PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Pertanyaan yang Teramat Penting
    Sedarlah!—2011 | November
    • Pertanyaan yang Teramat Penting

      ”SEPANJANG sejarah manusia, adakah pertanyaan yang lebih penting selain ’Apakah ada Allah?’” tanya pakar genetika Francis S. Collins. Pertanyaan itu amat dalam. Jika Allah tidak ada, tak ada kehidupan di luar kehidupan kita, tak ada wewenang yang lebih tinggi atas soal-soal moral.

      Beberapa orang meragukan eksistensi Allah karena banyak ilmuwan tidak percaya akan Allah. Namun, pandangan yang umum terkadang bisa sangat keliru, sebagaimana yang akan ditunjukkan di artikel berikut.

      Patut disesalkan, banyak agama di dunia membuat orang semakin bingung dengan mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan pengetahuan ilmiah yang sudah diteguhkan. Contoh yang menonjol adalah konsep yang tidak berdasarkan Alkitab bahwa Allah menciptakan dunia selama enam kali 24 jam beberapa ribu tahun silam.

      Karena menghadapi berbagai teori dan filsafat yang saling bertentangan, banyak orang tidak mau lagi mencari kebenaran tentang eksistensi Allah. Tetapi, adakah yang lebih penting​—dan lebih besar dampaknya—​selain menemukan jawaban yang dapat diandalkan atas pertanyaan yang mendasar tersebut? Tentu saja, tidak seorang pun pernah melihat Allah, ataupun hadir kala alam semesta dan kehidupan muncul. Jadi, entah kita percaya akan Allah atau tidak, pandangan kita melibatkan keyakinan atau iman hingga taraf tertentu. Tetapi, iman yang bagaimana?

      Iman Sejati Berpijak pada Bukti yang Kukuh

      Iman atau keyakinan​—hingga taraf tertentu—​merupakan bagian yang penting dari kehidupan kita. Kita bekerja karena yakin akan memperoleh upah. Kita menanam dengan keyakinan bahwa benih akan bertunas. Kita percaya kepada teman-teman kita. Dan, kita yakin akan hukum-hukum yang mengatur alam semesta. Ini semua adalah iman yang berlandaskan pengetahuan, yang berpijak pada bukti. Demikian pula, iman bahwa Allah ada didasarkan pada bukti.

      Di Ibrani 11:1, Alkitab berkata, ”Iman adalah . . . bukti yang jelas dari kenyataan-kenyataan walaupun tidak kelihatan.” Terjemahan lain berbunyi, ”Beriman . . . berarti mempunyai kepastian akan hal-hal yang tidak dilihat.” (Bahasa Indonesia Masa Kini) Sebagai ilustrasi: Ketika berjalan menyusuri pantai, Anda tiba-tiba merasakan gempa. Lalu, Anda melihat air laut surut dengan cepat. Anda tahu bahwa fenomena ini menyiratkan datangnya tsunami. Dalam hal ini, gempa sekaligus surutnya air laut memberikan ”bukti yang jelas” akan kenyataan yang belum kelihatan yaitu datangnya gelombang. Iman atau keyakinan yang berlandaskan pengetahuan selanjutnya menggerakkan Anda untuk lari ke dataran tinggi yang aman.

      Iman kepada Allah pun hendaknya berlandaskan pengetahuan, hasil dari bukti-bukti yang meyakinkan. Baru setelah itulah, Allah bisa menjadi suatu ’kenyataan yang tidak kelihatan’ bagi Anda. Apakah Anda mesti menjadi ilmuwan untuk menyelidiki dan menimbang bukti-bukti demikian? Peraih Nobel Vladimir Prelog mengakui bahwa bahkan ”para pemenang Hadiah Nobel tidak lebih ahli perihal Allah, agama, dan kehidupan setelah kematian dibanding orang-orang lain”.

      Hati yang jujur dan rasa haus akan kebenaran hendaknya menggerakkan Anda untuk menyelidiki bukti secara objektif dan membiarkan bukti tersebut membimbing Anda ke arah yang benar. Bukti apa yang bisa kita selidiki?

      [Gambar di hlm. 3]

      Petani punya keyakinan bahwa benih akan bertunas dan bertumbuh

  • Pertimbangkan Buktinya
    Sedarlah!—2011 | November
    • Pertimbangkan Buktinya

      ANDA sedang berada di pulau terpencil dan tak berpenghuni. Selagi berjalan menyusuri pantainya, Anda melihat ”John 1800” terpahat pada sebuah batu besar. Apakah Anda beranggapan bahwa karena pulau itu terasing dan tak berpenghuni, pahatan itu pasti terbentuk oleh angin atau erosi? Tentu saja tidak! Anda menyimpulkan dengan tepat bahwa ada orang yang memahatnya. Mengapa? Salah satu alasannya, suatu rangkaian huruf dan angka yang jelas​—bahkan jika itu dalam bahasa asing—​tidak muncul dengan sendirinya. Kedua, pernyataan itu mengandung informasi yang bermakna, yang menunjukkan adanya sumber yang cerdas.

      Dalam kehidupan sehari-hari, kita berhadapan dengan informasi yang dikodekan dalam banyak bentuk​—seperti huruf Braille atau abjad biasa, juga diagram, not musik, kata-kata lisan, isyarat tangan, sinyal radio, dan program komputer yang mencakup kode biner, yakni sistem bilangan berbasis nol dan satu. Hampir segala hal bisa menjadi media penyampaian informasi​—mulai dari cahaya, gelombang radio, hingga kertas dan tinta. Yang pasti, informasi yang bermakna selalu dikaitkan dengan sumber yang cerdas. Namun, tidak demikian halnya jika informasinya terdapat dalam sebuah sel hidup. Para evolusionis mengatakan bahwa informasi demikian muncul begitu saja atau, entah bagaimana, tertulis dengan sendirinya. Benarkah demikian? Pertimbangkan buktinya.

      Dapatkah Informasi yang Rumit Tertulis dengan Sendirinya?

      Pada nukleus dalam hampir setiap sel-hidup di tubuh Anda terdapat kode menakjubkan yang tersimpan dengan aman, yakni asam deoksiribonukleat (DNA). DNA termuat dalam molekul beruntaian ganda yang panjang yang tampak seperti tangga berpilin. DNA Anda mirip rumus, atau program, yang mengatur pembentukan, pertumbuhan, pemeliharaan, dan reproduksi triliunan sel yang membentuk tubuh Anda. Unit-unit dasar yang membentuk DNA disebut nukleotida. Unit-unit itu disebut A, C, G, dan T, bergantung pada basa kimia yang terkandung di dalamnya.a Ibarat huruf-huruf dalam abjad, keempat huruf itu dapat dikombinasikan dalam beragam cara untuk membentuk ”kalimat”​—instruksi yang mengarahkan replikasi atau penyalinan dan proses lainnya dalam sel.

      Keseluruhan paket informasi yang tersimpan dalam DNA disebut genom. Beberapa urutan huruf dalam DNA Anda itu unik karena mengandung informasi genetika Anda​—warna mata, warna kulit, bentuk hidung, dan sebagainya. Singkatnya, genom Anda bisa disamakan dengan perpustakaan rumus yang besar tentang setiap bagian tubuh Anda, dan Anda-lah hasil akhirnya.

      Seberapa besar ”perpustakaan” ini? Genom terdiri dari sekitar tiga miliar ”huruf”, atau nukleotida (basa). Jika disalin, genom dapat mengisi 200 jilid buku telepon setebal 1.000 halaman, menurut Proyek Genom Manusia.

      Fakta ini mengingatkan kita akan doa yang dicatat sekitar 3.000 tahun yang lalu. Doa ini terdapat di Mazmur 139:16, yang berbunyi, ”Matamu melihat bahkan ketika aku masih embrio, dan semua bagiannya tertulis dalam bukumu.” Tentu saja, sang penulis bukanlah seorang ilmuwan, tetapi dengan bahasa yang sederhana ia menuangkan konsep yang luar biasa akurat untuk menggambarkan hikmat dan kuasa Allah yang mengagumkan. Sungguh berbeda dengan tulisan-tulisan religius kuno lainnya yang penuh mitos dan takhayul!

      Siapa yang Menyusun ”Perpustakaan” Itu?

      Nalar kita mengatakan bahwa pahatan ”John 1800” pada batu pasti bersumber dari pikiran yang cerdas. Nah, bukankah informasi yang jauh lebih rumit dan penting dalam DNA juga berasal dari sumber yang cerdas? Apalagi kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa terdapat informasi yang berharga dalam DNA. Ilmuwan komputer dan informatika Donald E. Johnson mengatakan bahwa hukum kimia dan fisika tidak sanggup menciptakan informasi pelik atau sistem yang memproses informasi itu. Dan, masuk akal bahwa semakin rumit suatu paket informasi semakin tinggi pula kecerdasan yang diperlukan untuk menulisnya. Seorang anak dapat menulis ”John 1800”. Tetapi, hanya pikiran adimanusiawilah yang sanggup menulis kode kehidupan. Terlebih lagi, jurnal Nature mengatakan bahwa kerumitan biologi kian lama kian pelik seraya setiap temuan baru diteliti.

      Anggapan bahwa perpustakaan informasi yang rumit dalam DNA adalah hasil dari proses yang kacau dan serampangan bertentangan dengan nalar dan pengalaman manusia.b Kepercayaan itu justru membutuhkan jauh lebih banyak iman.

      Dalam upaya untuk menyingkirkan sosok Allah, para evolusionis adakalanya menarik kesimpulan yang belakangan terbukti keliru. Misalnya, perhatikan pandangan bahwa sekitar 98 persen genom kita itu ”sampah”—perpustakaan rumus yang memuat miliaran kata yang tidak berguna.

      Apakah Itu Memang ”Sampah”?

      Para biolog sudah lama percaya bahwa DNA tidaklah lebih dari rumus untuk perakitan protein. Namun, ternyata diketahui bahwa hanya sekitar 2 persen genom yang berisi kode untuk protein. Bagaimana dengan 98 persennya? DNA misterius ini ”segera dicap sebagai sampah evolusi”, ujar John S. Mattick, profesor Biologi Molekuler di University of Queensland di Brisbane, Australia.

      llmuwan yang disebut-sebut sebagai penemu istilah ”DNA sampah” adalah evolusionis Susumu Ohno. Dalam makalah ”Banyaknya DNA ’Sampah’ dalam Genom Kita”, ia menulis bahwa urutan DNA yang berlebih ”adalah sisa-sisa eksperimen alam yang gagal. Di bumi berserakan sisa-sisa fosil spesies yang telah punah; tidak heran bahwa genom kita pun berisi sisa-sisa gen yang sudah punah”.

      Bagaimana konsep DNA ”sampah” memengaruhi penelitian genetika? Biolog molekuler Wojciech Makalowski mengatakan bahwa pemikiran seperti itu ”menciutkan semangat mayoritas periset untuk meneliti DNA [sampah] tak berkode”. Tetapi, ada sejumlah kecil ilmuwan ”yang menyelidiki hal-hal yang tidak populer dengan risiko diejek. Berkat mereka, pandangan tentang DNA sampah . . . mulai berubah pada awal 1990-an”. Ia menambahkan bahwa apa yang biasanya dianggap sampah, kini oleh para biolog disebut ”sebagai harta karunnya genom”.

      Dalam pandangan Mattick, teori DNA sampah adalah contoh klasik tentang tradisi ilmiah ”yang menyimpang dari penganalisisan fakta secara objektif”. Menurutnya, kegagalan untuk mengakui hal ini ”bisa tercatat sebagai salah satu kekeliruan terbesar dalam sejarah biologi molekuler.” Jelaslah, kebenaran ilmiah perlu ditentukan berdasarkan bukti, bukan suara terbanyak. Kalau begitu, apa yang disingkapkan oleh bukti baru-baru ini tentang peranan DNA ”sampah”?

      Yang Bisa Dilakukan Si ”Sampah”

      Pabrik mobil menggunakan mesin-mesin untuk merakit komponen mobil. Tetapi, mobil tidak langsung jadi pada tahap ini. Pabrik memerlukan perangkat yang menyatukan komponen itu satu per satu dan perangkat lain yang berfungsi sebagai pengendali, atau pengatur, dalam jalur perakitan. Kesibukan serupa terjadi dalam sel. Komponen mobil bisa disamakan dengan protein yang dihasilkan dalam sel. Nah, apa yang bisa disamakan dengan perangkat yang menyatukan dan mengatur komponen itu? DNA ”sampah”! Para periset memperkirakan bahwa sebagian besar DNA ”sampah” itu berisi rumus untuk RNA pengatur (asam ribonukleat), yang berperan penting dalam membuat sel berkembang, matang, dan berfungsi.c ”Adanya pengatur yang eksotik ini saja menunjukkan bahwa pemahaman kita tentang hal-hal yang paling mendasar . . . sangat, sangat naif,” kata pakar biologi matematika Joshua Plotkin dalam majalah Nature.

      Pabrik yang efisien juga membutuhkan sistem komunikasi yang efektif. Begitu juga dengan sel. Tony Pawson, biolog sel di University of Toronto, Ontario, menjelaskan, ”Penyampaian informasi dalam sel diatur melalui jaringan-jaringan informasi dan bukannya jalur-jalur terpisah yang sederhana,” sehingga seluruh prosesnya ”jauh lebih rumit” daripada yang dikira sebelumnya. Malah, seorang pakar genetika di Princeton University mengatakan, ”Banyak mekanisme dan prinsip yang mengatur perilaku antarsel dan dalam sel masih menjadi misteri.”

      Setiap temuan baru tentang sel semakin menunjukkan tingkat keteraturan dan kecanggihan yang lebih tinggi. Lantas, mengapa begitu banyak orang tetap berpegang pada konsep bahwa kehidupan dan sistem informasi tercanggih ini adalah hasil proses evolusi acak?

      [Catatan Kaki]

      a Tiap nukleotida memuat satu dari empat basa kimia: (A) adenina, (C) sitosina, (G) guanina, dan (T) timina.

      b Evolusi konon terjadi akibat mutasi, yang akan dijelaskan dengan singkat dalam artikel berikut.

      c Riset baru-baru ini memperlihatkan bahwa untaian panjang RNA tak berkode sangat rumit dan sebenarnya diperlukan untuk pertumbuhan yang normal. Para periset mendapati bahwa kerusakan dalam untaian panjang RNA tak berkode berkaitan dengan timbulnya banyak penyakit, seperti berbagai jenis kanker, psoriasis, dan bahkan penyakit Alzheimer. Apa yang sebelumnya dijuluki ”sampah” bisa menjadi kunci untuk mendiagnosis dan menangani berbagai penyakit!

      [Kotak di hlm. 5]

      SEBERAPA PANJANG DNA ANDA?

      Jika DNA dalam satu sel di tubuh Anda direntangkan, panjangnya akan mencapai sekitar dua meter. Menurut beberapa perkiraan, jika DNA dari triliunan sel di seluruh tubuh Anda dikeluarkan dan direntangkan dari ujung ke ujung, panjang keseluruhannya bisa hampir 670 kali jarak pulang pergi dari bumi ke matahari. Butuh waktu sekitar 185 jam untuk menempuh jarak tersebut dengan kecepatan cahaya.

  • Yang Manakah yang Lebih Masuk Akal?
    Sedarlah!—2011 | November
    • Yang Manakah yang Lebih Masuk Akal?

      TIDAK ada manusia yang menyaksikan awal kehidupan di bumi. Juga, tidak seorang pun yang pernah melihat bagaimana suatu jenis kehidupan lambat laun berubah​—reptil menjadi mamalia, misalnya.a Karena itu, kita mesti mengandalkan bukti yang tersedia untuk menarik kesimpulan tentang asal mula kehidupan. Dan, kita perlu membiarkan bukti yang berbicara alih-alih memaksakan gagasan kita sendiri.

      Tetapi, banyak orang ateis memandang sains melalui paham kebendaan​—falsafah yang menganggap asal mula kehidupan semata-mata disebabkan oleh benda atau materi. ”Kami telanjur berkomitmen . . . kepada paham kebendaan,” tulis evolusionis Richard C. Lewontin. ”Paham kebendaan itu mutlak karena kami tidak bisa menerima kehadiran Pribadi Ilahi.” Maka, para penganut paham kebendaan memeluk satu-satunya alternatif yang ada, yaitu evolusi.

      Orang-orang yang religius boleh jadi juga sudah punya konsep sendiri yang mengaburkan pandangan mereka terhadap sains. Misalnya, sebagaimana disebutkan di awal, beberapa penganut kreasionisme berpaut pada konsep yang salah bahwa Allah membentuk dunia dalam enam hari harfiah sekitar beberapa ribu tahun silam. Karena sudah telanjur berkomitmen begitu, mereka berupaya mencocok-cocokkan bukti dengan penafsiran harfiah mereka terhadap Alkitab. (Lihat kotak ”Berapa Lamakah Satu ’Hari’?” di halaman 9.) Orang-orang yang memiliki penafsiran ekstrem demikian terhadap Alkitab dan sains tidak mempunyai jawaban yang memuaskan sewaktu mereka berusaha mencari bukti atas keyakinan mereka.

      Mana yang Cocok dengan Semua Fakta?

      Sehubungan dengan asal mula molekul rumit yang membentuk organisme hidup, beberapa evolusionis memercayai hal-hal berikut:

      1. Unsur-unsur utama entah bagaimana berikatan membentuk molekul-molekul dasar.

      2. Molekul-molekul tersebut kemudian saling terhubung dengan urutan yang tepat yang diperlukan untuk membentuk DNA, RNA, atau protein dengan kemampuan untuk menyimpan informasi yang dibutuhkan guna melaksanakan fungsi yang mutlak perlu bagi kehidupan.

      3. Molekul-molekul itu entah bagaimana membentuk urutan spesifik yang diperlukan untuk mereplikasi atau menyalin dirinya. Tanpa replikasi, tidak akan ada perkembangan evolusi, atau bahkan kehidupan itu sendiri.

      Bagaimana molekul-molekul kehidupan itu terbentuk dan memperoleh kesanggupan yang luar biasa tanpa adanya perancang yang cerdas? Penelitian evolusi tidak bisa memberikan penjelasan yang memadai atau jawaban yang memuaskan atas pertanyaan tentang asal mula kehidupan. Alhasil, orang-orang yang menyangkal campur tangan dari Sang Pencipta justru mengagungkan molekul dan kekuatan alam yang tak berakal.

      Tetapi, apa yang ditunjukkan oleh berbagai fakta? Bukti yang ada memperlihatkan bahwa molekul tidak berkembang menjadi bentuk kehidupan yang rumit, tetapi kebalikannya yang terjadi. Hukum fisika menyatakan bahwa hal-hal yang rumit​—mesin, rumah, dan bahkan sel hidup—​pada akhirnya akan rusak.b Namun, para evolusionis mengatakan bahwa hal sebaliknya bisa terjadi. Misalnya, buku Evolution for Dummies mengatakan bahwa evolusi terjadi karena bumi ”mendapatkan banyak energi dari matahari, dan energi itulah yang menyebabkan berbagai hal menjadi kian kompleks”.

      Yang pasti, energi diperlukan untuk mengubah ketidakteraturan menjadi keteraturan​—misalnya, untuk menyatukan bata, kayu, dan paku menjadi sebuah rumah. Namun, energi itu harus dikendalikan dengan cermat dan terarah karena energi yang tak terkendali lebih condong mempercepat kemerosotan sebagaimana energi dari matahari dan cuaca dapat memacu kerusakan sebuah bangunan.c Orang-orang yang memercayai evolusi tidak bisa memberikan penjelasan yang memuaskan tentang bagaimana energi itu sampai bisa diarahkan dengan tepat guna.

      Di pihak lain, bila kita memandang kehidupan dan alam semesta sebagai karya Pencipta yang berhikmat yang mempunyai ’energi dinamis yang berlimpah’, kita bisa menjelaskan bukan hanya sistem informasi kehidupan yang pelik, melainkan juga kekuatan yang disetel dengan teliti untuk mengatur materi, mulai dari galaksi yang mahaluas hingga atom yang sangat kecil.d​—Yesaya 40:26.

      Kepercayaan akan Pencipta juga selaras dengan pandangan umum dewasa ini bahwa alam semesta fisik memiliki awal. ”Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi,” kata Kejadian 1:1.

      Setiap temuan baru cenderung membuat paham kebendaan semakin sulit dibela. Fakta ini menggerakkan beberapa orang ateis merevisi pandangan mereka.e Ya, beberapa orang yang dulunya ateis akhirnya menyimpulkan bahwa keajaiban alam semesta merupakan bukti nyata akan ’sifat-sifat yang tidak kelihatan’ dan ’kuasa yang kekal’ dari Pencipta kita, Allah Yehuwa. Maukah Anda merenungkannya dengan lebih mendalam lagi? Ini sangat penting dan besar pengaruhnya.f

      [Catatan Kaki]

      a Meski dengan teguh memercayai evolusi, biolog Ernst Mayr mengakui bahwa ”catatan fosil adalah salah satu jurang pemisah”, karena jenis-jenis baru organisme muncul secara tiba-tiba.

      b Kemerosotan itu diakibatkan oleh apa yang disebut para ilmuwan sebagai hukum termodinamika kedua. Singkatnya, hukum ini menyatakan bahwa keteraturan akan cenderung secara alami merosot menjadi ketidakteraturan.

      c DNA bisa diubah oleh mutasi, yang dapat disebabkan oleh hal-hal seperti radiasi dan zat-zat kimia tertentu. Tetapi, mutasi tidak menyebabkan terbentuknya spesies baru.​—Lihat artikel ”Apakah Evolusi Suatu Fakta?” di Sedarlah! September 2006.

      d Lihat buku Apakah Ada Pencipta yang Mempedulikan Anda? yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

      e Lihat artikel ”Saya Dibesarkan sebagai Orang Ateis”, di Sedarlah! November 2010.

      f Untuk informasi tambahan tentang topik penciptaan versus evolusi, silakan lihat brosur Benarkah Kehidupan Diciptakan? dan Asal Mula Kehidupan​—Lima Pertanyaan yang Patut Direnungkan yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

      [Kotak di hlm. 8]

      APAKAH MANUSIA BEREVOLUSI ATAU MEROSOT?

      Beberapa ilmuwan menyatakan keprihatinan serius bahwa genom manusia sebenarnya merosot akibat mutasi, atau ketidaksempurnaan yang terakumulasi. Jika benar, fakta ini akan merongrong pandangan bahwa kita berevolusi, atau berkembang menjadi lebih baik. Tetapi, jika Allah yang menciptakan genom manusia, mengapa sampai ada cacatnya? Alkitab memberi tahu kita apa yang tidak bisa dijelaskan sains, yaitu bahwa ketidaksempurnaan manusia berasal dari dosa, atau ketidaktaatan kepada Allah. ”Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang [Adam] dan kematian, melalui dosa,” kata Roma 5:12. Karena itu, genom yang merosot bertentangan dengan evolusi, tetapi justru mendukung Alkitab. Apakah ini berarti bahwa genom akan terus merosot selamanya? Tidak! Allah berjanji untuk turun tangan dalam urusan manusia dan memperbaiki segala kerusakan yang disebabkan oleh orang tua kita yang pertama. Ya, Pencipta kitalah, bukannya evolusi yang tak berakal, yang akan menyempurnakan genom kita.—Penyingkapan (Wahyu) 21:3, 4.

      [Kotak di hlm. 9]

      BERAPA LAMAKAH SATU ”HARI”?

      Dalam Alkitab, kata ”hari” bisa memaksudkan berbagai periode waktu. Misalnya, di Kejadian 2:4, seluruh enam ”hari” periode penciptaan disebut sebagai ”hari Allah Yehuwa membuat bumi dan langit”. Setiap ”hari” jelas mencakup jangka waktu yang cukup panjang. Sungguh menarik, meski secara spesifik menyebut akhir dari setiap enam ”hari” pertama, Alkitab tidak menyebut akhir dari hari ketujuh. Mengapa? Karena hari itu masih berlangsung.​—Kejadian 2:3; Ibrani 4:4-6, 11.

      [Gambar di hlm. 8]

      Jika tak dipelihara, benda cenderung rusak

      [Gambar di hlm. 8, 9]

      Kuasa dan sifat-sifat Allah lainnya nyata di alam semesta

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan