PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Penasihat-Penasihat yang Mahir​—Suatu Berkat bagi Saudara-Saudara Mereka
    Menara Pengawal—1986 (Seri 28) | Menara Pengawal—1986 (Seri 28)
    • Penasihat-Penasihat yang Mahir​—Suatu Berkat bagi Saudara-Saudara Mereka

      ”Aku akan mengembalikan para hakimmu seperti dahulu, dan para penasihatmu seperti semula.”—YESAYA 1:26.

      1, 2. (a) Bagaimana Amsal 12:15 dan 19:20 menunjukkan nilai dari nasihat? (b) Apa yang pertama-tama dibutuhkan agar kita dapat menerima nasihat, dan pengalaman apa yang memperlihatkan hal ini?

      KEDUA orangtua Betty orang Kristen. Di sekolah ia mempunyai seorang teman muda yang juga ”dalam kebenaran.” Tetapi, Betty memperhatikan, bahwa menjelang akhir dari sekolah dasar teman itu tidak mempunyai gairah yang sama untuk imannya seperti sebelumnya. Seraya mereka bersama-sama melanjutkan ke sekolah menengah, temannya menjadi tidak tetap tentu di perhimpunan-perhimpunan dan mulai mencari-cari kesalahan dari Lembaga Menara Pengawal dan sidang. Namun Betty berdoa dengan sungguh-sungguh untuk temannya, dan selalu memberinya nasihat agar berusaha tetap kuat sebagai seorang Kristen. Akhirnya, usaha-usaha Betty membuahkan hasil. Menjelang akhir sekolah menengah, temannya dengan tetap tentu menghadiri perhimpunan-perhimpunan lagi dan akhirnya dibaptis. Benar-benar suatu berkat baginya! Dan betapa besar imbalan yang diperoleh oleh teman mudanya yang setia, Betty!

      2 Mengingat pengalaman ini, dapatkah seseorang meragukan perlunya orang-orang Kristen untuk saling menasihati dengan penuh kasih dari waktu ke waktu? Alkitab menganjurkan kita, ”Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.” (Amsal 19:20; 12:15) Teman Betty mengikuti saran itu. Namun bagaimana jika Betty tidak mempunyai kasih, ketekunan, dan keberanian untuk terus memberikan bantuan selama bertahun-tahun? Ya, agar kita dapat ’mendengarkan nasihat,’ harus ada seorang penasihat. Seharusnya siapakah dia?

      Nasihat—Oleh Siapa?

      3. Siapa yang disediakan oleh Yehuwa untuk memberikan nasihat yang tepat pada waktunya di sidang Kristen?

      3 Allah Yehuwa berjanji untuk memberikan kepada umatNya penasihat-penasihat pada jaman kita. Ia mengatakan, ”Aku akan mengembalikan . . . para penasihatmu seperti semula.” (Yesaya 1:26) Janji ini digenapi terutama dalam bentuk penatua-penatua yang terlantik di sidang Kristen. Memberi nasihat adalah suatu bentuk mengajar, dan para penatua teristimewa ”cakap mengajar.” (1 Timotius 3:2) Mungkin rasul Paulus terutama memaksudkan para penatua ketika ia mengatakan, ”Kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang [”mempunyai persyaratan-persyaratan,” NW] rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” (Galatia 6:1) Namun apakah hanya para penatua saja yang dapat memberi nasihat?

      4, 5. (a) Contoh-contoh apa dari Alkitab menunjukkan bahwa bukan hanya para penatua saja yang dapat memberi nasihat? (b) Dalam keadaan khas apa pada jaman modern orang-orang Kristen lain yang bukan penatua memberikan nasihat?

      4 Tidak. Betty bukan seorang penatua, namun nasihat yang ia berikan akhirnya mendatangkan hasil-hasil yang baik. Ingat pula, pemimpin militer Siria Naaman. Ia bertindak berdasarkan keterangan yang baik dari seorang gadis muda Israel dan kemudian atas saran dari hamba-hambanya. Daud diselamatkan dari hutang darah karena nasihat yang tepat pada waktunya dari Abigail, istri Nabal. Dan pemuda Elihu mempunyai nasihat yang bijaksana untuk Ayub dan ketiga ’penghiburnya.’—1 Samuel 25:23-35; 2 Raja 5:1-4, 13, 14; Ayub 32:1-6.

      5 Demikian pula dewasa ini, memberi nasihat bukan hanya hak istimewa dari para penatua saja. Para orangtua menasihati anak-anak mereka dengan tetap tentu. Orang-orang muda seperti Betty sering berhasil memberikan nasihat kepada teman-teman sebaya mereka. Dan Alkitab terutama menganjurkan saudari-saudari yang matang agar ”cakap mengajarkan hal-hal yang baik,” terutama kepada wanita-wanita muda di sidang. (Titus 2:3-5) Sebenarnya, secara umum kita semua berkewajiban untuk membantu satu sama lain dalam hal ini. Rasul Paulus mengatakan, ”Nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.”—1 Tesalonika 5:11.

      Tujuan dari Nasihat Kristen

      6. Apa saja tujuan dari nasihat Kristen?

      6 Apa beberapa tujuan dari nasihat Kristen? Ini adalah untuk membantu seseorang membuat kemajuan dan terus berada pada jalan yang benar, untuk memecahkan problem-problem, untuk mengatasi kesukaran, dan mungkin memperbaiki haluan yang salah. Paulus menyebut beberapa bentuk nasihat ketika ia menganjurkan Timotius untuk ’menyatakan apa yang salah, menegur dan menasihati dengan segala kesabaran dan pengajaran.’ (2 Timotius 4:1, 2) Benar-benar suatu seni untuk memberi nasihat kepada seseorang sedemikian rupa sehingga ia dapat mengerti tanpa sakit hati.

      7, 8. (a) Dalam keadaan apa saja nasihat diharapkan dalam sidang Kristen? (b) Pada kesempatan apa saja seorang Kristen mungkin tidak mengharapkan nasihat namun membutuhkannya?

      7 Bilamana seharusnya nasihat diberikan? Para orangtua dengan tetap tentu mempunyai kesempatan untuk menasihati anak-anak mereka, dan anak-anak sedikit banyaknya mengharapkan hal ini. (Amsal 6:20; Efesus 6:4) Di sidang, seorang siswa mengharapkan nasihat bila ia ditugaskan untuk memberi khotbah di Sekolah Pelayanan Teokratis. Dan seorang penyiar Kerajaan yang masih baru mengharapkan bantuan dan saran-saran seraya ia membuat kemajuan ke arah kematangan sebagai seorang rohaniwan Kristen. (1 Timotius 4:15) Kadang-kadang pribadi-pribadi yang mencari bantuan dan nasihat akan mendekati para penatua atau orang-orang lain di sidang.

      8 Tetapi, sewaktu-waktu, nasihat harus diberikan kepada mereka yang tidak mengharapkannya atau tidak menghendakinya. Mungkin seseorang tidak bergairah lagi dalam dinas Yehuwa, ”hanyut dibawa arus” seperti teman Betty. (Ibrani 2:1) Seseorang mungkin mempunyai perselisihan pribadi yang serius dengan orang lain di sidang. (Filipi 4:2) Atau ada yang mungkin membutuhkan bantuan dalam cara berpakaian atau berdandan yang patut, atau dalam memilih teman-teman atau musik.—1 Korintus 15:33; 1 Timotius 2:9.

      9, 10. (a) Mengapa mungkin dibutuhkan keberanian untuk memberikan nasihat Kristen? (b) Mengapa seorang Kristen bagaimanapun juga harus memberikan nasihat jika hal itu perlu?

      9 Ketika nabi Hanani memberikan nasihat kepada Raja Asa dari Yehuda, Asa merasa sangat sakit hati sehingga ia ”memasukkan [Hanani] ke dalam penjara”! (2 Tawarikh 16:7-10) Seseorang harus berani untuk memberikan nasihat kepada seorang raja pada jaman itu. Dewasa ini, para penasihat juga membutuhkan keberanian, karena nasihat pada mulanya bisa menimbulkan perasaan sakit hati. Seorang Kristen yang berpengalaman menahan diri untuk memberikan nasihat yang dibutuhkan kepada seorang rekan yang lebih muda. Alasannya? Ia menjelaskan, ”Sekarang ini kami berteman baik, dan saya ingin tetap demikian!” Tetapi sebenarnya, menahan diri untuk memberi bantuan bila diperlukan bukan ciri seorang teman baik.—Amsal 27:6; bandingkan Yakobus 4:17.

      10 Sebenarnya, pengalaman telah memperlihatkan bahwa jika penasihat itu mahir, perasaan-perasaan tidak enak biasanya dapat dikurangi, dan tujuan dari nasihat itu sering kali dapat tercapai. Apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang penasihat yang mahir? Untuk menjawab ini, mari kita membahas dua contoh, satu yang baik dan satu yang tidak baik.

      Paulus—Seorang Penasihat yang Mahir

      11. Mengapa kebanyakan orang Korintus menerima nasihat Paulus meskipun ia sering berbicara dengan cukup terus terang?

      11 Rasul Paulus mempunyai banyak kesempatan untuk memberikan nasihat, dan kadang-kadang ia harus mengatakan hal-hal yang keras. (1 Korintus 1:10-13; 3:1-4; Galatia 1:6; 3:1) Meskipun demikian, nasihatnya jitu karena orang-orang yang ia nasihati mengetahui bahwa Paulus mengasihi mereka. Seperti ia katakan kepada orang-orang Korintus, ”Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua.” (2 Korintus 2:4) Sebagian besar orang Korintus menerima nasihat Paulus karena mereka tahu bahwa hal itu diberikan tanpa motif mementingkan diri, karena ”kasih . . . tidak mencari keuntungan diri sendiri.” Juga, mereka yakin bahwa ia tidak berbicara karena secara pribadi merasa marah, sebab ”kasih . . . tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.”—1 Korintus 13:4, 5.

      12. Sifat apa akan mempermudah seorang penasihat Kristen untuk mendapatkan hasil-hasil yang baik? Gambarkan.

      12 Dewasa ini juga, jauh lebih mudah untuk menerima nasihat yang keras sekalipun jika kita tahu bahwa pribadi yang menasihati kita mengasihi kita, tidak berbicara karena secara pribadi merasa marah, dan tidak mempunyai motif mementingkan diri. Misalnya, jika seorang penatua berbicara kepada para remaja di sidang hanya pada waktu ia mengritik mereka, anak-anak muda itu dengan mudah bisa merasa disakiti. Namun bagaimana jika penatua itu mempunyai hubungan yang baik dengan para remaja? Bagaimana jika ia mengajak mereka dalam dinas pengabaran, mudah didekati di Balai Kerajaan, dan menganjurkan mereka untuk berbicara kepadanya mengenai problem-problem, harapan, dan keraguan mereka, mungkin bahkan mengundang mereka (dengan persetujuan orangtua) ke rumahnya dari waktu ke waktu? Maka, bila ia harus menasihati mereka, para remaja itu kemungkinan besar akan menerimanya, karena mengetahui bahwa nasihat itu dari seorang sahabat.

      Kelemahlembutan dan Kerendahan Hati

      13. (a) Nasihat Kristen akhirnya harus didasarkan pada apa? (b) Maka, orang-orang yang memberikan nasihat dalam sidang Kristen hendaknya jangan melakukan apa?

      13 Ada suatu alasan lain mengapa nasihat Paulus berhasil. Ia bersandar pada hikmat ilahi, bukan pada pendapatnya sendiri. Ia mengingatkan sang penasihat Timotius, ”Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16; bandingkan 1 Korintus 2:1, 2.) Para penasihat Kristen dewasa ini juga mendasarkan apa yang mereka katakan pada Alkitab. Memang benar bahwa, dalam keluarga, para orangtua tidak mengutip Alkitab setiap kali menasihati anak-anak mereka. Meskipun demikian, tidak soal apakah orangtua Kristen itu menganjurkan ketaatan, kebersihan, keprihatinan kepada orang-orang lain, ketepatan waktu, atau apapun juga, pasti selalu ada dasar Alkitab untuk apa yang mereka katakan. (Efesus 6:1; 2 Korintus 7:1; Matius 7:12; Pengkhotbah 3:1-8) Dalam sidang, kita hendaknya hati-hati untuk tidak berusaha memaksakan sudut pandangan atau selera pribadi kita kepada orang-orang lain. Dan para penatua hendaknya tidak menyimpangkan Alkitab untuk membuatnya kelihatan mendukung suatu gagasan yang sungguh-sungguh mereka yakini. (Bandingkan Matius 4:5, 6.) Selalu harus ada alasan Alkitab yang benar untuk nasihat apapun yang mereka berikan.—Mazmur 119:105.

      14, 15. (a) Sebutkan sifat lain yang akan mempermudah seseorang untuk menerima nasihat. (b) Mengapa begitu penting agar seorang penasihat memperkembangkan sifat ini?

      14 Nasihat juga akan lebih jitu jika diberikan dengan semangat lemah lembut. Paulus mengetahui hal ini. Itulah sebabnya, ketika berbicara tentang seseorang yang menempuh langkah yang salah sebelum ia sadar akan hal tersebut, Paulus menganjurkan mereka yang memenuhi syarat untuk ”memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut.” (Galatia 6:1) Ia juga menasihati Titus untuk mengingatkan orang-orang lain agar ”janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang.”—Titus 3:1, 2; 1 Timotius 6:11.

      15 Mengapa kelemahlembutan itu perlu? Karena emosi yang tidak terkendali bersifat menular. Kata-kata yang keras bisa membangkitkan lebih banyak kata-kata yang keras, dan sulit untuk bertukarpikiran jika kemarahan memuncak. Bahkan jika pribadi yang dinasihati memberikan reaksi marah, ini bukan alasan bagi seorang penasihat untuk melakukan hal yang sama. Sebaliknya, sikap lemah lembut dari penasihat itu dapat membantu menenangkan keadaan. ”Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman.” (Amsal 15:1) Hal ini benar tidak soal apakah penasihat itu orangtua, seorang penatua, atau orang lain.

      16. Mengapa seseorang harus selalu menunjukkan respek bila memberikan nasihat?

      16 Akhirnya, pertimbangkan apa yang Paulus katakan kepada penatua muda Timotius, ”Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian.” (1 Timotius 5:1, 2) Betapa bagusnya nasihat ini! Bayangkan bagaimana perasaan seorang wanita tua jika seorang penatua muda, mungkin cukup muda sehingga pantas untuk menjadi anaknya sendiri, menasihati dia tanpa menunjukkan respek dan dengan kritikan yang keras. Akan jauh lebih baik jika penasihat itu berpikir sebentar, ’Mengingat kepribadian dan usia orang ini, apa sebenarnya cara yang paling pengasih dan jitu untuk memberikan pokok nasihat ini? Jika saya di tempatnya, bagaimana caranya saya ingin didekati?’—Lukas 6:31; Kolose 4:6.

      Nasihat dari Orang Farisi

      17, 18. Apa salah satu alasan mengapa nasihat yang diberikan oleh orang-orang Farisi tidak berguna?

      17 Marilah kita beralih dari contoh Paulus yang baik dan membahas suatu contoh yang buruk—yaitu dari orang-orang Yahudi pemimpin agama pada jaman Yesus. Mereka memberikan banyak nasihat, tetapi biasanya bangsa itu tidak mendapat faedah dari padanya. Apa sebabnya?

      18 Ada banyak alasan. Salah satu, perhatikan ketika orang-orang Farisi menegur Yesus karena murid-muridnya tidak mencuci tangan sebelum makan. Sebagian besar ibu-ibu pasti menasihati anak-anak mereka untuk mencuci tangan sebelum makan, dan sebagai suatu kebiasaan untuk menjaga kesehatan, banyak alasan untuk menganjurkan hal ini. Namun yang terutama menjadi masalah bagi orang-orang Farisi bukan kesehatan. Bagi mereka, mencuci tangan merupakan suatu tradisi, dan mereka merasa kesal bahwa murid-murid Yesus tidak mengikuti tradisi ini. Tetapi, seperti selanjutnya ditunjukkan oleh Yesus kepada mereka, ada problem-problem yang jauh lebih besar di Israel yang seharusnya mendapat perhatian mereka. Misalnya, ada yang menggunakan tradisi Farisi sebagai cara untuk tidak mentaati perintah kelima dari Sepuluh Firman, ”Hormatilah ayahmu dan ibumu.” (Keluaran 20:12; Matius 15:1-11) Sayang sekali, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu begitu terikat dengan rincian sehingga ’yang terpenting dalam hukum Taurat mereka abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan.’—Matius 23:23.

      19. Bagaimana orang-orang Kristen jaman modern dapat menghindar agar tidak jatuh ke dalam jerat menggunakan alasan mereka sendiri untuk memberi nasihat?

      19 Para penasihat dewasa ini hendaknya hati-hati agar tidak membuat kesalahan yang sama. Mereka harus menghindari agar tidak mempunyai alasan mereka sendiri untuk memberi nasihat, begitu mempersoalkan rincian sehingga melupakan ”yang terpenting.” Dalam soal-soal kecil, kita dianjurkan untuk ”bersabar seorang terhadap yang lain” dalam kasih. (Kolose 3:12, 13) Kesanggupan untuk melihat kapan kita tidak usah mempermasalahkan sesuatu dan kapan nasihat benar-benar dibutuhkan merupakan hal yang bisa membantu seseorang untuk mempunyai ”persyaratan-persyaratan rohani.” —Galatia 6:1, NW.

      20. Mengapa teladan pribadi begitu penting dalam hal memberi nasihat?

      20 Ada satu hal lain yang membuat para penasihat agama di abad pertama itu tidak jitu. Mereka mempunyai kebijaksanaan ”lakukan seperti apa yang saya katakan, bukan seperti apa yang saya lakukan.” Yesus mengatakan tentang mereka, ”Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun.” (Lukas 11:46) Betapa tidak pengasihnya! Dewasa ini, para orangtua, penatua, atau orang-orang lain yang memberikan nasihat hendaknya berusaha keras untuk melakukan apa yang mereka katakan kepada orang lain agar mereka lakukan. Bagaimana kita dapat menganjurkan orang lain agar sibuk dalam dinas pengabaran jika kita sendiri tidak memberikan contoh yang patut? Atau bagaimana kita dapat memperingatkan terhadap materialisme jika perkara materi menjadi hal utama dalam kehidupan kita sendiri?—Roma 2:21, 22; Ibrani 13:7.

      21. (a) Bagaimana orang-orang Farisi menggertak orang-orang? (b) Bagaimana taktik orang-orang Farisi seharusnya menjadi peringatan bagi para penasihat Kristen?

      21 Para pemimpin Yahudi juga tidak berhasil menjadi penasihat karena mereka menggunakan taktik gertakan. Pada suatu peristiwa, mereka mengirim orang-orang untuk menangkap Yesus. Ketika orang-orang ini, yang sangat terkesan oleh cara Yesus mengajar, kembali tanpa dia, orang-orang Farisi itu menegur mereka, dengan mengatakan, ”Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepadaNya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!” (Yohanes 7:45-49) Apakah ini suatu dasar yang patut untuk memberi teguran—menyalahgunakan wewenang dan mencaci-maki? Semoga para penasihat Kristen tidak pernah bersalah oleh karena memberikan nasihat semacam itu! Mereka harus benar-benar menghindari agar tidak menggertak orang-orang lain atau memberi kesan, ’Saudara harus mendengarkan saya karena saya seorang penatua!’ Atau jika berbicara kepada seorang saudari, janganlah mereka secara tidak langsung menyatakan, ’Saudari harus mendengar saya karena saya seorang saudara.’

      22. (a) Bagaimana dan mengapa orang-orang Kristen harus memberikan nasihat? (b) Pertanyaan apa selanjutnya perlu dibahas?

      22 Ya, memberi nasihat adalah suatu perbuatan kasih yang kita semua—terutama para penatua yang terlantik—harus berterima kasih kepada rekan-rekan Kristen kita dari waktu ke waktu. Nasihat hendaknya tidak diberikan dengan alasan yang dibuat-buat. Namun bila diperlukan, ini harus diberikan dengan berani. Harus ada dasar Alkitab dan diberikan dengan roh yang lemah lembut. Selain itu, jauh lebih mudah untuk menerima nasihat dari seseorang yang mengasihi kita. Namun, kadang-kadang memang sulit untuk mengetahui apa yang harus kita katakan bila memberi nasihat. Jadi bagaimana kita memberikan nasihat dengan cara yang akan berhasil? Hal ini akan dibahas dalam artikel berikut.

  • Nasihat yang ”Dimasinkan dengan Garam”
    Menara Pengawal—1986 (Seri 28) | Menara Pengawal—1986 (Seri 28)
    • Nasihat yang ”Dimasinkan dengan Garam”

      ”Hendaklah senantiasa perkataanmu itu berkat, dimasinkan dengan garam, supaya dapat kamu mengetahui bagaimana kamu memberi jawab kepada tiap-tiap orang.”—KOLOSE 4:6, Bode.

      1, 2. Mengapa penting sekali agar nasihat Kristen ”dimasinkan dengan garam”?

      SEPANJANG sejarah, garam memainkan peranan khusus dalam mempersiapkan makanan. Selain sebagai pengawet, garam juga berfungsi sebagai penyedap, sehingga makanan tanpa garam dianggap hambar dan tidak ada rasa. Karena itu, ketika Paulus menulis bahwa tutur kata seorang Kristen harus ”dimasinkan dengan garam,” ia mengatakan bahwa ucapan-ucapan kita hendaknya membina dan juga dapat diterima dan menarik. (Kolose 4:6, Bode) Hal ini terutama demikian dalam hal memberi nasihat. Mengapa?

      2 Memberi nasihat dimaksudkan bukan untuk sekedar menyampaikan keterangan. Dalam banyak hal, pribadi yang dinasihati sudah mengetahui prinsip-prinsip Alkitab yang berlaku untuk keadaannya, tetapi ia mempunyai kesulitan dalam menerapkan ataupun melihat pentingnya prinsip-prinsip itu. Maka, tantangan yang sebenarnya dari memberikan nasihat Kristen adalah mengubah jalan pikiran seseorang. (Galatia 6:1; Efesus 4:11, 12) Karena itu, ”garam” perlu.

      3. Bantuan apakah yang telah disediakan Yehuwa bagi para penasihat Kristen?

      3 Memang, memberi nasihat merupakan suatu tantangan, dan untuk menghadapinya, si penasihat membutuhkan pengetahuan dan daya pengamatan. (Amsal 2:1, 2, 9; 2 Timotius 4:2) Untung sekali, Yehuwa telah menyediakan Alkitab, yang tidak hanya memuat pengetahuan yang perlu tetapi juga banyak contoh dari nasihat yang diberikan oleh pria-pria Allah yang mempunyai daya pengamatan. Dengan mempelajari beberapa dari antaranya kita dibantu untuk menjadi penasihat yang lebih jitu.

      Memperhatikan ”Penasihat yang Mengagumkan”

      4. Dalam memberikan nasihat kepada sidang, bagaimana seorang penatua Kristen dapat meniru Yesus Kristus?

      4 Misalnya, perhatikan Yesus, ”Penasihat yang Mengagumkan.” (Yesaya 9:6, NW) Pada akhir dari abad pertama, ada surat-surat berisi nasihat yang Yesus sediakan untuk dikirim kepada tujuh sidang di distrik Asia. Surat-surat ini adalah contoh yang bagus bagi para penatua yang mungkin perlu memberi nasihat kepada sidang-sidang mereka—dan prinsip-prinsipnya berlaku sama baiknya bila memberi nasihat kepada seseorang. Problem-problem yang dibahas oleh Yesus memang serius, antara lain: kemurtadan, pengaruh ”Izebel,” keadaan suam-suam kuku, dan materialisme. (Wahyu 2:4, 14, 15, 20-23; 3:1, 14-18) Jadi Yesus membahas problem-problem ini dengan terus terang. Tidak ada keragu-raguan mengenai apa yang ingin ia katakan kepada masing-masing sidang yang bersangkutan. Dewasa ini, bila para penatua Kristen memberi nasihat kepada sidang-sidang mereka, mereka harus ‵menggaramiˈ nasihat mereka dengan kerendahan hati dan kebaikan, meniru Yesus. (Filipi 2:3-8; Matius 11:29) Sebaliknya, juga dalam meniru Yesus, mereka harus terus terang. Nasihat itu hendaknya tidak sedemikian kabur dan begitu umum sehingga sidang tidak mengetahui pokok yang sebenarnya.

      5, 6. Pelajaran selanjutnya apa saja yang dapat ditarik seorang penatua Kristen dari pesan Yesus kepada ketujuh sidang?

      5 Perhatikan pula, bahwa jika memang mungkin Yesus selalu memberikan pujian yang besar kepada sidang-sidang dan mengakhiri nasihatnya dengan anjuran yang membina. (Wahyu 2:2, 3, 7; 3:4, 5) Para penasihat Kristen, juga harus membumbui nasihat mereka dengan pujian dan anjuran. Seperti dikatakan seorang penatua yang berpengalaman, ”Sebenarnya, tidak banyak yang akan saudara capai jika saudara hanya memarahi saudara-saudara.” Bila memberikan nasihat yang keras, hendaknya para penatua tidak membuat saudara-saudara itu merasa kehilangan semangat tetapi, sebaliknya, merasa dikuatkan dan bertekad untuk berbuat lebih baik di waktu-waktu mendatang.—Bandingkan 2 Korintus 1:1-4.

      6 Akhirnya, bagaimana dengan pesan-pesan Yesus kepada sidang di Smirna dan di Filadelfia? Ia tidak mengritik saudara-saudara tersebut. Namun karena mereka telah mengalami ujian-ujian yang serius, ia menganjurkan mereka untuk terus bertekun. (Wahyu 2:8-11; 3:7-13) Para pengawas Kristen juga, hendaknya jangan hanya memberikan nasihat bila koreksi dibutuhkan tetapi selalu waspada untuk memuji saudara-saudara tersebut atas pekerjaan mereka yang baik dan menganjurkan mereka untuk bertekun.—Roma 12:12.

      Gunakan Perumpamaan

      7, 8. (a) Bagaimana nasihat Yesus kepada para pengikutnya ”dimasinkan dengan garam”? (b) Mengapa perumpamaan-perumpamaan sangat berharga bila kita memberikan nasihat?

      7 Kesempatan lain ketika Yesus memberikan nasihat ialah pada waktu murid-muridnya berbantah-bantahan mengenai siapa yang akan menjadi terkemuka dalam Kerajaan surga. Ia bisa saja memarahi para pengikutnya dengan keras karena ingin tahu hal ini. Tetapi, ia ’memasinkan kata-katanya dengan garam.ˈ Dengan memanggil seorang anak kecil, ia mengatakan, ”Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 18:1-4; Lukas 9:46-48) Nasihat itu jelas tetapi ramah dan membina. Dengan menunjukkan bahwa Kerajaan surga sangat berbeda dengan kerajaan-kerajaan dunia ini, Yesus menganjurkan para pengikutnya agar rendah hati, dan ia berusaha menyingkirkan alasan penyebab mereka bertengkar.

      8 Perhatikan pula, teknik mengajar yang jitu yang Yesus gunakan dalam hal ini. Sebuah perumpamaan yang hidup-seorang anak kecil! Para penasihat yang bijaksana sering kali ’membubuhi garam’ pada kata-kata mereka dengan perumpamaan-perumpamaan, karena hal ini dapat menandaskan seriusnya suatu masalah atau dapat membantu penerima nasihat itu untuk berpikir dan memandang problem itu dari sudut pandangan yang lain. Sering kali perumpamaan-perumpamaan membantu mengurangi ketegangan.

      9. Contoh-contoh Alkitab lain apakah yang ada mengenai penggunaan perumpamaan dalam memberikan nasihat?

      9 Ketika memperingatkan Kain bahwa ia berada dalam bahaya besar yaitu melakukan dosa yang serius, Yehuwa dengan hidup melukiskan dosa seperti seekor binatang buas. Ia mengatakan, ”Dosa mengintai di depan pintu, dan engkaulah yang sangat diinginkannya.” (Kejadian 4:7, NW) Ketika Yunus marah karena Yehuwa menyelamatkan orang-orang Niniwe yang bertobat, Allah memberinya sebatang pohon jarak sebagai pernaungan. Kemudian, ketika tanaman itu menjadi layu dan Yunus mengeluh, Yehuwa mengatakan, ”Engkau sayang kepada pohon jarak itu . . . Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang?” (Yunus 4:5-11) Benar-benar suatu nasihat yang ampuh!

      10. Bagaimana seorang penasihat Kristen jaman modern menggunakan perumpamaan untuk membantu seorang gadis muda mengerti motif dari orangtuanya?

      10 Demikian pula, ketika seorang gadis muda merasa kesal karena orangtuanya membatasi pergaulannya, seorang pengawas keliling berusaha membantunya dengan menggunakan perumpamaan ini, ”Kau senang menjahit, bukan? Coba bayangkan bahwa kau telah menggunakan banyak waktu untuk membuat sebuah gaun yang menarik untuk seorang teman. Tetapi setelah kau memberikan itu kepadanya, engkau mendapati bahwa ia menggunakan gaun itu untuk mengepel lantai. Bagaimana perasaanmu?” Gadis itu mengakui bahwa ia akan marah. Maka rohaniwan itu melanjutkan, ”Demikianlah pandangan orangtuamu. Mereka telah menggunakan banyak waktu untuk membesarkanmu, dan mereka bangga terhadapmu. Jadi mereka ingin agar engkau bergaul dengan orang-orang yang akan memperlakukanmu dengan baik, bukan orang-orang yang akhirnya akan merugikanmu.” Perumpamaan itu membantu gadis tersebut untuk memahami apa yang telah dilakukan orangtuanya.

      Ajukan Pertanyaan

      11. Bagaimana Yehuwa dengan jitu menggunakan pertanyaan-pertanyaan ketika menasihati Yunus?

      11 Pada waktu Yehuwa berbicara kepada Yunus mengenai perasaan marahnya yang tidak masuk akal, saudara mungkin melihat bahwa Ia juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Ketika Yunus, yang marah karena Niniwe tidak dibinasakan, minta supaya mati saja, Yehuwa mengatakan, ”Layakkah engkau marah?” Yunus tidak menjawab. Maka, Yehuwa membiarkan pohon jarak itu tumbuh dan kemudian mati. Akibatnya Yunus merasa lebih marah lagi. Maka Yehuwa bertanya kepadanya, ”Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” Kali ini Yunus menjawab, ”Selayaknyalah aku marah sampai mati.” Karena nabi itu menjawab Yehuwa, Ia selanjutnya membandingkan sikap Yunus terhadap sebuah tanaman belaka dengan sikapNya sendiri terhadap Niniwe, dengan mengajukan pertanyaan yang mengakhiri masalahnya, ”Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe?” (Yunus 4:4, 9, 11) Jadi Yunus dinasihati untuk meniru sikap Yehuwa terhadap orang-orang Niniwe yang bertobat.

      12. Apa nilai dari pertanyaan-pertanyaan dalam memberi nasihat? Lukiskan.

      12 Ya, pertanyaan-pertanyaan membantu seorang penasihat untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh orang yang membutuhkan nasihat. Hal itu juga membantu pribadi tersebut untuk menyadari dengan lebih jelas problem-problem dan motifnya sendiri. Misalnya, seseorang mungkin berkeras bahwa ia mempunyai hak penuh untuk minum sedikit minuman keras sebelum pulang. Ia mungkin sungguh-sungguh merasa, ’Alkohol tidak berpengaruh atasku!’ Seorang teman mungkin ingin menyadarkannya, dengan mengatakan, ’Tetapi andai kata kau terlibat dalam suatu kecelakaan yang bukan merupakan kesalahanmu sendiri. Apa yang akan dipikirkan oleh polisi itu jika mereka mendapati bahwa kau telah minum? Dan andai kata, sebenarnya, alkohol itu memang mempengaruhi reaksimu bahkan hanya sedikit saja. Apakah kau benar-benar ingin mengendarai mobil jika refleksmu tidak 100 persen? Apakah hal itu sebanding dengan risikonya, hanya minum sedikit?’

      13. Cara bagaimana seorang penasihat menggunakan Alkitab, yang disertai pertanyaan-pertanyaan, untuk memberikan nasihat? Mengapa hal ini jitu?

      13 Nasihat Kristen selalu didasarkan pada Alkitab. Dan jika mungkin, para penasihat Kristen benar-benar menggunakan Alkitab dalam memberikan nasihat. Ini adalah alat bantuan yang ampuh. (Ibrani 4:12) Sebagai perumpamaan: seorang penatua yang berpengalaman berusaha membantu seseorang yang tidak aktif lagi dalam pekerjaan pengabaran. Penatua itu menarik perhatian kepada perumpamaan Yesus mengenai seorang pria yang mempunyai dua anak, yang kedua-duanya ia minta untuk pergi dan bekerja di kebun anggurnya. Anak yang pertama mengatakan bahwa ia akan pergi namun tidak berbuat demikian. Anak kedua mengatakan bahwa ia tidak mau pergi tetapi kemudian memutuskan untuk pergi juga. (Matius 21:28-31) Kemudian penasihat itu bertanya, ”Sekarang ini, saudara bertindak seperti anak yang mana?” Penyiar itu segera mengerti masalahnya, terutama ketika penasihat itu mengatakan selanjutnya, ”Menurut saudara bagaimana pandangan Yehuwa, Pemilik kebun anggur itu, terhadap keadaan saudara?”

      14. Dalam keadaan-keadaan lain apakah pertanyaan-pertanyaan dapat menjadi sarana yang berharga dalam memberikan nasihat?

      14 Sama halnya bila kita mencoba membantu mereka yang ragu-ragu, yang mempunyai problem perkawinan atau problem lain dalam keluarga, mereka yang mendapat kesulitan dengan pribadi-pribadi lain, atau yang menghadapi keadaan-keadaan lain yang bersifat menguji.a Pertanyaan-pertanyaan yang mahir membantu mereka yang diberi nasihat untuk berpikir, memeriksa diri sendiri, dan sampai pada kesimpulan yang benar.

      Dengarkan Baik-Baik

      15. (a) Apa yang gagal dilakukan oleh ketiga ”penghibur” Ayub? (b) Bagaimana seorang penasihat Kristen dibantu dengan mendengarkan?

      15 Namun, ingat, bahwa dengan mengajukan pertanyaan, secara tidak langsung saudara menyatakan bahwa saudara ingin mendengar jawabannya. (Amsal 18:13) Para penasihat janganlah jatuh ke dalam jerat yang telah menjebak ketiga ”penghibur” Ayub. Ayub berbicara kepada mereka, tetapi mereka tidak benar-benar mendengarkan. Mereka telah membentuk dalam pikiran mereka pandangan bahwa penderitaan Ayub disebabkan oleh dosanya sendiri. (Ayub 16:2; 22:4-11) Sebaliknya, seorang penasihat Kristen harus mendengarkan baik-baik. Jadi, ia mungkin akan melihat peristirahatan atau perubahan yang menyolok dalam suara yang menunjukkan bahwa kisah itu belum diceritakan seluruhnya. Mungkin pertanyaan tambahan dapat mengeluarkan buah pikiran yang tersembunyi di balik pikiran orang tersebut.—Bandingkan Amsal 20:5.

      16. Apa yang dituntut dari seorang penasihat jika sulit baginya untuk mendengarkan pernyataan-pernyataan seorang rekan Kristen yang sedang kesal secara emosi?

      16 Memang, hal ini tidak selalu mudah. Seorang yang merasa kacau mungkin dapat berkata tanpa dipikir, ”Saya membenci orangtuaku!” Atau, ”Saya tidak dapat hidup dengan suami saya lagi!” Kita merasa kesal mendengarkan hal-hal seperti itu. Namun ingat bahwa Yehuwa mau mendengarkan ketika Asaf mengeluh bahwa kesetiaannya seolah-olah sia-sia. (Mazmur 73:13, 14) Allah mendengarkan juga, ketika Yeremia mengatakan bahwa ia telah ditipu. (Yeremia 20:7) Rupanya Habakuk mengeluh bahwa orang-orang jahat menindas orang-orang benar dan bahwa Yehuwa sama sekali tidak memperhatikan. (Habakuk 1:13-17) Para penasihat Kristen harus juga mau mendengarkan. Jika orang yang diberi nasihat itu benar-benar mempunyai perasaan-perasaan ini, maka si penasihat perlu mengetahui mengenai hal ini agar ia dapat membantu. Ia tidak boleh secara halus mendesak orang yang dinasihati itu untuk mengungkapkan pendapat yang menurut dia seharusnya dimiliki pribadi itu dan bukan pendapat yang benar-benar memang ada padanya. Penasihat itu hendaknya juga tidak memberikan reaksi yang keras atau yang bersifat mengadili, yang mungkin dengan cara demikian akan mengecilkan hati pribadi tersebut sehingga tidak mau membuka hati lebih lanjut.—Amsal 14:29; 17:27.

      17. Bagaimana hanya dengan mendengarkan saja kepada saudara-saudara kita, kadang-kadang merupakan suatu cara untuk menghibur mereka?

      17 Kadang-kadang bagian utama dari nasihat kita ialah mendengarkan, membiarkan orang tersebut mencurahkan perasaan sakit hati, kesedihan, atau penderitaan emosinya. Ketika Naomi kembali dari daerah Moab, wanita-wanita Israel menyapanya dengan kata-kata, ”Naomikah itu?” Tetapi Naomi dengan sedih menjawab, ”Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong [Yehuwa] memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena [Yehuwa] telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku.” (Rut 1:19-21) Tidak banyak yang dapat dikatakan oleh wanita-wanita Israel itu sebagai jawaban. Namun, sering kali, jika kita dengan kasih merelakan diri untuk mendengarkan orang-orang lain mengungkapkan kesedihan emosi mereka, hal ini saja sudah dapat membantu mereka dipulihkan.b

      Hendaklah Realistis

      18. (a) Sambutan-sambutan apa saja yang diberikan terhadap nasihat dari Yehuwa dan Yesus Kristus? (b) Sifat apa hendaknya dipupuk oleh para penasihat Kristen?

      18 Memang, sambutan terhadap nasihat berbeda-beda. Yunus jelas menyambut baik nasihat Yehuwa. Nabi itu benar-benar pulih dari kekesalan dan kemarahannya sehingga ia melaporkan pengalaman-pengalamannya agar orang-orang lain dapat belajar dari padanya. Para pengikut Yesus membutuhkan waktu untuk menarik pelajaran mengenai kerendahan hati. Ya, pada malam sebelum Yesus mati, mereka bertengkar lagi mengenai siapa yang akan terkemuka di antara mereka! (Lukas 22:24) Maka, mereka yang memberikan nasihat harus sabar. (Pengkhotbah 7:8) Seseorang yang mempunyai sikap yang salah yang sudah berakar dalam, biasanya tidak akan mengubah haluannya hanya dengan beberapa patah. kata dari seorang penatua. Problem-problem yang sudah berlangsung lama antara suami istri tidak akan lenyap begitu saja setelah wawancara dengan seorang Kristen yang matang. Penyakit yang serius bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk sembuh, demikian pula problem-problem rohani yang serius. Dan ada yang sama sekali tidak mau mendengarkan nasihat yang baik. Meskipun dinasihati oleh Yehuwa sendiri, Kain tetap saja marah dan membunuh saudaranya.—Kejadian 4:6-8.

      19. Bagaimana sidang dapat membantu mereka yang menderita luka-luka emosi?

      19 Mereka yang mempunyai problem-problem besar hendaknya realistis berkenan apa yang mereka harapkan dari sidang. Seorang rekan Kristen tidak dapat menyingkirkan depresi mental yang kronis, atau kesedihan emosi yang mungkin saja disebabkan oleh suatu tragedi atau pengalaman yang sangat tidak menyenangkan. Bila seseorang sakit jasmani, sering kali dokter hanya membuatnya merasa lebih nyaman seraya waktu menyembuhkan tubuhnya. Demikian pula, bila seorang Kristen menderita secara emosi, sidang dapat mencoba ”membuatnya lebih nyaman,” berdoa dengannya dan baginya, memberikan kata-kata anjuran jika mungkin, dan memberikan bantuan praktis apapun yang mereka dapat. Kemudian, biasanya, waktu dan roh Yehuwa akan melakukan penyembuhan. (Amsal 12:25; Yakobus 5:14, 15) Jadi, seorang korban dari hubungan seks sedarah menulis, ”Meskipun hubungan seks sedarah memang suatu tekanan emosi yang hebat, organisasi Yehuwa berbuat banyak untuk menguatkan anda, dan dengan bantuan dari Alkitab dan dukungan saudara-saudari, anda dapat mengatasinya.”c

      20. Peranan apakah yang dimainkan oleh nasihat seraya kita semua berusaha untuk terus melayani Yehuwa?

      20 Ya, orang-orang Kristen mempunyai tanggung jawab untuk membantu satu sama lain. Para penatua terutama, tetapi juga semua di sidang, harus memperhatikan kesejahteraan satu sama lain dan memberikan nasihat yang ramah, berdasarkan Alkitab bila diperlukan. (Filipi 2:4) Tentu, nasihat sedemikian tidak boleh bersifat diktator atau keras. Juga jangan memberikan kesan mencoba mengendalikan kehidupan orang lain. Sebaliknya, ini haruslah didasarkan pada Alkitab dan ”dimasinkan dengan garam.” (Kolose 4:6, Bode) Sewaktu-waktu setiap orang membutuhkan bantuan, dan nasihat yang cocok, yang ’digarami’ dengan keramahan dan anjuran, akan membantu kita semua untuk terus berada pada jalan menuju hidup kekal.

      [Catatan Kaki]

      a Untuk keterangan lebih banyak mengenai cara menasihati pasangan-pasangan yang sudah menikah, lihat artikel ”Bagaimana Memberi Nasihat Yang Sungguh-Sungguh Membantu” dalam brosur Sedarlah No. 11.

      b Untuk saran-saran mengenai caranya membantu orang-orang Kristen yang menderita depresi, lihat artikel-artikel ”Speak Consolingly to the Depressed Souls” dalam The Watchtower tanggal 15 April 1982, dan ”An Educated Tongue—’To Encourage the Weary’” dalam terbitan 1 Juni 1982.

      c Untuk keterangan lebih banyak mengenai membantu mereka yang menderita luka-luka emosi, lihat artikel-artikel ”Hope for Despairing Ones” dan ”They Want to Help” dalam The Watchtower tanggal 1 Agustus 1983, dan ”Help for the Victims of Incest” dalam terbitan 1 Oktober 1983.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan