-
Berlarilah dengan Tekun dalam PerlombaanMenara Pengawal—2011 | 15 September
-
-
Berlarilah dengan Tekun dalam Perlombaan
”Biarlah kita berlari dengan tekun dalam perlombaan yang ditetapkan bagi kita.”—IBR. 12:1.
1, 2. Dengan apa rasul Paulus mengumpamakan kehidupan Kristen?
SETIAP tahun, perlombaan lari maraton diadakan di banyak tempat. Para pelari terbaik mengikuti perlombaan itu dengan satu tujuan—untuk menang. Peserta lainnya hanya turut meramaikan perlombaan. Bagi mereka, sekadar sampai di garis finis sudah cukup membanggakan.
2 Dalam Alkitab, kehidupan Kristen diumpamakan dengan perlombaan. Rasul Paulus menyebutkan hal ini sewaktu ia menulis suratnya yang pertama kepada rekan-rekan Kristen-nya di Korintus zaman dahulu. Ia menulis, ”Tidak tahukah kamu bahwa dalam perlombaan, semua pelari berlari, tetapi hanya satu yang menerima hadiah? Larilah sedemikian rupa agar kamu dapat memperolehnya.”—1 Kor. 9:24.
3. Apa yang Paulus maksudkan sewaktu ia mengatakan bahwa hanya satu pelari yang menang?
3 Apakah Paulus memaksudkan bahwa hanya ada satu orang Kristen yang akan mendapatkan hadiah kehidupan dan yang lainnya berlari dengan sia-sia? Tentu saja tidak! Para pelari dalam pertandingan itu berlatih dan mengerahkan diri sekuat tenaga dengan tujuan menjadi pemenang. Dalam mengejar kehidupan abadi, Paulus ingin agar rekan-rekan Kristen-nya juga mengerahkan diri seperti itu. Dengan demikian, mereka dapat berharap untuk memperoleh hadiah kehidupan. Ya, dalam perlombaan Kristen, semua yang mencapai garis finis mendapatkan hadiah itu.
4. Apa yang perlu kita pikirkan sehubungan dengan perlombaan yang ditetapkan bagi kita?
4 Kata-kata itu membesarkan hati kita sekaligus membuat kita memikirkan dengan serius cara hidup kita. Mengapa? Karena hadiah itu—entah kehidupan di surga atau kehidupan di Firdaus di bumi—tiada bandingnya. Memang, ini adalah perlombaan jarak jauh dan medannya berat; ada banyak rintangan, penyimpang perhatian, dan bahaya di sepanjang jalan. (Mat. 7:13, 14) Sungguh menyedihkan, beberapa orang telah melambat, menyerah, atau bahkan jatuh. Apa saja jerat dan bahaya yang ada dalam perlombaan kehidupan? Bagaimana Saudara dapat menghindarinya? Apa yang dapat Saudara lakukan untuk mencapai garis finis dan memenangkan perlombaan ini?
Dibutuhkan Ketekunan untuk Menang
5. Apa yang dibahas Paulus di Ibrani 12:1?
5 Dalam suratnya kepada orang Kristen Ibrani di Yerusalem dan Yudea, Paulus kembali menyebutkan perlombaan atletik. (Baca Ibrani 12:1.) Ia tidak sekadar membahas alasan untuk mengikuti perlombaan itu tetapi juga menunjukkan apa yang harus dilakukan untuk menang. Pertama-tama, mari kita lihat mengapa Paulus menulis surat ini dan apa yang ia anjurkan kepada pembacanya. Setelah itu, kita akan membahas apa pelajarannya bagi kita.
6. Penindasan apa yang dialami orang-orang Kristen dari para pemimpin agama?
6 Orang-orang Kristen abad pertama, terutama yang tinggal di Yerusalem dan Yudea, menghadapi banyak cobaan dan kesukaran. Mereka ditindas oleh para pemimpin agama Yahudi, yang masih memiliki pengaruh yang sangat besar. Sebelumnya, para pemimpin ini berhasil menghukum mati Yesus Kristus sebagai penghasut dan penjahat. Mereka tidak mau berhenti sampai di situ. Di buku Kisah, kita membaca tentang serentetan ancaman dan serangan terhadap orang Kristen, yang dimulai tak lama setelah mukjizat pada Pentakosta 33 M. Jadi, kehidupan orang-orang Kristen yang setia memang sangat sulit.—Kis. 4:1-3; 5:17, 18; 6:8-12; 7:59; 8:1, 3.
7. Situasi genting apa yang dihadapi orang Kristen yang menerima surat Paulus?
7 Selain itu, kehancuran Yerusalem sudah dekat. Yesus memberi tahu orang-orang Kristen tentang kehancuran yang akan menimpa bangsa Yahudi yang tidak setia. Ia juga telah memberi tahu para pengikutnya tentang berbagai peristiwa yang akan terjadi tepat sebelum akhir itu datang, dan memberi mereka petunjuk terperinci tentang tindakan apa yang harus mereka ambil agar selamat. (Baca Lukas 21:20-22.) Lalu, apa yang harus mereka lakukan? Yesus memperingatkan, ”Perhatikanlah dirimu sendiri agar hatimu jangan sekali-kali menjadi sarat dengan makan berlebihan dan minum berlebihan dan kekhawatiran hidup, dan dengan tiba-tiba hari itu dalam sekejap menimpa kamu.”—Luk. 21:34.
8. Apa yang mungkin menyebabkan beberapa orang Kristen melambat atau menyerah?
8 Paulus menulis suratnya kepada orang Ibrani hampir 30 tahun setelah Yesus memberikan peringatan tersebut. Selama itu, bagaimana keadaan orang-orang Kristen tersebut? Ada yang menyerah pada tekanan, tersimpangkan oleh kesibukan sehari-hari, dan tidak membuat kemajuan rohani yang sebetulnya bisa membentengi mereka. (Ibr. 5:11-14) Yang lainnya merasa bahwa kehidupan akan jauh lebih mudah jika mereka ikut arus bersama orang Yahudi di sekitar mereka. Alasannya, mereka menganggap orang-orang Yahudi itu masih menyembah Allah dan sedikit banyak mengikuti Hukum. Orang Kristen lainnya terbujuk atau terintimidasi oleh orang-orang dalam sidang yang mengunggulkan Hukum Musa dan tradisi. Apa yang akan Paulus katakan supaya saudara-saudari Kristen-nya tetap waspada secara rohani dan bertekun dalam perlombaan?
9, 10. (a) Anjuran apa yang diberikan Paulus menjelang akhir dari Ibrani pasal 10? (b) Mengapa Paulus menulis tentang tindakan banyak saksi yang beriman pada zaman dahulu?
9 Allah mengilhami Paulus untuk menguatkan orang-orang Kristen Ibrani. Di pasal 10 dari suratnya, Paulus menunjukkan bahwa Hukum hanyalah ”bayangan dari perkara-perkara baik yang akan datang” dan dengan jelas memperlihatkan nilai dari korban tebusan Kristus. Menjelang akhir pasal itu, Paulus menasihati para pembacanya, ”Kamu membutuhkan ketekunan, supaya setelah kamu melakukan kehendak Allah, kamu mengalami penggenapan janji itu. Sebab ’sangat sedikit waktu’ lagi, dan ’ia yang akan datang sudah akan tiba dan tidak akan tertunda’.”—Ibr. 10:1, 36, 37.
10 Di Ibrani pasal 11, Paulus dengan terampil menjelaskan apa artinya iman yang sejati kepada Allah. Dan, ia menyebutkan para pria dan wanita beriman yang patut diteladani dari zaman dahulu. Mengapa ia berbicara soal iman padahal sedang membahas ketekunan? Karena sang rasul tahu bahwa rekan-rekan seimannya perlu berani dan bertekun agar memiliki iman sejati. Teladan yang sangat bagus dari para hamba Yehuwa yang setia itu akan memperkuat orang-orang Ibrani untuk menghadapi cobaan dan kesukaran. Jadi, setelah Paulus menyebutkan tindakan hamba-hamba yang beriman dari masa lalu itu, Paulus dapat mengatakan, ”Karena kita mempunyai begitu banyak saksi bagaikan awan yang mengelilingi kita, biarlah kita juga menanggalkan setiap beban dan dosa yang dengan mudah menjerat kita, dan biarlah kita berlari dengan tekun dalam perlombaan yang ditetapkan bagi kita.”—Ibr. 12:1.
’Awan Saksi’
11. Apa manfaatnya jika kita merenungkan teladan ”banyak saksi bagaikan awan”?
11 ”Banyak saksi bagaikan awan” ini tidak sekadar menonton atau menyaksikan atlet favorit mereka menang. Sebaliknya, mereka ikut berlari. Dan, mereka berhasil mencapai garis finis. Meski telah meninggal, mereka dapat dianggap sebagai pelari yang sudah teruji yang dapat menyemangati para pelari baru. Bayangkan bagaimana perasaan seorang peserta jika ia tahu bahwa di sekelilingnya terdapat para pelari terbaik yang sedang menonton. Tidakkah ia akan tergerak untuk berlari dengan sekuat tenaga? Para saksi dari zaman dahulu itu dapat meneguhkan bahwa ”perlombaan” itu, tidak soal betapa sulitnya, bisa dimenangkan. Jadi, dengan terus merenungkan teladan dari ’awan saksi’ ini, orang-orang Kristen Ibrani abad pertama dapat dikuatkan dan ”berlari dengan tekun dalam perlombaan”—begitu pula kita dewasa ini.
12. Mengapa teladan-teladan yang Paulus sebutkan cocok bagi kita?
12 Banyak hamba Allah yang disebutkan Paulus menghadapi situasi seperti kita. Misalnya, Nuh hidup sebelum Air Bah membinasakan dunia pada zamannya. Kita pun hidup menjelang akhir sistem ini. Abraham dan Sara diperintahkan untuk meninggalkan kampung halaman mereka demi ibadat sejati dan menanti tergenapnya janji Yehuwa. Kita didesak untuk menyangkal diri dan memperoleh perkenan serta berkat Allah. Musa melintasi padang belantara yang menakutkan, menuju Tanah Perjanjian. Kita pun sedang melewati sistem yang sekarat ini, menuju dunia baru yang dijanjikan. Kita patut merenungkan pengalaman mereka, keberhasilan dan kegagalan mereka maupun kekuatan serta kelemahan mereka.—Rm. 15:4; 1 Kor. 10:11.
Mereka Berhasil—Caranya?
13. Tantangan apa saja yang dihadapi Nuh? Apa yang membantu dia mengatasinya?
13 Apa yang membantu hamba-hamba Yehuwa itu bertekun dan menang dalam perlombaan? Perhatikan apa yang Paulus tulis tentang Nuh. (Baca Ibrani 11:7.) ’Air bah yang akan membinasakan semua makhluk’ ini belum pernah dilihat Nuh. (Kej. 6:17) Itu belum pernah terjadi. Namun, Nuh tidak menganggapnya mustahil. Mengapa? Karena ia beriman bahwa apa pun yang Yehuwa katakan pasti akan Yehuwa laksanakan. Nuh tidak merasa bahwa apa yang diminta darinya terlalu sulit. Ia ”melakukannya tepat seperti itu”. (Kej. 6:22) Mengingat semua hal yang harus ia lakukan—membangun bahtera, mengumpulkan binatang, mengisi bahtera dengan makanan untuk manusia dan hewan, mengumumkan berita peringatan, dan menjaga kerohanian keluarganya tetap kuat—tidak selalu mudah bagi Nuh untuk ”melakukannya tepat seperti itu”. Tetapi, karena Nuh beriman dan bertekun, ia dan keluarganya memperoleh kehidupan dan berkat.
14. Dalam situasi apa saja Abraham dan Sara memperlihatkan iman kepada Allah? Apa pelajarannya bagi kita?
14 Paulus juga menyebutkan Abraham dan Sara sebagai bagian dari ’awan saksi yang mengelilingi kita’. Kehidupan mereka berubah ketika Allah memerintahkan mereka untuk meninggalkan kenyamanan di Ur dengan masa depan yang tidak pasti. Mereka terbukti menjadi teladan dari iman dan ketaatan yang tak tergoyahkan di saat sulit. Karena Abraham rela membuat banyak pengorbanan demi ibadat sejati, ia disebut ”bapak dari semua orang yang memiliki iman”. (Rm. 4:11) Paulus hanya membahas pokok-pokok utama kisah ini, karena pembacanya sudah mengetahui perincian kehidupan Abraham. Meskipun demikian, pelajaran yang Paulus tunjukkan sangatlah ampuh. Ia mengatakan, ”Dalam iman, mereka semua [termasuk Abraham dan keluarganya] mati walaupun tidak mengalami penggenapan janji itu, tetapi mereka melihatnya dari kejauhan dan menyambutnya dan menyatakan di depan umum bahwa mereka adalah orang-orang asing dan penduduk sementara di negeri itu.” (Ibr. 11:13) Jelaslah, iman kepada Allah dan hubungan pribadi mereka dengan-Nya membantu mereka berlari dengan tekun dalam perlombaan.
15. Apa yang mendorong Musa untuk meninggalkan kehidupan yang mewah?
15 Contoh hamba Yehuwa lainnya yang termasuk di dalam ’awan saksi’ adalah Musa. Ia meninggalkan kehidupan yang mewah, ”memilih untuk diperlakukan dengan kejam bersama umat Allah”. Apa yang mendorongnya? Paulus menjawab, ”Ia menatap upah yang akan diberikan. . . . Ia tetap kokoh seperti melihat Pribadi yang tidak kelihatan.” (Baca Ibrani 11:24-27.) Musa tidak tersimpangkan oleh ”kenikmatan sementara dari dosa”. Allah dan janji-janji-Nya begitu nyata bagi Musa sehingga ia memperlihatkan keberanian dan ketekunan yang luar biasa. Ia mengerahkan dirinya tanpa kenal lelah untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian.
16. Bagaimana kita tahu bahwa Musa tidak kecil hati karena tidak boleh masuk ke Tanah Perjanjian?
16 Seperti Abraham, Musa telah mati sewaktu janji Allah digenapi. Ketika orang Israel siap memasuki Tanah Perjanjian, Musa diberi tahu, ”Engkau akan melihat negeri itu dari kejauhan, tetapi engkau tidak akan pergi ke sana, ke negeri yang kuberikan kepada putra-putra Israel.” Mengapa? Sebelumnya, ia dan Harun sangat marah terhadap bangsa yang suka memberontak itu sehingga mereka ’lalai melakukan kewajiban mereka terhadap Allah di tengah-tengah putra-putra Israel di mata air Meriba’. (Ul. 32:51, 52) Apakah Musa menjadi kecil hati atau kesal? Tidak. Ia mengucapkan berkat bagi bangsa itu dan menutupnya dengan kata-kata ini, ”Berbahagialah engkau, hai, Israel! Siapakah yang seperti engkau, suatu bangsa yang menikmati keselamatan Yehuwa, perisai pertolonganmu, dan Pribadi yang merupakan pedangmu yang hebat?”—Ul. 33:29.
Pelajarannya bagi Kita
17, 18. (a) Sehubungan dengan perlombaan untuk kehidupan, apa yang dapat kita pelajari dari ’awan saksi’? (b) Apa yang akan kita bahas dalam artikel berikutnya?
17 Kita telah membahas kehidupan beberapa tokoh yang termasuk dalam ’awan saksi yang mengelilingi kita’. Jelaslah, untuk dapat berlari hingga ke garis finis, kita harus memiliki iman yang kuat akan Allah dan janji-janji-Nya. (Ibr. 11:6) Iman kita tidak boleh ala kadarnya; itu harus nyata dalam cara kita hidup. Tidak seperti orang-orang yang tidak beriman, hamba-hamba Yehuwa dapat melihat jauh ke masa depan. Kita bisa melihat ”Pribadi yang tidak kelihatan” dan dengan demikian berlari dengan tekun.—2 Kor. 5:7.
18 Perlombaan kita sebagai orang Kristen memang tidak mudah. Tetapi, tidak mustahil bagi kita untuk mencapai garis finis. Dalam artikel berikut, kita akan membahas bantuan lain yang tersedia.
-
-
”Larilah . . . Agar Kamu Dapat Memperolehnya”Menara Pengawal—2011 | 15 September
-
-
”Larilah . . . Agar Kamu Dapat Memperolehnya”
”Larilah sedemikian rupa agar kamu dapat memperolehnya.”—1 KOR. 9:24.
1, 2. (a) Apa yang Paulus gunakan untuk menganjurkan orang-orang Kristen Ibrani? (b) Nasihat apa yang diberikan Paulus kepada hamba-hamba Allah?
DALAM suratnya kepada orang Ibrani, rasul Paulus menggunakan ilustrasi yang ampuh untuk menganjurkan rekan-rekan Kristen-nya. Ia mengingatkan mereka bahwa mereka tidak berlari sendiri dalam perlombaan untuk kehidupan. Di sekeliling mereka ada ”banyak saksi bagaikan awan”, yang telah berhasil menyelesaikan perlombaan. Dengan selalu mengingat tindakan hamba-hamba Allah yang beriman ini dan upaya keras mereka, orang-orang Kristen Ibrani dapat bertekad untuk terus berlari dan tidak menyerah.
2 Dalam artikel sebelumnya, kita membahas kehidupan beberapa orang yang termasuk dalam ’awan saksi’. Semuanya memperlihatkan bahwa iman yang tak tergoyahkan membantu mereka tetap loyal kepada Allah, seolah-olah mereka terus berlari hingga ke garis finis. Kita dapat memperoleh pelajaran dari keberhasilan mereka. Sebagaimana disebutkan dalam artikel itu, Paulus memberikan nasihat ini kepada rekan-rekan seimannya, termasuk kita, ”Biarlah kita juga menanggalkan setiap beban dan dosa yang dengan mudah menjerat kita, dan biarlah kita berlari dengan tekun dalam perlombaan yang ditetapkan bagi kita.”—Ibr. 12:1.
3. Apa yang Paulus tandaskan sewaktu menyebutkan pelari dalam pertandingan Yunani?
3 Mengenai perlombaan lari, yang merupakan salah satu pertandingan atletik terkenal pada zaman itu, buku Backgrounds of Early Christianity mengatakan bahwa ”orang Yunani berlatih dan bertanding dalam keadaan telanjang”.a Para pelari melepaskan beban apa pun yang tidak perlu yang dapat memperlambat mereka. Meski kita tidak setuju dengan ketidakpantasan ini, mereka berlari seperti itu dengan satu tujuan, yakni memperoleh hadiah. Yang Paulus tandaskan adalah, agar memperoleh hadiah dalam perlombaan untuk kehidupan, para pelari harus menyingkirkan penghalang apa pun. Ini adalah nasihat yang bagus bagi orang Kristen kala itu, dan juga bagi kita dewasa ini. Beban apa saja yang dapat menghalangi kita memperoleh hadiah dalam perlombaan untuk kehidupan?
’Tanggalkan Setiap Beban’
4. Apa yang menyibukkan orang-orang pada zaman Nuh?
4 Paulus menasihati orang Kristen untuk ”menanggalkan setiap beban”. Ini mencakup segala sesuatu yang dapat menghalangi kita sehingga tidak berfokus pada perlombaan dan tidak berupaya sebisa-bisanya untuk mencapai garis finis. Apa saja yang bisa menjadi beban? Perhatikan Nuh, yang disebutkan oleh Paulus. Tentang zaman Nuh, Yesus mengatakan, ”Sama seperti yang terjadi pada zaman Nuh, demikian juga kelak pada hari-hari Putra manusia.” (Luk. 17:26) Yesus tidak berbicara tentang kehancuran yang akan terjadi; yang ia tandaskan adalah cara hidup orang-orang. (Baca Matius 24:37-39.) Mayoritas orang-orang pada zaman Nuh tidak mau belajar tentang Allah, apalagi berupaya menyenangkan Dia. Apa yang menyimpangkan perhatian mereka? Bukan hal-hal luar biasa. Makan, minum, dan menikah—hal-hal yang wajar dalam kehidupan. Seperti yang Yesus katakan, yang menjadi masalah adalah ”mereka tidak memberikan perhatian”.
5. Apa yang dapat membantu kita berhasil mencapai garis finis?
5 Seperti Nuh dan keluarganya, kita juga sibuk setiap hari. Kita perlu mencari nafkah dan mengurus diri serta keluarga. Hal itu bisa menghabiskan sebagian besar waktu, energi, dan sumber daya kita. Terutama dalam masa-masa yang sulit secara ekonomi ini, mudah bagi kita untuk mengkhawatirkan kebutuhan hidup. Sebagai orang Kristen yang berbakti, kita juga punya berbagai tanggung jawab teokratis yang penting. Kita ikut mengabar, mempersiapkan acara perhimpunan dan menghadirinya, serta menjaga diri tetap kuat secara rohani dengan pelajaran pribadi dan ibadat keluarga. Terlepas dari segala hal yang harus dilakukan Nuh dalam melayani Allah, ”ia melakukannya tepat seperti itu”. (Kej. 6:22) Tentu, mengurangi beban yang harus dipikul hingga sesedikit mungkin, dan menghindari beban yang tidak perlu, penting sekali jika kita ingin berlari hingga ke garis finis.
6, 7. Kata-kata Yesus yang mana yang hendaknya kita perhatikan?
6 Apa yang Paulus maksudkan sewaktu ia menasihati kita untuk menanggalkan ”setiap beban”? Tentu saja, kita tidak dapat menyingkirkan setiap tanggung jawab kita. Dalam hal ini, perhatikan kata-kata Yesus, ”Jangan sekali-kali khawatir dan mengatakan, ’Apa yang akan kami makan?’ atau, ’Apa yang akan kami minum?’ atau, ’Apa yang akan kami kenakan?’ Karena semua ini adalah perkara-perkara yang dikejar bangsa-bangsa dengan penuh semangat. Sebab Bapak surgawimu mengetahui bahwa kamu membutuhkan semua perkara ini.” (Mat. 6:31, 32) Kata-kata Yesus menyiratkan bahwa bahkan hal-hal yang dipandang wajar seperti makanan dan pakaian dapat menjadi beban atau batu sandungan jika dijadikan hal terpenting dalam hidup kita.
7 Jangan lupakan kata-kata Yesus, ”Bapak surgawimu mengetahui bahwa kamu membutuhkan semua perkara ini.” Hal itu menyiratkan bahwa Bapak surgawi kita, Yehuwa, akan memenuhi kebutuhan kita. Tentu saja, ”semua perkara ini” tidak berarti semua hal yang kita inginkan. Tetapi, Yesus menasihati kita untuk tidak mengkhawatirkan bahkan hal-hal yang kita butuhkan, agar kita tidak seperti bangsa-bangsa yang mengejar hal-hal ini ”dengan penuh semangat”. Mengapa? Ia belakangan menasihati para pendengarnya, ”Perhatikanlah dirimu sendiri agar hatimu jangan sekali-kali menjadi sarat dengan makan berlebihan dan minum berlebihan dan kekhawatiran hidup, dan dengan tiba-tiba hari itu dalam sekejap menimpa kamu seperti suatu jerat.”—Luk. 21:34, 35.
8. Mengapa khususnya sekaranglah waktunya untuk ”menanggalkan setiap beban”?
8 Garis finis sudah di depan mata. Sungguh disayangkan jika kita membiarkan diri dibebani oleh hal-hal yang tidak perlu yang bisa menghalangi kita padahal akhir itu sudah sangat dekat! Jadi, nasihat rasul Paulus memang bijaksana, ”Pengabdian yang saleh ini, yang disertai rasa cukup, adalah sarana untuk mendapatkan keuntungan besar.” (1 Tim. 6:6) Dengan menaati kata-kata Paulus, lebih mudah bagi kita untuk terus berlari dan memenangkan hadiah.
”Dosa yang dengan Mudah Menjerat Kita”
9, 10. (a) Apa yang dimaksud dengan ungkapan ”dosa yang dengan mudah menjerat kita”? (b) Bagaimana kita dapat terjerat?
9 Selain menanggalkan ”setiap beban”, Paulus menyatakan bahwa kita hendaknya menyingkirkan ”dosa yang dengan mudah menjerat kita”. Apakah itu? Ketiadaan iman. Kata Yunani yang diterjemahkan ”dengan mudah menjerat” hanya muncul satu kali dalam Alkitab, yaitu di ayat ini. Pakar Alkitab Albert Barnes mengatakan bahwa seorang pelari tidak akan mengenakan pakaian yang bisa membuat kakinya terlilit sehingga ia susah berlari. Orang Kristen juga seharusnya demikian, dengan menanggalkan apa pun yang dapat membuatnya terlilit, atau terjerat, sehingga imannya melemah. Bagaimana orang Kristen bisa kehilangan imannya?
10 Orang Kristen tidak kehilangan imannya dalam waktu singkat. Hal itu mungkin terjadi secara bertahap, bahkan tanpa disadari. Di bagian awal suratnya, Paulus memperingatkan terhadap bahayanya ”hanyut” dan ’memperkembangkan hati fasik yang tidak beriman’. (Ibr. 2:1; 3:12) Jika kaki seorang pelari terlilit pakaiannya, ia pasti jatuh. Risiko seperti ini besar jika pelari tidak memerhatikan jenis pakaian yang dikenakannya sewaktu berlari. Mengapa bisa begitu? Karena ia mungkin ceroboh atau terlalu yakin atau tersimpangkan perhatiannya oleh sesuatu. Pelajaran apa yang bisa kita peroleh dari nasihat Paulus ini?
11. Apa yang dapat menyebabkan kita kehilangan iman?
11 Kita hendaknya mengingat bahwa hilangnya iman adalah hasil akhir dari apa yang kita lakukan selama suatu waktu. Tentang ”dosa yang dengan mudah menjerat kita”, seorang pakar lain mengatakan bahwa lingkungan kita, kelemahan pribadi kita, dan pergaulan kita bisa sangat besar pengaruhnya atas diri kita. Semua itu bisa membuat iman kita lemah atau bahkan hilang.—Mat. 13:3-9.
12. Pengingat apa saja yang hendaknya kita perhatikan agar tidak kehilangan iman?
12 Dari tahun ke tahun, golongan budak yang setia dan bijaksana telah mengingatkan kita untuk berhati-hati terhadap apa yang kita tonton dan dengarkan, yakni apa yang menjadi fokus dari hati dan pikiran kita. Kita telah diperingatkan terhadap bahayanya mengejar uang dan harta materi. Kita mungkin disimpangkan oleh gemerlapnya dunia hiburan atau oleh alat-alat elektronik baru yang tak ada habisnya. Salah besar jika kita merasa bahwa nasihat itu berlebihan atau hanya untuk orang lain, seolah-olah kita sendiri kebal terhadap bahaya itu. Jerat yang dipasang dunia Setan itu halus dan memperdayakan. Karena ceroboh, terlalu yakin, dan tersimpangkan perhatiannya, beberapa orang telah kehilangan iman. Hal-hal itu juga dapat mengakibatkan kita kehilangan hadiah kehidupan.—1 Yoh. 2:15-17.
13. Bagaimana kita dapat melindungi diri dari pengaruh yang merusak?
13 Dalam dunia ini, kita setiap hari bertemu dengan orang-orang yang berupaya menyodorkan cita-cita dan cara berpikir mereka. (Baca Efesus 2:1, 2.) Meskipun demikian, sejauh mana kita terpengaruh sangat bergantung pada diri kita sendiri, bagaimana reaksi kita terhadap pengaruh-pengaruh ini. ”Udara” yang Paulus bicarakan sangatlah mematikan. Kita harus terus-menerus waspada agar tidak tercekik, atau mati lemas, dan akhirnya gagal mencapai garis finis. Apa yang membantu kita terus berlari? Teladan Yesus, yang adalah pelari yang sempurna. (Ibr. 12:2) Paulus juga menjadi teladan kita, karena ia termasuk di antara para pelari dalam perlombaan Kristen, dan ia mendesak rekan-rekan seimannya untuk menirunya.—1 Kor. 11:1; Flp. 3:14.
”Kamu Dapat Memperolehnya”—Caranya?
14. Bagi Paulus, seberapa pentingkah berlari hingga ke garis finis?
14 Bagi Paulus, seberapa pentingkah berlari hingga ke garis finis? Dalam pertemuan terakhirnya dengan para penatua Efesus, ia mengatakan, ”Aku tidak menganggap jiwaku penting, seolah-olah itu berharga bagiku, asalkan saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan tugas pelayanan yang aku terima dari Tuan Yesus.” (Kis. 20:24) Ia rela mengorbankan apa pun, termasuk nyawanya, guna menyelesaikan perlombaan. Bagi Paulus, semua upaya dan kerja kerasnya sehubungan dengan kabar baik tidak akan ada artinya jika ia gagal mencapai garis finis. Namun, ia tidak terlalu percaya diri, merasa bahwa ia pasti akan menang. (Baca Filipi 3:12, 13.) Menjelang akhir kehidupannya, barulah ia dapat mengatakan, ”Aku telah berjuang dalam perjuangan yang baik, aku telah berlari di lintasan sampai garis akhir, aku telah menjalankan iman.”—2 Tim. 4:7.
15. Anjuran apa yang Paulus berikan kepada sesama pelari?
15 Selain itu, Paulus sangat ingin melihat rekan-rekan Kristen-nya menyelesaikan perlombaan dan tidak menyerah di tengah jalan. Misalnya, ia mendesak orang Kristen di Filipi untuk berupaya keras memperoleh keselamatan. Mereka perlu ”tetap menggenggam erat firman kehidupan”. Ia melanjutkan, ”Agar aku mempunyai alasan untuk bersukaria pada hari Kristus, bahwa aku tidak berlari dengan sia-sia atau bekerja keras dengan sia-sia.” (Flp. 2:16) Demikian pula, ia mendesak orang Kristen di Korintus, ”Larilah sedemikian rupa agar kamu dapat memperoleh [hadiah].”—1 Kor. 9:24.
16. Mengapa tujuan kita harus nyata?
16 Dalam perlombaan jarak jauh, seperti maraton, garis finis pada awalnya tidak terlihat. Namun, di sepanjang jalan, seorang pelari tetap berfokus padanya. Sewaktu ia tahu bahwa garis finis sudah dekat, ia akan lebih bertekad lagi untuk tiba di sana. Demikian pula halnya dalam perlombaan kita. Tujuan, atau hadiahnya, perlu nyata bagi kita. Hal itu akan membantu kita memperolehnya.
17. Bagaimana iman dapat membantu kita berfokus pada hadiah?
17 ”Iman adalah penantian yang pasti akan perkara-perkara yang diharapkan, bukti yang jelas dari kenyataan-kenyataan walaupun tidak kelihatan,” tulis Paulus. (Ibr. 11:1) Abraham dan Sara rela meninggalkan kenyamanan dan hidup sebagai ”orang-orang asing dan penduduk sementara di negeri itu”. Apa yang membantu mereka? ”Mereka melihat [penggenapan janji-janji Allah] dari kejauhan.” Musa menolak ”kenikmatan sementara dari dosa” dan ”harta Mesir”. Bagaimana ia bisa memiliki iman dan kekuatan untuk melakukannya? Ia ”menatap upah yang akan diberikan”. (Ibr. 11:8-13, 24-26) Maka, cocok jika Paulus setiap kali mengawali uraiannya tentang orang-orang ini dengan ungkapan ”karena beriman”. Iman membuat mereka sanggup melihat ke masa depan dan mengatasi berbagai cobaan serta kesulitan. Mereka juga dapat melihat apa yang Allah lakukan bagi mereka, sekarang dan di masa depan.
18. Untuk menyingkirkan ”dosa yang dengan mudah menjerat kita”, langkah positif apa saja yang bisa kita ambil?
18 Dengan merenungkan pria dan wanita beriman yang disebutkan di Ibrani pasal 11 dan meniru teladan mereka, kita dapat memupuk iman dan menyingkirkan ”dosa yang dengan mudah menjerat kita”. (Ibr. 12:1) Juga, kita dapat ”memperhatikan satu sama lain untuk menggerakkan kepada kasih dan perbuatan yang baik” dengan berhimpun bersama orang-orang yang memupuk iman yang sama.—Ibr. 10:24.
19. Mengapa penting untuk terus berlari sekarang?
19 Kita sudah mendekati akhir perlombaan kita. Garis finis seolah-olah sudah di depan mata. Melalui iman dan dengan bantuan Yehuwa, kita juga dapat ”menanggalkan setiap beban dan dosa yang dengan mudah menjerat kita”. Ya, kita dapat terus berlari untuk memperoleh hadiah—berkat-berkat yang dijanjikan Allah dan Bapak kita, Yehuwa.
[Catatan Kaki]
a Hal ini sangat tidak pantas bagi orang-orang Yahudi zaman dahulu. Menurut buku apokrifa 2 Makabe, orang-orang Yahudi marah ketika, dalam upaya meniru orang Yunani, imam besar Yason yang murtad ingin membangun gedung olahraga di Yerusalem.—2 Mak. 4:7-17.
-