Rumania
Alkitab menubuatkan bahwa penganiayaan terhadap orang Kristen sejati akan memuncak selama hari-hari terakhir. (Kej. 3:15; Pny. 12:13, 17) Di negeri Rumania nubuat ini telah digenapi secara luar biasa. Namun, seperti akan terlihat dalam kisah ini, Saksi-Saksi Yehuwa di Rumania tidak membiarkan apa pun memadamkan nyala api kebenaran di dalam hati umat Allah. (Yer. 20:9) Malah, mereka telah merekomendasikan diri mereka ”sebagai pelayan Allah, melalui ketekunan menanggung banyak hal, kesengsaraan, keadaan berkekurangan, kesulitan, melalui pemukulan, pemenjaraan”. (2 Kor. 6:4, 5) Semoga catatan integritas mereka menganjurkan kita semua yang ingin berjalan dengan Allah selama masa-masa sulit ini.
Tahun 1914 adalah awal era yang paling bergejolak dalam sejarah manusia. Di banyak negeri Eropa, era itu adalah era para diktator kejam, ideologi politik yang ekstrem, dan pembantaian yang mengerikan. Rumania terjebak di tengah-tengah keadaan ini, dan rakyatnya sangat menderita. Demikian pula orang-orang yang, karena taat kepada Yesus Kristus, memutuskan untuk memberikan ”perkara-perkara Allah kepada Allah” dan tidak menyembah pemerintah—Mat. 22:21.
Sebelum tahun 1945, para pemimpin Ortodoks dan Katolik mengambil prakarsa untuk menyerang umat Yehuwa. Mereka menghasut orang-orang dari mimbar dan bersekongkol dengan para politikus serta polisi. Gelombang penganiayaan berikutnya datang dari pihak Komunis, yang terus melancarkan kampanye mereka yang brutal dan sistematis selama hampir empat dasawarsa.
Mengapa kabar baik dapat berkembang di bawah kondisi yang penuh tekanan ini? Hanya karena Yesus menepati kata-katanya, ”Lihat! aku menyertai kamu sepanjang masa sampai penutup sistem ini.” (Mat. 28:20) Sekarang, mari kita mundur sekitar seratus tahun ke masa ketika benih Kerajaan yang pertama ditaburkan di tanah yang sekarang disebut Eropa Timur.
Orang Rumania Kembali ke Negeri Asal Mereka
Pada tahun 1891, seorang Siswa Alkitab bernama Charles Taze Russell mengunjungi beberapa negeri Eropa Timur dalam salah satu perjalanan pengabarannya. Tetapi, ia agak kecewa dengan hasilnya. ”Kami tidak melihat adanya peluang atau kerelaan untuk menerima kebenaran,” lapornya. Di Rumania, situasi itu tidak berlangsung lama. Malah, Saudara Russell sendiri sangat berperan dalam memulai pekerjaan di sana, walaupun tidak secara langsung. Bagaimana kisahnya?
Menjelang akhir abad ke-19, kondisi sosial dan ekonomi Rumania menyebabkan banyak orang mencari pekerjaan di negeri lain, antara lain di Amerika Serikat. Bagi beberapa orang, perpindahan ini tidak hanya menghasilkan keuntungan materi—mereka juga memperoleh pengetahuan yang saksama tentang kebenaran Alkitab. Inilah yang dialami oleh Károly Szabó dan József Kiss, pria-pria berpikiran rohani yang mengikuti beberapa ceramah Alkitab dari Russell.
Karena mengamati bahwa kedua pria tersebut memiliki minat yang tulus akan Alkitab, Saudara Russell berinisiatif memperkenalkan dirinya. Sewaktu berdiskusi dengan mereka, ia menyarankan agar Károly dan József mempertimbangkan kemungkinan untuk kembali ke Rumania guna membagikan berita Kerajaan kepada kerabat dan sahabat mereka. Kedua pria tersebut menyetujuinya dan berlayar pulang ke Rumania pada tahun 1911, lalu mereka menetap di kota Tirgu-Mures, Transilvania.
Dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya, Saudara Szabó berdoa agar ada kerabatnya yang menerima kebenaran. Selaras dengan doanya, setibanya di sana ia memberikan kesaksian kepada kerabatnya, termasuk kepada Zsuzsanna Enyedi, keponakannya yang beragama Katolik, yang memberinya pemondokan. Zsuzsanna berjualan bunga di pasar dan suaminya menjadi tukang kebun.
Zsuzsanna menghadiri Misa setiap pagi sebelum bekerja, dan setiap malam setelah keluarganya tidur, ia pergi ke kebun untuk berdoa. Karena memperhatikan hal itu, pada suatu malam Károly mendekatinya di kebun, menyentuh bahunya dengan lembut, dan berkata, ”Zsuzsanna, hatimu tulus. Kamu akan menemukan kebenaran.” Benar saja, wanita yang baik itu menerima berita Kerajaan dan menjadi orang pertama di Tirgu-Mures yang membaktikan hidupnya kepada Yehuwa. Ia tetap setia sampai akhir hayatnya pada usia 87 tahun.
Saudara Szabó juga memberikan kesaksian kepada Sándor Józsa, seorang pemuda yang bekerja untuk keluarga Enyedi. Sándor menghadiri semua perhimpunan yang dipimpin oleh kedua saudara tersebut, dan dia cepat mengerti. Bahkan, pemuda berusia 18 tahun ini langsung memberikan kesaksian dan menyampaikan ceramah-ceramah Alkitab yang bagus di desa asalnya, Sărăţeni, di Distrik Mureş. Belakangan, ia pun memiliki ”surat-surat rekomendasi”, antara lain enam pasang suami istri dengan 24 anak—13 perempuan dan 11 laki-laki.—2 Kor. 3:1, 2.
Dari Tirgu-Mures, Saudara Kiss dan Saudara Szabó mengabar ke seluruh Transilvania. Di Dumbrava, 30 km dari Cluj-Napoca, mereka bertemu dengan Vasile Costea, seorang anggota gereja Baptis. Vasile, seorang pria bertubuh pendek yang berkemauan keras, adalah pelajar Alkitab yang bersemangat. Karena bingung tentang Pemerintahan Seribu Tahun Kristus, ia mendengarkan dengan penuh perhatian ketika József dan Károly menjelaskan Alkitab kepadanya. Setelah dibaptis, Vasile, yang juga berbahasa Hongaria, memberikan kesaksian yang saksama kepada orang Rumania maupun orang Hongaria di daerahnya. Belakangan, ia melayani sebagai kolportir (pelayan sepenuh waktu) hingga ia tutup usia.
Saudara Szabó juga memberitakan kabar baik di Satu-Mare, sebuah kota di ujung barat laut Rumania. Di sana ia bertemu dengan Paraschiva Kalmár, seorang wanita yang takut akan Allah, yang langsung menyambut kebenaran. Paraschiva mengajar kesembilan anaknya untuk mengasihi Yehuwa. Sekarang, lima generasi dalam keluarganya adalah Saksi-Saksi Yehuwa!
Seorang Rumania lain belajar kebenaran Alkitab di Amerika Serikat dan kembali ke Rumania sebelum Perang Dunia I. Pria ini bernama Alexa Romocea. Ia pulang ke desanya, Benesat, di bagian barat laut Transilvania. Tidak lama kemudian, terbentuklah sebuah kelompok kecil Siswa-Siswa Alkitab, sebutan untuk Saksi-Saksi Yehuwa waktu itu, yang mulai berhimpun di daerah tersebut. Yang tergabung dalam kelompok ini antara lain dua keponakan Alexa, yaitu Elek dan Gavrilă Romocea. Sekarang, lima generasi dalam keluarga besar Alexa adalah Saksi-Saksi Yehuwa juga.
Karena ditindas dengan kejam dalam soal kenetralan Kristen, Elek bermigrasi ke Amerika Serikat. Di sana, ia menghadiri sebuah kebaktian khusus Siswa-Siswa Alkitab di Cedar Point, Ohio, pada tahun 1922. Malah, ia mendapat hak istimewa untuk menjadi juru bahasa bagi kelompok hadirin yang berbahasa Rumania. Gavrilă bertahan di Rumania dan menyertai Saudara Szabó dan Saudara Kiss ketika mereka mengabar di Transilvania dan mengunjungi sidang-sidang dan kelompok-kelompok yang masih baru. Di kemudian hari, ia melayani di kantor cabang yang pertama.
Seorang Rumania bernama Emanoil Chinţa ditangkap pada Perang Dunia I dan dijebloskan ke sebuah penjara militer di Italia, jauh dari daerah asalnya. Di sana, ia bertemu beberapa Siswa Alkitab yang dipenjarakan karena menolak untuk angkat senjata. Emanoil menyambut berita Alkitab dari mereka. Ketika dibebaskan pada tahun 1919, ia pulang ke Baia-Mare, di Distrik Maramureş, dan dengan bersemangat memberitakan kabar baik dan turut membentuk satu lagi kelompok Siswa-Siswa Alkitab di sana.
Berkat kegigihan serta semangat rela berkorban para perintis kabar baik pada masa awal itu dan orang-orang yang mendengarkan berita mereka, jumlah murid berlipat ganda dan kelompok-kelompok kecil Siswa-Siswa Alkitab menjamur di negeri ini. Malah, pada tahun 1919—hanya delapan tahun setelah Károly Szabó dan József Kiss pulang ke Rumania—lebih dari 1.700 penyiar Kerajaan dan peminat diorganisasi dalam 150 kelas pelajaran Alkitab, yang sekarang disebut kelompok atau sidang. Saudara Kiss melayani sebagai perintis di negeri asalnya sampai akhir hayatnya pada usia 86 tahun. Saudara Szabó kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1924 guna mengkoordinasi pekerjaan di ladang berbahasa Hongaria di sana.
Menghasilkan Makanan Rohani
Bahan bacaan sangat berperan dalam menyebarkan berita Kerajaan dan dalam memberi makan orang yang lapar secara rohani. Untuk membantu memenuhi kebutuhan makanan rohani, saudara-saudara mengusahakan agar lektur dicetak oleh percetakan-percetakan komersial lokal. Mulai tahun 1914, sebuah percetakan swasta di Tirgu-Mures bernama Oglinda, yang berarti ”Cermin”, menghasilkan majalah bulanan 16 halaman The Watch Tower and Herald of Christ’s Presence, maupun berbagai buku serta risalah—semuanya dalam bahasa Hongaria.
Lektur dalam bahasa Rumania mulai dicetak pada tahun 1916, antara lain buku kecil Tabernacle Shadows of the ”Better Sacrifices”, majalah delapan halaman Selections From ”The Watchtower”, buku Daily Heavenly Manna for the Household of Faith (sekarang Menyelidiki Kitab Suci Setiap Hari), dan buku nyanyian Hymns of the Millennial Dawn. Sejak tahun 1918, sebuah percetakan di Detroit, Michigan, AS, menerbitkan dan mengirimkan ke Rumania The Watch Tower and Herald of Christ’s Presence edisi Rumania dan risalah bulanan People’s Pulpit, yang dengan berani membuka kedok agama palsu.
Karena pemberitaan kabar baik mengalami kemajuan yang bagus, Jacob B. Sima, seorang Siswa Alkitab asal Rumania, ditugasi untuk membantu mengkoordinasi pekerjaan di sana dan mengurus pengakuan secara hukum. Tidak lama setelah Saudara Sima tiba di Cluj-Napoca pada tahun 1920, ia bertemu dengan Károly Szabó dan kemudian dengan József Kiss. Pertama-tama, mereka harus mencari rumah di Cluj-Napoca yang cocok untuk kantor cabang. Akan tetapi, karena ada krisis perumahan, saudara-saudara untuk sementara menggunakan apartemen seorang saudara sebagai kantor. Jadi, pada bulan April 1920, berdirilah kantor cabang yang pertama serta badan hukum Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal. Untuk sementara, cabang Rumania juga mengawasi pekerjaan di Albania, Bulgaria, Hongaria, dan bekas Yugoslavia.
Pada waktu itu, angin revolusi yang berembus di seluruh Balkan mulai bertiup ke Rumania. Selain ada kerawanan politik, paham anti-Semit mulai menyebar seperti kobaran api yang tak terkendali, khususnya di berbagai perguruan tinggi, dan mahasiswa di beberapa kota membuat kerusuhan. Pemerintah bertindak dengan melarang pertemuan-pertemuan umum. Meski para kolportir tidak terlibat huru-hara ini, lebih dari 20 orang di antara mereka ditangkap dan diperlakukan dengan kasar, dan lektur mereka dirampas.
Walau begitu, saudara-saudara terus bekerja keras di lapangan, dan permintaan akan lektur terus meningkat. Namun, percetakan komersial menjadi mahal sehingga kantor cabang menjajaki kemungkinan lain. Pada waktu itulah sebuah percetakan di Jalan Regina Maria No. 36, Cluj-Napoca, yang selama ini mencetak lektur Saksi, akan dijual. Setelah disetujui kantor pusat sedunia, kantor cabang membeli properti yang ideal tersebut, yang meliputi dua bangunan—yang satu berlantai empat, dan yang satu lagi berlantai dua.
Renovasi mulai dikerjakan pada bulan Maret 1924 oleh para relawan yang bahkan berasal dari tempat yang jauh seperti dari Baia-Mare, Bistriţa, dan Rodna. Agar dapat menyumbang untuk proyek ini, beberapa saudara menjual milik pribadi mereka dan yang lain-lain menyumbang makanan serta bahan bangunan. Banyak di antara sumbangan tersebut dikirimkan dengan kantong-kantong khusus yang disebut desagi, yang dapat disampirkan di bahu atau pada punggung kuda.
Untuk meningkatkan mutu cetakan, kantor cabang membeli beberapa peralatan seperti tiga mesin cetak Linotype, dua mesin cetak flatbed, satu mesin cetak rotari, satu mesin pelipat, dan satu mesin cetak huruf-emas timbul. Dengan peralatan tersebut, dihasilkanlah cetakan dengan mutu terbaik di negeri ini.
Salah satu dari 8 anggota keluarga Betel ditugasi untuk mengawasi 40 karyawan non-Saksi yang bekerja di percetakan secara aplusan dalam tiga kelompok. Mereka bekerja keras, sebagaimana terlihat dari laporan produksi tahun 1924, tahun pertama beroperasinya percetakan itu. Saudara-saudara menghasilkan 226.075 buku, 100.000 buku kecil, dan 175.000 majalah dalam bahasa Rumania dan Hongaria! Buku-buku yang dihasilkan antara lain ialah alat bantu belajar Alkitab The Harp of God dan jilid pertama dari tujuh jilid Studies in the Scriptures, dengan judul The Divine Plan of the Ages.
Setelah masa persiapan selama dua tahun, kantor cabang juga mencetak buku Scenario of the Photo–Drama of Creation dalam bahasa Rumania. Sesuai dengan namanya, Scenario ini didasarkan atas ”Photo-Drama”—sebuah khotbah yang menggunakan slide kaca berwarna, film, dan suara yang disinkronisasi. Hadirin bisa menyaksikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada penciptaan bumi hingga akhir Pemerintahan Seribu Tahun Kristus. Walaupun tidak sehidup ”Photo-Drama”, Scenario berisi 400 foto yang dicetak, dan pelajaran singkat tentang doktrin, sejarah, serta ilmu pengetahuan—semuanya menggerakkan banyak pembaca untuk lebih mendalami Alkitab.
Kelas Pelajaran Alkitab Berlipat Ganda
”Umumkan, umumkan, umumkan, Raja dan Kerajaannya!” desak Joseph Rutherford pada kebaktian tahun 1922 di Cedar Point, Ohio. Imbauan yang menggugah ini menyemangati umat Allah di seluruh dunia, menggerakkan mereka untuk lebih giat. Di Rumania, saudara-saudara mengerjakan daerah-daerah yang belum pernah mendengar kabar baik dan mereka membuat lebih banyak orang menjadi murid.
Bagaimana caranya orang baru pada masa itu belajar Alkitab? Mereka mengikuti kelas yang disebut Pelajaran Alkitab Berea. Pertanyaan sudah tersedia, dan bahan pelajaran tercetak dicuplik dari berbagai publikasi, yang dapat dipesan melalui pos. Jadwal pelajaran tercantum di Menara Pengawal. Siswa-siswa yang sudah lebih maju juga mendapat manfaat dari Pelajaran Sekolah Minggu Internasional, yang membekali mereka untuk menjadi pengajar Firman Allah.
Wakil-wakil cabang mengunjungi kelompok-kelompok pelajaran itu, menyampaikan khotbah, dan menyediakan bantuan rohani lain. Tetapi, penggembalaan dan pengajaran secara teratur diberikan oleh para musafir, yang sekarang disebut pengawas keliling. Enam saudara melayani sebagai musafir pada tahun 1921, dan dua tahun kemudian sudah ada delapan. Para pekerja yang bersemangat ini menyelenggarakan perhimpunan di ratusan kota serta desa, berbicara kepada puluhan ribu orang yang sangat kelaparan secara rohani.
Dua di antara para musafir tersebut adalah Emanoil Chinţa, yang sudah disebutkan sebelumnya, dan Onisim Filipoiu. Sekali peristiwa, di Bukovina, di daerah utara, ada banyak orang Adven dan orang Baptis di antara hadirin yang mendengarkan Saudara Chinţa, dan beberapa dari mereka menyambut kebenaran. Belakangan, kedua saudara tersebut ditugasi ke Bukares guna membantu lebih banyak orang lagi untuk memiliki pengetahuan yang saksama akan Firman Allah. Seorang pria yang penuh penghargaan menulis, ”Saya bersyukur kepada Tuhan karena telah mengutus Saudara Emanoil dan Saudara Onisim, yang harus bekerja keras untuk meyakinkan dan memberikan pencerahan kepada saya. Tuhan akan melakukan pekerjaan besar di kota ini, tetapi perlu kesabaran.”
Pada tahun 1920, saudara-saudara menyelenggarakan kebaktian-kebaktian pertama mereka—satu di kota Brebi, Distrik Sălaj, yang lain di kota Ocna Dejului, Distrik Cluj. Kedua lokasi tersebut dapat dijangkau dengan kereta api, dan di sana para penyiar serta peminat menyediakan pemondokan. Kira-kira 500 delegasi dari seluruh Rumania menghadirinya. Mereka memberikan kesaksian yang sangat baik melalui tingkah laku mereka.
Namun, pertumbuhan yang pesat di kalangan para pemberita Kerajaan bukannya tanpa perlawanan. Bahkan, sejak meletusnya Perang Dunia I, saudara-saudara mulai mendapat penganiayaan dari kalangan agama dan politik.
Musuh Memanfaatkan Demam Perang
Karena disulut oleh nasionalisme dan dihasut oleh para pemimpin agama, kalangan berwenang politik tidak bersimpati terhadap orang yang tidak patriotis dan tidak mau membunuh demi negara. Jadi, ketika perang dunia pertama meletus, banyak saudara ditangkap dan dihukum. Bahkan ada yang dihukum mati, termasuk Saudara Ioan Rus, pengantin baru dari desa Petreştii de Mijloc, di bagian selatan Cluj-Napoca.
Daniel, cucu saudara perempuan Ioan, menceritakan, ”Pada tahun 1914, Ioan Rus direkrut untuk dinas militer. Karena tidak mau maju perang, ia dibawa ke Bukares dan dijatuhi hukuman mati. Pada saat eksekusi, ia dipaksa untuk menggali lubang kuburnya sendiri dan berdiri di tepinya di hadapan regu tembak. Komandan regu itu kemudian mengizinkan Ioan untuk mengucapkan sepatah dua patah kata terakhir. Ioan memutuskan untuk berdoa keras-keras. Karena tersentuh oleh doa Ioan, para prajurit menjadi ragu-ragu dan tidak mau mengeksekusinya. Maka, sang komandan mengajak salah satu prajurit berbicara secara pribadi, menjanjikan cuti tiga bulan dengan gaji penuh jika ia menembak sang tahanan. Prajurit itu menerima tawaran tersebut dan mendapatkan cutinya.”
Pada tahun 1916, Saudara Kiss dan Saudara Szabó juga ditangkap dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Mereka dianggap ”berbahaya” sehingga dikucilkan selama 18 bulan di penjara berpenjagaan ketat di Aiud. Mengapa József dan Károly dianggap ”berbahaya”? Menurut sang hakim, karena mereka telah ”memberitakan ajaran yang berbeda dengan ajaran yang resmi”. Singkatnya, mereka dipenjara bukan hanya karena tidak mau membunuh, melainkan juga karena mengajarkan kebenaran Alkitab yang bertentangan dengan teologi tradisional.
Dari penjara, kedua pria tersebut menulis surat ke sidang-sidang dan kelompok-kelompok untuk membesarkan hati saudara-saudara. Dalam salah satu surat itu tertulis, ”Kami ingin menyatakan sukacita kami karena Bapak surgawi kita yang baik hati, yang layak kita syukuri, puji, dan hormati, telah memungkinkan cahaya dari Menara Pengawal bersinar. Kami yakin saudara-saudara menghargai Menara Pengawal dan menjaganya seperti menjaga nyala lilin di tengah terpaan badai.” Kedua pria tersebut dibebaskan pada tahun 1919—waktu yang tepat untuk dapat membantu mendirikan kantor cabang pada tahun berikutnya.
Tentangan dari Pemimpin Agama Menghebat
Ketika Perang Dunia I usai pada tahun 1918, para pemimpin agama terus menentang umat Allah. Seorang imam terang-terangan mengkritik pandangan Siswa-Siswa Alkitab tentang jiwa yang tidak berkematian dan peranan Maria. ”Angan-angan untuk hidup lebih nyaman di bumi telah membuat [Siswa-Siswa Alkitab] gila,” tulisnya. ”Mereka berkeras bahwa kita semua bersaudara dan bahwa orang dari segala bangsa sederajat.” Kemudian, ia mengeluh tentang sulitnya mengambil tindakan hukum terhadap Siswa-Siswa Alkitab karena mereka ”berpura-pura mengasihi kebenaran, saleh, suka damai, dan rendah hati”.
Pada tahun 1921, imam-imam di Bukovina menulis surat kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kehakiman untuk meminta agar pekerjaan Siswa-Siswa Alkitab dilarang. Bahkan, hampir di setiap daerah yang telah mendengar kebenaran, para pemimpin agama melampiaskan kemarahan mereka terhadap umat Allah. Gereja-gereja Ortodoks, Katolik, dan lain-lain mengorganisasi aksi kebencian, menghasut orang dan massa untuk menyerang saudara-saudara. Dalam sepucuk surat kepada kantor pusat, kantor cabang menulis, ”Di negeri ini, para pemimpin agama memegang terlalu banyak jabatan pemerintah, dan pekerjaan kita, sampai taraf tertentu, bergantung pada belas kasihan mereka. Jika mereka menjalankan hukum, hal itu tidak menjadi soal, tetapi mereka menyalahgunakan kekuasaan mereka.”
Sebagai tanggapan atas pengaduan bertubi-tubi dari para pemimpin agama, Kementerian Agama menyetujui digunakannya ”alat negara” untuk menghambat pengabaran dan perhimpunan umat Yehuwa. Jadi, polisi menjadi tangan gereja, menangkapi saudara-saudara atas dasar tuduhan palsu bahwa mereka meresahkan masyarakat. Namun, tidak ada hukum yang jelas sehingga vonis yang dijatuhkan pun berbeda-beda. Sikap baik saudara-saudara juga menghadirkan masalah lain bagi mereka. ”Siswa-Siswa Alkitab tidak bisa dinyatakan bersalah,” kata seorang hakim, ”karena mereka umumnya orang yang sangat suka damai.”
Namun demikian, penganiayaan terus menghebat, dan pada akhir tahun 1926, Menara Pengawal dilarang. Tetapi, makanan rohani terus mengalir—saudara-saudara hanya mengubah namanya! Mulai terbitan 1 Januari 1927, Menara Pengawal edisi bahasa Rumania menjadi The Harvest, kemudian The Light of the Bible, dan akhirnya Daybreak. Edisi bahasa Hongaria-nya diubah menjadi Christian Pilgrim, kemudian Gospel, dan akhirnya The Magazine of Those Who Believe in Christ’s Blood.
Sayangnya, pada masa itu, Jacob B. Sima menjadi tidak setia. Malah, akibat tindakannya, seluruh lahan, bangunan, dan peralatan milik cabang raib pada tahun 1928! Saudara-saudara ”tercerai-berai dan kepercayaan mereka sangat terguncang”, lapor 1930 Year Book. Karena perkembangan yang menyedihkan ini, pada tahun 1929 pekerjaan diawasi oleh kantor cabang Jerman dan kemudian oleh Kantor Cabang Eropa Tengah di Bern, Swiss. Kedua kantor cabang tersebut beroperasi melalui kantor yang belakangan didirikan saudara-saudara di Bukares.
’Tolong Jangan Bakar Buku Saya!’
Meski ada cobaan dari dalam, saudara-saudara yang setia mengorganisasi kembali dan meneruskan pekerjaan kesaksian, bahkan membuka daerah-daerah baru. Pada tanggal 24 Agustus 1933, kantor Rumania menulis, ”Orang-orang sangat lapar akan kebenaran. Saudara-saudari di lapangan melaporkan bahwa sewaktu mereka memberikan kesaksian, penduduk desa berbondong-bondong menyertai mereka dari rumah ke rumah agar bisa mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk mendengar kebenaran.”
Pada suatu peristiwa, seorang wanita miskin meminta buku yang sedang ditawarkan dan bahkan memberikan sumbangan sekadarnya untuk pekerjaan Kerajaan. Ketika imam di desa itu mendengar tentang hal tersebut, ia bergegas ke rumah wanita itu. ”Mana bukunya,” bentaknya, ”biar saya bakar!”
”Tolong jangan dibakar, Pastor,” pinta sang wanita, ”buku itu menghibur kami, dan membantu kami bertahan dalam kesengsaraan!” Wanita itu tidak mau berpisah dengan bukunya.
Seorang wanita lain yang sangat menghargai bacaan kita adalah seorang bangsawan yang pelayan-pelayannya adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Suatu hari ia berkata kepada para pelayannya, ”Kalian bukan pelayan saya lagi, tetapi saudara saya!” Di desa lain, seorang saudara memberi tahu segerombolan anak yang usil bahwa ia sedang memberitakan Kerajaan Allah. Anak-anak ini kemudian menganjurkan setiap orang yang lewat untuk menerima lektur. ”Ini buku-buku tentang Allah,” kata mereka. Saudara tersebut terperangah melihat dukungan yang spontan dan bersemangat dari anak-anak itu, dan dalam waktu singkat ia kehabisan lektur!
Nicu Palius, seorang perintis yang lembut budi bahasanya, datang dari Yunani untuk membantu pekerjaan pengabaran. Setelah melayani di Bukares, ia pindah ke Galaţi, sebuah kota pelabuhan utama di tepi Sungai Donau. Pada akhir tahun 1933, Nicu menulis, ”Hampir dua setengah bulan saya melayani di tengah-tengah orang Rumania, dan Allah Yehuwa memberikan banyak berkat—walaupun saya tidak bisa berbahasa Rumania. Kemudian, saya melayani orang-orang Yunani dan Armenia di sana, dan dengan bantuan Allah, saya mengunjungi 20 kota. Orang Yunani khususnya senang dengan berita ini.”
Ya, meski para pemimpin agama melancarkan kampanye kebencian, banyak orang berhati jujur mau mendengar kabar baik. Salah satu di antaranya adalah seorang walikota yang melahap beberapa brosur dan kemudian dengan menggebu-gebu menyatakan bahwa ia menantikan dunia baru. Di kota lain, seorang pria meminta beberapa publikasi dan berjanji akan membagikannya kepada orang yang mau membacanya.
Pekerjaan Diorganisasi Kembali
Pada tahun 1930, dua tahun setelah Sima bertindak tidak setia, Martin Magyarosi dilantik untuk mengawasi pekerjaan di Rumania. Ia seorang Rumania berdarah Hongaria yang berasal dari Bistriţa, Transilvania. Setelah mendapat pelatihan selama enam minggu di kantor cabang Jerman, Saudara Magyarosi membuka kantor di Bukares. Tidak lama kemudian, Menara Pengawal dalam bahasa Rumania, yang sempat dicetak di Austria dan Jerman, dicetak lagi di Rumania, kali ini oleh sebuah penerbit di Bukares yang bernama The Golden Book.
Setelah melalui cukup banyak upaya, saudara-saudara berhasil membentuk sebuah badan hukum baru pada tahun 1933—The Bible and Tract Society of Jehovah’s Witnesses, yang beralamat di Jalan Crişana 33, Bukares. Namun, karena tentangan dari kalangan agama dan politik, saudara-saudara hanya bisa memperoleh status sebagai lembaga komersial.
Walau demikian, upaya-upaya tersebut membantu memulihkan kepercayaan dan memajukan pekerjaan pengabaran. Banyak penyiar bahkan mulai merintis, sementara yang lain-lain meningkatkan kegiatan mereka, khususnya selama musim dingin, ketika penduduk desa memiliki lebih banyak waktu. Saudara-saudara juga mendengarkan ceramah-ceramah Alkitab yang disiarkan melalui sebuah stasiun radio umum. Ceramah-ceramah ini khususnya membantu orang-orang yang tidak menghadiri perhimpunan karena takut kepada tetangga atau para imam. Jam siaran, judul ceramah, dan frekuensi radionya dicantumkan dalam Menara Pengawal.
Sarana lain yang membantu memajukan kabar baik adalah fonograf portabel buatan organisasi Yehuwa. Selama tahun 1930-an, setiap sidang dan orang perorangan dapat memesan alat itu maupun rekaman ceramah Alkitabnya. Rekaman ceramah ini membesarkan hati ”saudara-saudara dan juga keluarga-keluarga yang memiliki fonograf serta mengasihi kebenaran”, kata sebuah pengumuman di Bulletin (sekarang Pelayanan Kerajaan Kita).
Ujian Lebih Lanjut dari Dalam
Pada tahun 1920-an dan 1930-an, pemahaman semakin jelas tentang Firman Allah dan tentang fakta bahwa setiap orang Kristen harus memberikan kesaksian mengenai kebenaran. Terang yang cemerlang memancar pada tahun 1931 ketika Siswa-Siswa Alkitab menggunakan nama Saksi-Saksi Yehuwa. Ini bukan sembarang julukan, melainkan nama berdasarkan Alkitab yang menunjukkan bahwa penyandangnya menjunjung dan menyatakan Keilahian Yehuwa. (Yes. 43:10-12) Siswa-Siswa Alkitab yang menentang pekerjaan pengabaran tersandung oleh perkembangan ini dan keluar dari organisasi. Ada yang bahkan menjadi murtad dan menyebut diri Kaum Milenialis. Apakah iman orang-orang yang loyal tetap teguh di bawah ujian ini? Apakah mereka akan terus melakukan tugas pemberitaan walau ada tentangan yang datang dari para pemimpin agama dan orang murtad sekaligus?
Meskipun ada yang menyerah kepada tekanan ini, banyak yang terus melayani Yehuwa dengan setia dan bersemangat. Sepenggal laporan dari tahun 1931 berbunyi, ”Ada sekitar 2.000 saudara di Rumania, dan di tengah kesulitan yang luar biasa mereka dapat menyiarkan 5.549 buku dan 39.811 buku kecil selama tahun ini.” Tahun berikutnya, lebih bagus lagi, mereka menyiarkan 55.632 buku dan buku kecil.
Selain itu, adakalanya penganiayaan menjadi bumerang bagi si penganiaya. Misalnya, semua Saksi di suatu daerah memutuskan untuk menyatakan secara terbuka bahwa mereka memisahkan diri dari ”Babilon Besar”. (Pny. 18:2, 4) Selama lima hari berturut-turut, saudara-saudari yang berani ini berduyun-duyun ke balai kota untuk membuat surat pernyataan pengunduran diri dari bekas gereja mereka dengan bantuan notaris.
Para tokoh masyarakat terkejut, dan seorang imam di sana ketakutan. Pertama-tama ia lari ke kantor polisi untuk meminta bantuan, tetapi ternyata sia-sia. Jadi, ia bergegas kembali ke balai kota dan menuduh bahwa sang notaris adalah Komunis karena telah membantu para Saksi membuat surat-surat mereka. Karena tersinggung, sang notaris mengatakan bahwa seandainya seluruh masyarakat meminta bantuannya, ia akan membantu mereka membuat surat pengunduran diri. Maka, langkah sang imam pun terhenti, dan saudara-saudari dapat menuntaskan pengurusan surat-surat mereka.
”Anda Mau Menembak Saya?”
Dalam khotbah-khotbah mereka, para pemimpin agama menjelek-jelekkan Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka juga terus mendesak pemerintah untuk melarang pekerjaan Saksi-Saksi. Tentu saja, Kementerian Agama, yang menjadi alat politik para pemimpin agama, terus menggunakan polisi untuk menekan saudara-saudari. Pada satu peristiwa, komandan polisi dan seorang anak buahnya secara tidak sah memasuki rumah yang biasa digunakan untuk berhimpun.
”Mana surat izinmu untuk mengadakan kebaktian,” gertak sang komandan kepada pemilik rumah itu, seorang saudara yang kita sebut saja George.
Karena sudah menduga bahwa komandan itu tidak punya surat perintah, George menjawab, ”Siapa yang memberi Bapak wewenang untuk memasuki rumah saya?”
Sang komandan tidak bisa menjawab, maka George mempersilakannya untuk pergi. Dengan berat hati, sang komandan berjalan ke arah pintu. Akan tetapi, sambil melangkah keluar ia memerintahkan petugas yang menyertainya untuk berjaga di pintu pagar dan menangkap George jika dia mencoba pergi. Belakangan, ketika George hendak pergi, ia ditangkap sang petugas yang mengatakan, ”Atas nama hukum.”
”Atas nama hukum yang mana?” tanya George.
”Saya punya surat perintah untuk menangkap kamu,” kata sang petugas.
Sebagai mantan polisi, George tidak buta hukum; jadi ia meminta petugas itu menunjukkan surat perintahnya. Seperti dugaan George, petugas itu tidak punya surat perintah. Karena tidak bisa menangkap George secara sah, petugas itu lalu mencoba menakut-nakuti George dengan mengisi pistolnya.
”Anda mau menembak saya?” tanya George.
”Tidak,” elak si petugas, ”memangnya saya bodoh.”
”Jadi,” kata George, ”kenapa Anda mengisi pistol?”
Saat itu juga, petugas itu merasa dirinya konyol dan meninggalkan George. Untuk mencegah terulangnya kejadian ini, George mengajukan gugatan terhadap sang komandan karena telah memasuki tanah milik pribadi tanpa izin. Di luar dugaan, komandan itu didenda dan dijatuhi hukuman 15 hari penjara.
Pada peristiwa lain, seorang saudara lanjut usia memberikan kesaksian yang bagus di pengadilan. Sang hakim mengacungkan dua buku yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Sambil melambaikannya di depan saudara itu, ia menuduhnya membagikan propaganda keagamaan.
”Jika Anda menjatuhkan hukuman karena saya memberitakan kebenaran Firman Allah,” jawab saudara itu, ”saya tidak akan menganggapnya sebagai hukuman, tetapi sebagai kehormatan. Tuan Yesus memberi tahu pengikutnya untuk bersukacita jika dianiaya demi keadilbenaran karena begitulah nabi-nabi zaman dahulu diperlakukan. Malah, Yesus sendiri dianiaya dan dihukum pada tiang siksaan, bukan karena kesalahannya, melainkan karena menyampaikan kebenaran yang diterimanya dari Allah.”
Saudara itu melanjutkan, ”Jadi, seandainya pengadilan ini menghukum saya karena menyampaikan berita Yesus tentang Kerajaan melalui kedua buku ini, berarti pengadilan ini menghukum seseorang yang tidak melakukan kejahatan.” Alhasil, sang hakim membatalkan semua dakwaan.
”Tidak Ada yang Lebih Parah Kondisinya daripada Saudara-Saudara di Rumania”
Setelah tahun 1929, jatuhnya harga hasil bumi, meluasnya pengangguran, dan kekacauan politik menyebabkan kelompok-kelompok politik yang ekstrem, termasuk kaum Fasis, bertumbuh dengan subur. Kemudian, selama tahun 1930-an, Rumania secara bertahap dipengaruhi oleh Jerman Nazi. Semua perkembangan ini bukan pertanda yang baik bagi Saksi-Saksi Yehuwa. Bahkan, dalam 1936 Year Book dikatakan, ”Di mana pun saudara-saudara kita bekerja di bumi ini tidak ada yang lebih parah kondisinya daripada saudara-saudara di Rumania.” Dari tahun 1933 hingga tahun 1939, ada 530 gugatan hukum terhadap Saksi-Saksi Yehuwa. Tentu saja, para jaksa selalu menuntut agar pekerjaan Saksi-Saksi dilarang dan kantor di Bukares ditutup.
Akhirnya, pada tanggal 19 Juni 1935 pukul 08.00, dengan membawa surat perintah yang belakangan ternyata tidak sah, polisi mendatangi kantor cabang. Mereka menyita arsip dan lebih dari 12.000 buku kecil dan menempatkan seorang penjaga di sana. Namun, seorang saudara berhasil menyelinap lewat pintu belakang dan menghubungi seorang pengacara, yang juga seorang senator, yang bersimpati. Pengacara itu menelepon pejabat-pejabat terkait sehingga penutupan yang tidak sah tersebut dibatalkan dan semua arsip dikembalikan. Tetapi, kelegaan itu tidak berlangsung lama.
Pada tanggal 21 April 1937, Kementerian Agama mengeluarkan sebuah perintah yang diumumkan melalui jurnal dan surat kabar resmi. Perintah itu menyatakan bahwa kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Rumania dilarang keras dan siapa pun yang didapati menyebarkan atau bahkan membaca lektur mereka akan ditangkap serta dihukum dan lekturnya disita.
Saudara-saudara naik banding. Namun, menteri yang terkait, karena mengetahui bahwa posisinya dalam kasus ini lemah, menunda persidangan awal sampai tiga kali. Tetapi, sebelum tanggal penundaan yang terakhir tiba, Raja Carol II menyatakan Rumania sebagai negara diktator. Pada bulan Juni 1938, sebuah perintah baru yang merugikan Saksi-Saksi Yehuwa dikeluarkan. Saudara-saudara kembali mengajukan gugatan. Mereka juga melayangkan sebuah memorandum resmi kepada raja, yang menyatakan bahwa lektur-lektur mereka sifatnya mendidik, tidak subversif, dan tidak memicu keresahan masyarakat. Memorandum itu bahkan merujuk ke sebuah keputusan yang pernah dibuat pengadilan tinggi mengenai hal ini. Raja meneruskan memorandum itu ke Kementerian Agama. Bagaimana tanggapan mereka? Pada tanggal 2 Agustus 1938, kementerian itu menutup dan menyegel kantor Saksi-Saksi Yehuwa di Bukares.
Selama masa sulit ini, beberapa saudara—bahkan keluarga-keluarga—ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara, ada yang hanya karena menyanyikan lagu Kerajaan di rumah mereka sendiri. Vonisnya berkisar dari tiga bulan hingga dua tahun. Tetapi, bagaimana saudara-saudara bisa ketahuan? Banyak yang dimata-matai oleh orang yang telah dipengaruhi para pemimpin agama. Para mata-mata ini menyamar sebagai tukang, pedagang keliling, dan lain-lain.
Siapa pun yang kedapatan memiliki lektur kita ditangkap. Seorang saudara yang bekerja di hutan sebagai pemotong kayu selalu membawa Alkitab dan Year Book. Suatu hari, polisi melakukan penggeledahan barang-barang milik pribadi dan menemukan lektur saudara tersebut. Mereka menangkap dia, menggiringnya dan menyuruhnya berjalan kaki sejauh 200 kilometer ke pengadilan, dan di sana ia dijatuhi hukuman penjara enam bulan. Penjara itu sendiri sangat padat, jorok, dan penuh kutu. Makanannya hanya sup encer.
Lebih Banyak Cobaan Selama Perang Dunia II
Pada tanggal 1 September 1939, sewaktu fajar, pasukan Jerman menyerbu Polandia, sehingga memicu perang dunia yang lain—perang yang meninggalkan bekas yang dalam dan lama bagi Rumania. Dalam rangka memperebutkan kekuasaan, Uni Soviet dan Jerman, yang menandatangani sebuah pakta nonagresi, selanjutnya membagi-bagi Eropa Timur di antara mereka dan memotong-motong Rumania seperti kue. Hongaria mendapat Transilvania bagian utara; Uni Soviet, Besarabia dan Bukovina Utara; dan Bulgaria, Dobruja bagian selatan. Akibatnya, Rumania kehilangan sekitar sepertiga penduduk dan wilayahnya. Pada tahun 1940, pemerintahan diktator Fasis mulai berkuasa.
Pemerintah yang baru itu untuk sementara tidak memberlakukan undang-undang dasar Rumania dan mereka mengeluarkan sebuah dekret yang hanya mengakui sembilan agama, yang utama adalah Ortodoks, Katolik, dan Lutheran. Larangan atas Saksi-Saksi Yehuwa tidak dicabut. Aksi teror sering terjadi, dan pada bulan Oktober 1940, pasukan Jerman menduduki negeri ini. Di bawah keadaan yang sangat sulit tersebut, korespondensi antara Rumania dan Kantor Cabang Eropa Tengah di Swiss bisa dikatakan terputus.
Karena sebagian besar Saksi-Saksi Yehuwa di Rumania tinggal di Transilvania, Martin Magyarosi pindah dari Bukares ke sana dan menetap di Tirgu-Mures. Istrinya, Maria, telah pindah lebih dahulu karena alasan kesehatan. Pamfil dan Elena Albu, yang sebelumnya juga melayani di kantor Bukares, pindah lebih jauh lagi ke utara, di Baia-Mare. Dari kedua kota tersebut, Saudara Magyarosi dan Saudara Albu mengorganisasi kembali pekerjaan pengabaran dan produksi Menara Pengawal secara diam-diam. Rekan mereka, Teodor Morăraş, tetap tinggal di Bukares dan mengkoordinasi kegiatan di wilayah Rumania yang tersisa hingga ia ditangkap pada tahun 1941.
Sementara itu, saudara-saudara terus sibuk dalam pelayanan, menyebarkan lektur Alkitab setiap ada kesempatan, tetapi dengan sangat berhati-hati. Misalnya, mereka meninggalkan buku-buku kecil di tempat umum, mulai dari restoran sampai gerbong kereta api, dengan harapan ada yang akan tertarik. Mereka juga terus mengindahkan perintah Alkitab untuk berhimpun guna saling menganjurkan secara rohani, tetapi tentu saja dengan waspada, agar tidak menimbulkan kecurigaan orang lain. (Ibr. 10:24, 25) Misalnya, saudara-saudara yang tinggal di pedesaan memanfaatkan pesta-pesta tradisional pada masa panen, ketika para petani bergotong-royong memanen hasil bumi mereka dan kemudian merayakannya dengan bertukar lelucon serta cerita. Saudara-saudara dengan mudah mengubah pesta-pesta ini menjadi perhimpunan.
”Ditekan dengan Segala Cara”
Saudara Magyarosi ditangkap pada bulan September 1942, tetapi terus mengkoordinasi pekerjaan pengabaran dari balik terali besi. Keluarga Albu juga ditangkap, bersama sekitar 1.000 saudara-saudari lain, yang banyak di antaranya dibebaskan setelah dipukuli dan ditahan selama kira-kira enam minggu. Karena mempertahankan kenetralan Kristen, seratus Saksi, termasuk beberapa saudari, dihukum 2 sampai 15 tahun penjara. Lima saudara mendapat hukuman mati, yang kemudian diganti dengan hukuman penjara seumur hidup. Pada malam hari, polisi yang bersenjata bahkan menyeret ibu-ibu dan anak-anak kecil dari rumah mereka, sehingga binatang peliharaan mereka telantar dan rumah mereka dijarah pencuri.
Di kamp-kamp penjara, saudara-saudara mendapat ”penyambutan” khusus dari para penjaga yang mengikat kaki mereka menjadi satu dan menggencet mereka di lantai sambil memukuli kaki-kaki telanjang mereka dengan pemukul dari karet yang dililit kawat. Tulang mereka patah, kuku kaki lepas, dan kulit memar-memar, kadang-kadang bahkan terkelupas seperti kulit pohon. Para imam yang berpatroli di kamp dan menyaksikan penyiksaan ini mengejek, ”Mana bisa Yehuwa-mu itu melepaskan kalian dari tangan kami.”
Saudara-saudara ”ditekan dengan segala cara”, tetapi ”tidak ditinggalkan begitu saja”. (2 Kor. 4:8, 9) Mereka malah menghibur tahanan lain dengan harapan Kerajaan, dan ada tahanan yang menyambut. Sebagai contoh, Teodor Miron dari desa Topliţa di Transilvania bagian timur laut. Sebelum Perang Dunia II, Teodor menyimpulkan sendiri bahwa Allah melarang orang membunuh, maka ia tidak mau ikut dinas militer. Jadi, pada bulan Mei 1943 ia dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Tidak lama kemudian, ia berkenalan dengan Martin Magyarosi, Pamfil Albu, dan tahanan Saksi lainnya serta menerima pengajaran Alkitab. Teodor membuat kemajuan rohani yang pesat dan beberapa minggu kemudian ia membaktikan hidupnya kepada Yehuwa. Namun, bagaimana ia bisa dibaptis?
Kesempatan itu tiba ketika Teodor dan sekitar 50 Saksi lain asal Rumania digiring melalui jalan yang memutar ke kamp penjara Nazi di Bor, Serbia. Dalam perjalanan, mereka singgah di Jászberény, Hongaria, dan di sana lebih dari seratus saudara berbahasa Hongaria digabungkan dengan mereka. Selama singgah di tempat itu, para penjaga menyuruh beberapa saudara ke sungai untuk mengisi tong air. Karena dipercaya oleh para penjaga, saudara-saudara ini tidak diawasi. Teodor ikut bersama mereka dan dibaptis di sungai itu. Dari Jászberény, para tahanan ini diangkut dengan kereta api dan perahu ke Bor.
Pada waktu itu, kamp di Bor menampung 6.000 orang Yahudi; 14 orang Adven; dan 152 Saksi. ”Kondisinya sangat parah,” kenang Saudara Miron, ”tetapi Yehuwa memperhatikan kami. Seorang penjaga yang bersimpati, yang sering ditugasi ke Hongaria, membawakan lektur ke kamp. Beberapa Saksi yang ia kenal dan percayai menjaga keluarganya selama ia pergi, sehingga ia sudah dianggap seperti saudara seiman. Pria itu, seorang letnan, selalu memberikan peringatan kalau sesuatu akan terjadi. Di kamp ada 15 orang penatua, sebutan yang digunakan dewasa ini, dan mereka menyelenggarakan perhimpunan tiga kali seminggu. Rata-rata hadirinnya 80 orang, tergantung giliran kerja masing-masing. Kami juga merayakan Peringatan.”
Di beberapa kamp, Saksi-Saksi dari luar kamp diizinkan untuk memberikan makanan dan kebutuhan lain kepada saudara-saudara di kamp. Antara tahun 1941 dan 1945, sekitar 40 Saksi dari Besarabia, Moldova, dan Transilvania dikirim ke kamp konsentrasi di Şibot, Transilvania. Setiap hari mereka bekerja di pabrik pemotongan kayu di sana. Karena jarang ada makanan di kamp, Saksi-Saksi yang tinggal di dekat situ setiap minggu mengantarkan makanan dan pakaian ke pabrik. Saudara-saudara membaginya sesuai dengan kebutuhan.
Kebaikan semacam itu menjadi kesaksian yang bagus, baik di kalangan sesama tahanan maupun para penjaga. Para penjaga juga mengamati bahwa Saksi-Saksi Yehuwa bertanggung jawab dan bisa dipercaya. Jadi, mereka memberi Saksi-Saksi kebebasan yang umumnya tidak diberikan kepada tahanan. Salah seorang penjaga di Şibot bahkan menerima kebenaran.
Berkat-Berkat Pascaperang
Ketika perang di Eropa berakhir pada bulan Mei 1945, semua Saksi-Saksi Yehuwa dibebaskan dari penjara dan kamp kerja paksa. Martin Magyarosi, yang ketika itu berusia 62 tahun, kembali ke Bukares dan mendapati kantor yang lama sudah kosong melompong. Bahkan, tidak ada satu mesin tik pun yang tersisa! ”Pekerjaan Tuan dimulai lagi dari nol,” kata sebuah laporan. Selain mengorganisasi pekerjaan, saudara-saudara mengupayakan agar Perkumpulan Saksi-Saksi Yehuwa di Rumania terdaftar secara hukum, dan upaya mereka tidak lama kemudian membuahkan hasil sehingga pada tanggal 11 Juli 1945 mereka secara resmi terdaftar.
Langkah ini memudahkan pengorganisasian perhimpunan umum, kebaktian, dan produksi lektur, dan semuanya ini memberikan semangat baru untuk melaksanakan kegiatan dan membantu saudara-saudara mengatasi kesimpangsiuran dan perpecahan yang telah berkembang. Ya, selama tahun pertama sesudah perang, saudara-saudara menghasilkan hampir 870.000 buku kecil dan lebih dari 85.500 eksemplar Menara Pengawal—walau di seluruh negeri ada kekurangan kertas! Dan, 1.630 orang dibaptis.
Saudara-saudara mulai mengabar secara terang-terangan bahkan sebelum Perkumpulan terdaftar secara resmi. Mereka juga menyelenggarakan perhimpunan dan khotbah umum khusus. Sehubungan dengan Saksi-Saksi di Distrik Maramureş, seorang saksi mata menuturkan, ”Selagi tentara ditarik mundur, saudara-saudara berhimpun. Kami bisa melihat saudara-saudara berdatangan dari semua desa di wilayah itu, mereka sama sekali tidak takut. Itu adalah saat-saat yang menyenangkan. Ada yang berjalan sejauh 80 km untuk hadir, sambil bernyanyi dan memberikan kesaksian sepanjang jalan. Setiap Minggu, ketua acara perhimpunan mengumumkan tempat perhimpunan untuk Minggu berikutnya.”
Khotbah-khotbah umum diiklankan dan disampaikan di berbagai kota dan desa yang hanya ada sedikit atau tidak ada sama sekali Saksi. Menjelang tengah malam, saudara-saudara berjalan kaki sejauh 100 kilometer ke tempat-tempat tersebut, sering kali tanpa alas kaki karena mahalnya harga sepatu. Tentu saja, mereka membawa sepatu, tetapi hanya digantung pada bahu. Namun, bila kondisinya sangat buruk—sangat dingin, misalnya—sepatu tersebut mereka kenakan. Sehari sebelum perhimpunan, saudara-saudara menawarkan lektur kepada umum, mengumumkan judul khotbah, dan mengundang orang untuk hadir. Setelah khotbah, saudara-saudara pulang.
Di Baia-Mare, Cluj-Napoca, Tirgu-Mures, dan Ocna Mureş, saudara-saudara menyelenggarakan belasan kebaktian yang dihadiri ratusan Saksi dan peminat. Yang menonjol dari pertemuan di Baia-Mare pada bulan Juni 1945 adalah pembaptisan, yang diadakan sepuluh kilometer di luar kota. Setelah khotbah disampaikan di kebun seorang saudara, ke-118 calon dibaptis di Sungai Lăpuşul, yang mengalir di dekat kebun itu. Itu merupakan acara pembaptisan yang tak terlupakan di lokasi yang indah.
Di Tirgu-Mures, saudara-saudara menyewa sebuah gedung teater yang dapat menampung 3.000 orang. Sehari sebelum kebaktian, para delegasi mulai berdatangan dengan kereta api, kereta kuda, sepeda, dan berjalan kaki. Ada yang langsung mulai mengabar dan mengundang orang-orang untuk menghadiri ceramah umum, yang membahas bahtera Nuh. Ketika melihat plakat iklan khotbah dengan susunan kata yang indah terpampang di seluruh kota, banyak saudara menitikkan air mata sukacita. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa mereka bisa menikmati kebebasan seperti itu untuk memberitakan kabar baik!
Kerja keras saudara-saudara diberkati dengan limpah—hadirin membludak sampai-sampai perlu dipasang dua pengeras suara tambahan di luar gedung teater. Alhasil, acaranya bisa terdengar oleh banyak tetangga melalui jendela mereka. Para pejabat kota dan para tokoh diundang agar dapat menyaksikan dan mendengar sendiri siapakah Saksi-Saksi Yehuwa. Sungguh menakjubkan, kursi yang disediakan untuk mereka semuanya terisi. Mereka pun ikut bernyanyi.
Kebaktian Nasional Pertama
Pada akhir pekan tanggal 28 dan 29 September 1946, Saksi-Saksi Yehuwa menyelenggarakan kebaktian nasional yang pertama di Rumania. Tempatnya di Arena Roma (Arenele Romane) di Bukares. Jawatan kereta api Rumania setuju untuk menyediakan kereta khusus, dan juga memberikan potongan harga 50 persen! Kereta api itu mengangkut lebih dari seribu delegasi dari beberapa daerah terjauh di negeri ini ke ibu kota. Banyak yang membawa plakat sehingga menimbulkan rasa ingin tahu orang-orang sepanjang perjalanan. Namun, perjalanan itu tidak mulus.
Kaum ulama mendengar tentang kebaktian itu dan mencoba menghentikan kereta. Pada hari Jumat sebelum kebaktian, Saksi-Saksi setempat mulai berkumpul di stasiun kereta api sejak pukul 09.00, berharap untuk menyambut saudara-saudara sekitar satu jam kemudian. Mereka menunggu dengan sabar sampai pukul 18.00, ketika kereta akhirnya tiba di stasiun. Kegembiraan saudara-saudara sungguh tak terlukiskan seraya tamu-tamu dan tuan rumah berpelukan. Polisi bersenjata sudah siaga untuk menjaga ketertiban, tetapi mereka tidak perlu melakukan apa-apa.
Sebagian besar kota Bukares, termasuk sekitar 12.000 rumah, hancur karena perang, sehingga tempat penginapan terbatas. Tetapi, saudara-saudara tidak kehabisan akal. Agar ada ”tempat tidur” ekstra, mereka membeli setumpuk jerami dan menebarkannya di halaman rumah seorang saudara yang tinggal di pinggiran kota, di Berceni. Tidak seperti biasanya, cuacanya hangat pada akhir bulan September itu sehingga keluarga-keluarga yang akan berkebaktian dapat beristirahat dengan nyaman bersama anak-anak mereka di atas kasur jerami di bawah langit yang berbintang. Sekarang, persis di lokasi itu berdirilah sebuah Balai Kerajaan baru yang menarik.
Ke-3.400 hadirin pada kebaktian Sabtu pagi senang sekali mendengar bahwa Menara Pengawal mulai diterbitkan lagi dua kali sebulan dalam bahasa Rumania dan Hongaria. Malah, seribu eksemplar edisi pertama dibagikan kepada saudara-saudara pada pagi itu. Selama beberapa waktu, majalah-majalah itu berisi empat artikel pelajaran agar semua orang dapat mempelajari bahan-bahan yang tidak mereka dapatkan selama perang.
Minggu paginya dikhususkan untuk kesaksian. Kelompok-kelompok penyiar terlihat di mana-mana sedang mengiklankan khotbah umum. Pada plakat mereka terdapat gambar palu, pedang, dan landasan tempa. Teksnya berbunyi: ”’Pedang diubah menjadi Mata Bajak’—Allah Mengilhami Kata-kata Tersebut. Dua Nabi Menulisnya. Tetapi Siapa yang Akan Menjalankannya?” Para penyiar memberikan undangan dan majalah, yang mereka bawa dalam tas-tas kain yang diselempangkan di bahu dan bertulisan ”Saksi-Saksi Yehuwa” atau ”Para Pemberita Kerajaan Allah” atau ”Para Pemberita Teokrasi”.
Siang harinya, Martin Magyarosi mengawali sebuah ceramah umum dengan kata-kata, ”Hari ini, negara-negara besar sedang mengadakan konferensi perdamaian di Paris. Di sini, di kebaktian kita, ada 15.000 hadirin. Seandainya Saudara menggeledah setiap Saksi Yehuwa yang hadir di sini, Saudara tidak akan menemukan sebilah pedang atau sepucuk pistol pun. Mengapa? Karena kita telah mengubah pedang kita menjadi mata bajak!” Di tengah-tengah kegetiran perang yang terasa di mana-mana, khotbah itu bukan saja sangat berbobot, melainkan juga tepat waktu.
Pada hari Minggu itu, jaksa agung, sekretaris Menteri Urusan Dalam Negeri, beberapa pejabat polisi, dan sekelompok imam Ortodoks hadir. Baik saudara-saudara maupun para pejabat menduga bahwa para imam akan mengacau, seperti ancaman mereka. Tetapi, hanya satu imam yang mencoba mengganggu acara. Ketika saudara-saudara melihat dia berjalan ke arah mimbar selama khotbah umum, mereka mencegat dia, memegang erat-erat lengannya, dan mengantarnya kembali ke kursinya. ”Imam Ortodoks tidak perlu berbicara di kebaktian ini,” bisik mereka di telinganya, ”Anda sebaiknya duduk dan mendengarkan.” Ia tidak mencoba untuk mengganggu lagi. Belakangan, sang jaksa agung mengatakan bahwa ia menikmati khotbah-khotbah di kebaktian tersebut dan terkesan dengan ketertiban Saksi-Saksi Yehuwa.
Ketika mengenang kembali kebaktian itu, seorang saudara belakangan menulis, ”Persekongkolan musuh gagal total, dan saudara-saudara pulang dengan penuh sukacita.” Terlihat jelas bahwa semangat perdamaian dan persatuan telah diperbarui; hal ini membesarkan hati saudara-saudara karena banyak yang datang ke kebaktian dengan perasaan campur aduk mengingat perpecahan yang telah berkembang selama masa perang.
Namun, keadaannya tidak menguntungkan para ulama karena di banyak tempat mereka tidak bisa lagi mengandalkan kalangan berwenang untuk melakukan keinginan mereka terhadap Saksi-Saksi Yehuwa. Tetapi, dari mimbar mereka masih mencaci-maki saudara-saudara. Bahkan, ada imam yang bertindak lebih jauh dan menyuruh geng-geng pengacau memukuli para penyiar Kerajaan—pria dan wanita—yang mereka lihat sedang mengabar. Suatu ketika, istri seorang imam Ortodoks menyerang seorang saudari perintis dengan tongkat, memukulinya hingga tongkat itu patah! ”Kami mengajukan banyak gugatan hukum terhadap ulama yang bertindak seperti itu,” kata sebuah laporan dari masa itu.
Upaya Lebih Lanjut untuk Memulihkan Persatuan
Alfred Rütimann, dari kantor cabang Swiss, mengunjungi Rumania selama dua bulan pada tahun 1947. Rencananya, sebuah kebaktian akan diselenggarakan dan Hayden C. Covington dari kantor pusat sedunia akan datang bersama Saudara Rütimann. Namun, kalangan berwenang tidak memberikan izin kebaktian, dan mereka menolak permohonan visa Saudara Covington. Tetapi, mereka memberikan visa dua bulan kepada Alfred Rütimann, sehingga dia bisa tinggal di Rumania pada bulan Agustus dan September.
Kota pertama yang ia kunjungi adalah Bukares. Di bandar udara ia disambut secara tradisional dengan karangan bunga yang indah oleh sekelompok saudara-saudari yang tersenyum lebar. Mereka mengantarnya ke kantor di Bukares, di Jalan Alion 38, rumah seorang peminat. Kantor cabang sudah dipindah ke tempat ini sejak Januari 1947. Tetapi, karena ancaman dari pihak Komunis meningkat, saudara-saudara masih menggunakan kantor di Jalan Basarabia 38 sebagai alamat resmi mereka. Bangunan di alamat ini diperoleh pada bulan Juli 1945 dan hanya diisi sebuah meja, sebuah sofa tua, sebuah mesin tik rusak, dan sebuah lemari berisi buku kecil serta majalah tua yang sudah menguning—yang kalaupun disita, tidak apa-apa. Sewaktu-waktu, seorang saudari bekerja di situ.
Saudara Rütimann bertemu dengan Pamfil Albu, presiden badan hukum, dan Martin Magyarosi, yang mengawasi pekerjaan di negeri ini. Kedua saudara ini juga melayani sebagai pengawas distrik. Komunikasi terbatas selama beberapa tahun, dan saudara-saudara di Rumania sangat senang mendengar perkembangan-perkembangan terkini dalam organisasi Yehuwa, seperti penyelenggaraan Sekolah Pelayanan Teokratis di sidang-sidang dan Sekolah Gilead untuk melatih para utusan injil. Wajarlah jika semua sangat ingin melihat Sekolah Pelayanan Teokratis diselenggarakan di Rumania. Malah, saudara-saudara langsung mengatur agar ke-90 pelajaran dalam buku petunjuk sekolah, Theocratic Aid to Kingdom Publishers, dicetak secara bertahap dalam bahasa Rumania dan Hongaria.
Namun, tujuan utama Saudara Rütimann adalah mengunjungi sebanyak mungkin sidang dan kelompok untuk menyampaikan khotbah-khotbah utama yang seharusnya bisa mereka dengar di kebaktian. Maka, berangkatlah Saudara Rütimann dan Saudara Magyarosi, yang bertindak sebagai juru bahasa, untuk perjalanan dua tahap ke tempat-tempat kebenaran sudah sangat mapan, mulai dari Transilvania.
Transilvania dan Daerah Lain
Seperti di kebanyakan tempat, para penyiar di Transilvania berupaya keras menghadiri perhimpunan-perhimpunan istimewa ini. Dan, saudara-saudara rela tidak tidur hingga larut malam karena padatnya jadwal kedua tamu tersebut. Misalnya, di desa Vama Buzăului, acaranya berlangsung dari pukul sepuluh malam hingga pukul dua dini hari, namun tidak satu pun di antara ke-75 hadirin mengeluh.
”Orang di sini memiliki pandangan yang berbeda dengan kita mengenai waktu,” tulis Alfred Rütimann di kemudian hari. ”Mereka tidak berkeberatan jika harus bangun pukul dua atau tiga dini hari demi tamu mereka, sepertinya mereka tidak kenal waktu! Meski harus berjalan kaki—dan kadang-kadang berjalan jauh tanpa alas kaki—mereka seolah-olah punya lebih banyak waktu daripada kita dan lebih santai. Pada mulanya, saya pikir tidak masuk akal untuk menyelenggarakan perhimpunan begitu larut malam, tetapi Saudara Magyarosi mengatakan tidak apa-apa.”
Kunjungan berikutnya adalah ke kota Tirgu-Mures yang berpenduduk 31.000 orang. Kota ini juga terkena dampak perang, dan nyaris tidak ada jembatan yang tersisa. Namun, 700 saudara dari 25 sidang menempuh perjalanan hampir 50 kilometer ke tempat perhimpunan, yang berupa sebidang lahan kosong di hutan dekat kota.
Kedua saudara tersebut juga mengunjungi Cluj-Napoca, dan di sana ada 300 saudara yang mewakili 48 sidang berkumpul. Di kota ini, Saudara Magyarosi menunjukkan kepada Saudara Rütimann percetakan mereka yang hilang pada tahun 1928 karena ulah Jacob Sima. Bagaimana kabarnya? ”Ia meninggal tahun lalu,” tulis Saudara Rütimann dalam laporannya. ”Ia menjadi pemabuk.”
Kota-kota berikut yang mereka kunjungi ialah Satu-Mare dan Sighet Marmaţiei, dekat Ukraina. Di daerah ini ada lebih dari 40 sidang berbahasa Rumania, Hongaria, dan Ukraina. Para petani dan penduduk desa di sana hampir tidak membutuhkan apa-apa dari dunia luar. Mereka menghasilkan makanan sendiri, dan juga rami, dan memelihara ternak, khususnya domba. Mereka pun membuat sendiri baju dan selimut serta menyamak kulit binatang. Tukang sepatu di desa membuat sepatu mereka. Sewaktu menghadiri perhimpunan-perhimpunan khusus, banyak saudara-saudari mengenakan baju buatan sendiri, yakni pakaian tradisional dari kain linen dan bahan rami yang disulam.
Pada perjalanan tahap kedua, Saudara Rütimann dan Saudara Magyarosi mengunjungi Moldavia, di bagian timur laut Rumania. Tempat perhentian mereka yang pertama adalah dusun Frătăuţii. Saudara-saudara di sana, meski miskin, sangat suka menerima tamu. Di bawah keremangan cahaya lampu minyak, mereka menjamu para tamu dengan susu segar, roti, bubur, dan telur rebus yang sudah dikupas dan dicelupkan sebagian ke dalam mentega cair. Setiap orang makan dari mangkuk-mangkuk kecil. ”Makanannya sangat lezat,” tulis Saudara Rütimann. Malam itu, para tamu tidur di dapur, di dipan-dipan yang diletakkan dekat oven supaya hangat. Sedangkan keluarga tuan rumah tidur tidak jauh dari situ beralaskan karung-karung berisi jerami.
Saksi-Saksi di daerah ini giat dalam pelayanan dan menikmati berkat yang limpah dari Yehuwa, seperti terlihat dari laporan mereka. Pada musim semi tahun 1945, ada 33 penyiar di daerah itu. Tetapi, pada tahun 1947 itu, ada 350 penyiar—kenaikan sepuluh kali lipat dalam dua tahun!
Kedua saudara tersebut juga menikmati suasana pedesaan sewaktu mereka naik kereta kuda sejauh 120 kilometer ke Bălcăuţi dan Ivăncăuţi. ”Kuda Rumania kecil tetapi hebat karena bisa melewati jalan seperti apa pun, bahkan yang paling buruk, entah siang maupun malam,” tulis seorang saudara. Sidang Bălcăuţi, yang terbentuk pada tahun 1945, memiliki penyiar-penyiar yang dulunya tergabung di sebuah gereja evangelis. Pelayan sidangnya adalah bekas pengkhotbah di gereja itu. Perhimpunan di Ivăncăuţi diadakan di dalam rumah seorang saudara karena hujan. Tetapi, ketidaknyamanan itu bukan masalah bagi ke-170 hadirin, yang sebagian di antaranya telah berjalan sejauh 30 kilometer ke sana, tanpa alas kaki.
Menurut penghitungan terakhir, kedua saudara tersebut berbicara di 19 lokasi yang dihadiri 4.504 penyiar dan peminat dari 259 sidang. Dalam perjalanan pulang ke Swiss, Alfred Rütimann juga menyampaikan khotbah di Orăştie dan Arad; sejumlah saudara berjalan kaki sejauh 60-80 kilometer ke tempat perhimpunan itu. Malah, seorang petani berusia 60 tahun berjalan tanpa alas kaki sejauh 100 kilometer. Penghargaannya luar biasa!
Sebagai tonggak sejarah pekerjaan di Rumania, perhimpunan-perhimpunan khusus ini tepat waktu, bukan hanya karena saudara-saudara membutuhkan anjuran melainkan juga karena panenan rohani sudah matang. Orang-orang Rumania sudah jenuh dengan para penguasa yang menindas dan kesengsaraan akibat perang, serta banyak yang kecewa terhadap agama. Selain itu, devaluasi mata uang leu yang drastis pada bulan Agustus 1947 membuat banyak orang bangkrut dalam semalam. Jadi, banyak orang yang semula menentang berita Kerajaan sekarang bersedia mendengarkan.
Perhimpunan-perhimpunan tersebut tepat waktu karena alasan lain—suatu badai penindasan baru yang lebih parah siap menerpa. Badai ini dipicu oleh ideologi ateistis serta para penguasa yang kejam dan tidak toleran, badai ini akan berkecamuk selama kira-kira empat dasawarsa!
Tirai Besi di Rumania
Pada bulan November 1946, tahun sebelum Alfred Rütimann berkunjung, Partai Komunis mulai berkuasa di Rumania. Beberapa tahun berikutnya, partai itu menyingkirkan semua pihak oposisi dan mempercepat proses Sovietisasi, dengan demikian lembaga kebudayaan dan politik Rumania dibuat ala Soviet.
Saudara-saudara memanfaatkan sepenuhnya masa damai sebelum datangnya badai penganiayaan, mereka mencetak ratusan ribu majalah, buku kecil, dan publikasi lain, lalu membagikannya ke 20 depot di seluruh negeri. Pada waktu yang sama, banyak saudara meningkatkan kegiatan mereka dan ada yang mulai merintis, dua di antaranya adalah Mihai Nistor dan Vasile Sabadâş.
Mihai ditugasi ke Transilvania bagian barat laut dan tengah; di sana ia terus merintis bahkan setelah ada larangan dari pihak Komunis yang terus mengejarnya. Bagaimana ia bisa lolos? Ia menjelaskan, ”Saya membuat tas yang mirip sekali dengan tas yang digunakan oleh para penjaja jendela. Dengan mengenakan baju kerja dan membawa rangka-rangka jendela serta peralatan, saya berkeliling di tengah desa dan kota tempat saya ditugasi untuk mengabar. Setiap kali melihat polisi atau orang yang kelihatannya mencurigakan, saya berteriak untuk menawarkan jendela-jendela saya. Saudara-saudara lain menggunakan metode-metode yang berbeda untuk meloloskan diri dari penentang. Pengabaran seperti ini mengasyikkan tetapi berisiko—tidak hanya bagi kami para perintis, tetapi juga bagi keluarga yang menerima kami. Namun, kami sangat bersukacita melihat para siswa Alkitab maju dan jumlah penyiar bertambah.”
Vasile Sabadâş juga terus merintis meski harus sering berpindah-pindah. Dia terutama cocok untuk mencari dan membantu saudara-saudara yang diceraiberaikan oleh Sekuritat, bagian utama jaringan keamanan yang luas milik rezim Komunis yang baru. ”Agar tidak tertangkap,” kata Vasile, ”saya harus waspada dan banyak akal. Sebagai contoh, jika melakukan perjalanan ke daerah lain, saya selalu berupaya mempunyai alasan yang dianggap sah, misalnya pergi ke tempat pemandian tertentu untuk menjalani terapi.”
”Agar tidak dicurigai, saya membuat jalur-jalur komunikasi di antara saudara-saudara sehingga mereka dapat menerima pasokan makanan rohani secara teratur. Semboyan saya adalah Yesaya 6:8, ’Ini aku! Utuslah aku!’ dan Matius 6:33, ’Maka, teruslah cari dahulu kerajaan.’ Ayat-ayat ini memberi saya sukacita dan kekuatan untuk bertahan.” Vasile membutuhkan sifat-sifat ini karena sekalipun berhati-hati, dia, seperti banyak saudara lain, akhirnya ditangkap.
Serangan Keras terhadap Organisasi Allah
Pada tahun 1948, korespondensi dengan kantor pusat sedunia menjadi sangat sulit sehingga saudara-saudara sering menulis pesan-pesan sandi di kartu pos. Pada bulan Mei 1949, Martin Magyarosi meneruskan sebuah berita dari Petre Ranca, seorang rekan di kantor Bukares. Berita itu berbunyi, ”Seluruh keluarga baik-baik saja. Anginnya sangat kencang dan udaranya sangat dingin sehingga kami tidak bisa bekerja di ladang.” Kemudian, seorang saudara lain menulis bahwa ”keluarga tidak bisa mendapatkan gula-gula” dan ”banyak yang sakit”. Yang ia maksudkan adalah tidak mungkin mengirimkan makanan rohani ke Rumania dan banyak saudara meringkuk di penjara.
Menyusul sebuah keputusan yang diterbitkan oleh Kementerian Kehakiman pada tanggal 8 Agustus 1949, kantor cabang di Bukares dan bangunan tempat tinggalnya ditutup, dan semua peralatan, termasuk milik pribadi, disita. Selama tahun-tahun berikutnya, ratusan saudara ditangkap dan dihukum. Di bawah pemerintahan Fasis, Saksi-Saksi Yehuwa dituduh sebagai antek Komunis; tetapi ketika Komunis berkuasa, saudara-saudara dicap sebagai ”imperialis” dan ”propagandis Amerika”.
Mata-mata dan informan mengintai di mana-mana. Tindakan yang diambil oleh pihak Komunis, kata 1953 Yearbook, ”menjadi begitu parah sampai-sampai siapapun di Rumania yang menerima surat dari Barat dimasukkan dalam daftar hitam dan diawasi dengan ketat”. Laporan itu melanjutkan, ”Teror yang terjadi di sana nyaris tak terbayangkan. Bahkan, anggota keluarga tidak bisa saling percaya. Sama sekali tidak ada kebebasan.”
Pada awal tahun 1950, Pamfil dan Elena Albu, Petre Ranca, Martin Magyarosi, dan saudara-saudara lain ditangkap dan mendapat tuduhan palsu sebagai mata-mata Barat. Ada yang disiksa agar membocorkan perincian yang konfidensial dan mengakui kegiatan mereka sebagai ’mata-mata’. Namun, satu-satunya pengakuan mereka adalah bahwa mereka menyembah Yehuwa dan melayani kepentingan Kerajaan-Nya. Setelah mengalami cobaan berat ini, beberapa saudara dijebloskan ke penjara, yang lain-lain ke kamp kerja paksa. Apa pengaruh gelombang penganiayaan ini terhadap pekerjaan di sana? Pada tahun itu—1950—jumlah penyiar di Rumania naik 8 persen. Betapa besar kuasa roh Allah!
Saudara Magyarosi, yang kala itu usianya sudah menjelang 70 tahun, dikirim ke penjara Gherla di Transilvania, dan di sana ia meninggal pada akhir tahun 1951. ”Banyak penderitaan berat yang ia alami demi kebenaran,” kata sebuah laporan, ”khususnya sejak ia ditangkap pada bulan Januari 1950. Sekarang penderitaan tersebut telah berakhir.” Ya, selama kira-kira 20 tahun, Martin bertekun menghadapi serangan keji dari kaum ulama, pihak Fasis, dan pihak Komunis. Teladan integritasnya mengingatkan kita akan kata-kata rasul Paulus, ”Aku telah berjuang dalam perjuangan yang baik, aku telah berlari di lintasan sampai garis akhir, aku telah menjalankan iman.” (2 Tim. 4:7) Meskipun tidak dipenjarakan, istrinya, Maria, juga menjadi teladan dalam hal ketekunan di bawah kesengsaraan. Seorang saudara melukiskan dia sebagai ”saudari yang cerdas, mengabdi sepenuhnya kepada pekerjaan Tuan”. Setelah Martin tertangkap, Maria dirawat oleh kerabatnya, termasuk putri angkatnya, Mărioara, yang juga sempat dipenjarakan dan dibebaskan pada musim gugur tahun 1955.
”Saksi-Saksi Yehuwa Adalah Kelompok Orang Baik-Baik”
Pada tahun 1955, pemerintah memberikan amnesti, dan sebagian besar saudara-saudara dibebaskan. Tetapi, kebebasan mereka berumur pendek. Dari tahun 1957 sampai tahun 1964, Saksi-Saksi Yehuwa lagi-lagi diburu, ditangkap, dan ada yang mendapat hukuman seumur hidup. Namun, di penjara, saudara-saudara tidak terpuruk dalam keputusasaan, tetapi saling menguatkan untuk tetap teguh. Ya, mereka menjadi terkenal karena prinsip dan integritas mereka. ”Saksi-Saksi Yehuwa adalah kelompok orang baik-baik, dan mereka tidak akan menyerah dan menyangkal agama mereka,” kenang seorang tahanan politik. Ia menambahkan bahwa di penjara, Saksi-Saksi adalah ”tahanan yang paling disukai”.
Amnesti yang lain diumumkan pada tahun 1964. Tetapi, ini pun tidak berlangsung lama, karena lebih banyak penangkapan massal terjadi antara tahun 1968 dan 1974. ”Karena menyebarkan Injil,” tulis seorang saudara, ”kami disiksa dan dicela. Kami memohon dengan sangat agar Saudara mendoakan saudara-saudara yang mendekam di penjara. Kami tahu bahwa semua ini adalah ujian yang harus kami hadapi dengan tabah. Kami dengan berani akan terus memberitakan kabar baik sesuai dengan nubuat di Matius 24:14. Tetapi, sekali lagi kami meminta dengan setulus hati, jangan lupakan kami!” Seperti yang akan kita lihat, Yehuwa mendengarkan doa yang sungguh-sungguh dan penuh deraian air mata dari umat-Nya yang loyal dan Ia menghibur mereka dengan berbagai cara.
Setan Menaburkan Benih Ketidakpercayaan
Si Iblis tidak hanya menyerang hamba-hamba Allah dari luar, tetapi juga dari dalam. Misalnya, beberapa saudara yang dibebaskan pada tahun 1955, dan yang sebelum ditangkap adalah pengawas, tidak dilantik lagi untuk mengemban tanggung jawab itu. Akibatnya, mereka menaruh dendam dan menyebarkan benih perpecahan. Mereka berdiri teguh dalam penjara, namun menyerah kepada keangkuhan setelah mereka dibebaskan. Sungguh menyedihkan! Sedikitnya, satu saudara terkemuka bahkan bekerja sama dengan Sekuritat agar bisa terhindar dari hukuman; hal ini menyebabkan banyak kesulitan atas saudara-saudara yang setia dan bagi pekerjaan pengabaran.—Mat. 24:10.
Umat Allah juga harus bergelut dengan perbedaan sudut pandang dalam hal-hal yang menyangkut hati nurani. Misalnya, setelah ditangkap, saudara-saudara sering kali boleh memilih antara dipenjarakan atau bekerja di tambang garam. Beberapa saudara menganggap bahwa mereka yang memilih bekerja di tambang garam telah mengkompromikan prinsip Alkitab. Yang lain-lain berpandangan bahwa saudari-saudari tidak boleh mengenakan kosmetik dan bahwa pergi ke bioskop serta teater atau bahkan memiliki radio merupakan hal yang tidak patut.
Namun, saudara-saudara pada umumnya selalu menyadari hal yang utama—perlunya tetap loyal kepada Allah. Hal ini nyata dari laporan dinas tahun 1958 yang menunjukkan bahwa 5.288 penyiar ikut serta dalam dinas lapangan—1.000 penyiar lebih banyak daripada di tahun sebelumnya! Selain itu, ada 8.549 orang yang hadir pada Peringatan dan 395 orang yang dibaptis.
Ujian lain dimulai pada tahun 1962 setelah Menara Pengawal menjelaskan bahwa ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” yang disebutkan di Roma 13:1 adalah kalangan berwenang pemerintahan manusia, bukan Allah Yehuwa dan Yesus Kristus seperti yang dikira sebelumnya. Karena telah mengalami penderitaan yang berat di tangan para penguasa yang bengis, banyak saudara di Rumania merasa bahwa pemahaman baru ini sulit diterima. Malah, ada yang sungguh-sungguh mengira bahwa pemahaman ini adalah rekayasa pihak Komunis yang berniat untuk membuat mereka tunduk sepenuhnya kepada Negara, dan bertentangan dengan prinsip di Matius 22:21.
Seorang saudara sampai bertanya kepada Saksi lain yang pernah bepergian ke Berlin, Roma, dan kota-kota lain. Ia mengenang, ”Saksi itu menegaskan bahwa pemahaman baru ini bukan tipuan Komunis, melainkan makanan rohani dari golongan budak. Namun, saya masih ragu-ragu. Jadi, saya bertanya kepada pengawas distrik tentang apa yang harus kita lakukan sekarang.”
Pengawas distrik itu menjawab, ”Teruslah bertekun dalam pekerjaan—itulah yang harus kita lakukan!”
”Nasihat itu bagus sekali, dan saya senang bahwa sampai sekarang saya masih ’terus bertekun’.”
Walaupun ada hambatan-hambatan besar dalam berkomunikasi, kantor pusat sedunia dan kantor cabang yang mengawasi pekerjaan di Rumania berupaya keras agar saudara-saudara berjalan seiring dengan kebenaran yang disingkapkan dan membantu mereka untuk bekerja sama sebagai satu keluarga rohani. Oleh karena itu, mereka menulis surat-surat dan artikel-artikel yang cocok untuk dimuat dalam Pelayanan Kerajaan.
Bagaimana makanan rohani ini bisa sampai ke tangan umat Yehuwa? Setiap anggota Panitia Negeri memiliki jalur rahasia dengan para pengawas keliling dan penatua sidang. Jalur ini bisa terjaga berkat kurir-kurir yang tepercaya, yang juga mengantar surat dan laporan ke dan dari kantor di Swiss. Oleh karena itu, saudara-saudara setidaknya bisa memperoleh sejumlah makanan rohani dan pengarahan teokratis.
Saudara-saudari yang loyal juga bekerja keras untuk memajukan kerukunan di dalam sidang dan kelompok mereka masing-masing. Salah satu di antara mereka adalah Iosif Jucan, yang sering mengatakan, ”Kita tidak dapat berharap untuk diselamatkan di Armagedon kecuali kita terus menyantap makanan rohani secara teratur dan terus berhubungan erat dengan ’Ibu’.” Ia sedang memaksudkan tetap dekat dengan bagian organisasi Yehuwa yang di bumi. Saudara-saudara seperti ini adalah harta yang berharga bagi umat Allah dan tembok pertahanan terhadap orang yang berupaya mengganggu persatuan mereka.
Taktik Musuh
Dalam upaya untuk melemahkan iman hamba-hamba Yehuwa atau menggertak mereka agar tunduk, pihak Komunis menggunakan mata-mata, pengkhianat, siksaan, propaganda dusta, dan ancaman kematian. Mata-mata dan informan ini bisa jadi adalah tetangga, rekan kerja, orang murtad, anggota keluarga, dan agen Sekuritat. Agen-agen Sekuritat bahkan menyusup ke sidang dengan berpura-pura berminat akan kebenaran dan mempelajari istilah-istilah teokratis. ”Saudara-saudara palsu” ini mengakibatkan banyak kesulitan dan penangkapan. Salah satu di antara mereka, Savu Gabor, bahkan sempat diberi tanggung jawab dalam organisasi. Kedoknya tersingkap pada tahun 1969.—Gal. 2:4.
Agen-agen pemerintah juga memata-matai orang dan keluarga dengan memasang mikrofon yang tersembunyi. Timotei Lazăr bercerita, ”Ketika saya berada di penjara karena kenetralan Kristen, Sekuritat secara berkala memanggil orang tua dan adik laki-laki saya ke markas besar guna menginterogasi mereka sampai enam jam setiap kali mereka datang. Suatu ketika, mereka menyadap rumah kami. Malam itu, adik saya, yang bekerja sebagai tukang listrik, memperhatikan bahwa meteran listrik berputar jauh lebih cepat daripada biasanya. Ia memeriksa sekeliling rumah dan menemukan dua alat penyadap, yang ia foto dan kemudian lepaskan. Keesokan harinya, agen-agen Sekuritat datang dan meminta kembali mainan mereka, sebutan mereka untuk alat-alat itu.”
Propaganda dusta sering kali berupa artikel-artikel saduran dari negeri-negeri komunis lain. Sebagai contoh, artikel ”The Jehovist Sect and Its Reactionary Character” [Sekte Yehovis dan Sifatnya yang Reaksioner], diambil dari sebuah surat kabar Rusia. Artikel tersebut menuduh Saksi-Saksi Yehuwa memiliki ”ciri khas organisasi politik” yang tujuannya ”melakukan kegiatan subversif di negara-negara Sosialis”. Artikel itu juga mendesak para pembaca untuk melaporkan siapa pun yang menyebarluaskan ajaran Saksi-Saksi. Namun, bagi orang yang bernalar, propaganda politik ini merupakan pengakuan secara tidak langsung atas kegagalan para penentang, karena mengumumkan kepada semua orang bahwa Saksi-Saksi Yehuwa masih sangat aktif dan tidak tinggal diam.
Sewaktu agen-agen Sekuritat menangkap seorang saudara atau saudari, mereka menggunakan berbagai teknik kejam yang tak kenal batas untuk menyiksanya. Agar si korban mau berbicara, mereka bahkan menggunakan zat kimia yang mempengaruhi pikiran dan sistem saraf. Samoilă Bărăian, yang mengalami penganiayaan seperti itu, menceritakan, ”Sewaktu interogasi dimulai, saya diberi obat, yang lebih berbahaya daripada pukulan. Segera saya merasakan ada yang tidak beres dengan diri saya. Saya tidak bisa berjalan lurus lagi dan tidak sanggup naik tangga. Kemudian saya mengalami insomnia (susah tidur) yang parah. Saya tidak dapat berkonsentrasi dan berbicara terpatah-patah.
”Kondisi fisik saya terus merosot. Setelah kurang lebih sebulan, indra pengecap saya tidak berfungsi. Sistem pencernaan saya rusak, dan sendi-sendi saya terasa akan copot. Saya sangat kesakitan. Kaki saya banjir keringat sehingga sepatu saya rusak dalam dua bulan dan saya harus membuangnya. ’Mengapa kamu berbohong terus?’ teriak orang yang menginterogasi saya. ’Lihat keadaanmu sekarang.’ Saya harus menahan diri sekuat-kuatnya agar kemarahan saya tidak meledak.” Belakangan, Saudara Bărăian sepenuhnya pulih dari pengalaman buruk ini.
Sekuritat juga menggunakan siksaan mental, seperti yang diingat oleh Alexa Boiciuc, ”Malam terberat bagi saya adalah ketika mereka membangunkan saya dan membawa saya ke sebuah ruangan, dan di situ saya bisa mendengar saudara laki-laki saya dipukuli. Kemudian, saya mendengar tangisan seorang saudari, lalu saya mendengar suara ibu saya. Lebih baik saya yang dipukuli daripada harus mendengar semua itu.”
Saudara-saudara diberi tahu bahwa mereka akan diampuni kalau mau membocorkan nama Saksi-Saksi lain dan waktu serta lokasi perhimpunan. Istri-istri didesak untuk meninggalkan suami mereka yang mendekam di penjara agar anak-anak mereka memiliki masa depan yang lebih baik.
Karena properti mereka diambil alih oleh Negara, banyak saudara dipaksa bekerja di lahan-lahan pertanian kolektif. Pekerjaannya sendiri tidak terlalu buruk, tetapi kaum pria diharuskan menghadiri pertemuan politik, yang sering diselenggarakan. Barang siapa yang tidak hadir dicemooh, dan upah mereka dikurangi sampai nyaris tak ada sisanya. Dengan sendirinya, situasi ini menyulitkan Saksi-Saksi Yehuwa, yang tidak mau ikut pertemuan atau kegiatan politik apa pun.
Ketika menggeledah rumah para Saksi, agen-agen pemerintah juga merampas barang-barang milik pribadi, khususnya yang bisa dijual. Dan, pada musim dingin, mereka sering merusakkan kompor, satu-satunya alat penghangat di dalam rumah. Mengapa mereka sekejam itu? Karena menurut mereka, kompor adalah tempat yang cocok untuk menyembunyikan lektur. Namun, saudara-saudara tidak dapat dibungkam. Bahkan mereka yang dianiaya dan menderita di kamp kerja paksa serta penjara terus memberikan kesaksian mengenai Yehuwa dan saling menghibur, seperti yang akan kita lihat berikut ini.
Memuji Yehuwa di Kamp dan Penjara
Selain penjara-penjara, Rumania memiliki tiga kamp kerja paksa yang besar. Salah satunya terdapat di Delta Donau, yang lain di Pulau Besar Braila, dan yang ketiga di terusan yang menghubungkan Sungai Donau dengan Laut Hitam. Sejak awal era Komunis, Saksi-Saksi sering kali dipenjarakan bersama-sama dengan bekas penganiaya mereka, yang ditangkap karena terlibat dengan rezim yang sebelumnya. Seorang pengawas wilayah dijebloskan ke sel yang sama dengan 20 imam! Mau tidak mau mereka menikmati pembahasan yang menarik.
Contoh lain, seorang saudara di salah satu penjara bercakap-cakap lama sekali dengan seorang dosen teologi yang dulu menguji para calon imam. Saudara ini langsung menyadari bahwa dosen itu nyaris tidak tahu apa-apa tentang Alkitab. Salah satu narapidana yang mendengarkan mereka adalah seorang jenderal dari rezim lama.
”Bagaimana mungkin,” tanya jenderal itu kepada sang dosen, ”seorang perajin sederhana lebih tahu Alkitab daripada kamu?”
Sang dosen menjawab, ”Di seminari teologi, kami diajar tradisi gereja dan hal-hal yang terkait, bukan Alkitab.”
Sang jenderal tidak senang dengan jawaban itu. ”Selama ini kami mengandalkan pengetahuanmu,” katanya, ”tetapi ternyata kami benar-benar telah disesatkan.”
Akhirnya, sejumlah tahanan memperoleh pengetahuan yang saksama tentang kebenaran dan membaktikan hidup mereka kepada Yehuwa, termasuk seorang pria yang dihukum 75 tahun penjara karena merampok. Pria ini pun membuat perubahan kepribadian yang luar biasa sehingga menarik perhatian para pejabat penjara. Maka, mereka memberi pria tersebut pekerjaan baru—yang biasanya tidak akan diberikan kepada orang yang dihukum karena merampok. Ia disuruh pergi ke kota tanpa pengawalan untuk membeli beberapa kebutuhan penjara!
Namun demikian, kehidupan dalam tahanan sangat sulit, dan hampir tidak ada makanan. Para tahanan bahkan meminta agar kentang mereka tidak dikupas supaya ada lebih banyak bagian yang bisa dimakan. Mereka juga memakan bit, rumput, dedaunan, dan tanaman lain, sekadar untuk mengisi perut. Akibatnya, banyak yang meninggal karena kekurangan gizi, dan semua menderita disentri.
Selama musim panas, saudara-saudara di Delta Donau menggali dan mengangkut tanah untuk waduk yang sedang dibangun. Pada musim dingin mereka memotong tanaman-tanaman air sambil berdiri di atas es. Mereka tidur di sebuah rongsokan kapal feri yang dingin, jorok, penuh kutu, sambil diawasi oleh para penjaga yang tak berperasaan dan berwajah dingin walau ada tahanan yang meninggal. Namun, bagaimana pun situasinya, saudara-saudara saling membesarkan hati dan membantu agar tetap kuat secara rohani. Perhatikan pengalaman Dionisie Vârciu berikut ini.
Tepat sebelum Dionisie dibebaskan, seorang petugas bertanya kepadanya, ”Apakah pemenjaraan telah berhasil mengubah imanmu, Vârciu?”
”Begini,” jawab Dionisie, ”apakah Anda mau menukar baju Anda yang bermutu tinggi dengan yang mutunya lebih rendah?”
”Tidak,” jawab sang petugas.
”Nah,” lanjut Dionisie, ”selama saya ditahan, tidak ada yang menawari saya sesuatu yang lebih unggul daripada iman saya. Jadi, untuk apa saya menukarnya?”
Sang petugas langsung menjabat tangan Dionisie dan berkata, ”Kamu bebas, Vârciu. Pertahankan imanmu.”
Saudara-saudari seperti Dionisie bukanlah manusia super. Ketabahan dan kekuatan rohani yang berasal dari iman kepada Yehuwa itu mereka pertahankan dengan berbagai cara yang menakjubkan.—Ams. 3:5, 6; Flp. 4:13.
Belajar dengan Mengandalkan Ingatan
”Bagi saya, masa-masa di penjara adalah masa pelatihan teokratis,” kenang András Molnos. Mengapa begitu? Karena ia melihat manfaatnya berkumpul dengan saudara-saudara setiap minggu untuk mempelajari Firman Allah. ”Sering kali,” kata András, ”informasinya tidak tertera di atas kertas, tetapi di dalam benak. Saudara-saudara mengingat artikel-artikel Menara Pengawal yang pernah mereka pelajari sebelum mereka dipenjarakan. Beberapa di antara mereka bahkan bisa mengingat seluruh isi majalah—termasuk pertanyaan-pertanyaan dalam artikel pelajaran!” Kadang-kadang, hal ini bisa terjadi karena merekalah yang menyalin dengan tangan makanan rohani sebelum mereka ditangkap.—Lihat kotak ”Metode Penggandaan”, halaman 132-3.
Ketika merencanakan perhimpunan, saudara-saudara yang bertanggung jawab mengumumkan pokok yang akan dibahas, dan setiap tahanan sebisa-bisanya mencoba mengingat semua keterangan tentang topik tersebut, mulai dari ayat-ayatnya hingga pokok-pokok yang pernah mereka baca dari alat bantu pelajaran Alkitab. Kemudian, semua berkumpul untuk membahas bahannya. Setelah doa pembuka, seseorang yang telah dipilih memimpin pembahasan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang cocok. Ia memberikan buah-buah pikirannya setelah hadirin memberi komentar, lalu beralih ke pokok berikutnya.
Di beberapa penjara, kelompok-kelompok diskusi dilarang. Tetapi, mereka tidak pernah kehabisan akal. Seorang saudara mengenang, ”Dulu, kami sering melepaskan kaca jendela kamar mandi dari rangkanya dan melaburnya dengan campuran sabun basah dan kapur, yang kami korek dari dinding. Setelah kering, kaca jendela ini berfungsi seperti papan tulis untuk menuliskan pelajaran hari itu. Seorang saudara akan mendiktekan kata-katanya dengan suara rendah sementara yang lain menuliskannya di kaca itu.
”Kami terbagi dalam beberapa sel, yang masing-masing menjadi satu kelompok belajar. Setiap pelajaran disampaikan dari saudara ke saudara dalam sel. Karena hanya satu sel yang memiliki kaca itu, saudara-saudara di sel lain menerima pelajaran melalui sandi Morse. Caranya? Salah satu di antara kami akan menyampaikan isi artikel itu dengan sandi Morse yang diketukkan selembut mungkin ke dinding atau ke pipa pemanas. Pada waktu yang sama, saudara-saudara di sel lain menempelkan cangkir mereka pada dinding atau pipa, dan menempelkan telinga mereka ke cangkir itu, yang berfungsi sebagai alat bantu dengar. Tentu saja, yang tidak tahu sandi Morse harus mempelajarinya.”
Di beberapa penjara, saudara-saudara bisa menerima makanan rohani yang segar dari luar melalui saudari-saudari yang juga cerdik dan banyak akal. Misalnya, sewaktu memanggang roti, mereka menyembunyikan lektur di dalam adonan. Makanan ini dijuluki roti dari surga. Saudari-saudari bahkan berhasil memasukkan bagian-bagian Alkitab dengan cara melipat halaman-halamannya menjadi balok-balok kecil, menaruhnya ke dalam bola-bola plastik, kemudian melapisi bola itu dengan cokelat.
Namun, cara ini ada kekurangannya. Saudara-saudara harus membacanya di kamar kecil, satu-satunya tempat mereka bisa sendirian selama beberapa menit tanpa dijaga. Jika seorang saudara selesai dengan gilirannya, bahan bacaan itu harus ia sembunyikan di belakang tangki air. Para tahanan non-Saksi pun tahu tempat persembunyian ini dan banyak juga yang senang membacanya di situ.
Wanita dan Anak-Anak Memelihara Integritas
Kakak beradik Viorica dan Aurica Filip, seperti banyak Saksi lain, mendapat tekanan dari kerabat mereka. Gadis-gadis ini mempunyai tujuh saudara laki-laki dan satu saudara perempuan. Viorica bercerita, ”Karena ingin melayani Yehuwa, Aurica harus keluar dari universitas di Cluj-Napoca pada tahun 1973, dan tidak lama kemudian ia dibaptis. Ketulusan dan semangatnya menggugah saya, dan saya mulai membaca Firman Allah. Ketika saya belajar tentang janji Allah akan kehidupan abadi dalam firdaus di bumi, saya berpikir, ’Inilah yang terbaik.’ Seraya saya semakin maju, saya menerapkan prinsip-prinsip Alkitab tentang kenetralan Kristen dan saya tidak mau menjadi anggota Partai Komunis.”
Viorica melanjutkan, ”Pada tahun 1975, saya membaktikan hidup saya kepada Yehuwa. Saya juga pindah ke rumah seorang kerabat di kota Sighet Marmaţiei dan bekerja sebagai guru di sana. Karena saya tidak mau terlibat dalam urusan politik, para pengelola sekolah memberitahukan bahwa saya akan dikeluarkan pada akhir tahun ajaran. Keluarga saya tidak ingin hal tersebut terjadi, maka mereka menekan saya maupun adik perempuan saya.”
Anak-anak sekolah pun diintimidasi, beberapa di antaranya oleh Sekuritat. Selain dianiaya secara fisik dan verbal, banyak yang dikeluarkan dari sekolah dan harus pindah sekolah. Ada yang bahkan sama sekali tidak bisa melanjutkan pendidikan. Agen-agen Sekuritat bahkan mencoba merekrut anak-anak untuk menjadi mata-mata!
Daniela Măluţan, yang sekarang melayani sebagai perintis, mengenang, ”Saya sering dipermalukan di depan teman-teman sekelas karena saya tidak mau bergabung dengan Persatuan Pemuda Komunis, yang merupakan sarana untuk mengindoktrinasi anak-anak muda tentang politik. Ketika saya baru naik kelas sembilan, agen Sekuritat menimbulkan banyak kesulitan, demikian pula guru dan staf lain yang menjadi informan. Sejak tahun 1980 hingga 1982, saya diinterogasi di ruang kepala sekolah hampir setiap Rabu kedua. Kebetulan, sang kepala sekolah tidak diperbolehkan hadir pada saat-saat itu. Interogatornya, seorang kolonel di Sekuritat, sangat terkenal di kalangan saudara-saudara di Bistriţa-Năsăud karena kebenciannya terhadap kami dan karena kegigihannya untuk memburu kami. Ia bahkan mendatangi saya dengan surat-surat berisi tuduhan terhadap saudara-saudara penanggung jawab. Tujuannya supaya saya tidak lagi percaya kepada saudara-saudara, agar saya meninggalkan iman, dan untuk membujuk saya—seorang anak sekolah—menjadi mata-mata Sekuritat. Tetapi, upayanya gagal total.
”Namun, tidak semua pengalaman saya buruk. Misalnya, guru sejarah saya, seorang anggota partai Komunis, ingin tahu mengapa saya sering diinterogasi. Suatu hari, ia membatalkan pelajaran sejarah dan selama dua jam di depan seluruh kelas ia mengajukan banyak pertanyaan tentang iman saya. Ia terkesan oleh jawaban-jawaban saya dan menganggap saya tidak pantas diperlakukan dengan begitu buruk. Setelah pembahasan itu, ia mulai menghargai pandangan kami dan bahkan menerima lektur.
”Akan tetapi, para pengelola sekolah terus menentang saya. Malah, mereka mengeluarkan saya pada akhir kelas sepuluh. Walau demikian, saya langsung mendapat pekerjaan dan tidak pernah menyesali loyalitas saya kepada Yehuwa. Ya, saya bersyukur kepada-Nya karena dibesarkan oleh orang tua Kristen yang mempertahankan integritas meski mengalami penganiayaan di bawah rezim Komunis. Teladan mereka tidak pernah saya lupakan.”
Para Pemuda Diuji
Dalam kampanye menentang Saksi-Saksi Yehuwa, Sekuritat khususnya mengincar saudara-saudara muda karena mereka mempertahankan kenetralan Kristen. Mereka ditangkap, dipenjarakan, dibebaskan, ditangkap lagi, dan dijebloskan lagi ke penjara. Tujuannya ialah menjatuhkan moril mereka. Salah seorang saudara yang mengalami hal tersebut, József Szabó, mendapat hukuman empat tahun penjara segera setelah ia dibaptis.
Setelah dua tahun menjalani hukuman, József dibebaskan pada tahun 1976 dan tidak lama kemudian bertemu dengan calon istrinya. ”Kami bertunangan dan menetapkan tanggal pernikahan,” kata József. ”Kemudian saya dipanggil lagi oleh Mahkamah Militer Cluj. Saya diharuskan menghadap mereka tepat pada hari pernikahan kami! Meskipun demikian, saya dan tunangan saya tetap melangsungkan pernikahan, dan setelahnya saya menghadap mahkamah. Walaupun saya baru menikah beberapa menit, mahkamah itu menjatuhkan hukuman penjara tiga tahun lagi, yang saya jalani seluruhnya. Perpisahan itu sungguh menyakitkan.”
Seorang Saksi muda lain, Timotei Lazăr, mengingat, ”Pada tahun 1977, saya dan adik laki-laki saya dibebaskan dari penjara. Abang kami, yang telah dibebaskan setahun sebelumnya, pulang untuk merayakan pembebasan kami. Tetapi, ia masuk perangkap—agen Sekuritat sudah menunggunya. Kami sebelumnya dipaksa berpisah selama dua tahun, tujuh bulan, dan 15 hari, dan kini abang kami direnggut dan dijebloskan lagi ke penjara karena mempertahankan kenetralan Kristennya. Saya dan adik saya hanya bisa menatap dengan sangat sedih.”
Merayakan Peringatan
Pada malam Peringatan, para penentang biasanya memburu Saksi-Saksi Yehuwa dengan lebih gencar. Mereka menggerebek rumah, mendenda, dan melakukan penangkapan. Sebagai langkah pencegahan, saudara-saudara berhimpun dalam kelompok-kelompok kecil—ada yang hanya satu keluarga—untuk memperingati kematian Yesus.
”Pada suatu malam Peringatan,” cerita Teodor Pamfilie, ”kepala polisi setempat minum-minum dengan teman-temannya hingga larut malam. Ketika ia berangkat untuk menggerebek rumah saudara-saudara, ia meminta seorang pemilik mobil yang tidak dikenalnya untuk mengantarnya. Namun, mobil itu tidak dapat dihidupkan. Ketika akhirnya mesinnya bisa hidup, mereka mendatangi rumah kami pada saat kami sedang merayakan Peringatan dengan sekelompok kecil saudara-saudari. Akan tetapi, karena semua jendela sudah ditutupi, dari luar terlihat gelap dan seperti tidak ada orang di dalam. Jadi, mereka melanjutkan perjalanan ke rumah lain. Tetapi, acara Peringatan di sana telah selesai, dan semua orang sudah pulang.
”Sementara itu, kami merampungkan acara di tempat kami, dan saudara-saudara cepat-cepat pulang. Hanya abang saya dan saya yang tersisa ketika dua polisi menerobos masuk, berdiri di tengah ruangan, dan membentak, ’Sedang ada apa ini?’
”’Tidak ada apa-apa,’ kata saya. ’Kami berdua sedang ngobrol.’
”’Kami tahu tadi ada pertemuan di sini,’ kata salah satu di antara mereka. ’Mana yang lain?’ Sambil menatap kakak saya, ia menambahkan, ’Kamu sedang apa di sini?’
”’Saya sedang mengunjunginya,’ jawab Abang sambil menunjuk saya. Karena kesal, petugas-petugas itu bergegas keluar. Esoknya kami mendapat kabar bahwa, meski sudah berupaya keras, polisi tidak berhasil menangkap satu Saksi pun!”
Permohonan Kantor Pusat kepada Kalangan Berwenang
Karena Saksi-Saksi Yehuwa mendapat perlakuan bengis, kantor pusat menulis surat empat halaman pada bulan Maret 1970 kepada duta besar Rumania di Amerika Serikat dan surat enam halaman pada bulan Juni 1971 kepada presiden Rumania, Nicolae Ceauşescu. Dalam surat mereka kepada duta besar, saudara-saudara mengatakan bahwa ”kami tergerak untuk menulis kepada Anda karena kasih Kristen dan kepedulian kami kepada saudara-saudara kami di Rumania”. Setelah mencantumkan nama tujuh orang yang dipenjarakan karena iman, surat itu selanjutnya berbunyi, ”Ada laporan bahwa beberapa orang yang disebutkan di atas diperlakukan dengan sangat kejam di penjara. . . . Saksi-Saksi Yehuwa bukan penjahat. Mereka tidak terlibat kegiatan politik atau subversif dalam bentuk apa pun di seluruh dunia, kegiatan mereka hanya seputar ibadat.” Surat itu diakhiri dengan sebuah permohonan kepada pemerintah agar ”meringankan penderitaan Saksi-Saksi Yehuwa”.
Surat kepada Presiden Ceauşescu menyatakan bahwa ”Saksi-Saksi Yehuwa di Rumania belum mendapat kebebasan beragama sesuai dengan undang-undang Rumania”, tetapi terancam ditangkap dan diperlakukan dengan kejam apabila mereka membagikan kepercayaan mereka kepada orang lain dan berkumpul untuk belajar Alkitab. Surat itu juga merujuk ke sebuah amnesti belum lama berselang yang memungkinkan banyak saudara dibebaskan. ”Ada harapan bahwa suatu era baru akan terbit juga bagi . . . Saksi-Saksi Yehuwa. Tetapi, sayang sekali harapan ini tidak terwujud. Berita yang sekarang kami dapat dari seluruh Rumania tetaplah kisah-kisah yang sangat menyedihkan: Saksi-Saksi Yehuwa masih menjadi sasaran penganiayaan oleh Negara. Rumah mereka digeledah, bacaan disita, pria dan wanita ditangkap dan diadili, ada yang dijatuhi hukuman penjara selama bertahun-tahun, dan ada yang diperlakukan dengan bengis. Semuanya terjadi karena mereka membaca dan memberitakan Firman Allah Yehuwa. Hal-hal seperti itu tidak memberikan reputasi yang baik bagi Negara, dan kami sangat prihatin akan apa yang terjadi dengan Saksi-Saksi Yehuwa di Rumania.”
Dua buku dilampirkan pada surat itu: Kebenaran yang Membimbing Kepada Hidup yang Kekal dalam bahasa Rumania dan Hidup Kekal—Dalam Kemerdekaan Putra-Putra Allah dalam bahasa Jerman.
Situasi mulai agak membaik bagi Saksi-Saksi Yehuwa setelah tahun 1975, ketika Rumania menjadi salah satu penanda tangan dalam Konferensi Helsinki tentang Keamanan dan Kerja Sama di Eropa. Konferensi ini menjamin hak asasi dan kemerdekaan fundamental manusia, termasuk kemerdekaan beragama. Sejak itu, yang ditangkap dan dipenjarakan hanya saudara-saudara yang menolak dinas militer.
Kemudian, pada tahun 1986, dalam sebuah undang-undang baru ditetapkan bahwa tidak seorang pun, termasuk pejabat, boleh memasuki rumah pribadi tanpa izin tuan rumah kecuali pada keadaan tertentu yang sah menurut hukum. Akhirnya, saudara-saudara bisa merasa lebih aman sewaktu menyelenggarakan perhimpunan, termasuk Peringatan, di rumah-rumah pribadi.
Percetakan Bawah Tanah
Selama pelarangan, makanan rohani diselundupkan ke Rumania dalam bentuk tercetak, stensilan, atau bentuk lain dan kemudian diperbanyak oleh saudara-saudara setempat. Kadang-kadang, bahan-bahan tersebut telah diterjemahkan dalam bahasa Rumania dan Hongaria, tetapi biasanya harus diterjemahkan oleh saudara-saudara setempat dari bahasa Inggris, Italia, Jerman, atau Prancis. Orang-orang yang digunakan sebagai kurir antara lain ialah pelancong dari luar negeri, mahasiswa yang datang untuk belajar, dan orang-orang Rumania yang kembali dari perjalanan.
Sekuritat berupaya keras mencegat kurir-kurir ini dan juga menemukan tempat produksi lektur di Rumania. Dengan berhati-hati, saudara-saudara bekerja di beberapa rumah pribadi yang kedap suara di berbagai kota. Di rumah-rumah ini, mereka membangun ruang rahasia untuk tempat alat pengganda. Ruang ini ada yang tersembunyi di balik tembok tempat perapian. Akan tetapi, tempat perapian itu dimodifikasi sehingga bisa digeser untuk jalan masuk ke tempat rahasia.
Sándor Parajdi bekerja di sebuah percetakan rahasia di Tirgu-Mures; di situ ia memproduksi buku ayat harian, Pelayanan Kerajaan, Menara Pengawal, dan Sedarlah! ”Kami bekerja sampai 40 jam pada akhir pekan, bergantian tidur masing-masing satu jam,” kenang Sándor. ”Bau bahan kimia melekat pada pakaian dan kulit kami. Suatu ketika, begitu saya tiba di rumah, putra saya yang berumur tiga tahun menceletuk, ’Ayah baunya seperti ayat harian!’”
Traian Chira, seorang kepala keluarga, menggandakan dan mengirimkan lektur di Distrik Cluj. Traian menggunakan sebuah mesin pengganda manual yang sudah uzur dan seharusnya sudah lama dipensiunkan; mesin ini dijuluki Si Penggiling. Mesinnya memang masih berfungsi, tapi hasilnya tidak memuaskan. Jadi, Traian meminta seorang saudara mekanik untuk melakukan turun mesin. Saudara itu memeriksa mesin tersebut, namun dari raut wajahnya bisa ditebak bahwa Penggiling renta itu tidak mungkin diperbaiki lagi. Tetapi, wajah Saudara tersebut tiba-tiba menjadi cerah, dan dia mengatakan, ”Saya bisa buatkan yang baru!” Dan, rupanya bukan itu saja. Ia membuat sebuah bengkel kerja di ruang bawah tanah rumah seorang saudari dan membuat mesin sendiri. Ia tidak membuat satu mesin saja, tetapi lebih dari sepuluh! Mesin-mesin baru ini dikirimkan ke berbagai daerah dan hasilnya memuaskan.
Pada tahun 1980-an sejumlah saudara diajari cara mengoperasikan mesin pengganda offset yang lebih unggul. Yang pertama dilatih adalah Nicolae Bentaru, yang selanjutnya melatih saudara-saudara lain. Seperti yang sering terjadi, produksi lektur di rumah Saudara Bentaru pun menjadi proyek keluarga karena setiap anggota keluarga mendapat tugas. Tentu saja, yang sulit adalah menjaga kerahasiaan semua pekerjaan ini, khususnya ketika Sekuritat memata-matai orang dan menggerebek rumah. Maka, kuncinya adalah kecepatan. Untuk itu, saudara-saudara bekerja berjam-jam pada akhir pekan agar lektur selesai dicetak dan langsung dikirim. Mengapa pada akhir pekan? Karena pada hari kerja mereka harus bekerja sekuler.
Saudara-saudara juga harus berhati-hati ketika membeli kertas. Pelanggan yang membeli satu rim pun—sekitar 500 lembar—harus menjelaskan untuk apa kertas itu. Meski demikian, saudara-saudara mencetak sampai 40.000 lembar setiap bulan! Maka, saudara-saudara harus bijaksana ketika berurusan dengan karyawan toko. Dan, karena sering ada pemeriksaan di jalan, mereka juga harus waspada sewaktu membawa kertas itu.
Sulitnya Menerjemah
Segelintir saudara-saudari yang tinggal di beberapa daerah di Rumania menerjemahkan lektur ke bahasa-bahasa setempat, termasuk bahasa Ukraina, yang digunakan oleh kelompok etnis minoritas di bagian utara. Beberapa penerjemah adalah guru bahasa yang telah menerima kebenaran; yang lain-lain belajar sendiri bahasa asing, mungkin dengan mengikuti kursus bahasa.
Pada masa-masa awal, para penerjemah menuliskan terjemahan mereka di buku tulis, yang mereka bawa ke Bistriţa, sebuah kota di utara, untuk diperiksa oleh saudara lain. Sekali atau dua kali setahun, para penerjemah dan pemeriksa mengadakan rapat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jika tertangkap, tidak jarang saudara-saudari ini digeledah, diinterogasi, dipukuli, dan ditahan. Yang ditangkap akan ditahan selama beberapa jam atau hari, dibebaskan, kemudian ditangkap lagi—proses yang diulangi berkali-kali guna menakut-nakuti mereka. Ada juga yang menjadi tahanan rumah atau harus melapor ke polisi setiap hari. Dan, tidak sedikit yang dipenjarakan, termasuk Dumitru serta Doina Cepănaru dan Petre Ranca.
Dumitru Cepănaru adalah guru bahasa dan sejarah Rumania, sedangkan istrinya, Doina, adalah dokter. Belakangan, kegiatan mereka ketahuan dan mereka ditangkap oleh Sekuritat, lalu dijebloskan ke penjara yang berbeda selama tujuh setengah tahun. Doina mendekam selama lima tahun di sel isolasi. Nama mereka tercantum dalam surat yang disebutkan sebelumnya yang dilayangkan oleh kantor pusat kepada duta besar Rumania di Amerika Serikat. Selama ditahan, Doina menulis 500 pucuk surat yang membesarkan hati kepada suaminya maupun untuk saudari-saudari lain yang dipenjarakan.
Setahun setelah Dumitru dan Doina ditangkap, ibunda Dumitru, yaitu Sabina Cepănaru, juga ditangkap, dan harus meringkuk di penjara selama enam tahun kurang dua bulan. Satu-satunya anggota keluarga mereka yang tetap bebas, meskipun diawasi dengan ketat oleh Sekuritat, adalah suami Sabina, yang juga seorang Saksi Yehuwa. Meski sangat berisiko, ia secara teratur mengunjungi ketiga anggota keluarganya di penjara.
Pada tahun 1938, Petre Ranca dilantik sebagai sekretaris kantor Saksi-Saksi Yehuwa di Rumania. Tugas ini, ditambah pekerjaannya sebagai penerjemah, menjadikannya orang yang paling dicari oleh Sekuritat. Mereka menciduknya pada tahun 1948, berulang-ulang menangkapnya dan, pada tahun 1950, mengadilinya bersama Martin Magyarosi dan Pamfil Albu. Karena dituduh sebagai anggota jaringan mata-mata Inggris-Amerika, Petre harus mendekam selama 17 tahun di beberapa penjara yang tidak manusiawi di negeri itu—seperti Aiud, Gherla, serta Jilava—dan menjadi tahanan rumah selama 3 tahun di Distrik Galaţi. Namun demikian, saudara yang setia ini mengerahkan diri sebisa-bisanya dalam dinas kepada Yehuwa hingga akhir hidupnya di bumi pada tanggal 11 Agustus 1991.
Kerja keras yang pengasih dari para pemelihara integritas ini mengingatkan kita akan kata-kata, ”Allah bukannya tidak adil-benar sehingga melupakan perbuatanmu dan kasih yang telah kamu perlihatkan untuk namanya, karena kamu telah melayani orang-orang kudus dan terus melayani mereka.”—Ibr. 6:10.
Kebaktian di Alam Terbuka
Selama tahun 1980-an, saudara-saudara mulai berhimpun dalam kelompok yang lebih besar—bahkan sampai ribuan hadirin—setiap kali ada kesempatan, seperti pernikahan atau pemakaman. Pada acara pernikahan, saudara-saudara memasang tenda besar di lokasi yang cocok di luar kota lalu mendekorasi bagian dalamnya dengan permadani indah yang coraknya berupa gambar-gambar dari Alkitab dan dibubuhi sulaman ayat-ayat Alkitab. Meja dan kursi disiapkan untuk banyak ”tamu”, dan sebuah poster dengan logo Menara Pengawal yang diperbesar serta ayat tahunan dipajang di belakang mimbar. Para penyiar setempat biasanya menyediakan makanan sesuai dengan kemampuan mereka. Jadi, semua yang hadir menikmati jamuan ganda—jasmani dan rohani.
Acaranya diawali dengan khotbah pernikahan atau khotbah pemakaman dan dilanjutkan dengan ceramah-ceramah tentang berbagai topik Alkitab. Oleh karena para pembicara kadang-kadang tidak bisa datang tepat waktu, saudara-saudara lain yang memenuhi syarat harus siap untuk menggantikannya, biasanya berbekal Alkitab saja karena tidak ada salinan rangka khotbah.
Selama musim panas, penduduk kota biasanya bertamasya ke luar kota. Saksi-Saksi Yehuwa pun demikian. Namun, mereka memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengadakan kebaktian-kebaktian kecil di bukit dan hutan. Mereka bahkan mementaskan drama Alkitab dengan kostum lengkap.
Tempat wisata lain yang terkenal adalah Laut Hitam, yang juga cocok untuk acara pembaptisan. Bagaimana saudara-saudara bisa membaptis orang-orang baru tanpa menarik perhatian para pelancong lain? Satu cara adalah dengan membuat ”permainan”. Para calon baptis dan beberapa penyiar terbaptis berdiri membentuk lingkaran di air dan bermain lempar-tangkap bola. Sang pembicara berdiri di tengah lingkaran dan menyampaikan khotbahnya, lalu para calon baptis dibenamkan—tentu secara tidak mencolok.
Balai untuk para Petani Lebah
Pada tahun 1980, saudara-saudara di kota Negreşti-Oaş, di Rumania bagian barat laut, menemukan cara yang kreatif untuk mendapatkan izin yang sah guna membangun sebuah Balai Kerajaan. Pada masa itu, Negara sedang menggiatkan pembudidayaan lebah, atau apikultur. Jadi, sekelompok saudara yang memiliki sarang lebah mempunyai gagasan untuk mendirikan sebuah asosiasi petani lebah lokal, sehingga mereka bisa memiliki alasan yang sah untuk membangun sebuah balai pertemuan.
Setelah berkonsultasi dengan para penatua di wilayah mereka, saudara-saudara tersebut mendaftarkan diri ke Asosiasi Apikulturis Rumania dan pergi ke balai kota untuk mengajukan proposal pembangunan sebuah balai pertemuan. Para pejabat langsung menyetujui pembangunan sebuah bangunan kayu berukuran 34 meter kali 14 meter. Dengan sangat gembira, para petani lebah dan banyak pembantu mereka menyelesaikan proyek itu dalam waktu tiga bulan. Mereka bahkan mendapatkan ucapan terima kasih khusus dari para pejabat kota!
Karena acara peresmiannya akan dihadiri banyak orang dan akan berlangsung selama beberapa jam, saudara-saudara mengupayakan dan memperoleh izin menggunakan balai tersebut untuk sebuah pesta panen gandum. Lebih dari 3.000 Saksi dari seluruh negeri berkumpul untuk acara itu. Para pejabat kota kagum melihat begitu banyak orang yang datang untuk turut memanen dan kemudian ”merayakannya”.
Tentu saja, perayaan itu menjadi kebaktian yang memuaskan secara rohani. Dan, mengingat fungsi resmi bangunan itu, lebah sering ditonjolkan dalam acara, tetapi tentu saja dalam konteks rohani. Misalnya, para pembicara membahas kerajinan serangga ini, kemampuan navigasi dan pengorganisasiannya, keberaniannya yang disertai kerelaan untuk berkorban ketika melindungi sarangnya, dan banyak lagi.
Setelah acara peresmian tersebut, Balai Lebah, sebutan untuk bangunan itu, terus digunakan saudara-saudara selama masa pelarangan dan tiga tahun setelah pelarangan dicabut.
Pengawas Zona Membantu Menggalang Persatuan
Selama puluhan tahun, pihak Komunis berupaya keras untuk menaburkan benih keraguan serta perpecahan di antara umat Allah dan untuk memutuskan komunikasi. Seperti telah diceritakan, mereka cukup berhasil. Bahkan, perpecahan masih ada pada tahun 1980-an. Kunjungan para pengawas zona, dan juga perubahan iklim politik, membantu mengoreksi masalah ini.
Mulai pertengahan 1970-an, Gerrit Lösch, anggota Panitia Cabang Austria, tetapi sekarang anggota Badan Pimpinan, mengunjungi Rumania beberapa kali. Pada tahun 1988, wakil-wakil Badan Pimpinan, Theodore Jaracz dan Milton Henschel, dua kali berkunjung ke Rumania, bersama Saudara Lösch dan juru bahasa mereka, Jon Brenca, yang waktu itu adalah anggota keluarga Betel Amerika Serikat. Setelah kunjungan-kunjungan yang membesarkan hati ini, ribuan saudara yang selama ini memisahkan diri dari kelompok utama umat Yehuwa tanpa ragu-ragu bergabung lagi dengan kawanan.
Sementara itu, perubahan politik yang semakin meningkat mengguncang wilayah Komunis di Eropa hingga ke dasar-dasarnya dan mencapai puncaknya dengan ambruknya sebagian besar rezim-rezim itu pada akhir 1980-an. Di Rumania, puncak krisis terjadi pada tahun 1989, ketika rakyat memberontak terhadap rezim Komunis. Pemimpin partai Komunis, Nicolae Ceauşescu, dan istrinya dieksekusi pada tanggal 25 Desember. Tahun berikutnya suatu pemerintahan baru mulai berkuasa.
Akhirnya Bebas!
Seperti yang sudah-sudah, Saksi-Saksi Yehuwa tetap sangat netral ketika pentas politik Rumania berubah. Meski demikian, bagi 17.000 Saksi di Rumania pada waktu itu, perubahan-perubahan tersebut membawa kebebasan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh kebanyakan di antara mereka. ”Akhirnya setelah 42 tahun,” Panitia Negeri menulis, ”kami senang mengirimkan laporan yang menyukacitakan tentang kegiatan di Rumania. Kami bersyukur kepada Bapak kita yang pengasih, Allah Yehuwa, yang mendengarkan doa yang sungguh-sungguh dari jutaan saudara dan mengakhiri penganiayaan yang tidak berbelaskasihan.”
Pada tanggal 9 April 1990, saudara-saudara memperoleh pengakuan hukum sebagai Organisasi Keagamaan Saksi-Saksi Yehuwa dan langsung mengorganisasi kebaktian-kebaktian wilayah di seluruh negeri. Lebih dari 44.000 orang hadir dalam pertemuan-pertemuan tersebut—lebih dari dua kali lipat jumlah penyiar, yang saat itu telah bertambah menjadi kira-kira 19.000 orang. Ya, laporan dinas lapangan memperlihatkan bahwa dari bulan September 1989 sampai bulan September 1990 jumlah Saksi-Saksi Yehuwa bertambah 15 persen!
Pada waktu itu, sebuah Panitia Negeri mengawasi pekerjaan di bawah pengawasan kantor cabang Austria. Akan tetapi, pada tahun 1995, setelah selang waktu 66 tahun, Rumania mempunyai kantor cabang lagi.
Ditopang Selama Kesulitan Ekonomi
Pada tahun 1980-an, perekonomian Rumania merosot, dan barang konsumsi terbatas. Lalu, ketika pemerintah Komunis terguling, perekonomian ikut terpuruk sehingga banyak orang mengalami kesulitan. Hal ini mendorong Saksi-Saksi Yehuwa di Austria, Hongaria, serta negeri-negeri yang waktu itu dikenal sebagai Cekoslovakia dan Yugoslavia untuk mengirimkan lebih dari 70 ton makanan dan pakaian kepada saudara-saudara di Rumania, yang bahkan bisa membagi sebagian bantuan ini kepada tetangga yang non-Saksi. ”Setiap kali memberikan bantuan,” kata sebuah laporan, ”saudara-saudara memanfaatkan kesempatan itu untuk memberikan kesaksian yang saksama.”
Selain mendapat persediaan jasmani, saudara-saudara mendapat bertruk-truk makanan rohani. Kelimpahan ini membuat banyak saudara menitikkan air mata, karena bisa dikatakan mereka terbiasa mempunyai satu Menara Pengawal saja per kelompok. Selain itu, sejak terbitan 1 Januari 1991, Menara Pengawal dalam bahasa Rumania terbit serentak dengan edisi bahasa Inggris dan dalam tata warna penuh! Perubahan-perubahan ini menyebabkan jumlah lektur yang disiarkan di lapangan meningkat tajam.
Dulu Kelompok Diskusi, Kini Perhimpunan Rutin
Selama masa penganiayaan, saudara-saudara tidak dapat menyelenggarakan perhimpunan-perhimpunan tertentu, seperti Sekolah Pelayanan Teokratis, dengan cara yang normal. Mereka harus berhimpun dalam kelompok kecil, membaca bahannya, lalu membahasnya bersama. Mereka biasanya hanya mempunyai beberapa, atau satu saja, eksemplar bahan yang sedang dibahas.
”Buku Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis dicetak di Rumania pada tahun 1992,” kata Jon Brenca, sekarang salah seorang anggota Panitia Cabang Rumania. ”Sebelumnya, beberapa saudara saja yang memiliki buku itu dengan versi cetakan mereka sendiri. Pada tahun 1991, kami mulai melatih para penatua untuk memimpin dan memberikan nasihat di Sekolah Pelayanan Teokratis. Namun, sering kali para penatua enggan memberikan nasihat, yang pada masa itu harus disampaikan dari mimbar. Ada yang mengatakan, ’Saudara-saudara nanti marah jika dinasihati di depan saudara-saudara lain.’”
Ada juga sedikit kesalahpahaman. Misalnya, ketika berkunjung ke sebuah sidang pada tahun 1993, seorang lulusan Sekolah Pelatihan Pelayanan didekati seorang penatua yang menunjukkan lembar jadwal sekolah yang memuat keterangan bahwa sidang-sidang yang lebih besar bisa menyelenggarakan kelas kedua. Karena mengira bahwa penyelenggaraan itu adalah untuk siswa-siswa yang lebih maju, sang penatua bertanya, ”Kapan, ya, kami boleh mulai menyampaikan khotbah di kelas itu? Di sini, ada beberapa saudara yang memenuhi syarat untuk naik kelas.” Dengan lembut, tamu tersebut menjelaskan maksud sebenarnya.
”Kebaktian-kebaktian wilayah banyak mendidik saudara-saudara,” jelas Saudara Brenca, ”karena ada contoh Sekolah Pelayanan Teokratis yang dipimpin oleh pengawas distrik. Namun, masih perlu waktu beberapa tahun bagi semua untuk bisa menyesuaikan diri sepenuhnya dengan penyelenggaraan ini.”
Sekolah Dinas Perintis mulai diselenggarakan di Rumania pada tahun 1993 dan telah membantu ribuan perintis untuk membuat kemajuan rohani dan menjadi lebih efektif dalam pelayanan. Yang pasti, merintis di Rumania tidaklah mudah karena hampir tidak ada pekerjaan penggal waktu. Meski demikian, pada tahun 2004, lebih dari 3.500 saudara-saudari mengikuti suatu corak dinas perintis.
Bantuan bagi Pengawas Keliling
Saudara Roberto Franceschetti dan Saudara Andrea Fabbi dari kantor cabang Italia ditugasi ke Rumania pada tahun 1990. Tujuan kedatangan mereka adalah membantu mengorganisasi kembali pekerjaan. ”Pada waktu itu, saya berusia 57 tahun,” jelas Saudara Franceschetti. ”Mengingat kondisi perekonomian Rumania saat itu, tugas baru ini tidaklah mudah bagi saya dan istri saya, Imelda.
”Ketika kami tiba di Bukares pada tanggal 7 Desember 1990 pukul 19.00, suhunya minus 12 derajat Celcius, dan kota itu berselimut salju. Kami bertemu dengan beberapa saudara di pusat kota dan menanyakan tempat untuk bermalam. ’Kami belum tahu,’ kata mereka. Namun, seorang wanita muda yang ibu dan neneknya adalah Saksi-Saksi tidak sengaja mendengar pembicaraan kami dan langsung mengundang kami ke rumahnya. Kami tinggal di sana selama beberapa minggu sampai kami menemukan tempat tinggal yang cocok di kota itu. Saudara-saudari setempat juga memberi kami dukungan moril dan anjuran, sehingga membantu kami menyesuaikan diri dengan tugas kami.”
Roberto, yang lulus dari Gilead kelas ke-43 tahun 1967, melayani bersama istrinya selama hampir sembilan tahun di Rumania. Mereka sudah puluhan tahun melayani Yehuwa dan dengan murah hati mereka membagi pengalaman mereka itu kepada saudara-saudari. ”Pada bulan Januari 1991,” lanjut Roberto, ”Panitia Negeri menyelenggarakan pertemuan dengan semua pengawas keliling—42 saudara. Kebanyakan tadinya melayani wilayah-wilayah kecil yang masing-masing terdiri dari enam atau tujuh sidang. Biasanya mereka melayani setiap sidang selama dua akhir pekan berturut-turut, tanpa istri mereka. Pada masa pelarangan, pengawas wilayah harus bekerja sekuler untuk menafkahi keluarga mereka dan agar tidak dicurigai kalangan berwenang. Tetapi sekarang, saudara-saudara tersebut bisa mengikuti jadwal yang sama dengan rekan-rekan mereka di negeri-negeri lain, melayani sidang-sidang dari hari Selasa sampai hari Minggu.
”Setelah menjelaskan penyelenggaraan ini, saya mengatakan kepada ke-42 saudara tersebut, ’Jika Saudara rela untuk terus melayani sebagai pengawas keliling, silakan tunjuk jari.’ Tidak ada satu pun yang tunjuk jari! Jadi, dalam waktu beberapa menit saja, kami kehilangan semua pengawas keliling di negeri ini! Namun, ada yang berubah pikiran setelah memikirkan hal ini dengan sungguh-sungguh. Kemudian, datanglah tenaga bantuan tambahan, yaitu para lulusan Sekolah Pelatihan Pelayanan dari Austria, Prancis, Jerman, Italia, dan Amerika Serikat.”
Jon Brenca, yang asli Rumania, dipindahkan dari Betel Brooklyn ke Rumania, dan ia melayani selama sepuluh tahun di sini. Awalnya, Jon melayani sebagai pengawas wilayah dan pengawas distrik. Ia mengenang, ”Pada bulan Juni 1991, sebagai seorang pengawas distrik, saya mulai bekerja dengan para pengawas wilayah yang rela melayani sepenuh waktu di bawah penyelenggaraan baru ini. Saya segera bisa melihat bahwa yang harus banyak berubah cara berpikirnya bukan hanya mereka—sidang-sidang pun harus menyesuaikan diri. ’Para penyiar tidak mungkin mendukung dinas lapangan setiap hari,’ kata beberapa penatua. Namun, ternyata semua mau bekerja sama dan membuat penyesuaian.”
Sekolah Pelayanan Kerajaan dan Sekolah Pelatihan Pelayanan juga membantu mendidik saudara-saudara. Ketika Sekolah Pelayanan Kerajaan berlangsung di Baia-Mare, seorang penatua mendekati salah satu instruktur sambil menangis. ”Saya sudah bertahun-tahun menjadi penatua,” katanya, ”tetapi baru sekarang saya mengerti bagaimana seharusnya melakukan kunjungan penggembalaan. Saya berterima kasih kepada Badan Pimpinan untuk informasi yang luar biasa ini.”
Saudara-saudara pernah mendengar tentang Sekolah Pelatihan Pelayanan, tetapi tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa sekolah seperti itu bisa diadakan di negeri mereka. Jadi, bayangkanlah betapa senangnya mereka sewaktu impian itu menjadi kenyataan pada tahun 1999 ketika kelas perdana diselenggarakan! Sejak itu, delapan kelas lagi sudah diselenggarakan, dan siswanya antara lain adalah beberapa saudara berbahasa Rumania dari dua negeri tetangga, Moldova dan Ukraina.
”Ibu Sudah Menemukan Kebenaran!”
Meski banyak orang sekarang mendapatkan kesaksian secara teratur, sekitar tujuh juta orang—sepertiga jumlah penduduk—tinggal di daerah yang belum pernah dikerjakan. Dan, beberapa daerah sama sekali belum pernah mendengar kabar baik, jadi panenannya masih banyak! (Mat. 9:37) Para perintis biasa dan istimewa serta para penatua sidang menanggapi kebutuhan ini dengan pindah ke daerah-daerah yang belum pernah dikerjakan. Hasilnya, terbentuklah semakin banyak kelompok dan sidang. Selain itu, kantor cabang mengundang sidang-sidang untuk berpartisipasi dalam kampanye pengabaran khusus di daerah-daerah yang belum dikerjakan. Seperti di negeri-negeri lain, kampanye ini sangat banyak hasilnya.
Di suatu desa terpencil, seorang wanita berusia 83 tahun menerima satu eksemplar Menara Pengawal dari salah seorang putrinya, yang menemukan majalah itu di sebuah tong sampah di Bukares. Wanita lansia itu tidak hanya membaca majalah tersebut, tetapi memeriksa setiap ayat dalam Alkitabnya sendiri—yang kebetulan memuat nama Allah. Kali berikut ia berbicara dengan putrinya, ia berseru, ”Nak, Ibu sudah menemukan kebenaran!”
Wanita itu juga berbicara kepada imam di desanya dan bertanya mengapa ia tidak memberitahukan nama Allah kepada orang-orang. Sang imam tidak menjawab pertanyaan itu tetapi mengatakan hendak meminjam Alkitab dan majalah wanita itu untuk memeriksanya. Wanita tersebut dengan hormat menuruti sang imam, tetapi itulah terakhir kalinya ia melihat Alkitab dan Menara Pengawal-nya. Belakangan, ketika Saksi-Saksi Yehuwa berkunjung ke desanya untuk mengabar, ia mempersilakan mereka masuk, mulai belajar Firman Allah dengan bantuan buku Pengetahuan, dan membuat kemajuan yang menggembirakan. Sekarang, ia dan putri-putrinya memeluk kebenaran.
Akhirnya Bebas Mengadakan Kebaktian!
Saksi-Saksi Yehuwa di Rumania sangat senang ketika pada tahun 1990 mereka berkumpul untuk Kebaktian Distrik ”Bahasa yang Murni”. Bagi banyak di antara mereka, inilah pertama kalinya mereka menghadiri sebuah kebaktian. Kota-kota yang menjadi tuan rumah adalah Brasov dan Cluj-Napoca. Dua minggu sebelumnya, delegasi Rumania yang terdiri dari 2.000 orang lebih menghadiri kebaktian berbahasa Rumania di Budapest, Hongaria. Meski kebaktian-kebaktian di Rumania hanya berlangsung satu hari, saudara-saudara senang sekali mendengar khotbah dua wakil Badan Pimpinan, Milton Henschel dan Theodore Jaracz. Ada lebih dari 36.000 orang yang hadir, dan 1.445 yang dibaptis—sekitar 8 persen jumlah penyiar!
Pada tahun 1996, Bukares dijadwalkan untuk menjadi tuan rumah salah satu Kebaktian Internasional ”Para Utusan Perdamaian Ilahi”. Namun, para pemimpin agama Gereja Ortodoks berusaha mati-matian untuk menggagalkan kebaktian itu. Mereka serta pengikut-pengikutnya menempelkan poster-poster berisi slogan yang bernada kebencian di seluruh kota—di lahan, gedung, lorong, dan tembok gereja. ”Ortodoks atau mati”, bunyi salah satu poster itu, sementara yang lainnya berbunyi, ”Kami akan meminta para pejabat untuk membatalkan kebaktian ini. DATANGLAH AGAR KITA BISA MEMBELA IMAN BAPAK-BAPAK LELUHUR KITA. Semoga Allah membantu kita!”
Karena situasi tersebut, para pejabat kota meninjau kembali keputusan mereka dan tidak mengizinkan kebaktian diadakan di Bukares. Namun, saudara-saudara berhasil menyewa tempat di Brasov dan Cluj-Napoca dari tanggal 19 sampai 21 Juli, dan mereka juga bisa menyelenggarakan kebaktian-kebaktian yang jauh lebih kecil di Bukares dan Baia-Mare bagi saudara-saudari yang tidak bisa pergi ke kebaktian-kebaktian yang lain.
Para wartawan berita terkesan oleh saudara-saudara karena bisa tetap tenang dan mengorganisasi kembali semuanya dalam waktu begitu singkat. Jadi, walau ada banyak makian dari para pemimpin agama, liputan berita sehari sebelum kebaktian positif. Tetapi, pemberitaan negatif yang sebelumnya pun ada sisi positifnya karena mengedepankan nama Yehuwa. ”Dalam tiga minggu,” kata seorang saudara di Bukares, ”pemberitaan tentang kami setara dengan kesaksian selama bertahun-tahun di seluruh negeri. Apa yang Gereja Ortodoks Rumania sangka akan menghambat kami, justru memajukan penyebaran kabar baik.” Sebanyak 40.206 orang menghadiri kebaktian-kebaktian itu, dan 1.679 orang dibaptis.
Pada Kebaktian Distrik ”Pelaku Firman Allah”, yang diselenggarakan pada tahun 2000, saudara-saudara senang sekali menerima Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru dalam bahasa Rumania. Seorang saudara muda yang menghargainya mengatakan, ”Saya semakin dekat kepada Yehuwa seraya saya membaca nama-Nya dalam Alkitab saya sendiri. Dari lubuk hati saya, saya bersyukur kepada Yehuwa dan organisasi-Nya.”
Dulu Balai Lebah, Kini Balai Kebaktian
Kecuali Balai Lebah yang disebutkan sebelumnya, tidak ada Balai Kerajaan yang dibangun selama masa Komunis. Jadi, ketika larangan dicabut, Balai Kerajaan sangat dibutuhkan. Namun, khususnya berkat penyelenggaraan Dana Balai Kerajaan, saudara-saudara belakangan ini dapat menyelesaikan rata-rata satu Balai Kerajaan setiap sepuluh hari! Bangunan yang sederhana namun fungsional ini dibuat berdasarkan rancangan standar dan menggunakan bahan yang mudah didapat. Seperti di negeri-negeri lain, pengorganisasian yang lancar dan semangat merelakan diri tercermin selama pembangunan, khususnya pada balai yang dibangun dengan cepat, sehingga menjadi kesaksian yang bagus sekali untuk para tetangga, kalangan usahawan, dan pejabat kota.
Di Distrik Mureş, saudara-saudara menghubungi para pejabat untuk meminta izin penyambungan listrik ke Balai Kerajaan yang sedang dibangun. ”Kenapa harus buru-buru?” tanya seorang pejabat. ”Untuk memproses izin ini perlu waktu paling sedikit satu bulan, dan pasti kalian belum apa-apa pada waktu itu.” Maka, saudara-saudara mengajukan soal ini ke direkturnya.
Sang direktur juga bertanya, ”Mengapa tergesa-gesa? Kalian baru saja membuat fondasinya, bukan?”
”Ya,” jawab saudara-saudara, ”tetapi itu sudah minggu lalu. Kami sekarang sedang mengerjakan atapnya!” Sang direktur sekarang mengerti dan keesokan harinya keluarlah izin.
Balai Kebaktian pertama di Rumania, yang dibangun di Negreşti-Oaş, dapat menampung 2.000 orang di ruang utamanya dan 6.000 orang di amfiteater terbukanya. Saudara Lösch senang sekali ketika diundang untuk menyampaikan khotbah penahbisan, yang ia sampaikan dalam bahasa Rumania. Lebih dari 90 sidang yang berasal dari lima wilayah telah membantu pembangunan. Bahkan sebelum balai itu ditahbiskan, 8.572 orang hadir pada kebaktian distrik yang diadakan di sana pada bulan Juli 2003. Tidaklah mengherankan jika Balai Kebaktian itu ramai diperbincangkan di kalangan masyarakat Ortodoks di sana. Tetapi, tidak semua komentarnya negatif. Malah, beberapa imam memuji saudara-saudara karena semangat kerelaan mereka.
Senjata Apa pun Melawan Hamba Allah Tidak Akan Berhasil
Ketika Károly Szabó dan József Kiss pulang ke negeri asal mereka pada tahun 1911, mereka tidak tahu sejauh mana Yehuwa akan memberkati pekerjaan yang mereka mulai. Bayangkan saja: Dalam sepuluh tahun terakhir ini, ada kira-kira 18.500 peminat dibaptis di Rumania dan sekarang ada total 38.423 penyiar. Dan, 79.370 orang menghadiri Peringatan pada tahun 2005! Untuk mengimbangi pertumbuhan ini, sebuah rumah Betel yang baru dan bagus ditahbiskan pada tahun 1998 dan diperluas pada tahun 2000. Sebuah kompleks yang terdiri dari tiga Balai Kerajaan juga didirikan di lahan itu.
Namun, dasar pertumbuhan yang menakjubkan ini telah dibubuh selama masa-masa penganiayaan yang sangat keji, yang banyak perinciannya tidak dapat dituangkan di atas kertas. Oleh sebab itu, semua pujian untuk pertambahan ini harus diberikan kepada Yehuwa, yang menjadi tempat berlindung Saksi-Saksi-Nya yang loyal. (Mz. 91:1, 2) Kepada hamba-hamba-Nya yang setia, Yehuwa berjanji, ”Senjata apa pun yang ditempa untuk melawanmu tidak akan berhasil, dan setiap lidah yang bangkit melawanmu di pengadilan akan kauhukum. Inilah milik pusaka hamba-hamba Yehuwa.”—Yes. 54:17.
Agar dapat mempertahankan ”milik pusaka” yang tak ternilai itu, Saksi-Saksi Yehuwa di Rumania bertekad untuk mengingat dan menghargai air mata penderitaan semua saudara-saudari demi keadilbenaran dengan cara meniru iman mereka yang berharga.—Yes. 43:10; Ibr. 13:7.
[Kotak di hlm. 72]
Sekilas tentang Rumania
Negeri: Luas 238.000 kilometer persegi, berbentuk agak lonjong dan lebarnya sekitar 720 kilometer dari timur ke barat. Bertetangga dengan Ukraina, Moldova, Bulgaria, Serbia dan Montenegro, serta Hongaria (searah jarum jam dari utara).
Penduduk: Penduduk 22 juta, terdiri dari beragam kelompok orang asing maupun pribumi seperti Rumania, Hongaria, Jerman, Yahudi, Ukraina, Roma, dan lain-lain. Sedikitnya, 70 persen penduduk beragama Ortodoks Rumania.
Bahasa: Bahasa resmi, Rumania, yang berasal dari bahasa Latin, yakni bahasa orang Romawi kuno.
Mata pencaharian: Sekitar 40 persen tenaga kerja berkecimpung di bidang pertanian, kehutanan, atau perikanan; 25 persen di industri, pertambangan, atau konstruksi; dan 30 persen di industri jasa.
Pangan: Hasil pertanian antara lain jagung, kentang, bit gula, gandum, dan anggur. Ternak utama ialah domba. Ternak lain adalah lembu-sapi, babi, dan unggas.
Iklim: Suhu dan curah hujan bervariasi, bergantung pada daerahnya. Secara umum, beriklim sedang dengan empat musim.
[Kotak di hlm. 74]
Rumania yang Kaya Variasi
Sebagian besar wilayah Rumania adalah pedesaan, yang terdiri dari beberapa kawasan historis dan daerah yang sangat bervariasi, termasuk Maramureş, Moldavia, Transilvania, dan Dobruja. Maramureş, di bagian utara, adalah satu-satunya wilayah yang tidak pernah diduduki orang Romawi. Penduduknya tinggal di desa-desa yang terpencil di pegunungan dan mereka melestarikan kebudayaan orang Dasia, nenek moyang mereka. Di sebelah timur, Moldavia terkenal dengan kilang-kilang anggur, mata-mata air mineral, dan biara-biara dari abad ke 15. Di Walachia, wilayah bagian selatan, terdapat Bukares, ibu kota dan juga kota terbesar Rumania.
Di bagian tengah Rumania, terdapat Transilvania, dataran tinggi yang dikelilingi Pegunungan Karpatia. Di daerah ini terdapat sangat banyak puri, kota, serta reruntuhan dari abad pertengahan, maka tidaklah mengherankan bila Transilvania menjadi tempat asal tokoh fiktif Drakula, yang dalam kisah-kisah fiksi digambarkan sebagai vampir. Ide kisah Drakula sebenarnya diambil dari kisah dua pangeran yang hidup pada abad ke-15, yaitu Vlad Dracul, atau Vlad si Iblis, dan Vlad Ţepeş, yang dikenal sebagai Vlad si Pemaku sesuai dengan cara ia mengeksekusi musuh-musuhnya. Wajarlah jika wisata ke daerah ini mencakup tempat-tempat kedua pangeran itu konon bergentayangan.
Dobruja yang garis pantainya sepanjang kira-kira 250 kilometer di tepi Laut Hitam, memiliki Delta Donau yang menakjubkan. Donau adalah sungai terpanjang kedua di Eropa, yang menjadi perbatasan selatan Rumania, dan menampung hampir semua aliran air di Rumania. Deltanya, yang memiliki keanekaragaman ekologis, adalah cagar lahan basah terbesar di Eropa; luasnya 4.300 kilometer persegi, dan dihuni oleh lebih dari 300 spesies burung; sampai 150 jenis ikan; dan sampai 1.200 varietas tanaman, dari pohon wilow sampai teratai.
[Kotak di hlm. 87]
Dari Penganut Kultus Zamolxis Menjadi Penganut Ortodoks Rumania
Pada abad-abad Sebelum Masehi, bangsa yang tinggal di daerah yang sekarang dikenal sebagai Rumania adalah orang Getae dan orang Dasia, yang berkerabat. Dewa mereka, Zamolxis, tampaknya adalah dewa langit dan dewa orang mati. Dewasa ini, hampir semua orang Rumania beragama Nasrani. Bagaimana perubahan ini terjadi?
Ketika Roma berkuasa di Semenanjung Balkan, persekutuan Getae-Dasia menjadi ancaman utama. Malah, raja mereka, Decebalus, dua kali mengalahkan bala tentara Romawi. Namun, pada awal abad kedua M, Roma berjaya dan menjadikan daerah itu provinsinya. Provinsi Dasia sangat makmur sehingga banyak orang Roma tertarik untuk pindah ke sana. Mereka membaur dengan orang Dasia, mengajarkan bahasa Latin, dan keturunan mereka menjadi nenek moyang orang-orang Rumania dewasa ini.
Para pendatang maupun pedagang memperkenalkan agama Nasrani ke wilayah ini. Pada tahun 332 M, pengaruh Susunan Kristen semakin besar ketika Kaisar Konstantin membuat perjanjian damai dengan orang Got, yaitu konfederasi suku-suku Germanika yang tinggal di sebelah utara Sungai Donau.
Setelah terjadi perpecahan besar pada tahun 1054, yaitu ketika Gereja Timur memisahkan diri dari Gereja Roma, wilayah ini jatuh ke tangan Gereja Ortodoks Timur, yang menjadi induk Gereja Ortodoks Rumania. Pada akhir abad ke-20, Gereja Ortodoks Rumania beranggotakan lebih dari 16 juta orang, sehingga menjadi Gereja Ortodoks independen terbesar di Semenanjung Balkan.
[Kotak/Gambar di hlm. 98-100]
Kami Bernyanyi di Saat Hujan Bom
Teodor Miron
Lahir: 1909
Baptis: 1943
Profil: Belajar kebenaran Alkitab di penjara. Empat belas tahun mendekam di berbagai kamp konsentrasi Nazi dan kamp kerja paksa serta penjara Komunis.
Pada tanggal 1 September 1944, ketika pasukan Jerman mundur, saya termasuk di antara 152 saudara yang, bersama tahanan lain, digiring dari kamp konsentrasi di Bor, Serbia, ke Jerman. Adakalanya, sama sekali tidak ada makanan. Ketika kami menemukan sedikit sisa makanan—seperti bit yang tercecer di tepi jalan dekat ladang—kami saling berbagi. Jika ada yang terlalu lemah untuk berjalan, ia diangkut dengan gerobak oleh yang kuat.
Akhirnya, kami tiba di sebuah stasiun kereta api, beristirahat sekitar empat jam, lalu mengeluarkan muatan dua gerbong barang tak beratap agar ada tempat untuk kami. Tempatnya hanya cukup untuk kami berdiri, dan kami tidak punya baju hangat—masing-masing hanya berbekal sebuah selimut, yang kami kerudungkan di kepala sewaktu hujan turun. Semalaman kami dalam keadaan seperti itu. Keesokan harinya pada pukul 10.00, ketika kami sampai di sebuah desa, dua pesawat mengebom lokomotif kami sehingga kereta terhenti. Tidak ada satu pun dari kami yang tewas, meski gerbong kami persis di belakang lokomotif. Walaupun ada kejadian ini, sebuah lokomotif lain digandengkan ke gerbong kami, dan kami melanjutkan perjalanan.
Setelah berjalan 100 kilometer lagi, kereta berhenti selama dua jam di sebuah stasiun. Di sana, kami melihat beberapa pria dan wanita membawa keranjang-keranjang berisi kentang. ’Penjual kentang,’ pikir kami. Tetapi, ternyata bukan. Mereka adalah saudara-saudari rohani yang mendengar kabar tentang kami dan sudah menduga bahwa kami pasti lapar. Mereka memberi kami masing-masing tiga buah kentang rebus yang besar-besar, sepotong roti, dan sedikit garam. ’Manna dari surga’ ini menjadi bekal kami selama 48 jam berikutnya sampai kami tiba di Szombathely, Hongaria, pada awal bulan Desember.
Kami tinggal di Szombathely selama musim dingin, dan kami bertahan hidup terutama dari jagung yang terkubur di salju. Selama bulan Maret dan April 1945, kota yang indah itu dibom, dan jalanan penuh dengan mayat yang sudah tidak utuh lagi. Banyak orang terjebak di bawah reruntuhan, dan terkadang terdengar jeritan minta tolong. Dengan sekop dan peralatan lain, kami berhasil mengeluarkan beberapa orang dari reruntuhan.
Bom bertubi-tubi menghantam bangunan-bangunan di dekat tempat kami tinggal, tetapi kami tidak terkena. Setiap kali sirene serangan udara terdengar, semua orang ketakutan dan berlarian mencari tempat perlindungan. Pada mulanya kami juga ikut berlari, tetapi kami segera menyadari bahwa itu sia-sia karena tidak ada tempat berlindung yang memadai. Jadi, kami diam di tempat dan berusaha tetap tenang. Tak lama kemudian, para penjaga bergabung dengan kami. Kata mereka, Allah kami mungkin akan melindungi mereka juga! Pada tanggal 1 April, malam terakhir kami di Szombathely, kami mengalami hujan bom yang lebih hebat daripada waktu-waktu sebelumnya. Tetapi, kami diam di tempat, menyanyikan pujian untuk Yehuwa, dan mensyukuri ketenangan batin dari-Nya.—Flp. 4:6, 7.
Hari berikutnya, kami diperintahkan untuk berangkat ke Jerman. Ada dua kereta kuda, jadi kami naik kereta dan berjalan kaki sekitar 100 kilometer sampai ke hutan yang jaraknya sekitar 13 kilometer dari perbatasan Rusia. Kami bermalam di lahan seorang tuan tanah yang kaya, dan keesokannya para penjaga membebaskan kami. Syukur kepada Yehuwa karena ia telah menopang kami secara jasmani dan rohani. Dengan berderai air mata, kami berpisah dan pulang ke rumah masing-masing—ada yang berjalan kaki, ada yang naik kereta api.
[Kotak di hlm. 107]
Bukti Kasih Kristen
Pada tahun 1946, kelaparan melanda Rumania bagian timur. Meski miskin, Saksi-Saksi Yehuwa yang tinggal di daerah-daerah yang tidak banyak terkena dampak Perang Dunia II menyumbangkan makanan, pakaian, dan uang kepada saudara-saudara yang membutuhkannya. Sebagai contoh, Saksi-Saksi yang bekerja di tambang garam di kota Sighet Marmaţiei, dekat perbatasan Ukraina, membeli garam dari tambang-tambang itu, menjualnya ke kota-kota tetangga, dan menggunakan keuntungannya untuk membeli jagung. Pada waktu yang sama, Saksi-Saksi Yehuwa di Swedia, Swiss, Amerika Serikat, dan negeri-negeri lain juga membantu dengan menyumbangkan sekitar lima ton bahan makanan.
[Kotak/Gambar di hlm. 124, 125]
Kami Mengingat 1.600 Ayat Alkitab
Dionisie Vârciu
Lahir: 1926
Baptis: 1948
Profil: Sejak tahun 1959, selama lima tahun lebih sedikit, mendekam di beberapa penjara dan kamp kerja paksa. Ia meninggal pada tahun 2002.
Selama di penjara, kami diperbolehkan berkomunikasi dengan keluarga, dan mereka diizinkan mengirimkan paket seberat 5 kilogram setiap bulan kepada kami. Hanya yang menyelesaikan tugas yang boleh menerima paket. Kami selalu membagi rata makanan, biasanya menjadi sekitar 30 potong. Misalnya, kami pernah berbagi dua buah apel. Memang, potongannya kecil-kecil, tapi lumayanlah untuk mengurangi rasa lapar.
Meskipun tidak punya Alkitab atau alat bantu pelajaran Alkitab, kami memelihara kekuatan rohani dengan mengingat hal-hal yang pernah kami pelajari sebelum kami ditahan dan dengan membagikannya di antara kami. Setiap pagi, seorang saudara menyampaikan sebuah ayat Alkitab yang dia hafal. Kemudian, kami menghafal ayat itu dengan suara rendah dan merenungkannya pada waktu jalan pagi wajib, yang lamanya 15 sampai 20 menit. Sekembalinya kami ke sel—20 orang berdesakan dalam ruangan berukuran 2 meter kali 4 meter—kami mengomentari ayat itu selama kira-kira 30 menit. Sebagai kelompok, kami mengingat 1.600 ayat Alkitab. Siang harinya, kami membahas berbagai topik, termasuk sekitar 20 sampai 30 ayat yang terkait. Semua menghafalkan bahannya.
Ada seorang saudara yang pada mulanya merasa terlalu tua untuk menghafal banyak ayat Alkitab. Rupanya, ia hanya menyangsikan kemampuannya. Setelah mendengar kami mengulangi ayat-ayat sekitar 20 kali, ia juga sanggup mengingat dan mengulangi cukup banyak ayat. Tentu, ia senang sekali!
Memang, kami lapar dan lemah secara jasmani, tetapi Yehuwa tetap memberi makan dan menguatkan kami secara rohani. Bahkan setelah dibebaskan, kami harus memelihara kerohanian karena Sekuritat terus mengganggu, berharap untuk mematahkan iman kami.
[Kotak di hlm. 132, 133]
Metode Penggandaan
Selama tahun 1950-an, penggandaan dengan tulisan tangan, sering kali menggunakan kertas karbon, adalah cara yang paling sederhana dan mudah untuk memperbanyak alat bantu belajar Alkitab. Meski lambat dan membosankan, metode ini punya satu manfaat sampingan—para penyalin mengingat sebagian besar bahannya. Jadi, ketika dipenjarakan, mereka bisa memberikan banyak anjuran rohani kepada orang lain. Saudara-saudara juga menggunakan mesin tik, tetapi mesin tik sulit diperoleh dan harus didaftarkan dulu ke polisi.
Alat pengganda stensil, atau mimeograf, mulai digunakan pada akhir 1950-an. Untuk membuat stensil, saudara-saudara mencampur lem, gelatin, dan lilin, lalu campuran itu dioles tipis pada permukaan persegi empat yang rata, biasanya kaca. Dengan tinta khusus yang mereka racik sendiri, mereka membuat teks huruf timbul pada kertas. Jika tintanya sudah mengering, mereka menekan kertas itu secara merata ke permukaan yang berlilin, sehingga menghasilkan stensil. Namun, stensil ini tidak tahan lama, sehingga saudara-saudara harus terus-menerus membuat yang baru. Dan, seperti halnya salinan artikel yang ditulis tangan, stensil juga berisiko dari segi keamanan—si penulis bisa dikenali dari tulisan tangannya.
Sejak tahun 1970-an sampai tahun-tahun terakhir masa pelarangan, saudara-saudara membuat dan menggunakan lebih dari sepuluh pengganda portabel yang dioperasikan dengan tangan. Alat ini dirancang menurut model dari Austria, dan alat ini menggunakan pelat cetak dari kertas yang dilapisi plastik. Saudara-saudara menjulukinya Si Penggiling. Pada akhir 1970-an, beberapa mesin pengganda offset diperoleh, tetapi saudara-saudara tidak bisa membuat pelatnya, sehingga mesin-mesin itu menganggur. Namun, sejak tahun 1985, seorang saudara yang adalah sarjana teknik kimia, dari negeri yang waktu itu dikenal sebagai Cekoslovakia, mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh saudara-saudara. Maka, baik jumlah maupun mutu cetakan meningkat tajam.
[Kotak/Gambar di hlm. 136, 137]
Yehuwa Melatih Saya
Nicolae Bentaru
Lahir: 1957
Baptis: 1976
Profil: Melayani sebagai juru cetak selama era Komunis dan sekarang melayani sebagai perintis istimewa bersama istrinya, Veronica.
Saya mulai belajar Alkitab pada tahun 1972 di kota Săcele dan dibaptis empat tahun kemudian ketika saya berusia 18 tahun. Pekerjaan pada waktu itu dilarang, dan perhimpunan diadakan dalam kelompok PBS. Namun demikian, kami secara rutin menerima persediaan makanan rohani, bahkan drama Alkitab, dalam bentuk rekaman dan slide berwarna.
Setelah saya dibaptis, tugas pertama saya adalah menjadi operator proyektor slide. Dua tahun kemudian, saya menerima hak istimewa tambahan membeli kertas untuk percetakan bawah tanah. Pada tahun 1980, saya belajar mencetak dan ikut memproduksi Menara Pengawal, Sedarlah!, dan publikasi lain. Kami menggunakan sebuah alat pengganda stensil dan sebuah mesin cetak kecil yang dioperasikan secara manual.
Sementara itu, saya bertemu dengan Veronica, seorang saudari yang baik, yang setia kepada Yehuwa, dan kami pun menikah. Veronica sangat mendukung saya dalam pekerjaan saya. Pada tahun 1981, Otto Kuglitsch dari kantor cabang Austria mengajari saya cara mengoperasikan mesin pengganda offset kami yang perdana. Kami memasang mesin cetak yang kedua di Cluj-Napoca pada tahun 1987, dan saya ditugasi untuk melatih para operator mesin.
Setelah larangan dicabut pada tahun 1990, saya, Veronica, dan putra kami, Florin, melanjutkan pencetakan dan pendistribusian lektur selama delapan bulan. Florin membantu mengurutkan lembar-lembar cetakan sebelum dijilid, dipotong pinggirnya, dijepit dengan staples, dikemas, dan dikirim. Pada tahun 2002, kami bertiga ditugasi merintis di kota Mizil, yang berpenduduk 15.000 jiwa dan terletak sekitar 80 kilometer di utara Bukares. Saya dan Veronica melayani sebagai perintis istimewa, sedangkan Florin, perintis biasa.
[Kotak/Gambar di hlm. 139, 140]
Yehuwa Membutakan Musuh
Ana Viusencu
Lahir: 1951
Baptis: 1965
Profil: Sejak remaja ia membantu orang tuanya menggandakan lektur. Belakangan, ia ikut menerjemahkan publikasi ke bahasa Ukraina.
Suatu hari pada tahun 1968, saya sedang menyalin Menara Pengawal dengan tangan ke lembar stensil induk (master) untuk digandakan. Karena lalai, saya tidak menyembunyikan lembar-lembar stensil itu sebelum pergi ke perhimpunan. Sepulangnya saya pada tengah malam, saya mendengar ada mobil berhenti. Sebelum saya sempat melihat siapa yang datang, lima agen Sekuritat yang berbekal surat penggeledahan menerobos masuk ke rumah kami. Saya sangat ketakutan, tetapi berhasil menenangkan diri. Pada saat itu juga, saya memohon kepada Yehuwa agar memaafkan keteledoran saya dan berjanji tidak akan sembarangan meletakkan pekerjaan lagi.
Petugas yang memimpin penggeledahan itu duduk di meja tepat di sebelah lembar-lembar itu, yang dengan terburu-buru sempat saya tutupi dengan sehelai lap ketika mendengar suara mobil berhenti. Ia terus duduk di sana sampai pemeriksaan rampung beberapa jam kemudian. Ketika sedang menulis laporan—pada jarak beberapa sentimeter saja dari lembar-lembar stensil—ia sempat beberapa kali merapikan lap itu. Dalam laporannya ia menulis bahwa para agen tidak menemukan lektur yang terlarang di rumah atau pada siapa pun.
Walau demikian, agen-agen itu membawa serta Ayah ke Baia-Mare. Saya dan Ibu berdoa dengan sungguh-sungguh demi Ayah, dan kami juga berterima kasih kepada Yehuwa karena telah melindungi kami malam itu. Sungguh lega rasanya ketika Ayah pulang beberapa hari kemudian.
Tak lama kemudian, selagi saya menyalin beberapa publikasi dengan tangan, saya mendengar ada mobil berhenti lagi di luar rumah kami. Saya mematikan lampu, mengintip dari balik tirai, dan melihat beberapa pria berseragam dengan tanda-tanda pangkat yang berkilauan keluar dari mobil dan memasuki rumah di seberang jalan. Malam berikutnya, mereka digantikan oleh regu yang lain; hal ini semakin meyakinkan kami bahwa mereka adalah mata-mata Sekuritat. Meski begitu, kami terus menggandakan bahan bacaan, tetapi mengirimkan hasilnya melalui kebun belakang rumah kami supaya tidak ketahuan.
Ayah sering mengatakan, ”Jalan di antara kami dan musuh seperti halnya tiang awan di antara orang Israel dan orang Mesir.” (Kel. 14:19, 20) Saya merasakan sendiri betapa benarnya kata-kata Ayah!
[Kotak/Gambar di hlm. 143, 144]
Lolos berkat Knalpot yang Lepas
Traian Chira
Lahir: 1946
Baptis: 1965
Profil: Salah satu saudara yang menjadi penanggung jawab produksi dan pengiriman lektur selama masa pelarangan.
Pada suatu Minggu pagi di musim panas, saya memasukkan delapan kantong lektur ke dalam mobil saya. Tidak semua kantong itu bisa termuat di dalam bagasi, maka saya melepaskan jok belakang, menaruh kantong-kantong di situ, menyelubunginya dengan selimut, dan menaruh sebuah bantal di atasnya. Orang yang melihatnya pasti akan mengira bahwa keluarga kami akan ke pantai. Sebagai tindakan pencegahan tambahan, saya menaruh sebuah selimut di atas kantong-kantong di bagasi.
Setelah berdoa memohon berkat Yehuwa, kami berlima—saya, istri, dan dua putra serta satu putri saya—berangkat ke Tirgu-Mures dan Brasov untuk mengantar lektur. Dalam perjalanan, kami menyanyikan lagu-lagu Kerajaan. Setelah menempuh jarak sekitar 100 kilometer, kami sampai di ruas jalan yang banyak lubangnya. Karena mobil menjadi lebih rendah oleh beban yang berat, knalpotnya pun menghantam sesuatu di jalan dan terlepas. Kami menepi dan saya menyimpan bagian knalpot yang terlepas itu di bagasi di sebelah ban serep tetapi di atas selimut. Lalu, kami pun melanjutkan perjalanan dengan mobil yang menderu-deru suaranya!
Di kota Luduş, seorang polisi menghentikan kami untuk memeriksa kelaikan mobil kami. Setelah mengecek nomor mesin dan mengetes klakson, wiper kaca depan, lampu, dan lain-lain, ia menanyakan ban serep. Sambil berjalan ke belakang mobil, saya melongok ke dalam mobil dan berbisik kepada istri dan anak-anak saya, ”Cepat berdoa. Hanya Yehuwa yang dapat menolong kita.”
Ketika saya membuka bagasi, mata sang polisi langsung tertuju ke knalpot yang terlepas itu. ”Apa ini?” tanyanya. ”Kamu harus membayar denda!” Setelah puas karena menemukan pelanggaran, ia menyudahi pemeriksaan. Saya menutup bagasi, menarik napas lega, dan baru kali itu saya membayar denda dengan sangat bahagia! Saat itu, kami lolos, dan saudara-saudara menerima lektur mereka.
[Kotak/Gambar di hlm. 147-149]
Pengalaman Unik dengan Sekuritat
Viorica Filip
Lahir: 1953
Baptis: 1975
Profil: Mulai dinas sepenuh waktu pada tahun 1986 dan melayani sebagai anggota keluarga Betel.
Ketika saya dan Aurica, adik perempuan saya, menjadi Saksi-Saksi Yehuwa, kami diperlakukan dengan kasar oleh keluarga kami. Meski hal itu menyakitkan, kami menjadi tabah untuk menghadapi Sekuritat di kemudian hari. Saya punya pengalaman unik dengan Sekuritat pada suatu sore bulan Desember 1988. Waktu itu, saya tinggal bersama Aurica dan keluarganya di kota Oradea, dekat perbatasan Hongaria.
Sewaktu saya pergi ke rumah seorang saudara yang menjadi pengawas pekerjaan penerjemahan, di tas saya ada sebuah majalah yang sedang saya periksa. Saya tidak tahu bahwa para agen Sekuritat sedang menggeledah rumahnya dan menginterogasi semua penghuni dan tamu. Untunglah, ketika saya melihat apa yang sedang terjadi, saya bisa diam-diam membakar bahan yang ada di dalam tas saya. Setelah itu, agen-agen menggiring saya dan Saksi-Saksi lain ke kantor Sekuritat untuk diinterogasi lebih lanjut.
Semalaman mereka menginterogasi saya, dan esoknya mereka menggeledah rumah di alamat resmi saya, sebuah rumah kecil di desa Uileacu de Munte tidak jauh dari sana. Saya tidak tinggal di situ, tetapi saudara-saudara menggunakan rumah itu untuk menyimpan bahan-bahan pekerjaan bawah tanah. Setelah menemukan bahan-bahan tersebut, agen-agen Sekuritat memanggil saya ke kantor mereka lagi dan memukuli saya dengan pentungan karet agar saya mau membocorkan identitas orang-orang yang memiliki atau ada hubungannya dengan barang-barang yang ditemukan. Saya memohon bantuan Yehuwa agar bisa menahan deraan itu. Kedamaian menyelimuti saya, dan rasa sakitnya hanya beberapa detik setelah setiap pukulan. Namun, tidak lama kemudian tangan saya membengkak sehingga saya khawatir tidak akan bisa menulis lagi. Sore itu saya dilepaskan—tanpa uang sepeser pun, sangat lapar, dan lelah.
Ketika saya berjalan ke terminal bus utama, seorang agen Sekuritat menguntit saya. Saya tidak memberi tahu para interogator tempat tinggal saya yang sebenarnya, maka saya tidak bisa langsung ke rumah Aurica karena akan membahayakan dia dan keluarganya. Tanpa tahu pasti harus ke mana dan berbuat apa, saya memohon kepada Yehuwa, memberi tahu-Nya bahwa saya sangat lapar dan ingin sekali tidur di tempat tidur saya sendiri. ’Apakah ini berlebihan?’ pikir saya.
Saya tiba di terminal persis ketika sebuah bus hendak berangkat. Saya berlari lalu naik ke bus itu, meski saya tidak punya uang untuk membayar ongkosnya. Kebetulan, bus itu ke arah alamat resmi saya. Agen Sekuritat juga berhasil mengejar bus itu, menanyakan tujuan bus kepada saya, lalu melompat turun. Melihat hal itu, saya menyimpulkan bahwa seorang agen lain akan menanti saya di Uileacu de Munte. Betapa leganya saya sewaktu sang sopir mengizinkan saya untuk menumpang di busnya. ’Tetapi, untuk apa saya pergi ke Uileacu de Munte?’ pikir saya. Saya sebenarnya tidak mau ke sana karena tidak ada makanan dan bahkan tempat tidur.
Sewaktu saya sedang menumpahkan kerisauan saya kepada Yehuwa, sang sopir menghentikan bus di pinggiran Oradea karena ada temannya yang mau turun di situ. Saya memanfaatkan kesempatan itu untuk turun dari bus juga. Ketika bus meneruskan perjalanan, saya diliputi kebahagiaan, lalu dengan waspada saya berjalan ke tempat tinggal seorang saudara yang saya kenal. Saya tiba di rumahnya persis ketika istrinya sedang mengangkat goulash—salah satu makanan kesukaan saya—dari kompor. Keluarga itu mengajak saya makan malam.
Ketika malam sudah lebih larut dan saya merasa situasinya cukup aman, saya pulang ke rumah Aurica dan tidur di tempat tidur saya sendiri. Ya, Yehuwa memberi saya dua hal yang saya doakan—makan kenyang dan tidur nyenyak. Bapak kita sungguh baik!
[Kotak di hlm. 155]
Kaum Muda Tetap Berfokus pada Kerohanian
Selama masa penganiayaan, kaum muda Kristen secara konsisten mempertahankan integritas, dan banyak yang mempertaruhkan kebebasan mereka demi kabar baik. Dewasa ini mereka menghadapi ujian dalam bentuk lain, dan sayangnya, ada yang menjadi lengah. Tetapi, yang lain-lain mempertahankan fokus mereka. Sebagai contoh, sekelompok siswa SMA di Câmpia Turzii membahas ayat harian bersama-sama selama jam istirahat siang. Mereka melakukannya di halaman sekolah atau di lapangan olah raga, dan siswa-siswa lain kadang-kadang bergabung dengan mereka.
Seorang saudari muda berkomentar, ”Membahas ayat harian bersama teman-teman adalah perlindungan bagi saya; saya bisa menjauh sebentar dari siswa-siswa lain yang tidak melayani Yehuwa. Saya juga berbesar hati sewaktu melihat bahwa saya bukan satu-satunya Saksi-Saksi Yehuwa.” Kepala Sekolah dan beberapa guru memuji anak-anak muda yang baik ini.
[Kotak di hlm. 160]
Secara Hukum Meneguhkan Kabar Baik
Pada hari Kamis tanggal 22 Mei 2003, Kementerian Kebudayaan dan Agama Rumania mengeluarkan peraturan menteri yang meneguhkan kembali Organisasi Keagamaan Saksi-Saksi Yehuwa, yang dibentuk pada tanggal 9 April 1990, sebagai badan hukum yang diakui oleh Negara. Jadi, Saksi-Saksi Yehuwa berhak mendapat semua manfaat hukum yang diberikan kepada semua agama yang diakui, seperti hak untuk mengabar dan membangun Balai Kerajaan. Pengakuan ini adalah puncak perjuangan hukum yang diupayakan selama bertahun-tahun.
[Tabel/Gambar di hlm. 80, 81]
RUMANIA—LINTAS SEJARAH
1910
1911: Károly Szabó dan József Kiss kembali dari Amerika Serikat.
1920: Kantor cabang dibuka di Cluj-Napoca. Kantor ini mengawasi pekerjaan di Albania, Bulgaria, Hongaria, Rumania, dan bekas Yugoslavia.
1924: Properti, termasuk percetakan, untuk kantor cabang dibeli di Cluj-Napoca.
1929: Pengawasan dialihkan ke cabang Jerman dan kemudian ke Kantor Eropa Tengah di Swiss.
1938: Pemerintah menutup dan menyegel kantor cabang Rumania di Bukares.
1940
1945: Perkumpulan Saksi-Saksi Yehuwa di Rumania terdaftar.
1946: Sekitar 15.000 orang menghadiri kebaktian nasional pertama di Bukares.
1947: Pada bulan Agustus dan September, Alfred Rütimann dan Martin Magyarosi mengunjungi kota-kota di Rumania.
1949: Pemerintah komunis melarang Saksi-Saksi Yehuwa dan menyita semua properti cabang.
1970
1973: Pengawasan dialihkan dari cabang Swiss ke cabang Austria.
1988: Wakil Badan Pimpinan mengunjungi Rumania.
1989: Rezim komunis jatuh.
1990: Saksi-Saksi Yehuwa diakui secara hukum. Kebaktian-kebaktian diselenggarakan.
1991: Menara Pengawal bahasa Rumania dengan tata warna penuh diterbitkan serentak dengan edisi Inggris.
1995: Kantor cabang Rumania dibuka lagi di Bukares.
1999: Sekolah Pelatihan Pelayanan mulai diadakan.
2000
2000: Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru bahasa Rumania diterbitkan.
2004: Balai Kebaktian Pertama ditahbiskan, di Negreşti-Oaş.
2005: 38.423 penyiar aktif di Rumania.
[Grafik]
(Lihat publikasinya)
Total Penyiar
Total Perintis
40.000
20.000
1910 1940 1970 2000
[Peta di hlm. 73]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
POLANDIA
SLOVAKIA
HONGARIA
UKRAINA
MOLDOVA
RUMANIA
Satu-Mare
Oradea
Arad
Negreşti-Oaş
Baia-Mare
MARAMUREŞ
Brebi
Bistriţa
Topliţa
Cluj-Napoca
Tirgu-Mures
Ocna Mureş
TRANSILVANIA
Peg. Karpatia
Frătăuţii
Bălcăuţi
Ivăncăuţi
Prut
MOLDAVIA
Brasov
Săcele
Mizil
BUKARES
WALACHIA
Galaţi
Braila
Donau
DOBRUJA
SERBIA DAN MONTENEGRO
BULGARIA
MAKEDONIA
[Gambar penuh di hlm. 66]
[Gambar di hlm. 69]
Pada tahun 1911, Károly Szabó dan József Kiss pulang ke negeri asal mereka untuk mengabarkan berita Kerajaan
[Gambar di hlm. 70]
Paraschiva Kalmár, duduk, dengan suami dan delapan di antara sembilan anak mereka
[Gambar di hlm. 71]
Gavrilă Romocea
[Gambar di hlm. 71]
Elek dan Elisabeth Romocea
[Gambar di hlm. 77]
Pembangunan kantor baru di Cluj-Napoca, 1924
[Gambar di hlm. 84]
Seraya penganiayaan menghebat, judul lektur diubah-ubah
[Gambar di hlm. 86]
Nicu Palius datang dari Yunani untuk membantu
[Gambar di hlm. 89]
Mendengarkan rekaman ceramah Alkitab, 1937
[Gambar di hlm. 95]
Martin dan Maria Magyarosi (depan) dan Elena serta Pamfil Albu
[Gambar di hlm. 102]
Kebaktian wilayah di Baia-Mare tahun 1945
[Gambar di hlm. 105]
Poster kebaktian nasional tahun 1946
[Gambar di hlm. 111]
Mihai Nistor
[Gambar di hlm. 112]
Vasile Sabadâş
[Gambar di hlm. 117]
Alat penyadap yang digunakan Sekuritat
[Gambar di hlm. 120]
Periprava, kamp kerja paksa di Delta Donau
[Gambar di hlm. 133]
Si Penggiling
[Gambar di hlm. 134]
Veronica dan Nicolae Bentaru di ruang rahasia, di bawah rumah mereka
[Gambar di hlm. 138]
Doina dan Dumitru Cepănaru
[Gambar di hlm. 138]
Petre Ranca
[Gambar di hlm. 141]
Kebaktian-kebaktian tahun 1980-an
[Gambar di hlm. 150]
Sekolah Dinas Perintis pertama di Rumania, 1993
[Gambar di hlm. 152]
Roberto dan Imelda Franceschetti
[Gambar di hlm. 156, 157]
Ribuan orang menghadiri Kebaktian Internasional ”Para Utusan Perdamaian Ilahi” 1996, meski ada tentangan dari pemimpin agama
[Gambar di hlm. 158]
(1) Kompleks tujuh Balai Kerajaan, Tirgu-Mures
(2) Kantor cabang Rumania, Bukares
(3) Balai Kebaktian, Negreşti-Oaş
[Gambar di hlm. 161]
Panitia Cabang, searah jarum jam dari kiri atas: Daniele Di Nicola, Jon Brenca, Gabriel Negroiu, Dumitru Oul, dan Ion Roman