PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Dengan Tabah Berjalan di Jalan Yehuwa
    Menara Pengawal—1993 | 15 November
    • Dengan Tabah Berjalan di Jalan Yehuwa

      ”Berbahagialah setiap orang yang takut akan [Yehuwa], yang hidup menurut [”berjalan di”, ”NW”] jalan yang ditunjukkanNya.”—MAZMUR 128:1.

      1, 2. Bantuan apa disediakan oleh catatan Alkitab tentang tutur kata dan tingkah laku saksi-saksi Yehuwa masa awal?

      FIRMAN SUCI Yehuwa memuat catatan mengenai berbagai cobaan dan sukacita dari hamba-hamba-Nya yang loyal. Pengalaman Nuh, Abraham, Sara, Yosua, Debora, Barak, Daud, dan lain-lainnya sangat menggugah perhatian. Mereka semua adalah orang-orang yang benar-benar ada dan memiliki persamaan yang istimewa. Mereka memiliki iman kepada Allah dan dengan tabah berjalan di jalan-Nya.

      2 Tutur kata dan tingkah laku saksi-saksi Yehuwa masa awal dapat menjadi anjuran bagi kita seraya kita berupaya keras untuk berjalan di jalan Allah. Selain itu, kebahagiaan akan menjadi bagian kita seraya kita memperlihatkan respek yang dalam terhadap Allah dan rasa takut yang sehat untuk tidak menyenangkan Dia. Hal ini benar meskipun kita menghadapi cobaan-cobaan dalam kehidupan, karena pemazmur yang diilhami bernyanyi, ”Berbahagialah setiap orang yang takut akan [Yehuwa], yang hidup menurut [”berjalan di”, NW] jalan yang ditunjukkanNya.”—Mazmur 128:1.

      Apa Sebenarnya Ketabahan

      3. Apa sebenarnya ketabahan?

      3 Untuk berjalan di jalan Yehuwa, kita harus memiliki ketabahan. Sebenarnya, Alkitab memerintahkan umat Allah untuk memperlihatkan sifat ini. Misalnya, sang pemazmur Daud bernyanyi, ”Kuatkanlah [”Tabahkanlah”, NW] dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada [Yehuwa]!” (Mazmur 31:25) Ketabahan adalah ”kekuatan mental atau moral untuk berlaku berani, bertekun, dan bertahan menghadapi bahaya, rasa takut, atau kesukaran”. (Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary) Seorang yang tabah adalah seorang yang kuat, tak gentar, gagah berani. Bahwa Yehuwa memberikan ketabahan kepada hamba-hamba-Nya nyata dari kata-kata rasul Paulus ini kepada rekan sekerjanya Timotius, ”Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”—2 Timotius 1:7.

      4. Apa satu cara untuk memperoleh ketabahan?

      4 Satu cara untuk memperoleh ketabahan yang merupakan pemberian Allah adalah merenungkan dengan sungguh-sungguh Firman Yehuwa, Alkitab. Banyak kisah yang dimuat dalam Alkitab dapat membantu kita menjadi lebih tabah. Karena itu, marilah kita pertama-tama melihat apa yang dapat kita pelajari dari catatan dalam Kitab-Kitab Ibrani mengenai beberapa orang yang dengan tabah berjalan di jalan Yehuwa.

      Ketabahan untuk Mengumumkan Berita dari Allah

      5. Bagaimana ketabahan Henokh dapat mendatangkan manfaat bagi hamba-hamba Yehuwa dewasa ini?

      5 Ketabahan Henokh dapat membantu hamba-hamba Yehuwa dewasa ini untuk menyampaikan berita dari Allah dengan tabah. Sebelum Henokh lahir, ”orang mulai memanggil nama [Yehuwa]”. Beberapa sarjana mengatakan bahwa orang-orang ”mulai dengan kurang ajar” memanggil nama Yehuwa. (Kejadian 4:25, 26; 5:3, 6) Nama ilahi tersebut bisa jadi digunakan untuk manusia atau bahkan untuk berhala-berhala. Itulah sebabnya agama palsu berkembang pesat sewaktu Henokh lahir pada tahun 3404 SM. Malahan, tampaknya hanya ia sendiri yang ”hidup bergaul [”berjalan”, NW] dengan Allah”, mengejar haluan adil-benar yang selaras dengan kebenaran-kebenaran Yehuwa yang disingkapkan.—Kejadian 5:18, 24.

      6. (a) Berita keras apa diumumkan Henokh? (b) Keyakinan apa yang dapat kita miliki?

      6 Henokh dengan tabah menyampaikan berita dari Allah, kemungkinan besar dengan mengabar. (Ibrani 11:5; bandingkan 2 Petrus 2:5.) ”Sesungguhnya”, seru saksi tunggal ini, ”Tuhan [”Yehuwa”, NW] datang dengan beribu-ribu orang kudusNya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan [”Yehuwa”, NW].” (Yudas 14, 15) Henokh memiliki ketabahan untuk menggunakan nama Yehuwa sewaktu menyampaikan berita yang mengutuk orang-orang fasik. Dan sebagaimana Allah memberikan ketabahan kepada Henokh untuk mengumumkan berita yang keras itu, demikian pula Yehuwa telah menguatkan Saksi-Saksi-Nya dewasa ini untuk membicarakan firman-Nya dengan berani dalam pengabaran, di sekolah, dan di mana saja.—Bandingkan Kisah 4:29-31.

      Ketabahan di Bawah Cobaan

      7. Nuh menyediakan teladan ketabahan apa?

      7 Teladan Nuh dapat membantu kita untuk tabah dalam melaksanakan pekerjaan yang adil-benar sewaktu berada di bawah cobaan. Dengan ketabahan dan iman, ia bertindak selaras dengan peringatan ilahi tentang banjir sedunia dan ”mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya”. Melalui tindakan yang taat dan adil-benar, Nuh menghukum dunia yang tidak percaya atas perbuatan-perbuatan mereka yang jahat dan membuktikan bahwa dunia tersebut layak dibinasakan. (Ibrani 11:7; Kejadian 6:13-22; 7:16) Dengan merenungkan haluan Nuh, hamba-hamba Allah di zaman modern dibantu untuk dengan tabah ambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan yang adil-benar demikian seperti pelayanan Kristen.

      8. (a) Apa yang Nuh hadapi sebagai seorang ”pemberita keadilbenaran” yang tabah? (b) Apa yang Yehuwa akan lakukan bagi kita jika kita adalah pemberita keadilbenaran yang tabah?

      8 Jika kita sedang mengejar haluan yang adil-benar namun tidak tahu bagaimana menghadapi cobaan tertentu, marilah kita berdoa memohon hikmat untuk mengatasinya. (Yakobus 1:5-8) Loyalitas Nuh kepada Allah di bawah ujian memperlihatkan bahwa bukanlah hal yang mustahil untuk berhasil mengatasi cobaan dengan ketabahan dan kesetiaan. Ia menahan tekanan dari dunia yang jahat dan dari malaikat-malaikat yang menjelma serta keturunan campuran mereka. Ya, Nuh adalah ”pemberita keadilbenaran” yang tabah kepada ”dunia zaman purba” yang sedang menuju kebinasaan. (2 Petrus 2:4, 5, NW; Kejadian 6:1-9) Meski ia berbicara tanpa gentar sebagai seorang pelopor yang memberitakan peringatan Allah kepada orang-orang yang hidup sebelum air bah, ”mereka tidak memperhatikan hingga banjir itu datang menyapu bersih mereka semua”. (Matius 24:36-39, NW) Namun hendaknya kita ingat bahwa meskipun adanya penganiayaan dan ditolaknya berita kita yang berdasarkan Alkitab oleh kebanyakan orang dewasa ini, Yehuwa akan mendukung kita sebagaimana Ia mendukung Nuh jika kita memperlihatkan iman dan ketabahan yang sama sebagai pemberita keadilbenaran.

      Ketabahan untuk Menaati Allah

      9, 10. Dalam hal apa Abraham, Sara, dan Ishak memperlihatkan ketaatan yang tabah?

      9 ”Sahabat Yehuwa” Abraham adalah teladan yang baik berkenaan ketaatan yang tabah kepada Allah. (Yakobus 2:23, NW) Abraham membutuhkan iman dan ketabahan untuk menaati Yehuwa dan meninggalkan Ur Kasdim, sebuah kota yang penuh dengan keuntungan materi. Ia mempercayai janji Allah bahwa ”semua kaum di muka bumi” akan memberkati diri mereka melalui dia dan bahwa kepada benihnya akan diberikan suatu negeri. (Kejadian 12:1-9; 15:18-21) Dengan iman Abraham ”diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing” dan menanti-nantikan ”kota yang mempunyai dasar”—Kerajaan surgawi Allah, yang di bawah kerajaan ini ia akan dibangkitkan kepada kehidupan di bumi.—Ibrani 11:8-16.

      10 Istri Abraham, Sara, memiliki iman dan ketabahan yang dibutuhkan untuk meninggalkan Ur, menyertai suaminya ke negeri asing, dan bertekun menanggung segala kesulitan yang akan mereka hadapi di sana. Dan betapa ia diberkati karena ketaatannya yang tabah kepada Allah! Meskipun Sara tetap mandul sampai usia sekitar 90 tahun dan ’melewati batas usia’, ia dikuatkan untuk ’menurunkan anak cucu karena ia menganggap Allah, yang memberikan janji itu setia’. Pada waktunya, ia melahirkan Ishak. (Ibrani 11:11, 12; Kejadian 17:15-17; 18:11; 21:1-7) Bertahun-tahun kemudian, Abraham dengan tabah menaati Allah dan ”sama seperti telah mempersembahkan Ishak”. Ketika dicegah oleh seorang malaikat, sang patriark ”seakan-akan” menerima putranya yang tabah dan taat keluar dari kematian. Ia dan Ishak dengan demikian secara nubuat menggambarkan bahwa Allah Yehuwa akan menyediakan Putra-Nya, Yesus Kristus, sebagai tebusan sehingga orang-orang yang menjalankan iman kepadanya dapat memiliki kehidupan kekal. (Ibrani 11:17-19; Kejadian 22:1-19; Yohanes 3:16) Tentu saja, ketaatan yang tabah dari Abraham, Sara, dan Ishak hendaknya menggerakkan kita untuk menaati Yehuwa dan selalu melakukan kehendak-Nya.

      Ketabahan untuk Berpihak kepada Umat Allah

      11, 12. (a) Bagaimana Musa memperlihatkan ketabahan berkenaan umat Yehuwa? (b) Mengingat ketabahan Musa, pertanyaan apa dapat diajukan?

      11 Musa dengan tabah berpihak kepada umat Allah yang tertindas. Pada abad ke-16 SM, orang-tua Musa sendiri memperlihatkan ketabahan. Dengan tidak takut kepada perintah raja untuk membunuh anak-anak lelaki Ibrani yang baru lahir, mereka menyembunyikan Musa dan kemudian menaruhnya dalam sebuah peti di antara lalang-lalang di tepi Sungai Nil. Setelah Musa ditemukan oleh putri Firaun, ia diasuh sebagai putranya sendiri, meski ia mula-mula menerima pelatihan rohani di rumah orang-tuanya. Sebagai anggota rumah tangga Firaun, Musa ”dididik dalam segala hikmat orang Mesir” dan menjadi ”berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya”, memiliki kemampuan mental dan fisik yang kuat.—Kisah 7:20-22; Keluaran 2:1-10; 6:20.

      12 Meskipun terdapat keuntungan materi di istana, Musa dengan tabah memilih untuk berpihak kepada para penyembah Yehuwa, yang ketika itu diperbudak oleh orang-orang Mesir. Sewaktu membela seorang Israel, ia membunuh seorang Mesir dan kemudian melarikan diri ke Midian. (Keluaran 2:11-15) Kira-kira 40 tahun kemudian, Allah menggunakan dia untuk memimpin bangsa Israel ke luar dari belenggu. Musa kemudian ”meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja”, yang mengancamnya dengan kematian karena mewakili Yehuwa demi kepentingan bangsa Israel. Musa berjalan seolah-olah ia melihat ”[Pribadi, NW] yang tidak kelihatan”, Allah Yehuwa. (Ibrani 11:23-29; Keluaran 10:28) Apakah saudara memiliki iman dan ketabahan demikian sehingga saudara akan berpaut pada Yehuwa dan umat-Nya meskipun adanya penderitaan dan penganiayaan?

      Ketabahan untuk ’Mengikuti Yehuwa dengan Sepenuh Hati’

      13. Bagaimana Yosua dan Kaleb menyediakan teladan ketabahan?

      13 Yosua dan Kaleb yang tabah menyediakan bukti bahwa kita dapat berjalan di jalan Allah. Mereka ”mengikuti [Yehuwa] dengan sepenuh hatinya”. (Bilangan 32:12) Yosua dan Kaleb berada di antara 12 pria yang diutus untuk memata-matai Negeri Perjanjian. Karena takut terhadap penduduk negeri itu, sepuluh mata-mata berupaya mencegah bangsa Israel memasuki Kanaan. Akan tetapi, Yosua dan Kaleb dengan tabah menyatakan, ”Jika [Yehuwa] berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada [Yehuwa], dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang [Yehuwa] menyertai kita; janganlah takut kepada mereka.” (Bilangan 14:8, 9) Karena kurang iman dan ketabahan, generasi bangsa Israel tersebut tidak pernah memasuki negeri perjanjian. Namun Yosua dan Kaleb, bersama dengan suatu generasi baru, benar-benar memasuki negeri itu.

      14, 15. (a) Seraya Yosua menerapkan kata-kata di Yosua 1:7, 8, apa yang ia dan bangsa Israel alami? (b) Apa yang dapat kita pelajari berkenaan ketabahan Yosua dan Kaleb?

      14 Allah memberi tahu Yosua, ”Kuatkan [”Tabahkan”, NW] dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hambaKu Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”—Yosua 1:7, 8.

      15 Seraya Yosua menerapkan kata-kata tersebut, Yerikho dan kota-kota lain jatuh ke tangan bangsa Israel. Allah bahkan menyebabkan matahari tidak bergerak sehingga terus bersinar sampai Israel menang di Gibeon. (Yosua 10:6-14) Sewaktu diancam oleh kekuatan musuh yang terpadu ”seperti pasir di tepi laut banyaknya”, Yosua bertindak dengan tabah, dan Allah kembali membuat Israel berkemenangan. (Yosua 11:1-9) Meskipun kita adalah manusia yang tidak sempurna, seperti Yosua dan Kaleb, kita dapat mengikuti Yehuwa dengan sepenuhnya, dan Allah dapat menguatkan kita untuk dengan tabah berjalan di jalan-Nya.

      Ketabahan untuk Percaya kepada Allah

      16. Dengan cara apa Debora, Barak, dan Yael memperlihatkan ketabahan?

      16 Kepercayaan yang tabah kepada Allah diberkati, seperti yang diperlihatkan oleh peristiwa-peristiwa pada zaman manakala para hakim menjalankan keadilan di Israel. (Rut 1:1) Misalnya, Hakim Barak dan nabiah Debora dengan tabah percaya kepada Allah. Raja Yabin dari Kanaan telah menindas Israel selama 20 tahun ketika Yehuwa menggerakkan Debora untuk mendesak Barak mengumpulkan 10.000 pria di Gunung Tabor. Panglima tentara Yabin, Sisera, bergegas menuju lembah Sungai Kison, yakin bahwa di atas tanah yang datar ini, pria-pria Israel tidak dapat menandingi tentaranya yang memiliki 900 kereta perang dengan pisau-pisau besi yang dipasang pada roda-rodanya. Sewaktu bangsa Israel berbaris menuju dataran lembah tersebut, Allah bertindak demi kepentingan mereka, dan sebuah banjir bandang mengubah medan pertempuran menjadi rawa-rawa yang melumpuhkan kereta-kereta perang Sisera. Tentara-tentara Barak menang, sehingga ”seluruh tentara Sisera tewas oleh mata pedang”. Sisera melarikan diri ke kemah Yael, namun ketika tertidur, Yael memiliki ketabahan untuk membunuhnya dengan melantakkan patok kemah masuk menembus pelipis Sisera. Benarlah pernyataan nubuat Debora kepada Barak, ”kehormatan” kemenangan ini dengan demikian jatuh ke tangan seorang wanita. Karena Debora, Barak, dan Yael dengan tabah percaya kepada Allah, Israel ’aman selama empat puluh tahun’.—Hakim 4:1-22; 5:31.

      17. Teladan apa yang disediakan Hakim Gideon berkenaan kepercayaan yang tabah kepada Yehuwa?

      17 Hakim Gideon dengan tabah percaya kepada Allah Yehuwa sewaktu orang Midian dan orang-orang lain menyerbu Israel. Meskipun jumlah penyerbu kira-kira 135.000 orang lebih banyak, namun Israel dengan 32.000 pejuangnya mungkin masih cenderung menganggap bahwa kemenangan yang diberikan Allah adalah hasil keberanian mereka sendiri. Karena itu, dengan petunjuk Yehuwa, Gideon mengurangi tentaranya menjadi tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari 100 pria. (Hakim 7:1-7, 16; 8:10) Seraya ke-300 orang itu mengelilingi perkemahan orang Midian pada malam hari, masing-masing memegang sangkakala dan kendi air dengan obor di dalamnya. Setelah diberi tanda, mereka meniup sangkakala, memecahkan kendi, mengangkat obor-obor yang menyala, dan berteriak, ”Pedang demi [Yehuwa] dan demi Gideon!” (Hakim 7:20) Orang-orang Midian yang ketakutan itu mulai melarikan diri dan dikalahkan. Peristiwa-peristiwa seperti itu hendaknya meyakinkan kita bahwa kepercayaan yang tabah kepada Yehuwa juga diberkati dewasa ini.

      Ketabahan untuk Menghormati Yehuwa dan Memajukan Ibadat yang Murni

      18. Apa yang Daud lakukan dengan tabah sewaktu ia mengalahkan Goliat?

      18 Beberapa teladan Alkitab memberikan ketabahan untuk menghormati Yehuwa dan memajukan ibadat yang murni. Daud yang masih muda, yang dengan berani menyelamatkan domba-domba ayahnya, terbukti tabah di hadapan Goliat, raksasa Filistin. ”Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing,” kata Daud, ”tetapi aku mendatangi engkau dengan nama [Yehuwa] semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga [Yehuwa] akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; . . . supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa [Yehuwa] menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan [Yehuwa]lah pertempuran.” (1 Samuel 17:32-37, 45-47) Dengan bantuan ilahi, Daud dengan tabah menghormati Yehuwa, mengalahkan Goliat, dan dengan demikian memainkan peranan penting dalam melenyapkan ancaman Filistin terhadap ibadat yang murni.

      19. Untuk proyek apa Salomo membutuhkan ketabahan, dan bagaimana haluannya dapat diterapkan pada zaman kita?

      19 Sewaktu putra Raja Daud, Salomo, akan membangun bait Allah, ayahnya yang sudah lanjut usia mendesaknya, ”Kuatkan [”Tabahkan”, NW] dan teguhkanlah hatimu, dan lakukanlah itu; janganlah takut dan janganlah tawar hati, sebab [Yehuwa] Allah, Allahku, menyertai engkau. Ia tidak akan membiarkan dan meninggalkan engkau sampai segala pekerjaan untuk ibadah di rumah Allah selesai.” (1 Tawarikh 28:20) Dengan mengambil tindakan yang tabah, Salomo berhasil menyelesaikan bait tersebut. Bila rencana pembangunan teokratis mendatangkan tantangan dewasa ini, marilah kita mengingat kata-kata Daud, ”Kuatkan [”Tabahkan”, NW] dan teguhkanlah hatimu, dan lakukanlah itu.” Sungguh suatu cara yang baik untuk menghormati Yehuwa dan memajukan ibadat yang murni!

      20. Dalam hal apa Raja Asa memperlihatkan ketabahan?

      20 Karena keinginan Raja Asa untuk menghormati Allah dan memajukan ibadat yang murni, ia menyingkirkan berhala-berhala dan kuil-kuil pelacuran pria dari Yehuda. Ia juga memecat neneknya yang murtad dari kedudukannya yang tinggi dan membakar ”patung yang keji” milik neneknya. (1 Raja 15:11-13) Ya, Asa ”menguatkan [”menabahkan”, NW] hatinya dan menyingkirkan dewa-dewa kejijikan dari seluruh tanah Yehuda dan Benyamin dan dari kota-kota yang direbutnya di pegunungan Efraim. Ia membaharui mezbah [Yehuwa] yang ada di depan balai Bait Suci [Yehuwa]”. (2 Tawarikh 15:8) Apakah saudara juga dengan tabah menolak kemurtadan dan memajukan ibadat yang murni? Apakah saudara menggunakan kekayaan materi saudara untuk memajukan kepentingan Kerajaan? Dan apakah saudara berupaya menghormati Yehuwa dengan ambil bagian secara tetap tentu dalam mengumumkan kabar baik sebagai salah seorang dari antara Saksi-Saksi-Nya?

      21. (a) Bagaimana kisah-kisah para pemelihara integritas zaman pra-Kristen dapat membantu kita? (b) Apa yang akan dibahas dalam artikel berikut?

      21 Betapa bersyukurnya kita bahwa Allah telah memelihara kisah-kisah Alkitab mengenai para pemelihara integritas yang tabah pada zaman pra-Kristen! Pastilah, teladan bagus mereka dapat membantu kita memberikan dinas yang suci kepada Yehuwa disertai ketabahan, rasa takut ilahi, dan rasa takjub. (Ibrani 12:28, NW) Namun, Kitab-Kitab Yunani Kristen juga memuat teladan-teladan mengenai ketabahan yang saleh dalam perbuatan. Bagaimana beberapa dari kisah-kisah ini membantu kita untuk berjalan dengan tabah di jalan Yehuwa?

  • Tabahlah!
    Menara Pengawal—1993 | 15 November
    • Ketabahan untuk Meniru Kristus

      3. Siapa yang menyediakan teladan ketabahan terbaik, dan apa yang dikatakan mengenai dia di Ibrani 12:1-3?

      3 Yesus Kristus menyediakan teladan ketabahan yang paling baik. Setelah menyebutkan saksi-saksi Yehuwa yang tabah pada zaman pra-Kristen yang bagaikan ’banyak awan’, rasul Paulus mengarahkan perhatian kepada Yesus dengan berkata, ”Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”—Ibrani 12:1-3.

      4. Bagaimana Yesus memperlihatkan ketabahan sewaktu digoda Setan?

      4 Setelah pembaptisannya dan 40 hari renungan, doa, serta puasa di padang gurun, Yesus dengan berani melawan Setan. Ketika digoda oleh Iblis untuk mengubah batu menjadi roti, Yesus menolak karena mengadakan mukjizat demi memuaskan kepentingan diri sendiri adalah salah. ”Ada tertulis,” kata Yesus, ”Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Sewaktu Setan menantangnya untuk menjatuhkan diri dari bubungan bait, Yesus menolak karena mencobai Allah agar menyelamatkannya dari upaya bunuh diri adalah dosa. ”Ada pula tertulis,” kata Yesus, ”Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Setan menawarkan kepadanya semua kerajaan dunia untuk satu ”tindakan penyembahan” (NW), namun Yesus tidak ingin murtad dan mendukung celaan Iblis bahwa manusia tidak akan tetap setia kepada Allah di bawah ujian. Maka Yesus berkata, ”Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Setelah itu, si Penggoda ”mundur dari padaNya dan menunggu waktu yang baik”.—Matius 4:1-11; Lukas 4:13.

      5. Apa yang dapat membantu kita menahan godaan?

      5 Yesus tunduk kepada Yehuwa dan melawan Setan. Jika kita juga ’tunduk kepada Allah dan melawan Iblis, maka ia akan lari dari kita’. (Yakobus 4:7) Seperti Yesus, kita dapat dengan tabah menahan godaan jika kita menerapkan ayat-ayat Alkitab, bahkan mungkin mengutipnya pada saat kita digoda untuk melakukan suatu dosa. Apakah kita mungkin mengalah kepada godaan untuk mencuri jika pada saat itu kita mengulangi kepada diri kita sendiri hukum Allah, ”Jangan mencuri”? Apakah dua orang Kristen kemungkinan besar akan menyerah kepada perbuatan seksual yang amoral jika salah seorang saja dari mereka dengan tabah mengutip kata-kata, ”Jangan berzinah”?—Roma 13:8-10; Keluaran 20:14, 15.

      6. Bagaimana Yesus adalah seorang penakluk dunia yang tabah?

      6 Sebagai umat Kristen yang dibenci oleh dunia ini, kita dapat menghindari semangat dan tingkah lakunya yang berdosa. Yesus memberi tahu pengikut-pengikutnya, ”Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu [”tabahlah”, NW], Aku telah mengalahkan dunia.” (Yohanes 16:33) Ia menang atas dunia dengan tidak menjadi seperti dunia ini. Teladannya sebagai seorang penakluk dan hasil dari haluannya dalam memelihara integritas dapat memperlengkapi kita dengan ketabahan untuk menirunya dengan tetap terpisah dari dunia ini dan tidak dicemari olehnya.—Yohanes 17:16.

      Ketabahan untuk Terus Mengabar

      7, 8. Apa yang akan membantu kita terus mengabar meskipun dianiaya?

      7 Yesus dan murid-muridnya bersandar pada Allah untuk ketabahan agar dapat terus mengabar meskipun dianiaya. Kristus dengan berani menunaikan pelayanannya meskipun dianiaya, dan setelah Pentakosta 33 M, pengikut-pengikutnya yang dianiaya terus memberitakan kabar baik meskipun para pemimpin agama Yahudi berupaya menghentikan mereka. (Kisah 4:18-20; 5:29) Murid-muridnya berdoa, ”Ya Tuhan [”Yehuwa”, NW], lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hambaMu keberanian untuk memberitakan firmanMu.” Lalu apa yang terjadi? ”Ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu,” kisah itu berkata, ”dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.”—Kisah 4:24-31.

      8 Karena mayoritas orang dewasa ini tidak mau menerima kabar baik, maka keberanian sering kali dibutuhkan untuk terus mengabar kepada mereka. Khususnya sewaktu dianiaya, hamba-hamba Yehuwa membutuhkan ketabahan yang merupakan pemberian Allah supaya dapat memberi kesaksian yang saksama. (Kisah 2:40; 20:24) Demikianlah Paulus, seorang pemberita Kerajaan yang tabah, memberi tahu seorang rekan sekerja yang masih muda dan kurang berpengalaman, ”Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah.” (2 Timotius 1:7, 8) Jika kita berdoa memohon ketabahan, kita akan dapat terus mengabar, dan bahkan penganiayaan tidak akan merampas sukacita kita sebagai pemberita Kerajaan.—Matius 5:10-12.

      Ketabahan untuk Berpihak kepada Yehuwa

      9, 10. (a) Apa yang dilakukan orang Yahudi dan orang Kafir abad pertama agar menjadi pengikut Kristus yang terbaptis? (b) Mengapa dibutuhkan ketabahan untuk menjadi orang Kristen?

      9 Banyak orang Yahudi dan orang Kafir abad pertama dengan tabah meninggalkan tradisi yang tidak berdasarkan Alkitab untuk menjadi pengikut Kristus yang terbaptis. Tak lama setelah Pentakosta 33 M, ”jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya”. (Kisah 6:7) Orang-orang Yahudi tersebut memiliki ketabahan untuk mendobrak belenggu agama dan menerima Yesus sebagai Mesias.

      10 Sejak tahun 36 M, banyak orang Kafir menjadi orang percaya. Ketika Kornelius, anggota-anggota keluarganya, dan orang-orang Kafir lain mendengar kabar baik, mereka segera menerimanya, mendapat roh kudus, dan ”dibaptis dalam nama Yesus Kristus”. (Kisah 10:1-48) Di Filipi, seorang kafir yang adalah kepala penjara, beserta keluarganya, dengan segera memeluk kekristenan, dan ”ia dan rumah tangganya dibaptis tanpa menunda”. (Kisah 16:25-34, NW) Ketabahan dituntut untuk mengambil langkah-langkah demikian karena umat Kristen adalah kaum minoritas yang dianiaya dan tidak populer. Demikian pula halnya sekarang. Namun, jika saudara belum membuat pembaktian kepada Allah dan dibaptis sebagai salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa, bukankah sudah waktunya bagi saudara untuk mengambil langkah-langkah penuh ketabahan ini?

      Ketabahan dalam Rumah Tangga yang Terbagi

      11. Eunike dan Timotius menyediakan teladan apa berkenaan ketabahan?

      11 Eunike dan putranya Timotius memberikan teladan dari iman yang tabah dalam rumah tangga yang terbagi secara agama. Eunike mengajarkan ”Kitab Suci” kepada putranya sejak bayi, meskipun suaminya seorang kafir. (2 Timotius 3:14-17) Segera setelah menjadi Kristen, ia memperlihatkan ’iman yang tulus [”tanpa kemunafikan”, NW]’. (2 Timotius 1:5) Ia juga memiliki ketabahan untuk menanamkan ajaran Kristen kepada Timotius seraya memperlihatkan respek terhadap kekepalaan suaminya yang tidak beriman. Tentu saja, iman dan ketabahannya diberkati sewaktu putranya yang diajar dengan baik dipilih untuk menyertai Paulus dalam perjalanan utusan injil. Betapa hal ini dapat menganjurkan para orang-tua Kristen yang mengalami keadaan serupa!

      12. Timotius menjadi orang macam apa, dan siapa yang sekarang terbukti seperti dia?

      12 Meskipun Timotius hidup dalam rumah tangga yang terbagi secara agama, ia dengan tabah menerima kekristenan dan menjadi seorang manusia rohani yang tentangnya Paulus dapat berkata, ”Dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius kepadamu [orang-orang Filipi], supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal ihwalmu. Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; . . . Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya.” (Filipi 2:19-22) Dewasa ini, banyak anak laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga yang terbagi secara agama, dengan berani memeluk kekristenan yang sejati. Seperti Timotius, mereka membuktikan diri mereka setia, dan betapa bersukacitanya kita bahwa mereka adalah bagian dari organisasi Yehuwa!

      Ketabahan untuk ’Mempertaruhkan Nyawa Kita’

      13. Dengan cara apa Akwila dan Priskila memperlihatkan ketabahan?

      13 Akwila dan istrinya, Priskila (Priska), menyediakan teladan ketabahan dengan ’mempertaruhkan nyawa mereka’ demi seorang rekan seiman. Mereka menerima Paulus di rumah mereka, bekerja bersamanya dalam membuat tenda, dan membantunya mendirikan sidang baru di Korintus. (Kisah 18:1-4) Selama 15 tahun persahabatan mereka, mereka bahkan mempertaruhkan kehidupan mereka demi kepentingannya dengan cara yang tidak diberitahukan. Mereka sedang tinggal di Roma sewaktu Paulus memberi tahu orang-orang Kristen di sana, ”Sampaikan salam kepada Priska dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus. Mereka telah mempertaruhkan nyawanya untuk hidupku. Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat bukan Yahudi.”—Roma 16:3, 4.

      14. Dengan mempertaruhkan nyawa mereka untuk Paulus, Akwila dan Priska bertindak selaras dengan perintah apa?

      14 Dengan mempertaruhkan nyawa mereka demi Paulus, Akwila dan Priska bertindak selaras dengan kata-kata Yesus, ”Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34) Perintah ini ”baru” dalam arti bahwa perintah tersebut melebihi tuntutan Hukum Musa agar seseorang mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. (Imamat 19:18) Perintah ini menuntut kasih yang rela berkorban sampai sejauh menyerahkan nyawa kita untuk orang lain, seperti yang Yesus lakukan. Penulis Tertullian dari abad kedua dan ketiga M mengutip kata-kata dari orang-orang dunia berkenaan umat Kristen sewaktu ia menulis, ”’Perhatikanlah,’ kata mereka, ’bagaimana mereka saling mengasihi . . . dan bagaimana mereka rela bahkan mati demi satu sama lain.’” (Apology, pasal XXXIX, 7) Khususnya di bawah penganiayaan, kita wajib memperlihatkan kasih persaudaraan dengan penuh ketabahan mempertaruhkan nyawa kita sehingga rekan-rekan seiman dapat terhindar dari kekejaman atau kematian di tangan musuh.—1 Yohanes 3:16.

      Ketabahan Mendatangkan Sukacita

      15, 16. Sebagaimana diperlihatkan dalam Kisah pasal 16, bagaimana ketabahan dan sukacita dapat dikaitkan?

      15 Paulus dan Silas menyediakan bukti bahwa memperlihatkan ketabahan di bawah cobaan dapat mendatangkan sukacita. Atas perintah para pejabat pengadilan sipil di kota Filipi, mereka dipukuli di hadapan umum dengan tongkat dan dimasukkan dalam kayu pasung di penjara. Namun, mereka tidak merasa patah semangat karena takut. Meskipun menghadapi keadaan-keadaan penuh cobaan, mereka masih memiliki ketabahan yang merupakan pemberian Allah dan sukacita yang dihasilkannya bagi orang-orang Kristen yang setia.

      16 Kira-kira tengah malam, Paulus dan Silas berdoa dan memuji Allah dalam nyanyian. Tiba-tiba, gempa bumi mengguncang penjara, melepaskan belenggu mereka, dan membuka pintu-pintu. Kepala penjara yang ketakutan serta keluarganya mendapat kesaksian tegas yang menuntun kepada pembaptisan mereka sebagai hamba-hamba Yehuwa. Ia sendiri ”sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah”. (Kisah 16:16-34) Betapa bersukacitanya Paulus dan Silas karena peristiwa ini! Setelah mempertimbangkan hal ini dan contoh-contoh lain dari Alkitab tentang ketabahan, bagaimana kita dapat tetap tabah sebagai hamba-hamba Yehuwa?

      Senantiasa Tabah

      17. Sebagaimana diperlihatkan dalam Mazmur 27, bagaimana menantikan Yehuwa berkaitan dengan ketabahan?

      17 Berharap kepada Yehuwa akan membantu kita tetap tabah. Daud bernyanyi, ”Nantikanlah [Yehuwa]! Kuatkanlah [”Tabahkanlah”, NW] dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah [Yehuwa]!” (Mazmur 27:14) Mazmur 27 memperlihatkan bahwa Daud bersandar pada Yehuwa sebagai ”benteng” kehidupannya. (Ayat 1) Karena Daud telah menyaksikan bagaimana Allah menghadapi musuh-musuh di masa lampau, ia menjadi tabah. (Ayat 2, 3) Penghargaan akan pusat ibadat kepada Yehuwa merupakan faktor lain. (Ayat 4) Percaya akan bantuan, perlindungan, dan keselamatan dari Yehuwa juga meningkatkan ketabahan dalam diri Daud. (Ayat 5-10) Yang juga membantu adalah bimbingan yang terus-menerus dari prinsip-prinsip jalan Yehuwa yang adil-benar. (Ayat 11) Doa yang penuh keyakinan memohon keselamatan dari musuh-musuhnya, disertai iman dan harapan, membantu Daud untuk tabah. (Ayat 12-14) Kita dapat meningkatkan ketabahan kita dengan cara serupa, dengan demikian memperlihatkan bahwa kita benar-benar ’menantikan Yehuwa’.

      18. (a) Apa yang memperlihatkan bahwa pergaulan yang tetap tentu dengan sesama penyembah Yehuwa dapat membantu kita tetap tabah? (b) Perhimpunan-perhimpunan Kristen memainkan peranan apa dalam meningkatkan ketabahan?

      18 Bergaul secara tetap tentu dengan sesama penyembah Yehuwa dapat membantu kita tetap tabah. Sewaktu Paulus mengajukan naik banding kepada Kaisar dan mengadakan perjalanan ke Roma, rekan-rekan seiman menjumpainya di Pasar Apius dan Tiga Kedai Minum. ”Pada waktu mereka terlihat”, kisah itu berkata, ”Paulus bersyukur kepada Allah dan menjadi tabah.” (Kisah 28:15, NW)

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan