-
Disiplin—Bukti Kasih AllahMenara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2018 | Maret
-
-
Disiplin Bukti Kasih Allah
”Yehuwa mendisiplin semua yang Dia sayangi.”—IBR. 12:6.
1. Apa yang Alkitab katakan tentang disiplin?
APA yang ada di pikiran Saudara ketika mendengar kata ”disiplin”? Banyak orang langsung terpikir ”hukuman”. Tapi, disiplin tidak hanya memaksudkan hal itu. Di banyak ayat, kata disiplin sering diterjemahkan menjadi ”didikan”. Alkitab mengatakan bahwa disiplin bermanfaat bagi kita dan kadang menyebutkannya bersamaan dengan pengetahuan, hikmat, kasih, dan kehidupan. (Ams. 1:2-7; 4:11-13) Dengan mendisiplin kita, Allah menunjukkan bahwa Dia menyayangi kita dan ingin agar kita hidup selamanya. (Ibr. 12:6) Disiplin dari Allah kadang berupa hukuman, tapi hukuman itu tidak kejam atau menyiksa. Malah, makna utama kata ”disiplin” adalah didikan, seperti yang diberikan orang tua yang pengasih kepada anaknya.
2, 3. Apa yang tercakup dalam memberikan disiplin? (Lihat gambar di awal artikel.)
2 Sebagai contoh, katakanlah seorang anak bernama Doni bermain bola di dalam rumah. Ibunya berkata, ”Doni, jangan main bola di dalam rumah. Nanti ada yang pecah.” Tapi, Doni tidak mendengarkan ibunya dan terus bermain. Akibatnya, dia memecahkan vas bunga. Apa yang dilakukan ibunya untuk mendisiplin dia? Disiplin ibunya mencakup ajaran dan hukuman. Dia mengajar dengan menjelaskan mengapa perbuatan Doni salah. Dia ingin agar anaknya mengerti bahwa menaati orang tua itu penting dan bahwa aturan yang diberikan itu memang perlu dan masuk akal. Lalu, ibunya menghukum dia dengan mengambil bolanya untuk sementara. Dengan begitu, Doni akan ingat bahwa kalau dia tidak taat, akan ada akibatnya.
3 Sebagai orang Kristen, kita adalah bagian dari ”rumah tangga Allah”. (1 Tim. 3:15) Bapak kita, Yehuwa, berhak memutuskan mana yang benar dan salah, serta mendisiplin kita jika kita tidak menaati-Nya. Saat kita melakukan kesalahan dan mendapat disiplin yang pengasih dari Yehuwa, itu bisa membuat kita ingat pentingnya menaati Dia. (Gal. 6:7) Allah sangat menyayangi kita dan tidak mau kita menderita.—1 Ptr. 5:6, 7.
4. (a) Yehuwa ingin kita melatih orang lain dengan cara apa? (b) Apa yang akan kita bahas di artikel ini?
4 Disiplin yang berdasarkan Alkitab bisa melatih seorang anak atau pelajar Alkitab untuk menjadi pengikut Kristus. Dengan menggunakan Alkitab, kita membantu mereka untuk mengerti mana yang benar dan salah, serta untuk menjalankan semua perintah Yesus. (Mat. 28:19, 20; 2 Tim. 3:16) Yehuwa ingin agar kita melatih mereka seperti itu, supaya mereka juga bisa membantu orang lain menjadi pengikut Kristus. (Baca Titus 2:11-14.) Sekarang, mari kita bahas tiga pertanyaan penting ini: (1) Bagaimana disiplin dari Allah membuktikan bahwa Dia menyayangi kita? (2) Apa yang bisa kita pelajari dari contoh orang-orang yang didisiplin Allah? (3) Bagaimana kita bisa meniru Yehuwa dan Putra-Nya saat memberi disiplin?
ALLAH MENDISIPLIN DENGAN PENGASIH
5. Bagaimana disiplin dari Yehuwa membuktikan bahwa Dia menyayangi kita?
5 Yehuwa mengoreksi, mendidik, dan melatih kita karena Dia sayang kepada kita. Dia ingin agar kita tetap dekat dengan-Nya dan hidup selamanya. (1 Yoh. 4:16) Dia tidak pernah menghina atau membuat kita merasa tidak berharga. (Ams. 12:18) Sebaliknya, Yehuwa berfokus pada sifat-sifat baik kita dan memberi kita kebebasan memilih. Yehuwa mendisiplin kita melalui Alkitab, publikasi, orang tua, atau para penatua. Apakah kita memandang semua itu sebagai bukti kasih Yehuwa? Saat kita ”salah langkah”, bahkan sebelum kita menyadarinya, para penatua akan mengoreksi kita dengan lembut dan pengasih. Dengan melakukannya, mereka sebenarnya mencerminkan kasih Yehuwa.—Gal. 6:1.
6. Mengapa disiplin membuktikan kasih Allah, bahkan ketika seseorang tidak boleh lagi menjalankan tugas tertentu?
6 Kadang, orang yang didisiplin tidak hanya dinasihati. Jika dia melakukan dosa serius, dia tidak boleh lagi menjalankan tugas tertentu di sidang. Tapi, disiplin yang diterimanya adalah bukti bahwa Allah menyayangi dia. Mengapa? Karena disiplin itu bisa membuat dia sadar bahwa dia perlu lebih sering belajar Alkitab, merenung, dan berdoa. Hal-hal itu bisa memperkuat hubungan-Nya dengan Yehuwa. (Mz. 19:7) Setelah beberapa waktu, dia mungkin mendapatkan kembali tanggung jawab atau tugas-tugasnya yang dulu. Bagaimana dengan pemecatan? Itu pun sebenarnya bukti kasih Yehuwa, karena hal itu melindungi sidang dari pengaruh buruk. (1 Kor. 5:6, 7, 11) Dan karena disiplin dari Allah selalu adil, pemecatan akan membuat seseorang sadar bahwa dosanya sangat serius, sehingga dia bisa tergerak untuk bertobat.—Kis. 3:19.
DISIPLIN YEHUWA TERBUKTI BERMANFAAT
7. Siapa Syebna itu, dan sifat buruk apa yang dia miliki?
7 Untuk memahami pentingnya disiplin, mari kita bahas pengalaman dari dua orang yang didisiplin Yehuwa. Yang pertama adalah Syebna, orang Israel yang hidup di zaman Raja Hizkia, dan yang kedua Graham, seorang saudara di zaman kita. Syebna adalah seorang ”pengurus istana”, kelihatannya istana Raja Hizkia. Dia punya kedudukan yang tinggi. (Yes. 22:15) Tapi kemudian, Syebna menjadi sombong dan ingin dianggap penting. Dia bahkan membuat kuburan yang mewah untuk dirinya sendiri dan mengendarai ’kereta-kereta yang mulia’.—Yes. 22:16-18.
Jika kita rendah hati dan mau berubah, kita akan diberkati (Lihat paragraf 8-10)
8. Bagaimana Yehuwa mendisiplin Syebna, dan apa hasilnya?
8 Karena Syebna ingin dimuliakan, Allah memberikan jabatannya kepada Eliakim. (Yes. 22:19-21) Ini terjadi ketika Sanherib raja Asiria berniat untuk menyerang Yerusalem. Belakangan, Sanherib mengutus para pejabatnya ke Yerusalem, bersama pasukannya yang besar, untuk menakut-nakuti orang Yahudi dan membuat Raja Hizkia menyerah. (2 Raj. 18:17-25) Hizkia pun mengutus Eliakim dan dua orang lainnya untuk menemui mereka. Salah satunya adalah Syebna, yang saat itu menjadi sekretaris. Ini menunjukkan bahwa Syebna sepertinya sudah belajar untuk menjadi rendah hati. Dia tidak tersinggung atau mengasihani diri. Sebaliknya, dia rela menerima jabatan yang lebih rendah. Ada tiga hal yang bisa kita pelajari dari contoh Syebna.
9-11. (a) Pelajaran penting apa yang bisa kita pelajari dari contoh Syebna? (b) Apa yang ingin Saudara tiru dari cara Yehuwa memperlakukan Syebna?
9 Pertama, Syebna diturunkan dari jabatannya. Ini mengingatkan kita bahwa ”kesombongan berujung pada kehancuran”. (Ams. 16:18) Jika Saudara punya tugas khusus di sidang dan Saudara dianggap penting, apakah Saudara akan tetap rendah hati? Ingatlah, semua kesanggupan dan keberhasilan kita berasal dari Yehuwa. (1 Kor. 4:7) Rasul Paulus menasihati kita agar ’tidak menilai diri kita lebih tinggi daripada yang sebenarnya, tapi menilai diri kita apa adanya’.—Rm. 12:3.
10 Kedua, teguran keras yang Yehuwa berikan kepada Syebna menunjukkan bahwa Yehuwa percaya Syebna bisa berubah. (Ams. 3:11, 12) Jika Saudara tidak boleh lagi menjalankan tugas tertentu di sidang, tirulah Syebna. Jangan marah atau tersinggung. Teruslah layani Yehuwa dengan sepenuh hati, dan pandanglah disiplin itu sebagai bukti bahwa Yehuwa menyayangi Saudara. Ingatlah, Bapak kita memberkati orang yang rendah hati. (Baca 1 Petrus 5:6, 7.) Disiplin yang pengasih dari Yehuwa bisa membentuk kita jika kita mau dibentuk seperti tanah liat yang lunak.
11 Ketiga, cara Yehuwa memperlakukan Syebna adalah contoh yang bagus bagi orang tua dan penatua. Meski Yehuwa membenci dosa, Dia tetap menyayangi orang yang berdosa dan mencari hal-hal baik dari orang itu. Jika Saudara adalah orang tua atau penatua, apakah Saudara meniru cara Yehuwa mendisiplin?—Yud. 22, 23.
12-14. (a) Apa reaksi beberapa orang yang didisiplin Yehuwa? (b) Bagaimana Firman Allah membantu seorang saudara berubah, dan apa hasilnya?
12 Sayangnya, beberapa orang begitu sakit hati ketika didisiplin, sampai-sampai mereka menjauh dari Allah dan sidang. (Ibr. 3:12, 13) Apakah mereka masih bisa dibantu? Ya! Seorang saudara bernama Graham pernah dipecat, dan belakangan diterima kembali. Tapi setelah itu, dia tidak lagi mengabar atau berhimpun. Meski begitu, seorang penatua berupaya mendekati dia, dan Graham akhirnya meminta untuk belajar Alkitab dengannya.
13 Penatua itu bercerita, ”Dulu, Graham punya sifat sombong. Dia kritis terhadap para penatua yang menangani kasus pemecatannya. Jadi kami beberapa kali membahas ayat-ayat tentang kesombongan dan pengaruhnya. Graham mulai memeriksa diri dengan bantuan Firman Allah, dan dia tahu bahwa dia perlu berubah. Hasilnya luar biasa! Dia sadar bahwa selama ini, sifat sombongnya itu seperti ’balok’ di matanya, yang membuatnya seolah-olah buta. Setelah mengakui bahwa masalahnya adalah sikapnya yang kritis, dia segera berubah. Dia mulai teratur berhimpun, sungguh-sungguh mempelajari Firman Allah, dan berdoa tiap hari. Dia juga menjalankan kewajiban rohaninya sebagai kepala keluarga. Istri dan anak-anaknya pun senang.”—Luk. 6:41, 42; Yak. 1:23-25.
14 Penatua itu melanjutkan, ”Suatu hari, Graham mengatakan sesuatu yang membuat saya tersentuh. Dia bilang, ’Saya sudah lama mengenal kebenaran, dan saya bahkan pernah merintis. Tapi baru sekarang saya bisa berkata dengan jujur bahwa saya menyayangi Yehuwa.’” Tak lama kemudian, Graham ditugaskan untuk mengedarkan mikrofon di perhimpunan, dan dia senang mendapat tugas itu. Penatua itu berkata, ”Saya belajar dari dia bahwa orang yang menerima disiplin Allah dengan rendah hati akan diberkati!”
TIRULAH ALLAH DAN KRISTUS SAAT MENDISIPLIN
15. Apa yang harus kita lakukan agar disiplin yang kita berikan mudah diterima?
15 Untuk menjadi guru yang baik, kita harus menjadi murid yang baik. (1 Tim. 4:15, 16) Begitu juga, jika Saudara digunakan Yehuwa untuk mendisiplin orang lain, Saudara harus rendah hati dan mau dibimbing Yehuwa. Kalau orang lain melihat bahwa Saudara rendah hati, mereka akan merespek Saudara dan lebih mudah menerima nasihat Saudara. Mari kita lihat teladan Yesus.
16. Apa yang kita pelajari dari Yesus tentang mendisiplin dan mengajar?
16 Yesus selalu menaati Bapaknya, bahkan saat hal itu sulit dilakukan. (Mat. 26:39) Dia mengakui bahwa ajaran dan hikmatnya berasal dari Bapaknya. (Yoh. 5:19, 30) Karena Yesus rendah hati dan taat, dia menjadi guru yang berbelaskasihan, dan orang yang tulus senang berada di dekatnya. (Baca Matius 11:29.) Kata-kata Yesus yang baik hati bisa menguatkan orang-orang yang kecil hati dan lelah. (Mat. 12:20) Dia tidak menjadi kesal sewaktu para rasulnya bertengkar tentang siapa yang paling besar di antara mereka. Sebaliknya, dia mengoreksi mereka dengan lembut dan pengasih.—Mrk. 9:33-37; Luk. 22:24-27.
17. Bagaimana para penatua bisa menggembalakan sidang dengan baik?
17 Para penatua perlu meniru Kristus sewaktu memberikan disiplin berdasarkan Alkitab. Dengan begitu, mereka menunjukkan bahwa mereka mau dibimbing oleh Allah dan Putra-Nya. Rasul Petrus menulis, ”Gembalakan kawanan domba Allah yang dipercayakan kepada kalian. Kalian harus melayani sebagai pengawas, tidak dengan terpaksa, tapi dengan rela di hadapan Allah, dengan bersemangat, bukan demi mencari keuntungan yang tidak jujur, tidak memerintah umat Allah, tapi menjadi teladan bagi kawanan.” (1 Ptr. 5:2-4) Jika para penatua rela tunduk kepada Allah dan Kristus, itu akan bermanfaat bagi mereka dan orang-orang yang mereka gembalakan.—Yes. 32:1, 2, 17, 18.
18. (a) Tanggung jawab apa yang Yehuwa berikan kepada orang tua? (b) Bagaimana Allah membantu orang tua?
18 Bagaimana dengan disiplin, atau didikan, dalam keluarga? Yehuwa menasihati kepala keluarga, ”Jangan buat anak-anak kalian kesal. Sebaliknya, besarkan mereka dengan didikan dan nasihat Yehuwa.” (Ef. 6:4) Apakah hal ini memang penting? Amsal 19:18 berkata, ”Didiklah anakmu selama masih ada harapan. Jangan sampai kamu bertanggung jawab atas kematiannya.” Ya, Yehuwa akan meminta pertanggungjawaban orang tua jika mereka tidak mendidik anak mereka! (1 Sam. 3:12-14) Tapi, Yehuwa bisa memberikan hikmat dan kekuatan yang dibutuhkan, jika mereka berdoa memintanya serta mengikuti bimbingan Firman dan kuasa kudus-Nya.—Baca Yakobus 1:5.
BELAJAR UNTUK HIDUP DAMAI SELAMANYA
19, 20. (a) Apa berkatnya jika kita menerima disiplin Allah? (b) Apa yang akan kita bahas di artikel berikutnya?
19 Jika kita mau menerima disiplin Allah dan meniru Yehuwa dan Yesus saat mendisiplin, kita akan mendapat berkat yang limpah! Akan ada kedamaian dalam keluarga dan sidang, dan kita semua akan merasa aman, dihargai, dan disayangi. Di masa depan, kita akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang lebih besar lagi. (Mz. 72:7) Dengan memberikan disiplin, Bapak kita Yehuwa mempersiapkan kita untuk hidup selamanya sebagai satu keluarga yang harmonis. (Baca Yesaya 11:9.) Jika kita mengingat hal ini, kita akan memandang disiplin Yehuwa sebagai bukti bahwa Dia sangat menyayangi kita.
20 Di artikel berikutnya, kita akan belajar lebih banyak tentang disiplin dalam keluarga dan sidang. Kita juga akan membahas tentang caranya mendisiplin diri dan tentang satu hal yang lebih menyakitkan daripada mendapat disiplin.
-
-
Terimalah Disiplin agar Menjadi BerhikmatMenara Pengawal (Edisi Pelajaran)—2018 | Maret
-
-
Terimalah Disiplin agar Menjadi Berhikmat
”Dengarkan nasihat dan terimalah didikan, supaya nanti kamu menjadi berhikmat.”—AMS. 19:20, ctk.
1. Bagaimana kita bisa mendapat hikmat, dan apa manfaatnya?
YEHUWA adalah Sumber hikmat, dan Dia memberikannya dengan limpah kepada kita. Yakobus 1:5 berkata, ”Kalau kalian perlu lebih banyak hikmat, teruslah memintanya kepada Allah . . . karena Allah memberi dengan limpah kepada semua orang dan tidak akan mencela.” Kita bisa mendapat hikmat itu kalau kita mau menerima disiplin Allah. Hikmat bisa menjaga kita agar kita tetap dekat dengan Yehuwa dan tidak berbuat salah. (Ams. 2:10-12) Hasilnya, kita punya harapan untuk hidup selamanya.—Yud. 21.
2. Apa yang bisa membuat kita menghargai disiplin Allah?
2 Karena kita tidak sempurna atau karena cara kita dibesarkan, kita kadang sulit menerima disiplin. Kita bisa jadi memandang disiplin sebagai sesuatu yang buruk. Tapi kita akan menghargai disiplin Allah saat kita merasakan manfaatnya dan sadar bahwa itu adalah bukti kasih Allah. Amsal 3:11, 12 berkata, ”Anakku, jangan menolak disiplin dari Yehuwa . . . karena Yehuwa menegur orang yang Dia sayangi.” Yakinlah, Yehuwa menginginkan yang terbaik bagi kita. (Baca Ibrani 12:5-11.) Karena Dia mengenal kita dengan baik, disiplin yang Dia berikan selalu cocok bagi kita. Di artikel ini kita akan membahas empat hal tentang disiplin: (1) disiplin diri, (2) disiplin dari orang tua, (3) disiplin yang kita terima di sidang, dan (4) satu hal yang lebih menyakitkan daripada mendapat disiplin.
MENJADI BERHIKMAT DENGAN MEMILIKI DISIPLIN DIRI
3. Bagaimana seorang anak bisa memiliki disiplin diri? Berikan contoh.
3 Jika kita memiliki disiplin diri, kita bisa mengendalikan tingkah laku dan cara berpikir kita. Tapi kita tidak secara otomatis memilikinya. Kita perlu belajar. Ini mirip dengan seorang anak yang belajar naik sepeda. Awalnya, orang tuanya ikut memegang sepeda itu agar anaknya tidak jatuh. Setelah anak itu mulai bisa seimbang, orang tuanya akan sedikit-sedikit melepas pegangannya. Sewaktu orang tuanya yakin bahwa anak itu tidak akan jatuh, mereka akan benar-benar melepas pegangan mereka. Begitu juga, seorang anak akan memiliki hikmat dan disiplin diri jika orang tua dengan sabar melatih mereka dengan didikan dan nasihat dari Yehuwa.—Ef. 6:4.
4, 5. (a) Mengapa disiplin diri adalah bagian penting dari kepribadian baru? (b) Mengapa kita tidak perlu kecil hati jika kita melakukan kesalahan?
4 Orang yang mengenal Yehuwa setelah dewasa mungkin sedikit banyak sudah memiliki disiplin diri. Tapi, mereka belum menjadi orang Kristen yang matang. Mereka bisa menjadi matang jika mereka terus berusaha untuk ”mengenakan kepribadian baru” dan meniru Kristus. (Ef. 4:23, 24) Disiplin diri adalah bagian penting dari kepribadian baru, karena ini membuat kita bisa ”menolak apa yang buruk di mata Allah, menolak keinginan duniawi, hidup dengan pertimbangan yang baik, dengan kebenaran, dan dengan pengabdian kepada Allah di tengah dunia sekarang ini”.—Tit. 2:12.
5 Kita semua memang tidak sempurna. (Pkh. 7:20) Jadi kalau kita melakukan kesalahan, itu tidak selalu berarti kita tidak punya disiplin diri. Amsal 24:16 berkata, ”Kalaupun orang benar jatuh sampai tujuh kali, dia akan bangun lagi.” Bagaimana kita bisa ”bangun lagi”? Bukan dengan kekuatan kita sendiri, tapi dengan kuasa kudus Allah. (Baca Filipi 4:13.) Buah yang dihasilkan kuasa itu mencakup pengendalian diri, yang berkaitan dengan disiplin diri.
6. Bagaimana agar kita bisa menikmati pelajaran Alkitab? (Lihat gambar di awal artikel.)
6 Untuk memiliki disiplin diri, kita juga perlu berdoa, belajar Alkitab, dan merenung. Tapi, bagaimana jika Saudara kesulitan mempelajari Alkitab atau tidak suka belajar? Ingatlah, Yehuwa bisa membantu Saudara ’memupuk keinginan’ akan Firman-Nya jika Saudara mau dibantu. (1 Ptr. 2:2) Jadi, berdoalah meminta bantuan Allah. Lalu, Saudara bisa mulai dengan menggunakan beberapa menit saja setiap kali belajar. Lama-lama, belajar Alkitab akan menjadi semakin mudah dan menyenangkan. Saudara akan menikmati saat-saat Saudara merenungkan Firman Yehuwa yang berharga.—1 Tim. 4:15.
7. Bagaimana disiplin diri bisa membantu kita mencapai cita-cita rohani kita?
7 Disiplin diri bisa membantu kita mencapai cita-cita rohani kita. Misalnya, seorang ayah merasa bahwa semangatnya dalam pelayanan sudah menurun. Maka, dia bertekad untuk merintis biasa. Bagaimana disiplin diri membantu dia? Dia membaca artikel-artikel di majalah kita tentang merintis dan mendoakannya. Itu memperkuat hubungannya dengan Yehuwa. Dia juga merintis ekstra sesering mungkin. Meski ada banyak tantangan, dia tetap fokus pada cita-citanya. Akhirnya, dia menjadi perintis biasa.
BESARKAN ANAK SAUDARA DENGAN DIDIKAN YEHUWA
Anak-anak perlu dilatih agar mereka tahu mana yang benar dan salah (Lihat paragraf 8)
8-10. Bagaimana orang tua bisa berhasil mendidik anak mereka untuk melayani Yehuwa? Berikan contoh.
8 Yehuwa memberi orang tua tanggung jawab untuk membesarkan anak ”dengan didikan dan nasihat Yehuwa”. (Ef. 6:4) Itu tidak mudah di zaman sekarang. (2 Tim. 3:1-5) Ketika lahir, anak-anak belum tahu mana yang benar dan salah. Hati nurani mereka pun belum terlatih. Jadi mereka perlu dididik, atau didisiplin. (Rm. 2:14, 15) Seorang pakar Alkitab menjelaskan bahwa kata Yunani untuk ”disiplin” bisa juga berarti membesarkan anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
9 Kalau orang tua mendisiplin anak dengan pengasih, anak itu akan merasa aman. Mereka akan belajar bahwa kebebasan itu ada batasnya, dan apa pun yang mereka lakukan ada akibatnya. Jadi, orang tua Kristen perlu mengandalkan hikmat Yehuwa. Cara orang membesarkan anak terus berubah dan berbeda-beda, bergantung pada kebudayaan mereka. Tapi, orang tua yang menaati Allah tidak akan mencoba cara mereka sendiri atau mengandalkan pengalaman atau pendapat manusia.
10 Kita bisa belajar dari contoh Nuh. Ketika Yehuwa menyuruhnya membangun bahtera, Nuh tidak bisa mengandalkan pengalamannya sendiri, karena dia belum pernah membangun bahtera. Jadi dia harus mengandalkan Yehuwa, dan dia melakukan semuanya persis seperti yang Yehuwa perintahkan. (Kej. 6:22) Hasilnya, dengan bahtera itu, Nuh dan keluarganya bisa selamat! Nuh juga berhasil dalam membesarkan anak-anaknya karena mengandalkan hikmat Allah. Dia mengajar anak-anaknya dengan baik dan menjadi teladan bagi mereka, padahal mereka hidup di masa yang sulit menjelang Air Bah.—Kej. 6:5.
11. Apa hasilnya jika orang tua berupaya keras untuk mendidik anak?
11 Sebagai orang tua, bagaimana Saudara bisa meniru Nuh dalam membesarkan anak? Dengarkanlah Yehuwa. Ikutilah nasihat dari Firman Allah dan organisasi-Nya. Nantinya, anak Saudara akan bersyukur karena Saudara melakukannya. Seorang saudara menulis, ”Saya sangat bersyukur atas cara orang tua saya membesarkan saya. Mereka berusaha sebisa-bisanya untuk menyentuh hati saya. Mereka benar-benar membantu saya maju secara rohani.” Tentu saja, meski orang tua sudah berupaya keras untuk mendidik anak mereka, bisa jadi anak itu memilih untuk meninggalkan Yehuwa. Tapi, jika orang tua sudah berusaha sebisa-bisanya, mereka akan punya hati nurani yang bersih dan bisa berharap anak mereka kembali kepada Yehuwa.
12, 13. (a) Jika seorang anak dipecat, bagaimana orang tua bisa menunjukkan bahwa mereka menaati Allah? (b) Dari pengalaman sebuah keluarga, apa manfaatnya jika orang tua menaati Yehuwa?
12 Bagi beberapa orang tua, ketaatan mereka benar-benar diuji saat anak mereka dipecat. Itulah yang dialami seorang saudari yang anak perempuannya dipecat dan meninggalkan rumah. Dia berkata, ”Saya mencari-cari celah dalam publikasi kita supaya saya bisa bergaul dengan anak saya dan cucu saya.” Tapi, suaminya membuat dia sadar bahwa anak itu bukan tanggung jawab mereka lagi, dan mereka harus setia kepada Yehuwa.
13 Beberapa tahun kemudian, anak mereka diterima kembali di sidang. Ibunya berkata, ”Sekarang dia menelepon saya atau mengirim pesan hampir tiap hari! Dia juga sangat merespek saya dan suami saya karena kami taat kepada Allah. Kami sekeluarga jadi akrab sekali.” Jika anak Saudara dipecat, apakah Saudara akan ’percaya kepada Yehuwa dengan sepenuh hati’ dan tidak ’mengandalkan pengertian Saudara sendiri’? (Ams. 3:5, 6) Ingatlah, disiplin Yehuwa adalah bukti bahwa Dia bijaksana dan sangat menyayangi kita. Jangan lupa bahwa Dia telah mengorbankan Putra-Nya untuk semua manusia, termasuk anak Saudara. Dia ingin agar semua orang hidup abadi. (Baca 2 Petrus 3:9.) Jadi, percayalah bahwa disiplin dan bimbingan Yehuwa selalu benar. Taati Dia bahkan jika itu menyakitkan. Terimalah disiplin Allah, dan jangan melawannya.
DALAM SIDANG
14. Apa manfaatnya jika kita mengikuti petunjuk Yehuwa melalui ”pengurus yang setia”?
14 Yehuwa telah berjanji untuk memperhatikan, melindungi, dan mengajar sidang Kristen. Dia pun menepatinya dengan berbagai cara. Misalnya, Dia melantik Putra-Nya untuk mengepalai sidang. Lalu, Yesus menugaskan ”pengurus yang setia” untuk menyediakan makanan rohani yang tepat waktu. (Luk. 12:42) Pengurus itu terus memberi kita petunjuk, atau disiplin, yang berguna. Saudara mungkin pernah mendengar khotbah atau membaca artikel yang membuat Saudara mengubah cara berpikir atau tingkah laku Saudara. Itu bagus sekali, karena itu berarti Saudara mau menerima disiplin Yehuwa.—Ams. 2:1-5.
15, 16. (a) Bagaimana kita bisa mendapat manfaat dari kerja keras para penatua? (b) Bagaimana kita bisa meringankan beban para penatua?
15 Kristus juga menyediakan ”pemberian berupa manusia”, yaitu para penatua yang menggembalakan sidang. (Ef. 4:8, 11-13) Bagaimana kita bisa mendapat manfaat dari kerja keras mereka? Kita bisa meniru iman dan teladan mereka, serta mengikuti nasihat mereka yang berdasarkan Alkitab. (Baca Ibrani 13:7, 17.) Para penatua menyayangi kita dan ingin agar kita dekat dengan Yehuwa. Jika mereka melihat bahwa kita tidak rutin berhimpun atau kehilangan semangat, mereka akan segera membantu kita. Mereka akan mendengarkan dan menguatkan kita, serta memberikan nasihat yang cocok dari Alkitab. Apakah Saudara memandang bantuan mereka sebagai bukti bahwa Yehuwa menyayangi Saudara?
16 Ingatlah, tidak mudah bagi para penatua untuk menasihati kita. Bayangkan perasaan Nabi Natan ketika dia harus menegur Raja Daud yang menutup-nutupi dosa seriusnya. (2 Sam. 12:1-14) Bayangkan juga perasaan Rasul Paulus ketika dia harus mengoreksi Petrus, salah satu dari ke-12 rasul, yang bersikap tidak adil terhadap saudara-saudari yang bukan Yahudi. Paulus pasti harus memberanikan diri. (Gal. 2:11-14) Jadi, bagaimana Saudara bisa meringankan beban para penatua? Bersikaplah rendah hati dan mudah diajak bicara, serta tunjukkan rasa terima kasih. Pandanglah bantuan mereka sebagai bukti kasih Allah. Dengan begitu, Saudara akan mendapat manfaat, dan para penatua akan senang melakukan tugas mereka.
17. Bagaimana para penatua membantu seorang saudari?
17 Seorang saudari bercerita bahwa pengalaman buruknya membuat dia merasa sulit menyayangi Yehuwa. Akibatnya, dia menjadi depresi. Dia berkata, ”Saya sadar saya harus bicara kepada para penatua. Mereka tidak menegur atau menyalahkan saya, tapi mereka menguatkan dan membesarkan hati saya. Setiap selesai berhimpun, tidak soal seberapa sibuknya mereka, setidaknya ada satu penatua yang menanyakan kabar saya. Karena masa lalu saya, saya merasa tidak pantas disayangi Allah. Tapi, Yehuwa terus menggunakan sidang dan para penatua untuk menunjukkan bahwa Dia sayang kepada saya. Saya berdoa agar saya tidak pernah meninggalkan Dia.”
YANG LEBIH MENYAKITKAN DARIPADA MENDAPAT DISIPLIN
18, 19. Apa yang lebih menyakitkan daripada mendapat disiplin? Berikan contoh.
18 Disiplin memang bisa menyakitkan, tapi menolak disiplin Allah bisa menimbulkan akibat yang lebih menyakitkan. (Ibr. 12:11) Kita bisa belajar dari contoh buruk Kain dan Raja Zedekia. Saat Allah melihat bahwa Kain membenci dan ingin membunuh adiknya, Allah menasihati Kain, ”Kenapa kamu sangat marah dan kecewa? Kalau kamu berubah dan berbuat baik, Aku akan menerimamu lagi. Tapi kalau tidak, dosa sudah mengintai di dekatmu dan ingin sekali menguasaimu. Kamu harus mengalahkannya.” (Kej. 4:6, 7) Kain menolak disiplin Yehuwa dan membunuh adiknya, sehingga dia harus menanggung akibatnya seumur hidup. (Kej. 4:11, 12) Seandainya Kain mau mendengarkan Allah, dia tidak akan menderita.
19 Zedekia adalah raja yang lemah dan jahat. Ketika dia memerintah, keadaan di Yerusalem sangat buruk. Nabi Yeremia berulang kali menasihati dia bahwa dia perlu berubah. Tapi Zedekia menolak disiplin Yehuwa, dan akibatnya tragis. (Yer. 52:8-11) Ya, Yehuwa mendisiplin kita karena Dia tidak ingin kita salah langkah dan akhirnya menderita.—Baca Yesaya 48:17, 18.
20. Apa yang akan dialami orang yang menerima disiplin Allah dan orang yang menolaknya?
20 Di zaman kita, banyak orang meremehkan dan mengabaikan disiplin Allah. Tapi sebentar lagi, semua yang menolak disiplin Allah akan menanggung akibat yang menyedihkan. (Ams. 1:24-31) Jadi terimalah disiplin, atau didikan, Allah agar kita menjadi berhikmat. Amsal 4:13 berkata, ”Berpeganglah pada didikan; jangan lepaskan. Jagalah itu, karena itu kehidupanmu.”
-