mewarisi kerajaan Allah”. Akan tetapi, setelah menyebutkan sejumlah kebejatan satu per satu, Paulus mengatakan, ”Demikianlah beberapa dari kamu dahulu. Tetapi kamu telah dicuci bersih.” Dengan bantuan Allah, para pelaku kesalahan dapat menjadi bersih di mata-Nya.
11. Bagaimana keadaan orang-orang Kristen abad pertama di tengah-tengah lingkungan yang fasik pada zaman mereka?
11 Ya, kebajikan Kristen berkembang pesat bahkan di dunia yang sarat dengan kebejatan di abad pertama. Orang-orang yang percaya ’berubah dengan membentuk kembali pikiran mereka’. (Roma 12:2) Mereka meninggalkan ’haluan tingkah laku mereka yang dahulu’ dan ’dijadikan baru dalam kekuatan yang menggerakkan pikiran mereka’. Dengan demikian, mereka melarikan diri dari kebejatan dunia ini dan ”mengenakan kepribadian baru yang diciptakan menurut kehendak Allah dalam keadilbenaran yang benar dan loyalitas”.—Efesus 4:22-24.
Dunia yang Sarat dengan Kebejatan Dewasa Ini
12. Perubahan apa yang telah terjadi atas dunia sejak tahun 1914?
12 Bagaimana dengan zaman kita? Dunia yang kita tempati bahkan lebih sarat dengan kebejatan dibandingkan dengan yang sudah-sudah. Khususnya sejak tahun 1914, terjadilah kemerosotan moral secara global. (2 Timotius 3:1-5) Dengan menolak gagasan tradisional berkenaan kebajikan, moralitas, kehormatan, dan etika, banyak orang telah memiliki pemikiran yang mementingkan diri dan ”melampaui semua batas perasaan moral”. (Efesus 4:19) Majalah Newsweek mengatakan, ”Kita hidup pada zaman relativisme moral,” kemudian menambahkan bahwa iklim moral sekarang ”telah kehilangan seluruh gagasannya tentang yang benar dan yang salah sehubungan dengan selera pribadi, preferensi emosi atau pilihan budaya.”
13. (a) Bagaimana banyak dari hiburan dewasa ini mempromosikan kebejatan? (b) Pengaruh buruk apa yang dapat diberikan hiburan yang tidak patut atas orang-orang?
13 Sebagaimana halnya pada abad pertama, hiburan yang bobrok sudah lazim dewasa ini. Televisi, radio, film, dan video terus mengalirkan bahan-bahan yang berorientasi pada perkara-perkara seksual. Kebejatan bahkan telah menyusup ke jaringan komputer. Bahan-bahan pornografi semakin mudah diperoleh di jaringan komputer zaman sekarang, dan itu diakses oleh orang-orang dari berbagai usia. Apa akibat dari ini semua? Seorang kolumnis surat kabar mengatakan, ”Apabila pertumpahan darah dan penganiayaan serta seks murahan membanjiri kebudayaan populer kita, kita akan terbiasa dengan pertumpahan darah dan penganiayaan serta seks murahan. Kita akan semakin kebal. Kebobrokan menjadi semakin dapat ditoleransi karena hal-hal yang dapat mengejutkan kita semakin sedikit.”—Bandingkan 1 Timotius 4:1, 2.
14, 15. Apa buktinya bahwa moralitas seksual sedang merosot di seluas dunia?
14 Perhatikan laporan berikut ini dari The New York Times, ”Apa yang dianggap mengejutkan 25 tahun yang lalu, sekarang telah menjadi makanan sehari-hari yang dapat diterima. Jumlah pasangan yang memilih untuk tinggal bersama daripada menikah telah meningkat 80 persen [di Amerika Serikat] antara tahun 1980 dan 1991.” Ini bukan sekadar fenomena di Amerika Utara. Majalah Asiaweek melaporkan, ”Suatu perdebatan budaya sedang berkecamuk di negara-negara di seluruh [Asia]. Pokok persoalannya adalah kebebasan seksual vs. nilai-nilai tradisional, dan tekanan untuk mengadakan perubahan semakin meningkat.” Statistik memperlihatkan semakin diterimanya perzinaan dan hubungan seksual pranikah di banyak negeri.
15 Alkitab menubuatkan bahwa kegiatan setan akan menghebat di zaman kita. (Penyingkapan 12:12) Jika demikian, kita tidak usah heran apabila kebejatan semakin merajalela. Misalnya, eksploitasi seksual terhadap anak-anak telah mencapai taraf epidemi.a Dana Anak-Anak Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa ”eksploitasi seksual komersial sedang merusak anak-anak di hampir setiap negara di dunia”. Setiap tahun ”lebih dari 1 juta anak di seluas dunia menurut laporan dipaksa masuk ke dalam dunia pelacuran anak-anak, diperjualbelikan untuk tujuan seksual, dan digunakan untuk memproduksi pornografi anak-anak”. Homoseksualitas juga menjadi hal yang umum, dan beberapa politisi dan pemimpin agama ambil pimpinan dalam mempromosikannya sebagai suatu ”gaya hidup alternatif”.
Menolak Kebejatan Dunia Ini
16. Pendirian apa diambil oleh Saksi-Saksi Yehuwa sehubungan dengan moralitas seksual?
16 Saksi-Saksi Yehuwa tidak ikut-ikutan dengan pihak-pihak yang mendukung standar-standar permisif (serba boleh) dari moralitas seksual. Titus 2:11, 12 berkata, ”Kebaikan hati Allah yang tidak layak diterima yang membawa keselamatan kepada segala macam orang telah dinyatakan, mengajar kita untuk membuang ketidaksalehan dan hasrat-hasrat duniawi dan untuk hidup dengan pikiran yang sehat dan keadilbenaran dan pengabdian yang saleh di tengah-tengah sistem perkara sekarang ini.” Ya, kita memupuk kebencian yang nyata, perasaan muak, akan kebejatan seperti hubungan seks pranikah, perzinaan dan tingkah laku homoseksual.b (Roma 12:9; Efesus 5:3-5) Paulus menyampaikan desakan berikut ini, ”Hendaklah setiap orang yang menyebut nama Yehuwa menolak ketidakadilbenaran.”—2 Timotius 2:19.
17. Bagaimana orang Kristen sejati memandang penggunaan minuman beralkohol?
17 Orang-orang Kristen sejati menolak pandangan dunia berkenaan apa yang mereka sebut kebejatan kecil-kecilan. Misalnya, banyak orang memandang sepele penyalahgunaan alkohol. Tetapi umat Yehuwa mengindahkan nasihat di Efesus 5:18, ”Janganlah menjadi mabuk dengan anggur, yang di dalamnya terdapat pengejaran nafsu, tetapi teruslah dipenuhi oleh roh.” Jika seorang Kristen memilih minum minuman beralkohol, ia akan meminumnya dengan bersahaja.—Amsal 23:29-32.
18. Bagaimana prinsip-prinsip Alkitab membimbing hamba-hamba Yehuwa dalam memperlakukan anggota-anggota keluarga?
18 Sebagai hamba-hamba Yehuwa, kita juga menolak pandangan beberapa orang di dunia ini bahwa berteriak dan membentak teman hidup dan anak-anak atau memaki mereka dengan kata-kata yang menyakitkan merupakan perilaku yang dapat diterima. Dengan tekad untuk mengupayakan haluan hidup yang bajik, suami dan istri Kristen bekerja sama untuk menerapkan nasihat Paulus, ”Hendaklah semua kepahitan yang penuh kebencian dan kemarahan dan murka dan teriakan serta cacian disingkirkan dari kamu bersama dengan semua keburukan. Namun jadilah baik hati kepada satu sama lain, beriba hati yang lembut, mengampuni satu sama lain dengan lapang hati sebagaimana Allah juga melalui Kristus dengan lapang hati mengampuni kamu.”—Efesus 4:31, 32.
19. Seberapa meluaskah kebejatan di dunia bisnis?
19 Ketidakjujuran, penipuan, dusta, taktik bisnis yang keji, dan pencurian juga lazim dewasa ini. Sebuah artikel di majalah bisnis CFO melaporkan, ”Sebuah survei terhadap 4.000 karyawan . . . mendapati bahwa 31 persen responden telah menyaksikan ’ketidaksenonohan yang serius’ pada tahun yang lalu.” Ketidaksenonohan yang dimaksud meliputi dusta, pemalsuan dokumen, pelecehan seksual, dan pencurian. Jika kita ingin tetap bersih secara moral di mata Yehuwa, kita harus menjauhi tingkah laku semacam itu dan jujur dalam urusan finansial kita.—Mikha 6:10, 11.
20. Mengapa orang-orang Kristen perlu terbebas dari ”cinta akan uang”?
20 Perhatikan apa yang terjadi atas seorang pria yang berpikir bahwa ia akan mempunyai lebih banyak waktu untuk dinas kepada Allah jika ia berhasil meraup laba besar dalam spekulasi finansialnya. Ia menarik orang-orang lain ke dalam semacam rancangan investasi dengan menggembar-gemborkan prospek labanya. Pada saat laba yang diidam-idamkan ini tidak terwujud, dengan membabi buta ia menutup kerugian besar yang dideritanya sampai-sampai ia mencuri uang yang dipercayakan kepadanya. Karena tindakan dan sikapnya yang tidak menunjukkan pertobatan, ia dipecat dari sidang Kristen. Sungguh benar peringatan Alkitab, ”Mereka yang bertekad untuk menjadi kaya jatuh ke dalam godaan dan jerat dan banyak hasrat yang tidak berakal dan menyakitkan, yang menjerumuskan orang-orang ke dalam kebinasaan dan keruntuhan. Karena cinta akan uang adalah akar segala macam perkara yang merugikan, dan dengan berupaya meraih cinta ini beberapa telah disesatkan dari iman dan telah menikam seluruh diri mereka sendiri dengan banyak kesakitan.”—1 Timotius 6:9, 10.
21. Perilaku apa yang lazim di kalangan orang-orang yang berkuasa di dunia ini, namun bagaimana orang-orang yang bertanggung jawab di sidang Kristen membawa diri mereka?
21 Orang-orang duniawi yang berkuasa dan berpengaruh sering kali tidak berlaku bajik dan membuktikan benarnya pendapat umum, ’Kekuasaan cenderung merusak’. (Pengkhotbah 8:9) Di beberapa negeri, penyuapan dan berbagai bentuk korupsi merupakan makanan sehari-hari di kalangan hakim, polisi, dan politisi. Akan tetapi, orang-orang yang ambil pimpinan dalam sidang Kristen haruslah berlaku bajik dan tidak boleh memerintah atas orang-orang lain. (Lukas 22:25, 26) Para penatua, serta hamba pelayanan, melayani bukan ”karena kasih akan keuntungan yang tidak jujur”. Mereka harus tahan terhadap segala godaan untuk membelokkan atau mempengaruhi pertimbangan mereka demi prospek memperkaya diri sendiri.—1 Petrus 5:2; Keluaran 23:8; Amsal 17:23; 1 Timotius 5:21.
22. Apa yang akan dibahas di artikel berikutnya?
22 Secara umum, orang-orang Kristen berhasil mengatasi tantangan zaman sekarang untuk terus melakukan kebajikan di dunia yang sarat dengan kebejatan ini. Namun, kebajikan mencakup lebih daripada sekadar menjauhi kefasikan. Artikel berikut ini akan membahas apa saja yang sebenarnya dituntut dalam hal memupuk kebajikan.
-
-
Apakah Saudara Mengejar Kebajikan?Menara Pengawal—1997 | 15 Juli
-
-
Apakah Saudara Mengejar Kebajikan?
”Apa pun kebajikan yang ada dan hal apa pun yang patut dipuji yang ada, teruslah pertimbangkan perkara-perkara ini.”—FILIPI 4:8.
1. Apakah kebejatan itu, dan mengapa hal itu tidak mencemari ibadat Yehuwa?
KEBEJATAN adalah kebobrokan atau kerusakan moral. Hal itu merajalela di dunia tempat kita tinggal. (Efesus 2:1-3) Akan tetapi, Allah Yehuwa tidak akan membiarkan ibadat-Nya yang bersih tercemar. Publikasi Kristen, perhimpunan, dan kebaktian memberi kita pengingat-pengingat yang tepat waktu terhadap tingkah laku yang tidak adil-benar. Kita menerima bantuan yang bagus dari Alkitab untuk ’berpegang erat-erat pada apa yang baik’ di mata Allah. (Roma 12:9) Oleh karena itu, secara organisasi, Saksi-Saksi Yehuwa berupaya untuk tetap bersih, bajik. Namun bagaimana dengan kita secara individu? Sebenarnya, apakah saudara mengejar kebajikan?
2. Apakah kebajikan itu, dan mengapa dituntut upaya untuk tetap berlaku bajik?
2 Kebajikan adalah keunggulan moral, kebaikan, tindakan dan pemikiran yang benar. Itu bukanlah sifat yang pasif, melainkan aktif dan positif. Kebajikan mencakup lebih daripada sekadar menjauhi dosa; itu juga berarti mengejar apa yang baik. (1 Timotius 6:11) Rasul Petrus mendesak rekan-rekan Kristen, ”Tambahkanlah kepada imanmu kebajikan.” Bagaimana caranya? Dengan ”menyumbangkan semua upaya yang sungguh-sungguh sebagai tanggapan [terhadap janji-janji Allah yang berharga]”. (2 Petrus 1:5) Karena kecenderungan kita yang berdosa, dibutuhkan upaya yang nyata untuk tetap berlaku bajik. Namun, orang-orang yang takut akan Allah di masa lalu telah berbuat demikian, bahkan ketika menghadapi rintangan-rintangan yang besar.
Ia Mengejar Kebajikan
3. Raja Ahas bersalah atas perbuatan fasik apa?
3 Alkitab memuat banyak kisah orang-orang yang mengejar kebajikan. Misalnya, perhatikan Hizkia yang bajik. Ayahnya, Raja Ahas dari Yehuda, terbukti menyembah Molokh. ”Ahas berumur dua puluh tahun pada waktu ia menjadi raja dan enam belas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia tidak melakukan apa yang benar di mata TUHAN, Allahnya, seperti Daud, bapa leluhurnya, tetapi ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel, bahkan dia mempersembahkan anaknya sebagai korban dalam api, sesuai dengan perbuatan keji bangsa-bangsa yang telah dihalau TUHAN dari depan orang Israel. Ia mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit pengorbanan dan di atas tempat-tempat yang tinggi dan di bawah setiap pohon yang rimbun.” (2 Raja 16:2-4) Ada yang menyatakan bahwa ungkapan ’mempersembahkan sebagai korban dalam api’ memaksudkan suatu bentuk upacara pemurnian dan bukan pengorbanan manusia. Akan tetapi, buku Molech—A God of Human Sacrifice in the Old Testament, oleh John Day mengatakan, ”Terdapat bukti dari sumber-sumber klasik dan sumber-sumber asal Kartago, serta bukti arkeologi, bahwa korban-korban manusia benar-benar ada . . . di dunia Kanaan, maka tidak ada alasan untuk meragukan rujukan-rujukan Perjanjian Lama [kepada korban-korban manusia].” Lagi pula, 2 Tawarikh 28:3 secara spesifik mengatakan bahwa Ahas ”membakar anak-anaknya sebagai korban dalam api”. (Bandingkan Ulangan 12:31; Mazmur 106:37, 38.) Alangkah fasiknya perbuatan itu!
4. Bagaimana Hizkia membawa diri di tengah-tengah lingkungan yang sarat dengan kebejatan?
4 Bagaimana keadaan Hizkia di tengah-tengah lingkungan yang sarat dengan kebejatan ini? Pasal ke-119 dari Mazmur sangat menarik, karena menurut beberapa pihak, Hizkialah yang menggubahnya, ini dilakukannya semasa ia masih berstatus pangeran. (Mazmur 119:46, 99, 100) Jadi keadaannya mungkin ditunjukkan oleh kata-kata sebagai berikut, ”Sekalipun pemuka-pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu. Jiwaku menangis [”tidak dapat tidur”, NW] karena duka hati.” (Mazmur 119:23, 28) Karena dikelilingi oleh orang-orang yang mempraktekkan agama palsu, Hizkia mungkin menjadi sasaran ejekan di kalangan anggota istana kerajaan, begitu gencar sampai-sampai ia susah tidur. Namun, ia mengejar kebajikan, belakangan ia menjadi raja, dan ”melakukan apa yang benar di mata TUHAN . . . Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel”.—2 Raja 18:1-5.
Mereka Tetap Berlaku Bajik
5. Cobaan-cobaan apa yang dihadapi Daniel dan ketiga rekannya?
5 Yang juga menjadi teladan kebajikan adalah Daniel dan ketiga rekan Ibraninya yang bernama Hananya, Misael, dan Azarya. Mereka dibawa secara paksa dari tanah air mereka dan dibuang ke Babilon. Keempat remaja ini diberi nama Babilon—Beltsazar, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Mereka ditawari ”santapan raja”, termasuk makanan-makanan yang dilarang oleh Hukum Allah. Lagi pula, mereka diharuskan menjalani pelatihan selama tiga tahun sehubungan dengan ”tulisan dan bahasa orang Kasdim”. Ini bukan sekadar mempelajari bahasa asing, karena kemungkinan besar istilah ”Kasdim” di sini memaksudkan kalangan cendekiawan. Oleh karena itu, para remaja Ibrani ini dihadapkan kepada pengajaran-pengajaran Babilon yang menyesatkan.—Daniel 1:1-7.
6. Mengapa kita dapat mengatakan bahwa Daniel mengejar kebajikan?
6 Meskipun menghadapi tekanan yang besar untuk berkompromi, Daniel dan ketiga rekannya memilih melakukan kebajikan dan bukannya kebejatan. Daniel 1:21 mengatakan, ”Daniel [tetap, NW] ada di sana sampai tahun pertama pemerintahan Koresy.” Ya, Daniel ”tetap ada di sana” sebagai seorang hamba Yehuwa yang berlaku bajik selama lebih dari 80 tahun—sempat menyaksikan kejayaan dan kejatuhan beberapa raja yang berkuasa. Ia terus setia kepada Allah meskipun menghadapi intrik serta siasat pejabat-pejabat pemerintah yang korup dan menghadapi kebejatan seksual yang merajalela pada agama Babilon. Daniel terus mengejar kebajikan.
7. Apa yang dapat kita pelajari dari haluan yang ditempuh Daniel dan ketiga rekannya?
7 Kita dapat belajar banyak dari Daniel dan rekan-rekannya yang takut akan Allah. Mereka mengejar kebajikan dan menolak untuk melebur ke dalam kebudayaan Babilon. Meskipun diberi nama-nama Babilon, mereka tidak pernah kehilangan identitas sebagai hamba Yehuwa. Itulah sebabnya kira-kira 70 tahun kemudian, raja Babilon menyapa Daniel dengan nama Ibraninya! (Daniel 5:13) Selama masa hidupnya yang panjang, Daniel menolak untuk berkompromi bahkan dalam perkara-perkara kecil. Sejak remaja, ia telah ”berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja”. (Daniel 1:8) Pendirian yang tidak kenal kompromi yang diambil oleh Daniel dan ketiga rekannya ini tidak diragukan menguatkan mereka untuk melewati cobaan dengan ancaman kematian yang belakangan mereka hadapi.—Daniel, pasal 3 dan 6.
Mengejar Kebajikan Dewasa Ini
8. Bagaimana remaja-remaja Kristen dapat menolak untuk melebur ke dalam dunia Setan?
8 Seperti Daniel dan ketiga rekannya, umat Allah dewasa ini menolak untuk melebur ke dalam dunia Setan yang fasik. (1 Yohanes 5:19) Jika saudara seorang remaja Kristen, saudara mungkin mengalami tekanan yang kuat dari teman-teman sebaya untuk meniru selera mereka yang ekstrem dalam hal berpakaian, berdandan, dan musik. Sebaliknya daripada mengikuti setiap mode atau gaya yang sedang populer, ambillah pendirian yang teguh, dan jangan biarkan diri saudara ”dibentuk menurut sistem perkara ini”. (Roma 12:2) ’Buanglah ketidaksalehan dan hasrat-hasrat duniawi dan hiduplah dengan pikiran yang sehat dan keadilbenaran dan pengabdian yang saleh.’ (Titus 2:11, 12) Yang terpenting adalah mendapat perkenan, bukan dari teman-teman sebaya saudara, melainkan dari Yehuwa.—Amsal 12:2.
9. Tekanan-tekanan apa yang mungkin dihadapi orang-orang Kristen di dunia bisnis, dan bagaimana mereka seharusnya membawa diri?
9 Orang-orang Kristen dewasa pun menghadapi tekanan dan harus berlaku bajik. Para usahawan Kristen mungkin tergoda untuk menerapkan metode bisnis yang meragukan atau mengabaikan peraturan pemerintah dan hukum pajak. Akan tetapi, tidak soal seperti apa perilaku pesaing bisnis atau rekan sekerja saudara, ’kita ingin bertingkah laku jujur dalam segala perkara’. (Ibrani 13:18) Alkitab menuntut kita untuk jujur dan adil terhadap majikan, karyawan, pelanggan, dan pemerintah duniawi. (Ulangan 25:13-16; Matius 5:37; Roma 13:1; 1 Timotius 5:18; Titus 2:9, 10) Marilah kita juga berupaya keras untuk berlaku tertib dalam urusan-urusan bisnis kita. Dengan memelihara sistem pencatatan yang akurat dan menuangkan perjanjian secara tertulis, sering kali kesalahpahaman dapat kita cegah.
Teruslah Waspada!
10. Mengapa ada kebutuhan untuk ’terus waspada’ berkenaan dengan pilihan musik kita?
10 Mazmur 119:9 menyoroti aspek lain dari tetap berlaku bajik dalam pandangan Allah. Pemazmur bernyanyi, ”Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan [terus, NW] menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” Salah satu senjata Setan yang paling efektif adalah musik, yang mempunyai kuasa untuk menggugah emosi. Sayang sekali, beberapa orang Kristen telah gagal untuk ’terus waspada’ sehubungan dengan musik, dan mereka akhirnya terjerumus ke dalam bentuk-bentuk yang ekstrem dari musik, seperti rap dan heavy metal. Ada yang berpendapat bahwa musik semacam itu tidak membahayakan mereka atau bahwa mereka tidak memperhatikan liriknya. Ada pula yang mengatakan bahwa mereka hanya menikmati hentakan iramanya yang kuat atau lengkingan suara gitarnya. Namun, bagi orang-orang Kristen, persoalannya bukanlah apakah suatu perkara menyenangkan atau tidak. Yang mereka pedulikan adalah apakah perkara itu ”dapat diterima Tuan” atau tidak. (Efesus 5:10) Kebanyakan, musik heavy metal dan rap mempromosikan kebejatan seperti ketidaksenonohan, percabulan, dan bahkan Setanisme—perkara-perkara yang pastilah tidak mendapat tempat di kalangan umat Allah.a (Efesus 5:3) Tua maupun muda, kita masing-masing hendaknya merenungkan baik-baik pertanyaan ini: Melalui pilihan musik saya, apakah saya mengejar kebajikan atau kebejatan?
11. Bagaimana seorang Kristen dapat terus waspada sehubungan dengan acara televisi, video, dan film?
11 Banyak acara televisi, video, dan film mempromosikan kebejatan. Menurut seorang pakar kenamaan dalam bidang kesehatan mental, ’hedonisme, seksualitas, kekerasan, ketamakan, dan sifat mementingkan diri’ mendominasi sebagian besar film yang diproduksi dewasa ini. Oleh karena itu, terus waspada mencakup bersikap selektif sehubungan dengan tontonan yang kita pilih. Pemazmur berdoa, ”Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa.” (Mazmur 119:37) Seorang remaja Kristen bernama Joseph menerapkan prinsip ini. Ketika sebuah film tertentu mulai menayangkan adegan seks dan kekerasan yang vulgar, ia meninggalkan bioskop. Apakah ia malu melakukan itu? ”Sama sekali tidak,” kata Joseph. ”Yang pertama-tama muncul dalam pikiran saya adalah Yehuwa serta keinginan untuk menyenangkan Dia.”
Peranan Belajar dan Renungan
12. Mengapa pelajaran pribadi dan renungan dibutuhkan untuk mengejar kebajikan?
12 Menghindari perkara-perkara buruk tidaklah cukup. Mengejar kebajikan juga mencakup mempelajari dan merenungkan perkara-perkara baik yang dicatat dalam Firman Allah supaya prinsip-prinsipnya yang adil-benar dapat diterapkan dalam kehidupan. ”Betapa kucintai Taurat-Mu!” seru sang pemazmur. ”Aku merenungkannya sepanjang hari.” (Mazmur 119:97) Apakah pelajaran pribadi dengan menggunakan Alkitab dan publikasi-publikasi Kristen merupakan bagian yang tetap pada jadwal mingguan saudara? Memang benar, menyempatkan waktu untuk dengan rajin mempelajari Firman Allah dan merenungkannya dalam-dalam dapat merupakan tantangan. Namun, sering kali tidaklah mustahil untuk membeli waktu dari kegiatan-kegiatan lain. (Efesus 5:15, 16) Barangkali dini hari cocok bagi saudara untuk berdoa, belajar, dan mengadakan renungan.—Bandingkan Mazmur 119:147.
13, 14. (a) Mengapa renungan sangat tinggi nilainya? (b) Renungan akan ayat-ayat mana dapat membantu kita untuk merasa muak akan perbuatan seksual yang amoral?
13 Renungan sangat tinggi nilainya, karena itu membantu kita untuk mencamkan apa yang kita pelajari. Lebih penting lagi, itu dapat membantu kita meningkatkan pandangan-pandangan yang saleh. Sebagai ilustrasi: Mengetahui bahwa Allah melarang percabulan tidaklah sama dengan ’muak terhadap apa yang fasik dan berpegang erat pada apa yang baik’. (Roma 12:9) Kita dapat benar-benar merasakan bagaimana perasaan Yehuwa terhadap perbuatan seksual yang amoral dengan merenungkan ayat-ayat kunci Alkitab seperti di Kolose 3:5, yang mendesak, ”Karena itu, matikanlah anggota-anggota tubuhmu yang ada di bumi berkenaan percabulan, kenajisan, nafsu seksual, hasrat yang menyakitkan, dan ketamakan akan milik orang lain, yang merupakan penyembahan berhala.” Tanyakan diri sendiri: ’Nafsu seksual macam apa yang harus saya matikan? Apa yang hendaknya saya hindari karena dapat membangkitkan hasrat yang najis? Apakah ada perubahan yang harus saya buat berkenaan cara saya memperlakukan lawan jenis?’—Bandingkan 1 Timotius 5:1, 2.
14 Paulus mendesak orang-orang Kristen untuk menjauhkan diri dari percabulan dan untuk mempraktekkan pengendalian diri supaya ”tidak seorang pun bertindak sampai mencelakakan dan melanggar hak-hak saudaranya”. (1 Tesalonika 4:3-7) Tanyakan diri saudara: ’Mengapa melakukan percabulan begitu berbahaya? Kerugian apa yang saya datangkan atas diri sendiri atau atas orang lain jika saya melakukan dosa ini? Bagaimana saya dapat terpengaruh secara rohani, emosi, dan jasmani? Bagaimana dengan orang-orang di sidang yang telah melanggar hukum Allah dan tidak bertobat? Bagaimana keadaan mereka sekarang?’ Mengindahkan apa yang Alkitab katakan tentang tingkah laku tersebut dapat memperdalam kebencian kita terhadap apa yang buruk di mata Allah. (Keluaran 20:14; 1 Korintus 5:11-13; 6:9, 10; Galatia 5:19-21; Penyingkapan 21:8) Paulus mengatakan bahwa orang yang melakukan percabulan ”bukannya tidak memedulikan manusia, melainkan Allah”. (1 Tesalonika 4:8) Orang Kristen sejati macam apa yang tidak peduli kepada Bapak surgawinya?
Kebajikan dan Pergaulan
15. Apa peranan pergaulan dalam upaya kita untuk mengejar kebajikan?
15 Bantuan lain untuk tetap berlaku bajik adalah pergaulan yang baik. Pemazmur bernyanyi, ”Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada [Yehuwa], dan dengan orang-orang yang berpegang pada titah-titah-Mu.” (Mazmur 119:63) Kita membutuhkan pergaulan yang sehat yang terdapat di perhimpunan Kristen. (Ibrani 10:24, 25) Jika kita mengasingkan diri, cara berpikir kita dapat bersifat mementingkan diri, dan kebejatan dapat dengan mudah menguasai kita. (Amsal 18:1) Akan tetapi, pergaulan Kristen yang hangat dapat memperkuat tekad kita untuk terus berlaku bajik. Tentu saja, kita harus juga waspada terhadap pergaulan buruk. Kita dapat bersikap ramah kepada tetangga, rekan sekerja, dan sesama pelajar. Tetapi jika kita benar-benar berjalan dengan bijaksana, kita tidak akan menjadi terlalu akrab dengan orang-orang yang tidak mengejar kebajikan Kristen.—Bandingkan Kolose 4:5.
16. Bagaimana penerapan 1 Korintus 15:33 membantu kita untuk mengejar kebajikan dewasa ini?
16 Paulus menulis, ”Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan-kebiasaan yang berguna.” Dengan membuat pernyataan ini, ia sedang memperingatkan orang-orang yang percaya bahwa mereka dapat kehilangan iman dengan bergaul bersama orang-orang yang mengaku Kristen namun menolak pengajaran Alkitab tentang kebangkitan. Prinsip di balik peringatan Paulus berlaku untuk pergaulan kita, baik di luar maupun di dalam sidang. (1 Korintus 15:12, 33) Tentu saja, kita tidak ingin menjauhi saudara-saudari rohani kita karena mereka kebetulan tidak sependapat dengan beberapa pandangan kita yang sepenuhnya bersifat pribadi. (Matius 7:4, 5; Roma 14:1-12) Meskipun demikian, kewaspadaan dibutuhkan jika ada orang di dalam sidang terlibat dalam tingkah laku yang meragukan atau memperlihatkan semangat yang pahit atau bersungut-sungut. (2 Timotius 2:20-22) Adalah bijaksana untuk tetap dekat dengan orang-orang yang dengannya kita dapat menikmati ”pertukaran anjuran”. (Roma 1:11, 12) Hal ini akan membantu kita mengejar haluan kebajikan dan tetap berada di ”jalan kehidupan”.—Mazmur 16:11.
Teruslah Mengejar Kebajikan
17. Menurut Bilangan pasal 25, bencana apa menimpa bangsa Israel, dan pelajaran apa diberikan hal ini bagi kita?
17 Beberapa saat sebelum bangsa Israel menduduki Tanah Perjanjian, ribuan dari antara mereka memilih untuk mengejar kebejatan—dan menderita bencana. (Bilangan, pasal 25) Dewasa ini, umat Yehuwa berada di ambang dunia baru yang adil-benar. Memasukinya akan menjadi hak istimewa yang penuh berkat bagi orang-orang yang terus menolak kebejatan dunia ini. Sebagai manusia yang tidak sempurna, kita mungkin memiliki kecenderungan yang salah, tetapi Allah dapat membantu kita untuk mengikuti tuntunan yang adil-benar dari roh kudus-Nya. (Galatia 5:16; 1 Tesalonika 4:3, 4) Oleh karena itu, marilah kita mengindahkan desakan Yosua kepada bangsa Israel, ”Takutlah akan Yehuwa dan layani dia tanpa cela dan dalam kebenaran.” (Yosua 24:14, NW) Takut yang saleh untuk tidak menyenangkan Yehuwa akan membantu kita mengejar haluan kebajikan.
18. Sehubungan dengan kebejatan dan kebajikan, apa yang hendaknya menjadi tekad semua orang Kristen?
18 Jika hati saudara memang berhasrat untuk menyenangkan Allah, bertekadlah untuk mengindahkan desakan Paulus, ”Perkara apa pun yang benar, perkara apa pun yang adalah persoalan yang serius, perkara apa pun yang adil-benar, perkara apa pun yang murni, perkara apa pun yang menimbulkan perasaan kasih, perkara apa pun yang dibicarakan dengan baik, apa pun kebajikan yang ada dan hal apa pun yang patut dipuji yang ada, teruslah pertimbangkan perkara-perkara ini.” Jika saudara melakukannya, apa hasilnya? Rasul Paulus berkata, ”Praktekkanlah ini; dan Allah kedamaian akan menyertai kamu.” (Filipi 4:8, 9) Ya, dengan bantuan Yehuwa, saudara dapat menolak kebejatan dan mengejar kebajikan.
-