PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2 “Pengendalian Diri”
  • Pengendalian Diri

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pengendalian Diri
  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Memupuk Buah Pengendalian Diri
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Pengendalian Diri​—Mengapa Begitu Penting?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Untuk Memenangkan Hadiah, Perlihatkanlah Pengendalian Diri!
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2003
  • Tambahkanlah Kepada Pengetahuanmu Pengendalian Diri
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2003
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2 “Pengendalian Diri”

PENGENDALIAN DIRI

Kesanggupan untuk menahan, mengekang, atau menguasai tindakan, perkataan, pikiran, dan diri sendiri. (Kej 43:31; Est 5:10; Mz 119:101; Ams 10:19; Yer 14:10; Kis 24:25) Istilah Ibrani dan Yunani yang berkaitan dengan pengendalian diri secara harfiah mengandung arti memiliki kuasa atau kendali atas diri sendiri. Pengendalian diri adalah ’buah roh Allah’ (Gal 5:22, 23); dan Yehuwa, kendati memiliki kuasa yang tak terbatas, selalu menjalankan pengendalian diri. Ia tidak langsung mengambil tindakan terhadap para pelaku kesalahan, sebaliknya Ia membiarkan waktu berlalu sehingga mereka mendapat kesempatan untuk berpaling dari haluan mereka yang fasik dan dengan demikian memperoleh perkenan-Nya.—Yer 18:7-10; 2Ptr 3:9.

Namun, kalau sudah dipastikan bahwa orang-orang yang diberi waktu untuk bertobat tidak mau memanfaatkan belas kasihan-Nya, Yehuwa berhak untuk tidak lagi menahan pelaksanaan penghakiman. Salah satu contoh adalah orang-orang yang membuat Yerusalem telantar. Karena tidak mengakui bahwa Yehuwa mengizinkan mereka untuk menaklukkan Israel sebagai tindakan disiplin atas ketidaksetiaannya, para penelantar memperlakukan orang Israel tanpa belas kasihan dan melaksanakan tindakan itu melampaui batas yang digariskan dalam penghakiman dari Allah. (Bdk. Yes 47:6, 7; Za 1:15.) Yehuwa telah mengetahui hal itu sebelumnya dan, melalui nabi Yesaya, menunjukkan bahwa akan datang waktunya manakala Ia tidak akan menahan diri lagi untuk menghukum mereka, ”Aku berdiam diri untuk waktu yang lama. Aku terus diam. Aku terus mengendalikan diri. Seperti seorang wanita yang sedang melahirkan, aku akan mengerang, terengah-engah, dan juga tersengal-sengal. Aku akan menghancurkan gunung-gunung dan bukit-bukit, dan tumbuh-tumbuhannya akan kubuat kering.”—Yes 42:14, 15.

Kristus Yesus juga menjalankan pengendalian diri. Sewaktu menarik perhatian para hamba-rumah akan perlunya ketundukan kepada pemilik mereka, rasul Petrus menulis, ”Sebenarnya, kepada haluan inilah kamu dipanggil, karena Kristus menderita bagimu, meninggalkan bagimu suatu model agar kamu mengikuti langkah-langkahnya dengan saksama. . . . Pada waktu ia dicerca, ia tidak membalas dengan mencerca. Pada waktu ia menderita, ia tidak mengancam, tetapi terus mempercayakan dirinya kepada pribadi yang menghakimi dengan adil-benar.”—1Ptr 2:21-23.

Pada ”hari-hari terakhir”, kurangnya pengendalian diri merupakan salah satu ciri orang-orang yang tidak mempraktekkan Kekristenan sejati. (2Tim 3:1-7) Namun, karena orang Kristen harus menjadi peniru Allah dan Putra-Nya (1Kor 11:1; Ef 5:1), mereka harus berupaya memupuk pengendalian diri dalam segala hal. (1Kor 9:25) Rasul Petrus mengatakan, ”Tambahkanlah kepada imanmu kebajikan, kepada kebajikanmu, pengetahuan, kepada pengetahuanmu, pengendalian diri, kepada pengendalian dirimu, ketekunan, kepada ketekunanmu, pengabdian yang saleh, kepada pengabdianmu yang saleh, kasih sayang persaudaraan, kepada kasih sayang persaudaraanmu, kasih. Karena jika perkara-perkara ini ada dalam dirimu dan melimpah, semua ini akan mencegahmu menjadi tidak aktif ataupun tidak berbuah sehubungan dengan pengetahuan yang saksama tentang Tuan kita, Yesus Kristus.”—2Ptr 1:5-8.

Sifat pengendalian diri hendaknya nyata di antara orang-orang yang melayani sebagai pengawas dalam sidang Kristen. (Tit 1:8) Jika para pengawas ingin menangani masalah-masalah sidang dengan efektif, mereka harus memelihara pengendalian diri dalam perkataan dan perbuatan. Rasul Paulus menasihati Timotius, ”Selanjutnya, tolaklah persoalan-persoalan yang bodoh dan hampa, karena engkau mengetahui bahwa hal-hal itu menimbulkan perkelahian. Tetapi seorang budak dari Tuan tidak perlu berkelahi, melainkan lembut terhadap semua orang, cakap mengajar, menahan diri menghadapi apa yang jahat, dengan lemah lembut mengajar orang-orang yang cenderung bersikap tidak setuju.”—2Tim 2:23-25.

Apabila seseorang gagal menjalankan pengendalian diri dalam situasi tertentu, catatan panjang sehubungan dengan dinasnya yang setia dapat tercemar dan ia dapat terjerumus ke dalam berbagai kesulitan. Hal ini dapat digambarkan dengan apa yang terjadi pada Raja Daud. Meskipun loyal terhadap ibadat sejati dan mempunyai kasih akan prinsip-prinsip yang adil-benar dalam hukum Allah (bdk. Mz 101), Daud berzina dengan Bat-syeba, dan hal ini membuat dia menyuruh agar suami Bat-syeba, Uria, ditempatkan di posisi pertempuran yang selalu terancam maut. Sebagai akibatnya, selama bertahun-tahun setelahnya, Daud dilanda berbagai kesulitan yang parah dalam keluarganya. (2Sam 12:8-12) Kasusnya juga mempertunjukkan hikmat untuk menghindari situasi-situasi yang dapat mengarah kepada hilangnya pengendalian diri. Sebenarnya Daud dapat pergi dari atap istananya, tetapi ia terus melihat Bat-syeba yang sedang mandi sehingga ia berahi terhadapnya.—2Sam 11:2-4.

Demikian pula, tidaklah bijaksana jika seseorang yang kurang pengendalian diri tetap melajang padahal ia dapat memasuki perkawinan yang terhormat dan dengan demikian melindungi diri terhadap percabulan. Sehubungan dengan hal ini, rasul Paulus menulis, ”Jika mereka tidak mempunyai pengendalian diri, biarlah mereka menikah, karena lebih baik menikah daripada berkobar dengan nafsu.”—1Kor 7:9, 32-38.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan