PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g87_No24 hlm. 24-26
  • Mengapa Saya Seharusnya Tahu Berterima Kasih?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengapa Saya Seharusnya Tahu Berterima Kasih?
  • Sedarlah!—1987 (No. 24)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Tidak Tahu Berterima Kasih kepada Orangtua
  • Mengapa Tahu Berterima Kasih kepada Orangtua?
  • Orang Lain Patut Mendapat Terima Kasih Anda
  • Berterima Kasih kepada Allah
  • Menyenangkan Hati Orang Tua Anda
    Membina Keluarga Bahagia
  • ”Nyatakanlah Rasa Syukurmu”
    Pelayanan Kerajaan Kita—2008
  • Pupuklah Rasa Syukur
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
  • Mengapa Mesti Bersyukur?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1987 (No. 24)
g87_No24 hlm. 24-26

Kaum Remaja Bertanya . . .

Mengapa Saya Seharusnya Tahu Berterima Kasih?

”DUNIA berhutang kehidupan kepada saya”—demikian nyanyian seorang tokoh dalam dongeng Pinokio, versi Walt Disney. Dan ini rupanya menjadi falsafah hidup yang dianut oleh banyak orang muda jaman sekarang. Mereka merasa tidak perlu berterima kasih kepada siapapun—orangtua, masyarakat, atau bahkan Allah.

Sebuah pengumpul suara untuk orang muda berumur 16 sampai 22 tahun di Prancis memperlihatkan bahwa kebanyakan jauh lebih senang untuk bebas menempuh kehidupan sesuka hati daripada harus mempunyai ”lebih banyak respek untuk keluarga, negara atau agama”. Bagaimana perasaan anda terhadap hal-hal demikian?

Latar belakang dan prospek anda untuk masa depan mungkin tidak memberi anda alasan untuk merasa harus berterima kasih atas keadaan anda dalam kehidupan. Anda mungkin satu dari antara jutaan anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan orangtua tunggal atau bahkan tidak mempunyai orang-tua. Mungkin di sekolah anda diajar oleh guru-guru yang tidak peduli. Setelah meninggalkan sekolah, anda mungkin memulai karir anda dengan menganggur. Tidak mengherankan bahwa dalam dunia yang keras dewasa ini, ada orang muda yang merasa tak diinginkan, tak dikasihi, tak dididik, dan tak mempunyai pekerjaan. Dapat dimengerti bila mereka bertanya, Saya harus berterima kasih untuk apa?

Tidak Tahu Berterima Kasih kepada Orangtua

Tidak tahu berterima kasih kepada orangtua bukan hal baru. Pada abad ke-17, dalam karya Shakespeare tokoh Raja Lear berseru, ”Benar-benar lebih tajam dari gigi ular, mempunyai anak yang tak tahu berterima kasih!”

Secara terus-terang, perlu diakui bahwa banyaknya anak yang ”tak tahu berterima kasih” pada jaman sekarang sering kali disebabkan oleh kesalahan para orangtua. Seorang yang bijaksana pada jaman dulu menulis, ”Siapa memanjakan hambanya sejak muda, bahkan akan menjadikan dia tidak tahu berterima kasih kelak.”—Amsal 29:21, NW.

Beginilah halnya dengan banyak anak yang dimanja. Mereka tumbuh menjadi remaja dan orang dewasa muda yang merasa bahwa ’dunia berhutang kehidupan kepada mereka’, tetapi mereka tidak berhutang apa-apa kepada siapapun.

Mengapa Tahu Berterima Kasih kepada Orangtua?

Untunglah tidak semua orangtua memanjakan anak mereka, dan tidak semua anak tumbuh menjadi orang yang ”tidak tahu berterima kasih”. Jika anda dibesarkan dalam keluarga yang lengkap, anda patut berterima kasih. Tentu, tidak ada orangtua yang sempurna. Tetapi ini bukan alasan untuk tidak berterima kasih atas apa yang telah mereka lakukan bagi anda. Waktu dan biaya yang mereka gunakan untuk membesarkan anda sejak lahir tidak terhitung. Mungkin anda berkata bahwa anda tidak minta dilahirkan. Memang, tetapi anda ada, dan seseorang telah memelihara anda selama bertahun-tahun. Ribuan anak ditinggalkan orangtua mereka dan tidak semuanya diadopsi. Orangtua anda merawat anda dengan penuh kasih dan berupaya keras untuk membesarkan anda. Tidakkah anda berhutang terima kasih kepada mereka?

Bahkan andaikata anda dibesarkan oleh orangtua asuh, anda harus berterima kasih kepada mereka, khususnya karena mereka tidak terikat tanggung jawab atas kehidupan anda. Mereka mungkin telah mengeluarkan banyak uang untuk memperoleh hak mengasuh anda. Atau, bergantung di mana anda tinggal, mungkin pemerintah membayar mereka untuk membesarkan anda. Bagaimanapun juga, anda berhutang budi kepada mereka, karena uang tidak dapat membeli kasih-sayang dan perhatian.

Atau mungkin anda dibesarkan dalam keluarga yang tidak lengkap. Seorang wanita muda, yang sekarang tinggal di Italia, mengenang sikapnya di masa muda terhadap ibunya yang membesarkan dia seorang diri. Ia menulis, ”Kaum muda cenderung berpikir bahwa orangtua mereka harus sempurna. Saya harus mengakui bahwa saya bersikap demikian pada waktu muda. Baru belakangan saya sadar bahwa saya sama sekali tidak dapat dibenarkan untuk tidak menunjukkan respek yang sepatutnya kepada Ibu. Saya banyak dibantu ketika saya bertanya kepada diri sendiri, Apakah Ibu orang yang jahat? Tidak, saya yakin ia benar-benar baik. Ia selalu berusaha keras sesuai dengan pengertiannya. Tetapi, seperti saya, ia tidak sempurna. Maka saya betul-betul menyesal atas cara saya bertindak tanpa dipikir sebelum saya menyadari hal itu.”

Orang Lain Patut Mendapat Terima Kasih Anda

Berapa banyak anak, yang pada saat yang genting dalam kehidupan mereka, telah menerima bantuan dan bimbingan dari seseorang yang tidak berhutang apa-apa kepada mereka? Ia mungkin seorang teman dari keluarga, guru sekolah, atau seseorang dalam sidang Kristen, pria maupun wanita.

Seperti dikatakan amsal kuno, ”Alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!” (Amsal 15:23) Nasihat yang baik, yang diberikan pada waktu yang tepat, dapat mencegah akibat buruk. (1 Samuel 25:33) Alkitab memperlihatkan bahwa wanita yang bijaksana dan berpengalaman dapat memberikan bimbingan yang berharga kepada wanita-wanita muda. (Titus 2:3-5) Khususnya, para penatua dalam sidang Kristen dapat membantu kaum muda menghindari jerat dan mengejar cita-cita yang baik dalam kehidupan. (Lihat 2 Timotius 2:20-22.) Ya, sepatah kata yang memberi bimbingan dapat menjadi suatu titik tolak dalam kehidupan seorang muda. Apakah anda ingat pernah mendapat faedah dari nasihat yang diberikan tepat pada waktunya? Jika demikian, pernahkah anda ingat untuk berterima kasih?

Lydie, seorang wanita muda Kristen di Prancis, mengenang krisis yang dilewatinya ketika ia berumur 16 tahun. Setelah menjadi Saksi Yehuwa yang terbaptis, ia tenggelam dalam pelajaran sekolahnya, dan minatnya dalam kegiatan Kristen dan perhimpunan menjadi dingin. Pada suatu hari dengan tenang ia memberitahu bahwa ia tak mau lagi ambil bagian dalam perhimpunan-perhimpunan Saksi dan dinas pengabaran. Orangtuanya berbicara kepadanya dengan ramah namun tegas. Lalu tiga penatua sidang meminta untuk berbicara dengannya. Ia menduga bahwa mereka akan ’memojokkannya dengan ayat-ayat Alkitab untuk membuktikan bahwa ia harus mengabar’. Sebaliknya, mereka mendengarkan keluhan-keluhannya, menunjukkan pengertian yang baik, dan dengan hangat menawarkan bantuan. Ia menulis, ”Benar-benar suatu kejutan! Saya terkesan sekali oleh keramahan mereka. Syukur, berkat bantuan mereka yang pengasih saya menjadi insaf.” Lydie sekarang menjadi seorang rohaniwati sepenuh waktu.

Berterima Kasih kepada Allah

Tak diragukan lagi, bentuk yang paling buruk dari tidak adanya terima kasih di kalangan banyak orang muda adalah tidak adanya terima kasih kepada Allah. Kebanyakan dari mereka mendahulukan perkara-perkara materi daripada Allah.

Untung, banyak anak muda di seluruh dunia menyadari betapa banyak hutang mereka kepada Allah. Michel muda tinggal dengan ibunya yang adalah Saksi di sebuah kota kecil yang terpencil di Corsica, Prancis. Ketika koresponden Sedarlah! meminta dia menuliskan alasan apapun yang dapat ia pikirkan untuk berterima kasih kepada Allah, ia menyebutkan 24 alasan. Ia mulai dengan karunia kehidupan dan hal-hal yang perlu untuk menunjang dan menikmatinya. Kemudian, sesudah merenung sejenak, ia menulis berkat-berkat rohani yang ia nikmati—seorang ibu yang beriman dan saudara-saudara rohani yang rela datang dari jauh untuk membantu mereka berdua.

Seperti Michel, ribuan anak bersyukur kepada ”Allah yang hidup” yang ”memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang”. (Kisah 14:15-17; 17:24-28) Bagi mereka, tidak adanya terima kasih di kalangan banyak teman sebaya mereka hanya merupakan satu bukti lagi bahwa kita hidup pada ”hari-hari terakhir” dari sistem yang jahat sekarang ini. Rasul Paulus menulis, ”Ingatlah ini: Pada hari-hari terakhir akan ada banyak kesusahan. Manusia akan mementingkan dirinya sendiri, bersifat mata-duitan, sombong dan suka membual. Mereka suka menghina orang, memberontak terhadap orang tua, tidak tahu berterima kasih.”—2 Timotius 3:1, 2, BIS.

Ratusan ribu Saksi Yehuwa muda memiliki masa depan yang cemerlang di hadapan mereka dalam ’bumi baru’ yang benar, yang sekarang sudah dekat. (2 Petrus 3:9, 13) Sementara itu, banyak dari mereka menunjukkan terima kasih dengan menggunakan sebanyak mungkin waktu untuk menceritakan harapan yang mulia ini kepada orang lain. Dan meskipun keluarga jasmani mereka mungkin tidak seiman, mereka menikmati kehangatan dari persaudaraan rohani seluas dunia.—Markus 10:29, 30.

Maka, bila anda memikirkan orangtua anda, guru anda, teman anda, yang berpengalaman yang telah menasihati anda, atau di atas segalanya, Yehuwa, ”Allah, sumber pengharapan”, renungkan banyak alasan mengapa anda perlu berterima kasih.—Roma 15:13; Kolose 3:15, BIS.

[Blurb di hlm. 24]

”Saya banyak dibantu ketika saya bertanya pada diri sendiri: Apakah Ibu orang yang jahat? Tidak, saya yakin ia benar-benar baik”

[Gambar di hlm. 25]

Anak-anak, juga, dapat memperlihatkan terima kasih dengan cara-cara yang sederhana

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan