PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2 “Teguran”
  • Teguran

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Teguran
  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Disiplin Menghasilkan Buah-Buah Perdamaian
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1987 (s-41)
  • Amsal, Buku
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • ”Siapa Pun yang Memperhatikan Teguran Adalah Cerdik”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2006
  • Pertobatan yang Menuntun Kembali kepada Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1981 (No. 37)
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2 “Teguran”

TEGURAN

Sesuatu yang dimaksudkan untuk meyakinkan orang lain akan kesalahannya, supaya orang itu terdorong untuk mengakui dan mengoreksi kekeliruannya. Berbeda dengan teguran, hardikan bisa jadi berupa kecaman tanpa menyingkapkan kesalahan dengan memberikan bukti. (Lihat HARDIK, MENGHARDIK.) Kata kerja Ibrani ya·khakhʹ (menegur) adalah istilah hukum yang juga diterjemahkan menjadi ”meminta pertanggungjawaban” (Yes 37:4) dan ”meluruskan perkara-perkara” (Yes 1:18; 2:4). Padanannya dalam bahasa Yunani ialah e·legʹkho. Kedua istilah itu sering kali menyampaikan gagasan membuktikan seseorang berdosa dan memanggil orang itu untuk bertobat. Mengenai penggunaan kata e·legʹkho dalam Septuaginta Yunani sebagai terjemahan dari kata ya·khakhʹ di banyak pemunculannya, Theological Dictionary of the New Testament menyatakan, ”Kata ini menunjukkan proses mendisiplin dan mendidik orang yang dilakukan oleh Allah sebagai hasil dari kegiatan penghakiman-Nya. Ini mencakup semua aspek pendidikan mulai dari membuktikan bahwa seseorang adalah pedosa sampai mendera dan menghukum, dari mengajarkan hal-hal yang adil-benar melalui ujian yang keras sampai membimbing melalui pengajaran dan pengingat.”—Diedit oleh G. Kittel, 1964, Jil. II, hlm. 473.

Kapan Dibutuhkan. Dalam hukum Allah kepada bangsa Israel, orang-orang yang menjadi korban pelanggaran diimbau, ”Jangan membenci saudaramu dalam hatimu. Engkau harus sedapat-dapatnya menegur rekanmu, agar engkau tidak menanggung dosa bersama-sama dengan dia.” (Im 19:17) Perasaan kesal terhadap saudara yang bersalah tidak boleh dibiarkan memburuk. Saudara itu harus ditegur dengan tujuan untuk memulihkan dia dari dosa. Jika tanggung jawab moral ini tidak dijalankan, seseorang dapat turut memperparah dosanya, dan orang yang menahan diri serta tidak menegur rekannya akan ikut bertanggung jawab atas dosa tersebut.—Bdk. Mat 18:15.

Sewaktu-waktu para penatua yang mewakili sidang harus menegur para pelaku kesalahan yang serius, bahkan melakukannya di hadapan orang-orang lain yang mengetahui perbuatan dosa itu. Teguran semacam itu tidak hanya diberikan kepada orang-orang yang siap menerimanya. Para penatua juga diimbau untuk ”menegur orang-orang yang menentang” dan untuk ’menegur dengan keras’ mereka yang ”sukar dikendalikan” dan ”suka omong kosong”.—1Tim 5:20; Tit 1:9, 10, 13.

Walaupun teguran bisa bermanfaat bagi orang-orang yang menerimanya, upaya si penegur tidak selalu dihargai. Oleh karena itu, Amsal 9:7, 8 memperingatkan, ”Ia yang mengoreksi si pengejek mendatangkan kehinaan atas dirinya, dan ia yang memberikan teguran kepada seseorang yang fasik—cacat pada dirinya. Jangan tegur seorang pengejek, agar dia tidak membenci engkau. Berikanlah teguran kepada orang berhikmat dan dia akan mengasihi engkau.”

Sikap yang Benar. Karena Alkitab diilhamkan oleh Allah, semua teguran yang memiliki dasar Alkitab yang kuat sebenarnya berasal dari Dia. (2Tim 3:16) Teguran Yehuwa adalah suatu pernyataan kasih, yang tidak boleh ditolak. (Ams 3:11, 12) Sebagai kepala sidang Kristen, Yesus Kristus, karena mengasihi anggota-anggotanya, memastikan agar teguran yang dibutuhkan disampaikan melalui pria-pria yang cakap secara rohani. (Pny 3:14, 19) Orang yang berhikmat sadar bahwa ”teguran disiplin adalah jalan kehidupan”.—Ams 6:23.

Manusia yang berdosa cenderung merasa kesal terhadap teguran dan hamba yang memberikan teguran itu. Namun, orang yang mengalah kepada kecenderungan itu akan merendahkan dirinya hingga setaraf dengan binatang yang tidak bernalar dan yang tidak bermoral; sebagaimana peribahasa terilham menyatakannya, ”Orang yang membenci teguran tidak bernalar.” (Ams 12:1) Sebaliknya, sang pemazmur, Daud, yang telah berulang kali ditegur, menulis, ”Bila orang adil-benar memukul aku, itu adalah kebaikan hati yang penuh kasih; dan bila ia menegur aku, itu adalah minyak untuk kepala, yang tidak akan ditolak oleh kepalaku.”—Mz 141:5.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan