PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Apakah Saudara akan Meniru Belas Kasihan Allah?
    Menara Pengawal—1991 | 15 April
    • Keadilan Diimbangi dengan Belas Kasihan

      12, 13. Mengapa meniru Allah harus mencakup lebih banyak hal daripada sekedar mencerminkan keadilan-Nya?

      12 Apa yang telah kita pelajari di atas khususnya membahas satu segi dari sifat-sifat Allah, seperti yang disebut dalam Keluaran 34:6, 7. Namun, ayat-ayat tersebut, menguraikan lebih banyak hal lagi selain keadilan Allah, dan mereka yang ingin meniru Dia tidak akan memusatkan perhatian pada ditegakkannya keadilan saja. Jika saudara akan membuat suatu model dari bait yang didirikan oleh Salomo, apakah saudara hanya akan meneliti salah satu pilar atau tiangnya? (1 Raja 7:15-22) Tidak, karena hal itu kurang memberikan kepada saudara gambaran yang seimbang tentang keadaan dan peranan dari bait. Demikian juga, jika kita ingin meniru Allah, kita perlu meniru juga hal-hal lain dari cara Ia bertindak dan sifat-sifat-Nya, seperti bahwa Ia ”penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya, yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan”.

      13 Belas kasihan dan suka mengampuni merupakan sifat-sifat utama dari Allah, sebagaimana kita lihat dari cara Ia bertindak terhadap Israel. Allah keadilan tidak membebaskan mereka dari penghukuman atas pelanggaran yang berulang-ulang, namun Ia memperlihatkan cukup banyak belas kasihan dan pengampunan. ”Ia telah memperkenalkan jalan-jalanNya kepada Musa, perbuatan-perbuatanNya kepada orang Israel. [Yehuwa] adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam.” (Mazmur 103:7-9; 106:43-46) Ya, bila kita meninjau kembali cara Ia bertindak selama ratusan tahun, kata-kata tersebut terbukti benar.—Mazmur 86:15; 145:8, 9; Mikha 7:18, 19.

      14. Bagaimana Yesus memperlihatkan bahwa ia meniru sifat belas kasihan Allah?

      14 Karena Kristus Yesus ”adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah”, kita seharusnya mengharapkan bahwa ia juga menunjukkan belas kasihan dan kerelaan untuk mengampuni. (Ibrani 1:3) Halnya memang demikian, seperti yang diperlihatkan oleh tindakannya terhadap orang-orang lain. (Matius 20:30-34) Ia juga menandaskan belas kasihan melalui kata-katanya yang kita baca dalam Lukas pasal 15. Ketiga perumpamaan yang terdapat dalam pasal tersebut membuktikan bahwa Yesus meniru Yehuwa, dan hal itu memberikan pelajaran yang penting bagi kita.

      Perhatian terhadap Apa yang Hilang

      15, 16. Apa yang menggerakkan Yesus untuk memberikan perumpamaan-perumpamaan dalam Lukas 15?

      15 Perumpamaan-perumpamaan itu memberi bukti tentang minat Allah yang disertai belas kasihan kepada para pedosa, memberikan gambaran yang selaras untuk kita tiru. Pertimbangkan latar ilustrasi-ilustrasi itu, ”Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: ’Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.’”—Lukas 15:1, 2.

      16 Semua orang yang terlibat di sini adalah orang-orang Yahudi. Orang Farisi dan para ahli Taurat menyombongkan diri dengan anggapan bahwa mereka menjalankan Taurat Musa dengan cermat, semacam kebenaran sesuai dengan hukum. Namun, Allah tidak menyukai sikap membenarkan diri demikian. (Lukas 16:15) Rupanya, para pemungut cukai yang disebutkan adalah orang-orang Yahudi yang mengumpulkan pajak bagi Roma. Karena banyak dari para pemungut cukai menuntut jumlah yang terlalu tinggi dari sesama orang Yahudi, mereka merupakan kelompok yang dibenci. (Lukas 19:2, 8) Mereka digolongkan bersama ”orang berdosa”, yang termasuk orang-orang yang tidak bermoral, bahkan pelacur-pelacur. (Lukas 5:27-32; Matius 21:32) Akan tetapi, Yesus bertanya kepada para pemimpin agama yang mengeluh:

      17. Apa perumpamaan Yesus yang pertama dalam Lukas 15?

      17 ”Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” Para pemimpin agama tersebut dapat mengerti perumpamaan itu, karena domba-domba dan gembala merupakan pemandangan yang umum. Digerakkan oleh perasaan prihatin, si gembala meninggalkan 99 domba yang makan rumput di padang yang aman sementara ia pergi mencari domba yang hilang. Ia bertekun mencari sampai menemukannya, dan dengan lembut membawa domba yang ketakutan itu kembali kepada kawanan.—Lukas 15:4-7.

      18. Sebagaimana ditonjolkan dalam perumpamaan Yesus yang kedua di Lukas 15, hal apa yang menimbulkan sukacita?

      18 Yesus menambahkan perumpamaan yang kedua, ”Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lukas 15:8-10) Dirham itu nilainya hampir sama dengan upah kerja satu hari. Mata uang yang dimiliki wanita itu mungkin merupakan warisan, atau mungkin suatu bagian dari untaian yang dibuat menjadi perhiasan. Ketika mata uang itu hilang, ia berupaya keras mencarinya, dan kemudian ia bersama teman-teman wanitanya bersukacita. Apa yang diceritakan oleh hal-hal ini kepada kita mengenai diri Allah?

      Sukacita di Surga—Atas Apa?

      19, 20. Dua perumpamaan Yesus yang pertama dalam Lukas 15 khususnya mengenai siapa, dan pokok utama apa yang dikemukakan?

      19 Kedua perumpamaan ini diberikan sebagai tanggapan atas kritik mengenai Yesus, yang beberapa bulan sebelumnya menyatakan dirinya sebagai ”gembala yang baik” yang rela menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya. (Yohanes 10:11-15) Namun, perumpamaan-perumpamaan ini tidak khusus mengenai Yesus. Hal yang perlu dipelajari oleh para ahli Taurat dan orang Farisi berpusat pada sikap dan cara Allah bertindak. Jadi, Yesus berkata bahwa ada sukacita di surga karena seorang pedosa telah bertobat. Para pemimpin agama itu mengaku melayani Yehuwa, namun mereka tidak meniru Dia. Sebaliknya, cara Yesus bertindak dengan penuh belas kasihan, memperlihatkan kehendak dari Bapaknya.—Lukas 18:10-14; Yohanes 8:28, 29; 12:47-50; 14:7-11.

      20 Jika satu di antara seratus merupakan alasan untuk bersukacita, satu mata uang di antara sepuluh terlebih lagi. Bahkan dewasa ini, kita dapat merasakan emosi wanita itu yang bersukacita karena mata uang tersebut ditemukan! Di sini juga, pelajarannya berpusat pada surga, yaitu ”malaikat-malaikat Allah” bersukacita dengan Yehuwa ”karena satu orang berdosa yang bertobat”. Perhatikan kata terakhir itu, ”bertobat”. Perumpamaan-perumpamaan ini benar-benar mengenai para pedosa yang bertobat. Saudara juga dapat melihat bahwa kedua-duanya menekankan layaknya bersukacita atas pertobatan mereka.

      21. Apa yang dapat kita pelajari dari perumpamaan-perumpamaan Yesus dalam Lukas 15?

      21 Para pemimpin agama yang tersesat itu yang berpuas diri karena secara dangkal mematuhi Taurat, mengabaikan fakta bahwa Allah adalah ”penyayang dan pengasih . . . mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa”. (Keluaran 34:6, 7) Seandainya mereka meniru segi ini dari cara Allah bertindak dan kepribadian-Nya, mereka akan menghargai belas kasihan Yesus terhadap para pedosa yang bertobat. Bagaimana dengan kita? Apakah kita memperhatikan pelajaran tersebut dan menerapkannya? Nah, perhatikan perumpamaan Yesus yang ketiga.

      Pertobatan dan Belas Kasihan dalam Perwujudan

      22. Singkatnya, apa yang Yesus berikan sebagai perumpamaan yang ketiga dalam Lukas 15?

      22 Ini sering disebut sebagai perumpamaan mengenai anak yang hilang. Namun, pada waktu membacanya, saudara akan mengerti mengapa beberapa orang menganggap itu sebagai perumpamaan mengenai kasih seorang bapak. Kisahnya mengenai seorang anak bungsu dalam suatu keluarga, yang meminta warisannya dari bapaknya. (Bandingkan Ulangan 21:17.) Anak ini pergi ke negeri yang jauh, tempat ia memboroskan semua dalam pesta pora, terpaksa menerima pekerjaan sebagai penggembala babi, dan keadaannya menjadi lebih hina lagi dengan makan makanan babi. Ia akhirnya sadar dan memutuskan untuk pulang ke rumah, walaupun mungkin harus menjadi orang upahan di tempat bapaknya. Seraya ia mendekati rumah, bapaknya mengambil langkah positif dengan menyambut dia, bahkan mengadakan pesta baginya. Anak yang sulung, yang tetap bekerja di rumah, merasa kesal atas belas kasihan yang diperlihatkan. Namun bapaknya berkata bahwa mereka seharusnya bersukacita karena anak yang telah mati sekarang hidup.—Lukas 15:11-32.

      23. Apa yang harus kita pelajari dari perumpamaan mengenai anak yang hilang?

      23 Beberapa di antara para ahli Taurat dan orang Farisi mungkin merasa bahwa mereka sedang dibandingkan dengan anak yang sulung, bertentangan dengan para pedosa yang seperti anak yang bungsu. Namun, apakah mereka memahami pokok persoalan dari perumpamaan itu, dan apakah kita memahaminya? Yang ditandaskan ialah sifat yang luar biasa dari Bapak surgawi kita yang berbelas kasihan, kerelaan-Nya untuk mengampuni atas dasar penyesalan yang sungguh-sungguh dan perubahan haluan dari si pedosa. Itu seharusnya menggerakkan para pendengar untuk memberikan sambutan dengan sukacita pada waktu para pedosa yang bertobat dipulihkan. Itulah cara Allah memandang masalah-masalah dan cara Ia bertindak, dan mereka yang meniru Dia melakukan hal serupa.—Yesaya 1:16, 17; 55:6, 7.

      24, 25. Kita hendaknya berupaya meniru cara-cara apa dari Allah?

      24 Jelaslah, keadilan menandai seluruh cara Allah bertindak, sehingga mereka yang ingin meniru Yehuwa menghargai dan mengejar keadilan. Namun, Allah kita tidak digerakkan oleh keadilan yang abstrak atau kaku. Belas kasihan dan kasih-Nya sungguh besar. Ia memperlihatkan hal ini dengan rela mengampuni atas dasar pertobatan yang sejati. Maka, cocok bahwa Paulus menghubungkan tindakan suka mengampuni dengan tindakan meniru Allah, ”[Hendaklah kamu] saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. Sebab itu, jadilah penurut-penurut [teladan, Bode] Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih.”—Efesus 4:32–5:2.

      25 Orang-orang Kristen yang sejati telah lama berupaya meniru keadilan Yehuwa dan juga belas kasihan dan kerelaan-Nya untuk mengampuni. Semakin kita mengenal Dia, semakin mudah seharusnya bagi kita untuk meniru Dia dalam segi-segi ini. Namun, bagaimana kita dapat menerapkan hal ini terhadap seseorang yang secara adil menerima disiplin yang keras karena ia mengejar haluan dosa? Mari kita lihat.

  • Tirulah Belas Kasihan Allah Dewasa Ini
    Menara Pengawal—1991 | 15 April
    • Tirulah Belas Kasihan Allah Dewasa Ini

      ”Biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan [Yehuwa], sebab besar kasih sayangNya.”​—2 SAMUEL 24:14.

      1. Bagaimana perasaan Daud terhadap belas kasihan Allah, dan mengapa?

      RAJA DAUD mengetahui dari pengalaman bahwa Yehuwa lebih berbelas kasihan daripada manusia. Karena Daud yakin bahwa jalan-jalan, atau lorong-lorong Allah, adalah yang terbaik, ia ingin mempelajari jalan-jalan-Nya dan berjalan dalam kebenaran-Nya. (1 Tawarikh 21:13; Mazmur 25:4, 5) Apakah perasaan saudara sama seperti Daud?

      2. Nasihat apa yang diberikan Yesus di Matius 18:15-17 mengenai menangani dosa yang serius?

      2 Alkitab memberikan kepada kita pemahaman akan cara Allah berpikir, bahkan dalam hal-hal seperti apa yang harus kita lakukan jika seseorang berdosa terhadap kita. Yesus berkata kepada para rasulnya, yang di kemudian hari akan menjadi pengawas Kristiani, ”Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.” Perbuatan salah yang tersangkut di sini bukan sekedar kesalahan kecil yang bersifat pribadi tetapi dosa yang serius, seperti penipuan atau fitnah. Yesus berkata bahwa jika langkah ini tidak menyelesaikan persoalan dan jika ada saksi-saksi, orang terhadap siapa dosa dilakukan harus menyertakan mereka untuk membuktikan bahwa suatu perbuatan salah telah dilakukan. Apakah ini merupakan langkah upaya terakhir? Tidak. ”Jika [si pedosa] tidak mau juga mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah [”orang dari bangsa-bangsa lain”, ”NW”] atau seorang pemungut cukai.”—Matius 18:15-17.

      3. Apa yang Yesus maksudkan dengan mengatakan bahwa seorang pelanggar yang tidak bertobat adalah seperti ”orang dari bangsa-bangsa atau seorang pemungut cukai”?

      3 Karena para rasul adalah orang Yahudi, mereka memahami apa artinya memperlakukan seorang pedosa sebagai ”orang dari bangsa-bangsa lain atau seorang pemungut cukai”. Orang Yahudi tidak mau bergaul dengan orang-orang dari bangsa lain, dan mereka membenci orang-orang Yahudi yang bekerja sebagai pemungut cukai bagi orang Roma.a (Yohanes 4:9; Kisah 10:28) Karena itu, Yesus menasihati murid-muridnya bahwa jika sidang menolak seorang pedosa, mereka harus berhenti bergaul dengan dia. Namun, bagaimana hal tersebut selaras dengan fakta bahwa Yesus kadang-kadang bergaul dengan para pemungut cukai?

      4. Mengingat kata-katanya di Matius 18:17, mengapa Yesus dapat berurusan dengan beberapa pemungut cukai dan pedosa?

      4 Lukas 15:1 berbunyi, ”Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.” Tidak semua pemungut cukai atau pedosa ada di sana, tetapi ”para”, yang artinya banyak. (Bandingkan Lukas 4:40.) Yang mana? Mereka yang berminat agar dosa-dosa mereka diampuni. Beberapa di antara orang-orang demikian sebelumnya tertarik kepada pemberitaan Yohanes Pembaptis mengenai pertobatan. (Lukas 3:12; 7:29) Jadi ketika yang lain-lain datang kepada Yesus, Yesus tidak melanggar nasihatnya di Matius 18:17 bila ia memberitakan kepada mereka. Perhatikan bahwa ”banyak pemungut cukai dan orang berdosa [mendengarkan Yesus] dan . . . mengikuti Dia”. (Markus 2:15) Mereka bukan orang-orang yang ingin meneruskan haluan hidup yang buruk, dengan menolak bantuan apa pun. Sebaliknya, mereka mendengarkan berita Yesus dan hati mereka tersentuh. Bahkan sekalipun mereka masih berdosa, meskipun kemungkinan berupaya membuat perubahan, ”gembala yang baik” meniru Bapaknya yang berbelas kasihan melalui pemberitaannya kepada mereka.—Yohanes 10:14.

      Suka Mengampuni, Suatu Kewajiban Kristen

      5. Apa sikap Allah yang utama sehubungan dengan pengampunan?

      5 Kita memiliki jaminan yang hangat ini tentang kerelaan Bapak kita untuk mengampuni, ”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” ”Hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.” (1 Yohanes 1:9; 2:1) Apakah pengampunan mungkin bagi seseorang yang telah dipecat?

      6. Bagaimana orang yang telah dipecat dapat diampuni dan diterima kembali?

      6 Ya. Pada waktu memecat seseorang karena ia melakukan dosa dan tidak mau bertobat, para penatua yang mewakili sidang menjelaskan kepadanya bahwa ada kemungkinan bagi dia untuk bertobat dan menerima pengampunan dari Allah. Ia dapat menghadiri perhimpunan di Balai Kerajaan, tempat ia dapat mendengarkan pengajaran Alkitab yang akan membantu dia bertobat. (Bandingkan 1 Korintus 14:23-25.) Pada waktunya ia dapat meminta untuk dipulihkan ke dalam sidang yang bersih. Apabila para penatua kemudian mengadakan pertemuan dengan dia, mereka akan berupaya memutuskan apakah ia telah bertobat dan meninggalkan haluan dosa. (Matius 18:18) Jika halnya demikian, ia dapat dipulihkan, selaras dengan pola di 2 Korintus 2:5-8. Bila ia telah dipecat selama bertahun-tahun, ia perlu membuat upaya yang sangat keras untuk membuat kemajuan. Ia juga perlu cukup banyak bantuan setelah itu untuk meningkatkan pengetahuan Alkitab dan penghargaannya agar ia menjadi orang Kristiani yang kuat secara rohani.

      Kembali kepada Yehuwa

      7, 8. Pola apa yang Allah tetapkan sehubungan dengan umat-Nya yang dibuang?

      7 Tetapi apakah para penatua sendiri boleh mengambil prakarsa untuk mendekati orang yang telah dipecat? Ya. Alkitab memperlihatkan bahwa belas kasihan dinyatakan tidak sekedar dengan menahan penghukuman, yang bersifat negatif, tetapi sering kali dengan tindakan yang positif. Kita memiliki contoh Yehuwa. Sebelum Ia mengirim umat-Nya yang tidak setia ke pembuangan, Ia secara nubuat mengutarakan prospek bagi mereka untuk kembali, ”Ingatlah semuanya ini, hai Yakub, sebab engkaulah hambaKu, hai Israel. . . . Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepadaKu, sebab Aku telah [”akan”, NW] menebus engkau!”—Yesaya 44:21, 22.

      8 Kemudian, selama dalam pembuangan, Yehuwa mengambil langkah-langkah lebih jauh, bertindak dengan cara yang positif. Ia mengutus nabi-nabi, wakil-wakil-Nya, untuk mengundang Israel agar ’mencari Dia dan menemukan Dia.’ (Yeremia 29:1, 10-14) Di Yehezkiel 34:16, Ia membandingkan Diri-Nya dengan seorang gembala dan umat Israel dengan domba-domba yang hilang, ”Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang.” Di Yeremia 31:10, Yehuwa juga menggunakan metafora, membandingkan Diri-Nya sebagai gembala dari orang-orang Israel. Tidak, Ia tidak menggambarkan Diri-Nya sebagai gembala di kandang domba menunggu domba yang tersesat kembali pulang; sebaliknya, Ia memperlihatkan Diri-Nya sebagai gembala yang mencari domba yang hilang. Perhatikan bahwa bahkan pada waktu umat itu pada umumnya tidak mau bertobat dan berada dalam pembuangan, Allah membuat upaya agar mereka kembali. Selaras dengan Maleakhi 3:6, Allah tidak akan mengubah cara Ia bertindak dalam penyelenggaraan Kristen.

      9. Bagaimana teladan Allah diikuti dalam sidang Kristen?

      9 Tidakkah hal ini menyatakan bahwa ada alasan untuk mengambil langkah-langkah mendekati orang yang dipecat dan yang sekarang mungkin telah bertobat? Ingatlah bahwa rasul Paulus memberikan petunjuk agar mengeluarkan orang yang jahat itu dari sidang Korintus. Belakangan ia memberi nasihat kepada sidang itu agar meneguhkan kasih mereka terhadap pria ini karena ia bertobat, yang kemudian membuat dia diterima kembali ke dalam sidang.—1 Korintus 5:9-13; 2 Korintus 2:5-11.

      10. (a) Motif apa hendaknya mendorong upaya apa pun untuk menghubungi beberapa orang yang telah dipecat? (b) Mengapa hendaknya bukan sanak keluarga Kristiani yang memulai pendekatan?

      10 Ensiklopedi yang dikutip sebelumnya berkata, ’Alasan dasar dari pemecatan adalah untuk melindungi standar-standar dari kelompok itu: ”sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan” (1 Kor. 5:6). Motif ini jelas dalam kebanyakan bagian dalam Alkitab atau di luar Alkitab, tetapi keprihatinan kepada orang tersebut, bahkan setelah pemecatan, adalah dasar dari imbauan Paulus dalam 2 Kor. 2:7-10.’ (Huruf miring red.) Maka, keprihatinan semacam ini secara logis harus diperlihatkan dewasa ini oleh para gembala kawanan. (Kisah 20:28; 1 Petrus 5:2) Bekas teman-teman dan sanak keluarga bisa jadi mengharap agar orang yang dipecat itu kembali; namun karena merespektir perintah di 1 Korintus 5:11, mereka tidak bergaul dengan orang yang sudah dikeluarkan.b Mereka membiarkan gembala-gembala yang terlantik mengambil prakarsa guna melihat apakah orang demikian berminat kembali.

      11, 12. Para penatua tidak ingin menghubungi orang-orang dipecat yang bagaimana, tetapi orang yang bagaimana dapat mereka kunjungi?

      11 Tidaklah dibenarkan bahkan bagi para penatua untuk mengambil prakarsa terhadap orang-orang tertentu yang dipecat, seperti mereka yang murtad, yang ’dengan ajaran palsu berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar supaya mengikut mereka.’ Mereka adalah ’guru-guru palsu yang memasukkan pengajaran-pengajaran sesat dan berusaha mencari untung dari sidang dengan ceritera-ceritera isapan jempol.’ (Kisah 20:30; 2 Petrus 2:1, 3) Alkitab juga tidak memberikan dasar apa pun untuk mencari orang-orang dipecat yang suka berkelahi atau yang secara aktif menganjurkan perbuatan salah.—2 Tesalonika 2:3; 1 Timotius 4:1; 2 Yohanes 9-11; Yudas 4, 11.

      12 Namun, banyak orang yang dikeluarkan tidak seperti orang-orang demikian. Seseorang mungkin telah berhenti melakukan perbuatan salah yang serius yang mengakibatkan ia dipecat. Orang lain mungkin telah menggunakan tembakau, atau ia mungkin di masa lalu suka mabuk, tetapi ia sekarang tidak mencoba mempengaruhi orang-orang lain untuk melakukan pelanggaran. Ingatlah bahwa bahkan sebelum orang-orang Israel yang dibuang berpaling kembali kepada Allah, Ia mengutus wakil-wakil untuk mendesak mereka agar kembali. Apakah Paulus atau para penatua di sidang Korintus mengambil prakarsa untuk menyelidiki pria yang dipecat tersebut, tidak disebutkan oleh Alkitab. Ketika pria itu bertobat dan berhenti melakukan perbuatannya yang tidak bermoral, Paulus menyuruh agar sidang menerima dia kembali.

      13, 14. (a) Apa yang menunjukkan bahwa beberapa orang yang dipecat bisa jadi akan menyambut prakarsa yang berbelas kasihan? (b) Bagaimana badan penatua dapat mengatur agar pendekatan diadakan?

      13 Baru-baru ini ada kejadian-kejadian seorang penatua secara kebetulan bertemu dengan seseorang yang telah dipecat.c Bila cocok, gembala tersebut dengan singkat akan menguraikan langkah-langkah yang harus diambil agar dapat diterima kembali. Beberapa orang seperti itu bertobat dan diterima kembali. Hasil yang membawa sukacita demikian menunjukkan bahwa ada orang-orang yang telah dipecat atau dikucilkan, yang akan menyambut pendekatan penuh belas kasihan yang dilakukan oleh para gembala. Namun bagaimana para penatua menangani masalah ini? Paling banyak satu kali setahun, badan penatua hendaknya membahas apakah ada orang-orang demikian yang tinggal di daerah mereka.d Para penatua akan mengutamakan orang-orang yang telah dipecat selama satu tahun lebih. Menurut keadaan, jika cocok, mereka akan menugaskan dua orang penatua (mudah-mudahan orang-orang yang mengetahui situasi) untuk mengunjungi orang demikian. Akan tetapi, kunjungan tidak akan diadakan kepada siapa pun yang jelas memperlihatkan sikap yang kritis dan berbahaya atau yang telah memberi tahu bahwa mereka tidak menginginkan bantuan.—Roma 16:17, 18; 1 Timotius 1:20; 2 Timotius 2:16-18.

      14 Kedua gembala itu dapat menelepon orang tersebut untuk menanyakan apakah ia setuju bila mereka mengadakan kunjungan singkat, atau mereka dapat singgah pada waktu yang cocok. Selama kunjungan itu, mereka tidak perlu kaku atau bahkan dingin tetapi harus dengan hangat mencerminkan perhatian mereka yang penuh belas kasihan. Sebaliknya dari meninjau kasus yang sudah lewat, mereka dapat membahas ayat-ayat Alkitab seperti Yesaya 1:18 dan 55:6, 7 dan Yakobus 5:20. Jika orang tersebut berminat untuk kembali ke kawanan Allah, para penatua dapat dengan ramah menjelaskan langkah-langkah apa yang harus ia ambil, seperti membaca Alkitab dan publikasi dari Lembaga Menara Pengawal dan menghadiri perhimpunan di Balai Kerajaan.

      15. Apa yang harus diingat oleh para penatua yang mengadakan pendekatan kepada seseorang yang dipecat?

      15 Para penatua ini perlu memiliki hikmat dan daya pengamatan untuk menentukan apakah ada petunjuk pertobatan dan apakah bijaksana untuk mengadakan kunjungan tindak lanjut. Tentu mereka harus mengingat bahwa ada beberapa orang dipecat yang tidak pernah akan ’mungkin dibimbing kembali untuk bertobat.’ (Ibrani 6:4-6, BIS; 2 Petrus 2:20-22) Setelah kunjungan, kedua penatua akan memberikan laporan lisan yang singkat kepada Panitia Dinas Sidang. Mereka, selanjutnya, akan memberi tahu badan penatua pada pertemuan mereka berikutnya. Prakarsa yang pengasih dari para penatua akan mencerminkan pandangan Allah, ”Kembalilah kepadaKu, maka Aku kembali kepadamu, firman [Yehuwa] semesta alam.”—Maleakhi 3:7.

      Bantuan Lain yang Pengasih

      16, 17. Bagaimana kita harus memandang sanak keluarga Kristen dari seseorang yang dipecat?

      16 Bagaimana dengan mereka di antara kita yang bukan pengawas dan yang tidak akan mengambil prakarsa demikian terhadap orang-orang yang dipecat? Apa yang dapat kita lakukan yang konsisten dengan penyelenggaraan ini dan dalam meniru Yehuwa?

      17 Selama seseorang dipecat atau dikucilkan, kita harus mematuhi instruksi, ”Jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir [”tamak”, BIS], penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk, atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.” (1 Korintus 5:11) Tetapi petunjuk Alkitab ini hendaknya tidak mempengaruhi pandangan kita terhadap anggota-anggota keluarga Kristen yang tinggal bersama orang yang telah dipecat. Orang-orang Yahudi pada zaman dulu bertindak begitu keras terhadap para pemungut cukai sehingga kebencian mereka bahkan ditujukan juga kepada keluarga para pemungut cukai. Yesus tidak mendukung hal tersebut. Ia berkata bahwa pedosa yang menolak bantuan harus diperlakukan ”sebagai seorang yang tidak mengenal Allah [”orang dari bangsa-bangsa lain”, NW] atau seorang pemungut cukai”; ia tidak mengatakan bahwa anggota-anggota keluarga Kristen harus diperlakukan seperti itu.—Matius 18:17.

      18, 19. Dengan cara apa saja kita dapat memperlihatkan sifat Kristen kepada sanak keluarga yang setia dari orang yang dipecat?

      18 Kita khususnya harus menguatkan anggota-anggota keluarga yang adalah orang-orang Kristiani yang setia. Mereka mungkin sudah menghadapi kepedihan dan halangan karena hidup bersama seorang yang dipecat yang bisa saja benar-benar melemahkan cita-cita rohani mereka. Orang tersebut mungkin tidak suka jika orang Kristen berkunjung ke rumahnya; atau jika mereka datang untuk bertemu dengan anggota-anggota keluarga yang loyal, ia mungkin tidak memiliki tata krama untuk menjauhi tamu-tamu itu. Ia mungkin juga menghalangi upaya keluarga untuk menghadiri semua perhimpunan dan kebaktian. (Bandingkan Matius 23:13.) Orang-orang Kristen yang tidak beruntung demikian benar-benar layak mendapat belas kasihan kita.—2 Korintus 1:3, 4.

      19 Salah satu cara kita dapat memperlihatkan belas kasihan yang lembut adalah dengan ’menghibur’ dan mengadakan percakapan yang menganjurkan dengan orang-orang yang setia di dalam rumah tangga itu. (1 Tesalonika 5:14) Ada juga kesempatan yang baik untuk memberikan anjuran sebelum dan setelah perhimpunan, sementara dalam dinas pengabaran, atau sewaktu berada bersama-sama pada kesempatan-kesempatan lain. Kita tidak perlu menyinggung soal pemecatan tetapi dapat membahas banyak hal yang menganjurkan. (Amsal 25:11; Kolose 1:2-4) Meskipun para penatua akan terus menggembalakan orang-orang Kristen dalam keluarga itu, kita mungkin mendapati bahwa kita juga dapat berkunjung tanpa harus berurusan dengan orang yang dipecat tersebut. Jika kebetulan orang yang dipecat yang menyambut pada waktu kita datang berkunjung atau menelepon, kita dapat sekedar menanyakan anggota keluarga Kristiani yang ingin kita temui. Kadang-kadang anggota keluarga Kristiani itu senang menerima undangan berkunjung ke rumah kita untuk bergaul. Yang perlu diingat adalah: Mereka—tua dan muda—adalah sesama hamba Allah, anggota-anggota yang kekasih dari sidang Allah, jangan diasingkan.—Mazmur 10:14.

      20, 21. Bagaimana hendaknya perasaan dan tindakan kita jika seseorang diterima kembali?

      20 Bidang lain kita dapat memperlihatkan belas kasihan ialah pada waktu orang yang dipecat diterima kembali. Perumpamaan-perumpamaan Yesus menonjolkan sukacita di surga pada waktu ’satu orang berdosa bertobat.’ (Lukas 15:7, 10) Paulus menulis kepada jemaat di Korintus mengenai pria yang telah dipecat, ”Kamu sebaiknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat. Sebab itu aku menasihatkan kamu, supaya kamu sungguh-sungguh mengasihi dia.” (2 Korintus 2:7, 8) Marilah kita menerapkan nasihat tersebut dengan sungguh-sungguh dan penuh kasih dalam hari-hari dan minggu-minggu setelah seseorang diterima kembali.

      21 Perumpamaan Yesus mengenai anak yang hilang mengemukakan suatu bahaya yang harus kita hindari. Kakak laki-lakinya tidak bersukacita pada waktu anak yang hilang itu kembali tetapi menjadi marah. Semoga kita tidak demikian, menaruh dendam terhadap perbuatan salah di masa lalu atau iri hati karena seseorang diterima kembali. Sebaliknya, tujuan kita hendaknya seperti sang bapak, yang menggambarkan sambutan Yehuwa. Bapak itu berbahagia bahwa putranya, yang hilang dan boleh dikata sudah mati, ditemukan, atau hidup kembali. (Lukas 15:25-32) Selaras dengan itu, kita akan bebas berbicara kepada saudara yang telah diterima kembali dan menganjurkan dia. Ya, kita harus menyatakan bahwa kita memperlihatkan belas kasihan, sebagaimana dilakukan oleh Bapak surgawi kita yang suka mengampuni dan berbelas kasihan.—Matius 5:7.

      22. Apa yang tersangkut dalam tindakan kita meniru Allah Yehuwa?

      22 Tidak diragukan bahwa jika kita ingin meniru Allah kita, kita harus memperlihatkan belas kasihan selaras dengan perintah-perintah-Nya dan keadilan-Nya. Pemazmur menggambarkan Dia dengan cara ini, ”[Yehuwa] itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setiaNya. [Yehuwa] itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikanNya.” (Mazmur 145:8, 9) Sungguh pola yang pengasih untuk ditiru umat Kristiani!

      [Catatan Kaki]

      a ”Para pemungut cukai khususnya dibenci oleh orang Yahudi penduduk Palestina karena beberapa alasan: (1) mereka mengumpulkan uang untuk penguasa asing yang menjajah negeri Israel, dengan demikian secara tidak langsung mendukung penghinaan ini; (2) mereka terkenal tidak mengindahkan moral, menjadi kaya dengan mengorbankan orang-orang dari bangsa mereka sendiri; dan (3) pekerjaan mereka membuat mereka harus berhubungan secara tetap dengan orang-orang non-Yahudi, sehingga mereka tidak bersih untuk upacara. Perasaan jijik terhadap para pemungut cukai terdapat dalam P[erjanjian] B[aru] dan juga literatur para rabi . . . Menurut yang disebut belakangan, kebencian harus diperlihatkan bahkan terhadap sanak keluarga dari pemungut cukai.”—The International Standard Bible Encyclopedia.

      b Jika dalam suatu rumah tangga Kristen ada anggota keluarga yang dipecat, orang tersebut tetap menjadi bagian dari urusan dan kegiatan yang normal setiap hari dalam rumah tangga. Ini dapat termasuk ikut hadir pada waktu hal-hal rohani dibahas secara keluarga.—Lihat Menara Pengawal Seri 54 halaman 31, 32.

      c Lihat Buku Kegiatan 1991, halaman 53-4.

      d Jika seorang Saksi, yang dalam pengabaran dari rumah ke rumah atau dengan cara lain, mengetahui ada orang dipecat yang tinggal di daerah sidang, ia hendaknya memberikan informasi tersebut kepada para penatua.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan