-
”Dengarkan Perkataan Orang Bijaksana”Menara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2022 | Februari
-
-
”Dengarkan Perkataan Orang Bijaksana”
”Pasanglah telinga dan dengarkan perkataan orang bijaksana.”—AMS. 22:17, juga catatan kaki.
NYANYIAN 123 Setia dan Tunduk pada Pengaturan Allah
YANG DIBAHASa
1. Apa saja alasannya kita dinasihati?
KITA semua membutuhkan nasihat. Kadang, kita sendiri yang meminta nasihat dari seseorang yang kita respek. Atau, seorang rekan seiman mungkin menasihati kita karena dia melihat bahwa kita hampir ”salah langkah”, atau melakukan sesuatu yang akan kita sesali. (Gal. 6:1) Selain itu, kita mungkin dinasihati dan dikoreksi karena melakukan kesalahan serius. Tidak soal apa alasannya kita dinasihati, kita perlu mendengarkan nasihat itu. Kalau kita melakukannya, kita akan mendapat manfaat, dan itu bahkan bisa menyelamatkan kehidupan kita!—Ams. 6:23.
2. Sesuai dengan Amsal 12:15, mengapa kita perlu mendengarkan nasihat?
2 Ayat tema artikel ini mengatakan bahwa kita perlu ’mendengarkan perkataan orang bijaksana’. (Ams. 22:17, juga catatan kaki) Tidak ada orang yang tahu segalanya. Selalu ada orang lain yang lebih berpengalaman atau tahu lebih banyak daripada kita. (Baca Amsal 12:15.) Kalau kita mendengarkan nasihat, itu berarti kita rendah hati dan menyadari keterbatasan kita. Kita sadar bahwa kita selalu membutuhkan bantuan orang lain agar bisa berhasil. Dengan bimbingan Yehuwa, Raja Salomo yang bijaksana menulis, ”Rencana [akan] berhasil kalau ada banyak penasihat.”—Ams. 15:22.
Menurut Saudara, mana yang lebih sulit untuk diterima? (Lihat paragraf 3-4)
3. Dengan cara apa saja kita bisa mendapat nasihat?
3 Nasihat bisa diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Kita mendapat nasihat langsung sewaktu seorang penatua atau rekan seiman yang matang memberi tahu kita tentang sesuatu yang perlu kita perbaiki. Saat seseorang memberikan nasihat berdasarkan Alkitab karena dia mengasihi kita, kita perlu menghargainya dengan mendengarkan dan mengikuti nasihatnya. Bagaimana dengan nasihat yang diberikan secara tidak langsung? Kita bisa mendapat nasihat tidak langsung sewaktu kita membaca Alkitab atau publikasi. Apa yang kita baca mungkin membuat kita memikirkan sikap atau tindakan kita yang salah sehingga kita tergerak untuk berubah.—Ibr. 4:12.
4. Menurut Pengkhotbah 7:9, apa yang tidak boleh kita lakukan sewaktu mendapat nasihat?
4 Sewaktu kita mendapat nasihat secara langsung, kita mungkin sulit untuk menerimanya atau bahkan tersinggung. Memang, kita tahu bahwa kita tidak sempurna dan bisa melakukan kesalahan. Tapi sewaktu seseorang menunjukkan kesalahan kita dan menasihati kita, mungkin kita sulit menerimanya. (Baca Pengkhotbah 7:9.) Kita mungkin berupaya membenarkan diri. Bisa jadi, kita mempertanyakan alasan orang itu menasihati kita, atau kita tidak senang dengan cara dia memberikan nasihat. Bahkan, kita mungkin berpikir, ’Dia tidak berhak menasihati saya! Dia sendiri punya banyak kelemahan.’ Dan kalau kita tidak suka dengan nasihat yang dia berikan, kita mungkin akan mengabaikannya atau meminta nasihat dari orang lain untuk mendapat nasihat yang lebih kita sukai.
5. Apa yang akan kita bahas di artikel ini?
5 Di artikel ini, kita akan membahas beberapa tokoh Alkitab yang tidak mau menerima nasihat dan yang mau menerima nasihat. Kita juga akan membahas apa yang perlu kita lakukan agar lebih mudah menerima nasihat dan merasakan manfaatnya.
MEREKA TIDAK MAU MENERIMA NASIHAT
6. Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari contoh buruk Raja Rehoboam?
6 Perhatikan contoh Rehoboam. Sewaktu dia menjadi raja Israel, rakyatnya menemui dia dan memintanya untuk mengurangi beban yang sebelumnya diberikan oleh ayahnya, Salomo. Awalnya, Rehoboam bertindak bijaksana dengan bertanya kepada para tua-tua Israel bagaimana dia harus menjawab rakyatnya. Para tua-tua itu mengatakan bahwa kalau dia mengabulkan permintaan itu, rakyatnya pasti akan selalu mendukung dia. (1 Raj. 12:3-7) Tapi, Rehoboam tidak senang dengan nasihat itu. Dia pun meminta nasihat dari orang-orang yang bertumbuh bersamanya. Mereka kemungkinan berusia 40-an, jadi mereka pasti punya cukup banyak pengalaman. (2 Taw. 12:13) Tapi kali ini, mereka memberi Rehoboam nasihat yang buruk. Mereka menyarankan dia untuk menambah beban rakyatnya. (1 Raj. 12:8-11) Setelah mendapat dua nasihat yang berbeda, Rehoboam sebenarnya bisa berdoa kepada Yehuwa dan bertanya kepada-Nya nasihat mana yang harus dia ikuti. Tapi dia tidak melakukan itu. Dia malah langsung mengikuti nasihat yang dia sukai, yaitu nasihat teman-teman sebayanya. Keputusannya itu membawa akibat yang sangat buruk bagi dirinya dan bagi bangsa Israel. Bagaimana dengan kita sekarang? Kadang, kita mungkin tidak senang dengan nasihat yang kita dapatkan. Tapi, kalau nasihat itu berdasarkan Firman Allah, kita harus mengikutinya.
7. Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari contoh buruk Raja Uzzia?
7 Raja Uzzia juga tidak mau menerima nasihat. Suatu kali, dia masuk ke salah satu bagian di bait Yehuwa untuk mempersembahkan dupa, padahal hanya imam yang boleh berada di situ. Lalu, para imam Yehuwa mengatakan kepadanya, ”Uzzia, kamu tidak pantas membakar dupa bagi Yehuwa! Hanya imam yang boleh membakar dupa.” Bagaimana reaksi Uzzia? Kalau saja dia dengan rendah hati mendengarkan nasihat itu dan langsung pergi dari sana, Yehuwa mungkin akan mengampuni dia. Tapi, dia tidak melakukan itu. Dia malah ”menjadi marah”. Mengapa dia tidak mau mendengarkan para imam itu? Dia mungkin merasa bahwa karena dia seorang raja, dia berhak melakukan apa pun yang dia inginkan. Tapi itu tidak sesuai dengan pandangan Yehuwa. Karena bertindak lancang, Uzzia ”menderita kusta sampai hari kematiannya”. (2 Taw. 26:16-21) Apa pelajarannya? Tidak soal siapa kita, kalau kita tidak mau menerima nasihat yang berdasarkan Alkitab, kita akan membuat Yehuwa tidak senang.
MEREKA MAU MENERIMA NASIHAT
8. Bagaimana reaksi Ayub sewaktu dinasihati?
8 Alkitab juga menceritakan tentang orang-orang yang mau menerima nasihat dan diberkati. Sikap mereka bertolak belakang dengan orang-orang yang baru kita bahas. Salah satunya adalah Ayub. Ayub mengasihi Allah dan ingin menyenangkan Dia. Tapi, Ayub tidak sempurna. Saat mengalami tekanan yang berat, dia sempat punya pandangan yang salah. Karena itu, dia mendapat nasihat yang terus terang dari Elihu dan dari Yehuwa. Bagaimana reaksi Ayub? Dia mau menerimanya dengan rendah hati. Dia berkata, ”Aku memang berbicara tanpa pengertian . . . aku menarik kembali kata-kataku, dan aku bertobat dalam debu dan abu.” Karena Ayub rendah hati, Yehuwa pun memberkati dia.—Ayb. 42:3-6, 12-17.
9. Bagaimana reaksi Musa sewaktu dikoreksi?
9 Teladan bagus lainnya yang bisa kita tiru adalah Musa. Dia mau menerima koreksi sewaktu dia melakukan kesalahan yang serius. Suatu kali, dia terbawa emosi dan tidak memuliakan Yehuwa. Akibatnya, Yehuwa tidak mengizinkan dia masuk ke Negeri Perjanjian. (Bil. 20:1-13) Sewaktu Musa memohon agar Yehuwa mengubah keputusan itu, Yehuwa mengatakan kepadanya, ”Jangan bicara soal ini lagi.” (Ul. 3:23-27) Meski begitu, Musa tidak menjadi kesal. Dia mau menerima keputusan Yehuwa, dan Yehuwa terus menggunakan dia untuk memimpin bangsa Israel. (Ul. 4:1) Kalau kita mendapat nasihat, kita perlu mengikuti teladan Ayub dan Musa. Ayub mau menyesuaikan pandangannya dan tidak berupaya membenarkan diri. Dan, Musa tetap setia kepada Yehuwa meskipun harapannya untuk masuk ke Negeri Perjanjian tidak terwujud.
10. (a) Menurut Amsal 4:10-13, manfaat apa saja yang akan kita rasakan kalau kita menerima nasihat? (b) Bagaimana beberapa saudara-saudari menanggapi nasihat yang mereka terima?
10 Kalau kita meniru teladan orang-orang yang setia seperti Ayub dan Musa, kita akan mendapat manfaat. (Baca Amsal 4:10-13.) Itulah yang dirasakan banyak saudara-saudari kita. Emmanuel,b seorang saudara yang tinggal di Kongo, pernah mendapat nasihat yang tegas dari saudara-saudara yang matang di sidangnya. Dia bercerita, ”Mereka melihat bahwa saya hampir tenggelam secara rohani, dan mereka menyelamatkan saya. Saya mengikuti nasihat mereka, dan hasilnya, saya terhindar dari banyak masalah.” Megan, seorang perintis di Kanada, berkata, ”Waktu saya dinasihati, kadang rasanya tidak enak. Tapi sebenarnya, saya memang butuh semua nasihat itu.” Marko, seorang saudara dari Kroasia, berkata, ”Saya sempat kehilangan tugas tambahan di sidang. Tapi kalau saya ingat-ingat lagi, nasihat dan koreksi yang saya terima waktu itu memang membantu saya untuk punya hubungan yang baik lagi dengan Yehuwa.”
11. Apa yang Saudara Karl Klein katakan tentang pentingnya menerima nasihat?
11 Saudara lain yang merasakan manfaatnya menerima nasihat adalah Karl Klein, yang dulu melayani sebagai anggota Badan Pimpinan. Di kisah hidupnya, Saudara Klein menceritakan bahwa dia pernah mendapat nasihat yang tegas dari Joseph F. Rutherford, yang adalah sahabatnya. Saudara Klein mengakui bahwa awalnya dia sakit hati ketika mendapat nasihat itu. Saat mereka bertemu lagi, Saudara Rutherford menyapa dia dengan riang, ”Halo, Karl!” Tapi Saudara Klein menanggapinya dengan dingin. Lalu Saudara Rutherford mengatakan, ”Karl, hati-hati! Iblis sedang mengintaimu!” Karena malu, Saudara Klein mengatakan bahwa dia tidak punya masalah dengan Saudara Rutherford. Tapi, Saudara Rutherford tahu bahwa Saudara Klein masih kesal, jadi dia mengatakan, ”Tidak apa-apa. Hanya, hati-hatilah. Iblis sedang mengintaimu.” Saudara Klein sadar bahwa itu memang benar. Lalu, dia mengatakan bahwa kalau kita terus merasa kesal kepada saudara yang menasihati kita, apalagi kalau saudara itu sebenarnya berhak melakukannya, kita memberi Iblis kesempatan untuk menjerat kita.c (Ef. 4:25-27) Saudara Klein pun menerima nasihat Saudara Rutherford, dan mereka tetap bersahabat.
APA YANG PERLU KITA LAKUKAN AGAR LEBIH MUDAH MENERIMA NASIHAT?
12. Kalau kita rendah hati, mengapa kita akan lebih mudah menerima nasihat? (Mazmur 141:5)
12 Kita perlu bersikap rendah hati agar kita bisa lebih mudah menerima nasihat. Kalau kita rendah hati, kita akan ingat bahwa kita tidak sempurna dan kadang bisa bertindak bodoh. Kita sudah membahas bahwa Ayub pernah punya pandangan yang salah. Tapi, dia mau menyesuaikan pandangannya, dan Yehuwa pun memberkati dia. Mengapa dia mau berubah? Karena dia rendah hati. Dia mau menerima nasihat Elihu walaupun Elihu jauh lebih muda daripada dia. (Ayb. 32:6, 7) Sewaktu kita dinasihati, kita mungkin merasa bahwa nasihat itu kurang cocok. Atau, orang yang memberikannya mungkin lebih muda daripada kita. Meski begitu, kalau kita rendah hati, kita akan lebih mudah mengikuti nasihat tersebut. Seorang penatua di Kanada berkata, ”Orang lain bisa melihat kekurangan kita, yang mungkin tidak kita sadari. Kalau kita tidak dinasihati, bagaimana kita bisa menjadi orang yang lebih baik?” Tidak soal siapa kita, pasti masih ada hal-hal yang perlu kita upayakan untuk maju secara rohani. Misalnya, kita mungkin masih perlu memupuk sifat-sifat tertentu dari buah kuasa kudus atau menjadi lebih terampil dalam pelayanan.—Baca Mazmur 141:5.
13. Nasihat yang kita dapatkan membuktikan hal apa?
13 Kita perlu menyadari bahwa nasihat yang kita dapatkan adalah bukti bahwa Yehuwa menyayangi kita. Dia selalu menginginkan yang terbaik untuk kita. (Ams. 4:20-22) Dia menasihati kita melalui Firman-Nya, publikasi yang berdasarkan Alkitab, atau saudara-saudari yang matang. Itu semua menunjukkan bahwa Dia menyayangi kita. Dan menurut Ibrani 12:9, 10, Yehuwa menasihati kita ”demi kebaikan kita”.
14. Apa yang perlu kita pikirkan saat dinasihati?
14 Kita perlu memikirkan isi nasihatnya, bukan caranya itu disampaikan. Kadang, kita mungkin tidak senang dengan caranya seseorang menasihati kita. Memang, orang yang memberikan nasihat perlu berupaya menyampaikannya dengan sebaik mungkin supaya nasihatnya lebih mudah diterima.d (Gal. 6:1) Tapi saat kita dinasihati, kita perlu memikirkan isi nasihatnya, bahkan kalau kita keberatan dengan caranya itu disampaikan. Kita bisa memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini: ’Manfaat apa yang bisa saya dapatkan dari nasihat ini? Bisakah saya mengabaikan ketidaksempurnaan orang yang memberikannya?’ Kalau kita selalu berupaya untuk mendapat manfaat dari nasihat yang kita terima, itu berarti kita bertindak bijaksana.—Ams. 15:31.
MINTALAH NASIHAT DAN DAPATKAN MANFAATNYA
15. Mengapa kita perlu meminta nasihat?
15 Alkitab menganjurkan kita untuk meminta nasihat. Amsal 13:10 mengatakan, ”Kebijaksanaan itu milik orang yang meminta nasihat.” Ayat itu memang benar. Orang yang suka meminta nasihat biasanya akan lebih maju secara rohani daripada orang yang hanya menunggu sampai ada yang menasihati dia. Jadi, jangan ragu untuk meminta nasihat.
Mengapa saudari yang lebih muda itu meminta nasihat dari seorang saudari yang matang? (Lihat paragraf 16)
16. Kapan kita bisa meminta nasihat?
16 Kapan kita bisa meminta nasihat dari rekan-rekan seiman? Perhatikan beberapa contoh berikut ini: (1) Seorang saudari mengajak seorang penyiar berpengalaman untuk menemani dia saat memandu pelajaran Alkitab. Setelah itu, dia bertanya kepadanya apa yang perlu dia tingkatkan agar bisa menjadi guru yang lebih baik. (2) Seorang saudari lajang ingin membeli baju. Jadi, dia meminta seorang saudari yang matang untuk memberikan pendapat tentang baju-baju yang mau dia beli. (3) Seorang saudara mendapat tugas menyampaikan khotbah umum untuk pertama kalinya. Dia meminta seorang pembicara yang berpengalaman untuk mendengarkan saat dia menyampaikan khotbah dan memberi tahu dia apa yang perlu ditingkatkan. Bahkan seorang saudara yang sudah sering memberikan khotbah bisa meminta saran dari para pembicara yang berpengalaman dan mengikuti saran mereka.
17. Apa yang perlu kita lakukan agar bisa mendapat manfaat dari nasihat?
17 Kita semua pasti akan menerima nasihat, baik yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Sewaktu Saudara mendapat nasihat, ingatlah hal-hal yang baru kita pelajari. Bersikaplah rendah hati. Pikirkanlah isi nasihatnya, bukan caranya nasihat itu disampaikan. Ikutilah nasihat yang Saudara terima. Kita semua tidak terlahir sebagai orang yang bijaksana. Tapi, kalau kita ’mendengarkan nasihat dan menerima didikan’, Firman Allah berjanji bahwa kita akan ”menjadi bijaksana”.—Ams. 19:20.
-
-
Apakah Nasihat Saudara ”Membuat Hati Senang”?Menara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2022 | Februari
-
-
Apakah Nasihat Saudara ”Membuat Hati Senang”?
”Minyak dan dupa membuat hati senang; begitu juga persahabatan manis yang terjalin karena nasihat yang tulus.”—AMS. 27:9.
NYANYIAN 102 ”Membantu Orang yang Lemah”
YANG DIBAHASa
1-2. Pelajaran apa yang didapatkan seorang penatua tentang memberikan nasihat?
BERTAHUN-TAHUN yang lalu, dua penatua mengunjungi seorang saudari yang sudah beberapa lama tidak berhimpun. Salah satu penatua membukakan beberapa ayat tentang pentingnya berhimpun. Dia berpikir bahwa kunjungan mereka berhasil menguatkan saudari itu. Tapi ternyata, sebelum mereka pulang, saudari itu berkata, ”Kalian sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang keadaan saya.” Kedua saudara itu memberikan nasihat tanpa menanyakan dulu kesulitan apa yang sedang dia hadapi. Akibatnya, dia tidak merasa terbantu dengan nasihat mereka.
2 Saat menceritakan pengalaman itu, penatua yang disebutkan sebelumnya berkata, ”Awalnya saya merasa bahwa saudari itu tidak merespek kami. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, saya sadar bahwa saya hanya berfokus pada ayat-ayat yang perlu saya buka, bukan pada keadaan saudari itu. Seharusnya saya bertanya, ’Bagaimana keadaan Zus?’ ’Apakah ada kesulitan?’ ’Apa ada yang bisa saya bantu?’” Penatua itu mendapat pelajaran yang berharga dari pengalamannya. Sekarang, dia adalah gembala yang pengertian dan baik hati.
3. Di dalam sidang, siapa saja yang bisa memberikan nasihat?
3 Sebagai gembala, para penatua bertanggung jawab untuk memberikan nasihat jika diperlukan. Tapi kadang, saudara-saudari lainnya di sidang juga perlu melakukan itu. Misalnya, seorang saudara atau saudari mungkin memberikan nasihat yang berdasarkan Alkitab kepada temannya. (Mz. 141:5; Ams. 25:12) Atau, saudari yang sudah berumur mungkin menasihati saudari yang lebih muda tentang hal-hal yang disebutkan di Titus 2:3-5. Dan, orang tua pasti perlu sering menasihati dan mengoreksi anak-anak mereka. Jadi, meskipun artikel ini terutama ditujukan kepada para penatua, kita semua bisa mendapat manfaat kalau kita mengikuti saran-saran yang disebutkan. Dengan begitu, nasihat yang kita berikan bisa berguna bagi orang lain, menggugah mereka untuk bertindak, dan ”membuat hati senang”.—Ams. 27:9.
4. Apa yang akan kita bahas di artikel ini?
4 Di artikel ini, kita akan membahas empat pertanyaan berikut: (1) Apa seharusnya alasan kita memberikan nasihat? (2) Apakah suatu nasihat memang perlu diberikan? (3) Siapa yang sebaiknya menyampaikan nasihat itu? (4) Bagaimana Saudara bisa memberikan nasihat yang berguna?
APA SEHARUSNYA ALASAN KITA MEMBERIKAN NASIHAT?
5. Bagaimana agar para penatua bisa memberikan nasihat yang mudah diterima? (1 Korintus 13:4, 7)
5 Para penatua pasti mengasihi saudara-saudari mereka. Kadang, itu menggerakkan mereka untuk menasihati orang yang ”salah langkah”. (Gal. 6:1) Tapi, sebelum menasihati orang itu, para penatua perlu memikirkan kata-kata Rasul Paulus ini: ”Orang yang punya kasih itu sabar dan baik hati . . . , menanggung segala beban, percaya segala sesuatu, selalu punya harapan, dan bertekun menghadapi segala sesuatu.” (Baca 1 Korintus 13:4, 7.) Kalau para penatua merenungkan ayat-ayat itu, mereka bisa memberikan nasihat dengan alasan yang benar dan dengan cara yang baik. Dan, kalau orang yang dinasihati bisa merasakan bahwa mereka peduli kepadanya, dia akan lebih mudah menerima nasihat itu.—Rm. 12:10.
6. Teladan apa yang Paulus berikan bagi para penatua?
6 Rasul Paulus adalah seorang penatua yang baik. Sewaktu saudara-saudari di Tesalonika perlu dinasihati, Paulus tidak ragu untuk menasihati mereka. Tapi, sewaktu menulis kedua suratnya kepada mereka, dia pertama-tama memuji mereka, yang sudah ”bekerja keras karena iman dan kasih”. Dia juga memuji ketekunan mereka. Selain itu, Paulus menunjukkan bahwa dia memahami situasi mereka. Dia tahu bahwa mereka menghadapi berbagai ”penganiayaan dan kesusahan”. (1 Tes. 1:3; 2 Tes. 1:4) Paulus bahkan mengatakan bahwa mereka adalah teladan bagi orang-orang Kristen lainnya. (1 Tes. 1:8, 9) Mereka pasti sangat senang mendapat pujian dari Paulus. Ini menunjukkan bahwa Paulus sangat menyayangi mereka. Karena itulah dia bisa memberikan nasihat dengan baik kepada mereka. Benar-benar teladan yang bagus bagi para penatua sekarang!—1 Tes. 4:1, 3-5, 11; 2 Tes. 3:11, 12.
7. Apa yang bisa membuat seseorang tidak mau menerima nasihat?
7 Kalau nasihat tidak diberikan dengan cara yang baik, apa akibatnya? Seorang penatua yang berpengalaman mengatakan, ”Kadang, seseorang tidak mau menerima nasihat bukan karena nasihatnya kurang cocok, tapi karena nasihat itu tidak disampaikan dengan cara yang pengasih.” Apa pelajarannya? Kalau kita menasihati seseorang karena kita mengasihi dia, bukan karena kita kesal kepadanya, nasihat kita akan lebih mudah diterima.
APAKAH SUATU NASIHAT MEMANG PERLU DIBERIKAN?
8. Apa saja yang perlu dipikirkan para penatua sebelum menasihati seseorang?
8 Para penatua tidak boleh terburu-buru memberikan nasihat. Sebelum menasihati seseorang, mereka perlu memikirkan hal-hal ini: ’Apakah dia memang perlu dinasihati? Apakah yang dia lakukan memang salah? Apakah saya hanya tidak setuju dengan tindakannya atau memang ada prinsip Alkitab yang dilanggar?’ Para penatua harus berhati-hati agar mereka tidak ”cepat bicara”. (Ams. 29:20) Kalau seorang penatua tidak yakin apakah seseorang perlu dinasihati, dia bisa meminta pendapat penatua lainnya.—2 Tim. 3:16, 17.
9. Kalau kita mau memberikan nasihat tentang pakaian dan penampilan, apa yang bisa kita pelajari dari Paulus? (1 Timotius 2:9, 10)
9 Coba perhatikan contoh berikut ini. Katakanlah seorang penatua merasa bahwa pilihan pakaian atau penampilan seorang rekan seiman kurang pantas. Kalau begitu, dia perlu memikirkan apakah pilihan orang itu memang tidak sesuai dengan prinsip Alkitab. Untuk memastikan bahwa ini bukan hanya masalah selera pribadi, dia bisa meminta pendapat dari penatua lain atau seorang rekan seiman yang matang. Lalu, mereka bisa membahas nasihat Paulus tentang pakaian dan penampilan. (Baca 1 Timotius 2:9, 10.) Paulus hanya memberikan prinsip ini: Orang Kristen harus mempertimbangkan baik-baik apakah pakaian mereka sopan, tidak berlebihan, dan bermartabat. Tapi, Paulus tidak memberikan aturan yang terperinci tentang apa yang boleh dan tidak boleh dipakai oleh orang Kristen. Dia tahu bahwa orang Kristen bebas memilih pakaian sesuai dengan selera mereka, asalkan itu tidak bertentangan dengan prinsip Alkitab. Jadi, sebelum memutuskan untuk memberikan nasihat, para penatua perlu memikirkan apakah pakaian dan penampilan seseorang masih sesuai dengan prinsip yang Paulus berikan.
10. Mengapa kita tidak boleh memaksakan pendapat kita kepada orang lain?
10 Kita perlu ingat bahwa dua orang Kristen yang matang bisa saja membuat pilihan yang berbeda, dan kedua pilihan itu tidak salah. Kita tidak boleh memaksakan pendapat kita tentang apa yang benar dan yang salah kepada rekan seiman kita.—Rm. 14:10.
SIAPA YANG SEBAIKNYA MENYAMPAIKAN NASIHAT ITU?
11-12. Kalau suatu nasihat memang perlu diberikan, pertanyaan apa saja yang perlu dipikirkan para penatua, dan mengapa?
11 Kalau suatu nasihat memang perlu diberikan, pertanyaan berikutnya yang perlu dipikirkan para penatua adalah: Siapa yang sebaiknya menyampaikan nasihat itu? Kalau yang perlu dinasihati adalah seorang saudari yang sudah menikah atau anak di bawah umur, para penatua perlu berbicara dulu dengan kepala keluarganya. Bisa jadi, kepala keluarga itu merasa bahwa lebih baik dia sendiri yang menyampaikan nasihatnya.b Atau, dia mungkin ingin ikut saat penatua menasihati anggota keluarganya. Dan kadang, seperti yang disebutkan di paragraf 3, saudari muda mungkin sebaiknya dinasihati oleh saudari yang lebih berumur.
12 Para penatua juga perlu memikirkan pertanyaan ini: ’Apakah saya orang yang paling cocok untuk menyampaikan nasihat ini? Atau, apakah lebih baik orang lain yang menyampaikannya?’ Misalnya, seorang saudara yang sering merasa rendah diri mungkin lebih baik dinasihati oleh seorang penatua yang pernah menghadapi masalah yang sama. Penatua itu mungkin lebih memahami perasaan saudara tersebut sehingga apa yang dia sampaikan bisa lebih mudah diterima. Tapi sebenarnya, semua penatua bertanggung jawab untuk menyemangati dan membantu saudara-saudari mereka untuk membuat perubahan sesuai dengan prinsip Alkitab. Jadi, sekalipun penatua yang memberikan nasihat tidak punya pengalaman yang sama dengan saudara yang dinasihati, itu tidak masalah. Yang terpenting, saudara itu mendapat nasihat yang dia butuhkan.
BAGAIMANA SAUDARA BISA MEMBERIKAN NASIHAT YANG BERGUNA?
Mengapa para penatua harus ”cepat mendengar”? (Lihat paragraf 13-14)
13-14. Mengapa seorang penatua perlu mendengarkan sebelum berbicara?
13 Jadilah pendengar yang baik. Sewaktu seorang penatua sedang membuat persiapan untuk memberikan nasihat, dia perlu memikirkan pertanyaan-pertanyaan berikut: ’Bagaimana keadaan saudara ini? Apa saja yang sedang dia alami? Apakah ada kesulitan yang mungkin tidak saya ketahui? Bantuan apa yang paling dia butuhkan saat ini?’
14 Orang yang memberikan nasihat perlu mengikuti prinsip di Yakobus 1:19: ”Setiap orang harus cepat mendengar, tidak cepat bicara, dan tidak cepat marah.” Seorang penatua bisa saja berpikir bahwa dia sudah benar-benar memahami situasi orang yang akan dia nasihati. Tapi, kenyataannya belum tentu begitu. Amsal 18:13 mengingatkan kita, ”Kalau seseorang menjawab suatu hal sebelum mendengar faktanya, itu bodoh dan memalukan.” Untuk mengetahui semua faktanya, para penatua sebaiknya bertanya langsung kepada orang tersebut. Itu berarti mereka perlu mendengarkan sebelum berbicara. Ingatlah pengalaman penatua yang disebutkan di awal artikel. Dia sadar bahwa sebelum menyampaikan bahan yang sudah dia siapkan, dia seharusnya bertanya dulu, ”Bagaimana keadaan Zus?” ”Apakah ada kesulitan?” ”Apa ada yang bisa saya bantu?” Kalau para penatua mau meluangkan waktu untuk mencari tahu semua faktanya, nasihat mereka bisa lebih berguna dan menguatkan.
15. Bagaimana para penatua bisa mengikuti prinsip di Amsal 27:23?
15 Berupayalah untuk lebih kenal dan lebih akrab dengan saudara-saudari. Seperti yang disebutkan di awal artikel, agar kita bisa memberikan nasihat yang berguna, tidak cukup kalau kita hanya membacakan beberapa ayat atau memberikan saran. Saudara-saudari kita perlu merasakan bahwa kita peduli kepada mereka, memahami keadaan mereka, dan ingin membantu mereka. (Baca Amsal 27:23.) Jadi, para penatua perlu berupaya sebisa-bisanya untuk bersahabat dengan saudara-saudari di sidang.
Bagaimana caranya agar saudara-saudari bisa lebih mudah menerima nasihat dari para penatua? (Lihat paragraf 16)
16. Bagaimana caranya agar saudara-saudari bisa lebih mudah menerima nasihat dari para penatua?
16 Para penatua pasti tidak mau memberi kesan bahwa setiap kali mereka mengajak saudara-saudari berbicara, tujuannya hanya untuk memberikan nasihat. Sebaliknya, para penatua perlu sering mengobrol dengan saudara-saudari dan menunjukkan kepedulian sewaktu ada yang mengalami kesulitan. Seorang penatua yang berpengalaman mengatakan, ”Kalau kita melakukan itu, kita akan menjadi akrab dengan mereka. Lalu saat kita perlu memberikan nasihat, itu akan menjadi lebih mudah.” Dan, orang yang dinasihati juga akan lebih mudah menerimanya.
Mengapa para penatua perlu tetap sabar dan baik hati sewaktu memberikan nasihat? (Lihat paragraf 17)
17. Kapan para penatua terutama perlu bersikap sabar dan baik hati?
17 Tetaplah sabar dan baik hati. Seorang penatua perlu tetap sabar dan baik hati terutama sewaktu saudara yang dinasihati awalnya menolak nasihatnya yang berdasarkan Alkitab. Penatua itu harus berupaya untuk tidak menjadi kesal kalau nasihatnya tidak langsung diikuti. Dia perlu meniru sikap Yesus yang dinubuatkan di Alkitab: ”Batang yang remuk tidak akan dia patahkan, dan sumbu yang redup tidak akan dia padamkan.” (Mat. 12:20) Sewaktu berdoa secara pribadi, penatua itu bisa meminta bantuan Yehuwa supaya saudara tersebut bisa mengerti mengapa dia dinasihati lalu mengikuti nasihatnya. Dia mungkin butuh waktu untuk memikirkan nasihat itu. Kalau penatua tetap sabar dan baik hati, saudara tersebut tidak akan tersimpangkan dengan caranya nasihat itu diberikan. Sebaliknya, dia bisa berfokus pada isi nasihatnya. Tapi, ada satu hal yang perlu diingat: Nasihat yang kita berikan harus selalu berdasarkan Firman Allah.
18. (a) Hal apa lagi yang perlu kita ingat? (b) Seperti yang ditunjukkan pada gambar di kotak, apa yang perlu dibahas orang tua sebelum menasihati anak mereka?
18 Belajarlah dari kesalahan. Ingatlah, kita semua masih tidak sempurna. Karena itu, kita tidak akan bisa mengikuti saran-saran di artikel ini dengan sempurna. (Yak. 3:2) Kita akan membuat kesalahan. Tapi saat itu terjadi, kita perlu belajar dari kesalahan kita. Jika saudara-saudari bisa merasakan bahwa kita menyayangi mereka, kemungkinan besar mereka bisa lebih mudah memaafkan kita sewaktu ada kata-kata atau tindakan kita yang membuat mereka tersinggung.—Lihat juga kotak ”Pengingat bagi Orang Tua”.
APA YANG SUDAH KITA PELAJARI?
19. Bagaimana kita bisa memberikan nasihat yang membuat hati saudara-saudari kita senang?
19 Seperti yang sudah kita bahas, memberikan nasihat yang baik itu tidak mudah. Kita tidak sempurna, begitu juga orang yang kita nasihati. Ingatlah prinsip-prinsip yang kita bahas di artikel ini. Pastikan Saudara punya alasan yang benar sewaktu memberikan nasihat. Selain itu, pikirkan apakah suatu nasihat memang perlu diberikan dan apakah Saudara memang orang yang cocok untuk menyampaikannya. Sebelum menasihati seseorang, tanyakan dulu keadaannya dan dengarkan dia baik-baik supaya Saudara bisa mengerti apa yang sedang dia hadapi. Cobalah untuk memahami perasaannya. Perlakukan saudara-saudari dengan lembut, dan bersahabatlah dengan mereka. Ingatlah bahwa tujuan kita bukan hanya memberikan nasihat yang berguna, tapi juga yang ”membuat hati senang”.—Ams. 27:9.
-