PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w86_s-30 hlm. 17-22
  • Problem-Problem Keluarga Diselesaikan dengan Nasihat Alkitab

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Problem-Problem Keluarga Diselesaikan dengan Nasihat Alkitab
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-30)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Penting untuk ”Seperasaan”
  • Lindungi Hati Anak Saudara
  • Gunakan ”Hikmat yang Praktis”
  • Bersandar pada Yehuwa
  • Perwalian Anak​—Pandangan yang Seimbang
    Sedarlah!—1997
  • Perwalian Anak​—Agama dan Hukum
    Sedarlah!—1997
  • Orang Tua Tunggal, Banyak Tantangannya
    Sedarlah!—2002
  • Apa yang Orang Tua Dapat Lakukan untuk Membantu?
    Sedarlah!—1981 (No. 4)
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-30)
w86_s-30 hlm. 17-22

Problem-Problem Keluarga Diselesaikan dengan Nasihat Alkitab

1, 2. (a) Apa beberapa penyebab dari keluarga-keluarga yang terpecah? (b) Mengapa problem-problem dari mereka dalam keluarga yang terpecah-belah seharusnya menjadi perhatian dari semua? (1 Korintus 12:26)

”ISTRI-ISTRI [memilih] untuk diceraikan, anak-anak untuk tidak mendapat warisan, . . . dari pada tidak setia kepada Kristus,” tulis Arnobius, seorang yang mengaku Kristen dari abad keempat.a Ya, bahkan pada waktu itu, tentangan agama yang keras oleh mereka yang tidak beriman telah memecah-belah keluarga-keluarga. Yesus mengatakan bahwa mereka yang ’lebih mengasihi’ anggota-anggota keluarga dari pada dia tidak layak baginya. Jadi, akan ada ”pedang” yang menyebabkan perpecahan dalam beberapa keluarga, karena pihak yang beriman ’kurang mengasihi’ keluarganya, ’ya, bahkan nyawanya sendiri.’ (Matius 10:34-37; Lukas 14:26) Perpecahan sedemikian dalam keluarga-keluarga terus berlangsung sampai jaman kita.

2 Meskipun seorang Kristen bisa saja berusaha sedapat mungkin untuk menjaga agar keluarganya tetap utuh, ada teman hidup yang tidak beriman yang justru tidak ”mau hidup bersama-sama” dengan orang Kristen itu sehingga perpisahan atau perceraian terjadi. (1 Korintus 7:12-16) Keluarga-keluarga juga terpecah karena pada ”kesudahan sistem ini” kasih akan Allah dan hukum-hukumNya, termasuk hukum-hukum mengenai perkawinan, ”menjadi dingin.” (Matius 19:6, 9; 24:3, 12, NW) Di Amerika Serikat angka perceraian bertambah 236 persen hanya antara tahun 1960 dan 1980! Karena kira-kira tiga dari lima pasangan yang bercerai di Amerika Serikat mempunyai anak-anak, mereka yang tinggal dalam keluarga yang terpecah menghadapi problem-problem yang rumit. Biasanya bila orang-orang belajar kebenaran dari Firman Allah, kehidupan keluarga mereka menjadi lebih baik, tetapi ada orang-orang yang telah bercerai sebelum menjadi Saksi-Saksi Yehuwa. Kadang-kadang bahkan seorang Kristen yang gagal untuk menerapkan nasihat Alkitab dengan sungguh-sungguh di rumah akhirnya bercerai. (Yohanes 13:17) Apa yang dapat dilakukan para orangtua Kristen dalam keadaan sedemikian untuk membesarkan anak-anak sehingga mengasihi Yehuwa?

Penting untuk ”Seperasaan”

3. Penderitaan apa yang ditimbulkan oleh perceraian?

3 Pada jaman Maleakhi ada pria-pria Israel yang dengan curang telah menceraikan istri mereka. ”Tangisan dan rintihan” dari wanita-wanita yang telah ditolak ini pada waktu mereka memohon bantuan Allah, sebenarnya, telah ”menutupi mezbah [Yehuwa] dengan air mata.” (Maleakhi 2:13-16) Putusnya ikatan perkawinan dewasa ini juga sangat menyedihkan, sekalipun ada dasar yang kuat menurut Alkitab untuk perceraian tersebut. Meskipun suami dan istri menderita, anak-anak biasanya lebih menderita.

4. (a) Dalam hal apa saja anak-anak menderita apabila orangtua mereka bercerai? (b) Bagaimana orangtua yang beriman dapat membantu anak itu?

4 Meskipun perceraian membebaskan seseorang dari perlakuan yang tidak baik, kadang-kadang seluruh dunia si anak kelihatannya runtuh. Jadi, penting agar orangtua yang beriman memperlihatkan kasih dan pengertian yang lebih dari pada biasanya dalam menangani keadaan itu. ”Saya selalu berada di tengah. Saya merasa terbagi,” penjelasan seorang anak yang ayah Kristennya telah bercerai selaras dengan Alkitab ketika anak itu berusia lima tahun. ”Saya tetap menyimpan perasaan saya yang sesungguhnya untuk diri sendiri. Hal ini menimbulkan tekanan batin.” Untuk membantu seorang anak mengatasi emosi yang besar itu orangtua dituntut untuk ”seperasaan” dan menunjukkan ’kasih sayang.’ (1 Petrus 3:8) Anak itu mungkin saja akan berdiam diri karena perasaan bersalah, karena merasa bahwa dalam hal tertentu ia harus disalahkan untuk perceraian itu. Sang ayah atau ibu harus dengan sabar menjelaskan bahwa ia mengasihi anak itu dan bahwa perceraian bukan kesalahan anak tersebut.

5. Mengapa orangtua Kristen hendaknya berusaha mengakhiri permusuhan dengan bekas teman hidupnya?

5 Kebencian di antara orangtua dapat menjadi begitu hebat, terutama bila menyangkut masalah-masalah agama. Namun, sebaliknya dari ”membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki” orangtua yang beriman hendaknya memikirkan kesejahteraan si anak. (1 Petrus 3:9) Dalam bukunya Growing Up Divorced, Linda Francke menyatakan, ”Para orangtua yang saling membenci membuat problem dari anak-anak ini jauh lebih sulit dan bahkan dapat menghancurkan. Karena tidak ingin mengambil risiko menjauhkan salah satu orangtua, anak itu bisa saja mengundurkan diri dari hubungan yang positif dengan kedua orangtua.” Ya, ”perasaan yang dengki sangat dan perbantahan” bukan hanya salah tetapi bahkan dapat menjauhkan anak itu dari saudara. (Yakobus 3:14, 16, Bode) Serangan kata-kata yang tanpa dipikir terhadap orangtua yang tidak beriman dapat sangat menyakitkan seorang anak. (Amsal 12:18) Jika bekas teman hidup yang tidak beriman itu ingin meneruskan konflik, ”kalau hal itu bergantung padamu [pihak yang beriman], hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”—Roma 12:18-21.

Lindungi Hati Anak Saudara

6. Setelah hak untuk mengasuh anak diputuskan, apa yang dapat menjadi problem dari beberapa orangtua?

6 Setelah pihak yang akan mengasuh anak diputuskan, mungkin masih ada kesulitan yang harus dihadapi. ”Salah satu problem besar” kata sebuah laporan dari cabang Lembaga Menara Pengawal di Australia, ”ialah bahwa orangtua yang telah mendapat hak untuk mengasuh seorang anak cenderung untuk santai . . . Bahkan orangtua dalam kebenaran bisa saja lalai terhadap alasan utama mengapa ia menginginkan hak untuk mengasuh anak. Alasan utama hendaknya demi membesarkan mereka untuk menjadi penyembah Yehuwa yang sejati.” Untuk dapat berbuat demikian dituntut usaha terus-menerus.—Efesus 6:4.

7. (a) Mengapa seorang anak hendaknya diajar untuk menghormati orangtua yang tidak beriman? (b) Bagaimana saudara dapat menjelaskan kepada seorang anak jika pihak yang tidak beriman bertingkah laku tidak Kristen?

7 Memang, pengadilan biasanya memberikan hak berkunjung kepada orangtua yang tidak lagi berhak mengasuh seorang anak. Apakah hal ini dapat direspek seraya tetap melindungi hati anak itu? Ya, dan jika cocok, anak itu harus memperlihatkan respek yang sepatutnya kepada orangtua yang tidak beriman. Jika selama kunjungan itu pihak yang tidak beriman bertingkah laku tidak Kristen, maka sebaliknya dari memupuk kebencian dengan menyalahkan orangtua tersebut, pihak yang beriman dapat menjelaskan kepada sang anak bahwa Allah telah menetapkan standar-standar tingkah laku dalam Alkitab dan bahwa ”setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah,” Hakim yang menentukan. (Roma 14:12) Namun, terangkan dengan jelas bahwa tingkah laku sedemikian tidak boleh ditiru. Dengan bijaksana perlihatkan bahwa meskipun ada orang yang tidak hidup selaras dengan standar-standar ini, lambat-laun banyak orang berubah karena melihat teladan Kristen dalam diri anak itu dan seorang bekas teman hidup. Dengan demikian, kemungkinan anak itu akan mempunyai respek tertentu untuk orangtua tersebut. Perbedaan agama dari pasangan yang sudah bercerai hendaknya tidak mencegah orangtua [yang beriman] untuk memberikan pengaruh yang positif kepada anak itu. Orangtua Kristen akan membiarkan ’kebaikan hatinya [”akal sehatnya,” NW] diketahui semua orang.’ (Filipi 4:5) Namun bagaimana, jika pihak yang tidak beriman berusaha merusak latihan yang saleh?

8. Bagaimana dua orangtua mempersiapkan anak-anak mereka untuk kunjungan kepada bekas teman hidup yang menentang?

8 Persiapan untuk kunjungan-kunjungan tersebut penting! Seorang ibu Kristen yang bekas suaminya menjadi murtad melaporkan, ”Sebelum kunjungan itu, saya belajar dengan anak-anak bagaimana pandangan Yehuwa terhadap tingkah laku mereka. Kami akan memerankan keadaan-keadaan tertentu. Saya akan mengatakan, ’Jika ayahmu mengatakan ini atau itu, bagaimana kau akan menjawab?’” Seorang Kristen lain yang bercerai karena menjadi seorang Saksi menambahkan, ”Sebelum [kedua anak remaja saya] berangkat untuk kunjungan akhir pekan ke tempat ayah mereka, kami berdoa agar Yehuwa menyertai dan membantu mereka untuk memberi kesaksian kepada ayah mereka, terutama melalui tingkah laku yang baik.”

9. Bagaimana para orangtua Kristen dapat meniru teladan ibu Musa?

9 Orangtua yang tidak beriman yang mempunyai hak berkunjung mungkin mencoba mengambil hati anak itu dengan banyak hadiah, hiburan yang mahal dan kesenangan-kesenangan lain dalam bentuk rekreasi. Jokhebed, ibu Musa, (beserta Amram jika ia masih hidup) tahu apa yang akan dihadapi Musa pada waktu ia diserahkan kepada putri Firaun. Jadi ia pasti berusaha keras untuk membentuk dalam diri Musa pengertian tentang nilai-nilai pada waktu ia masih bersamanya. (Keluaran 2:1-10) Meskipun menghadapi godaan ”harta Mesir,” Musa membuat pilihan sendiri untuk mengikuti prinsip-prinsip yang saleh. Ia menganggap hak istimewa rohaninya ”jauh lebih berharga” (BIS), sebagai kekayaan yang nyata! (Ibrani 11:23-26) Para orangtua Kristen hendaknya juga mempersiapkan anak-anak mereka untuk menghadapi godaan sedemikian dengan membahas bahan Alkitab yang memusatkan perhatian pada harta rohani.b Anak-anak sering menyelami motif yang dangkal dari orang-tua yang berusaha untuk membeli kasih sayang mereka.—Amsal 15:16, 17.

10. Dalam keadaan yang ekstrim, apa beberapa faktor yang harus dipertimbangkan orangtua yang beriman?

10 Dalam beberapa kasus yang ekstrim, kunjungan-kunjungan sedemikian bisa merupakan ancaman yang serius bagi si anak. Orangtua [yang beriman] harus memutuskan apa yang harus dilakukan dalam keadaan sedemikian, dengan sungguh-sungguh menilai besarnya ancaman itu, tindakan hukum yang dapat ditempuhnya, dan akibat-akibat yang mungkin timbul karena telah melarang hak berkunjung.c Hindari tindakan-tindakan yang gegabah yang dapat meragukan kelayakan saudara sebagai orangtua.—Galatia 6:5; Roma 13:1; Kisah 5:29; 1 Petrus 2:19, 20.

Gunakan ”Hikmat yang Praktis”

11. Bila orangtua Kristen kehilangan hak untuk mengasuh anaknya, apa yang harus ia sadari?

11 Bagaimana jika justru orangtua Kristen itu yang hanya mempunyai hak berkunjung? Bila anak itu tidak lagi berada dalam suatu keluarga Kristen, orangtua tersebut mempunyai pengawasan rohani yang terbatas atas si anak. (1 Korintus 7:14) Misalnya, sang datuk yang setia Abraham kemungkinan akan mendesak agar anaknya Ismael, seperti halnya Ishak, menikah dengan sesama penyembah. Tetapi setelah Ismael, yang masih remaja itu, dan ibunya Hagar diusir dari keluarganya, Abraham tidak dapat mencegah Hagar dalam mengatur agar Ismael mengawini seorang wanita Mesir yang jelas bukan penyembah Yehuwa.—Kejadian 21:14, 21; 24:1-4.

12. (a) Usaha-usaha positif apa dapat dibuat oleh orangtua Kristen yang tidak mendapat hak untuk mengasuh anak? (b) Lukiskan bagaimana orangtua Kristen dapat ’menggunakan hikmat sehingga berhasil.’

12 Meskipun kelihatannya kesempatan itu terbatas, orangtua Kristen yang tidak mendapat hak mengasuh anak dapat berbuat banyak untuk menanamkan dalam diri si anak kasih yang dalam kepada Yehuwa. Untuk dapat berbuat demikian, orangtua harus ’berpegang pada hikmat [”yang praktis,” NW] dan pertimbangan yang matang.’ (Amsal 3:21, BIS) Ya, usaha yang sungguh-sungguh tidak cukup. ”Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga [dengan tidak banyak hasil], tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.” (Pengkhotbah 10:10) Misalnya, kadang-kadang pihak yang tidak beriman mungkin membuat dalih untuk mencegah pertemuan dengan si anak. Sebaliknya dari segera mempersoalkan hal ini, orangtua [yang beriman] mungkin akan mendapat hasil-hasil yang lebih baik dengan menerapkan Amsal 25:15, ”Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang.” Kesabaran dan kelembutan, walaupun tidak mudah diperlihatkan bila seseorang menghadapi pembatasan yang tidak adil, dapat melunakkan bahkan seseorang yang sekeras tulang dalam perlawanannya. (Bandingkan 2 Timotius 2:23-25.) Perbantahan sering dapat dihindari dengan berlaku tegas dan mengikuti saran-saran (yang tidak bertentangan dengan Alkitab) yang diberikan oleh orangtua yang mempunyai hak untuk mengasuh anak itu mengenai pengasuhan anak tersebut. Jika saudara kuatir bahwa pihak yang tidak beriman itu akan mengatakan hal-hal yang menjatuhkan saudara kepada si anak, ingat 1 Petrus 2:15, ”Dengan berbuat baik kamu membungkemkan kepicikan orang-orang yang bodoh.” Jika saudara memberikan contoh yang baik, anak itu akan melihat siapa yang benar.—Amsal 20:7.

13. Bagaimana orangtua yang beriman dapat membuat kunjungannya benar-benar bermanfaat?

13 Selama kunjungan tersebut, berusahalah untuk menaruh Firman Allah dalam hati si anak dengan, jika mungkin, secara pribadi mempelajari bahan-bahan rohani bersamanya dan dengan membawanya ke perhimpunan-perhimpunan. Bahkan meskipun ada pembatasan yang keras menurut hukum, orangtua itu secara tidak resmi dapat menyebutkan karya ciptaan Allah, dan dengan cara-cara lain membantu anak itu untuk mengasihi Allah. (Roma 1:19, 20; Matius 6:28-30) Yesus menyadari keterbatasan para pendengarnya. Ia ”memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka.” (Markus 4:33, 34) Jadi selain membahas perkara-perkara rohani yang serius, lakukanlah kegiatan-kegiatan lain yang membina, seperti misalnya berkunjung dengan teman-teman yang baik, termasuk beberapa anak yang sebaya dengan si anak. (Amsal 13:20) Nikmati rekreasi yang sehat bersama-sama. Buatlah agar kunjungan itu suatu kesempatan yang berharga. Disiplin yang masuk akal memperlihatkan kasih. (Amsal 13:24) Tetapi, kadang-kadang problem-problem nampaknya sangat besar. Tekanan datang dari banyak pihak. Bagaimana semuanya dapat ditanggung dengan sabar?

Bersandar pada Yehuwa

14. Jaminan apakah yang kita miliki di Mazmur 37:23, 24?

14 Mengenai seseorang yang haluan kehidupannya ”berkenan” kepada Yehuwa, Daud menulis, ”Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab [Yehuwa] menopang tangannya.” (Mazmur 37:23, 24) Ya, seorang Kristen yang berjuang melawan tekanan-tekanan dari keluarga yang terpecah kadang-kadang mungkin ”jatuh” dalam arti frustrasi, kecewa, dan mengalami keadaan-keadaan buruk secara hukum atau keuangan, namun ia tidak akan ”tergeletak” sama sekali secara rohani. Alkitab New Berkeley Version menerjemahkan kalimat itu, ”Apabila ia jatuh, ia tidak akan sengsara.” Mengapa? Karena Yehuwa akan mengulurkan tanganNya dan mengangkat dia melalui roh kudus dan para penyembahNya yang pengasih.—Yakobus 1:27.

15, 16. Bagaimana beberapa orang dalam keluarga-keluarga yang terpecah telah dikuatkan?

15 Seorang wanita Kristen, setelah bekas suaminya yang menentang mendapat hak untuk mengasuh kedua anaknya yang masih kecil, mengatakan, ”Pada waktu semua urusan diambil dari tangan saya, saya belajar untuk benar-benar bersandar kepada Yehuwa. Saya belajar untuk menerima apa yang Ia ijinkan dan tidak mencoba untuk menangani segala sesuatu sendiri. Saya masih tetap belajar. Ini suatu pelajaran yang sulit.” Tetapi, ia menggunakan sebaik mungkin hak untuk berkunjung dan telah mendapat penghiburan bukan hanya dari suaminya yang baru, seorang penatua Kristen yang setia, tetapi juga dari orang-orang lain dalam sidang.

16 Seorang Kristen lain yang bekas suaminya yang murtad telah menahan anak-anak itu untuk tinggal bersamanya selama beberapa bulan bertentangan dengan keputusan pengadilan, mengatakan, ”Saya merasa begitu sedih sehingga saya berpikir saya akan hancur. Satu-satunya yang dapat mencegah saya sehingga tidak kehilangan akal sehat selama masa itu adalah giat dalam dinas pengabaran.” Putrinya, yang pada waktu itu berusia tujuh tahun, dengan teguh berpihak kepada Yehuwa, bahkan dengan sabar menahan pukulan-pukulan yang diberikan ayahnya karena ia tidak mau membaca bacaan-bacaannya yang murtad. Pada waktu ia kembali kepada ibunya, ia bertekad untuk berpaut lebih erat lagi kepada Yehuwa. Orang-orang ini beserta hamba-hamba lain yang setia telah melihat penggenapan dari Mazmur 54:4-9, ”Ya Allah, dengarkanlah doaku, . . . Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; [Yehuwa]lah yang menopang aku. . . . Sebab Ia melepaskan aku dari segala kesesakan.” Ya, kita dapat bersandar pada dukungan Yehuwa.—1 Korintus 10:13.

17. Bagaimana para orangtua dalam keluarga yang terpecah dapat membantu anak-anak mereka, dengan kemungkinan mendapat pahala apa?

17 Jadi jika saudara orangtua dalam keluarga yang terpecah, hendaklah saudara peka terhadap perasaan anak saudara. Kuatkan hati anak itu dengan Firman Allah. Jika saudara hanya mendapat hak berkunjung, maka praktekkan ’hikmat yang praktis’ pada waktu saudara menggunakan hak tersebut dengan sebaik-baiknya. Yakinlah kepada kuasa dari Firman Allah yang ditanamkan dalam hati yang mau menerimanya. (1 Tesalonika 2:13) Melihat seorang anak mengasihi Yehuwa membuat semua usaha tidak sia-sia.

[Catatan Kaki]

a Against the Heathen, Buku II, 5.

b Lihat artikel ”Youth’s Greatest Opportunity” dalam The Watchtower terbitan 15 Agustus 1985, juga artikel ”How Do You View Material Possessions?” dalam buku Your Youth—Getting the Best out of It, yang diterbitkan oleh the Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.

c Undang-Undang Perkawinan dan Perceraian yang Seragam di Amerika Serikat berbunyi, ”Orangtua yang tidak mendapat wewenang mengasuh anak-anak berhak untuk mendapatkan hak berkunjung yang masuk akal kecuali jika pengadilan mendapati, setelah mengadakan pemeriksaan, bahwa kunjungan itu dapat membahayakan kesehatan fisik si anak atau menimbulkan kerugian besar atas perkembangan emosinya.”

Apakah Saudara Ingat?

◻ Bagaimana seorang Kristen yang mendapat hak untuk mengasuh anak dapat melindungi hati anak tersebut?

◻ Bagaimana ’hikmat praktis’ akan membantu orangtua yang beriman yang hanya mendapat hak untuk berkunjung?

◻ Jaminan apa diberikan di Mazmur 37:23, 24, dan bagaimana Yehuwa menepati janji ini?

[Gambar di hlm. 20]

Gunakanlah hak berkunjung saudara untuk menanamkan kebenaran ke dalam hati anak saudara, namun hendaknya ini disertai dengan kegiatan lain yang berguna

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan